Anda di halaman 1dari 10

English subtitle is available!

Teks Bahasa Indonesia juga tersedia!

Pertandingan ini menarik sekali ini.

Iya. Entar malem bola mana lawan mana sih, Mas?

Nanti malam, Jerman vs Polandia kan?

Haha, bayar dulu!


Udah ngoceh aja!

Hutangnya kan belum dibayar!

Hutang yang kemarin belum dibayar,


mau taruhan?

Kalau nanti malam Jerman yang menang,


aku bayar hutang kalian semua!

Buat bayar angsuran motor kali tuh,


dari jaman dulu!

Ya tuh, bensinnya sudah diisi belum?

Waaupun motorku jelek, tapi itu sudah lunas.

Memangnya kalian, motor angsuran!

Itu pemberian Mamaku di Siantar!

Kayak keris pakai warisan, Gar!

- Sarjana kok ngojek?


- Sekolah tinggi-tinggi, kasian emak lo, Gar!

- Mas, jalan, mas!


- Woi, Mas Bule!

- Bule, sini!

- Bisa bahasa Inggris?


- Bisa, bahasa Inggris, bisa.

Bisa bantu saya? Saya sedang mencari rumah ini,


tempatnya di Kebab Joran.

Kebocoran? Kebocoran yang di sana.

Bisa saya bantu, Pak?

Tahu tempat ini?

Oh ya, saya tahu tempat ini.

Kamu tahu?

Ya saya tahu, mungkin saya bisa membawa Anda kesana.


Bisa bantu saya mencari taksi?
Saya juga bisa bahasa Inggris.

Jangan taksi, nanti macet, ini Jakarta.


Kita biasa pakai ojek.

Nama saya bukan Jack.

- Bukan, sopir motor!


- Coba tunjukan.

Ini sangat aman.

Oh, benarkah? Kau yakin?

Harus aman, kamu punya helm?

Ya, saya punya. Tunggu sebentar.

Saya punya helm, tenang saja!

Ini helm bagus!

Tidak, tidak bersih!


Harus yang bersih!

Tunggu sebentar!

- Eh, helm gue!


- Pinjem sebentar, pelit amat lu!

Tunggu, saya pertama kali melakukan ini.


Sebelumnya tidak pernah, kau harus hati-hati!

Hah? Oh, jangan khawatir, Pak!


Ini sangat aman!

Yes, Mas Londo!

- Sebentar.
- Aku pulang bawa uang!

- Jadi nama kamu siapa?


- Günther.

- Sunter?!
- Günther!

- Bunder?
- Güntherrr, dengar gak?

Ya, ya, Gunter.

Ya, panggil saya apa saja yang kamu mau.


Nama kamu?

- Togar.
- Gokart?
- Togar!
- Toll guard (penjaga tol)?

- Togaaar!
- Tol Karl?

Halah, suka-suka kau lah!

Maaf, disini agak susah terdengar.


Banyak mobil, tidak mudah.

- Senang berkenalan denganmu.


- Ya, senang berkenalan denganmu juga.

- Tadi kamu bilang apa? Kebocoran?


- Kebab Joran.

Kebab Joran? Tidak ada Kebab Joran di Jakarta.

Benar, Kebab Joran.


Tadi saya sudah tunjukan gambarnya!

Ini.

- Ya, tapi perhatikan jalannya!


- Ya, ya.

Bukan, Kebab Joran, Pak!


Kebayoran!

Ya, apapun lah.

Kebayoran apa Kemayoran?

Kebacoran.

- Kebayoran?
- Ya, ya.

Ngomong dong kau, ah!


Saya tahu tempatnya!

Ya, bagus.
Antar saya kesana.

Kenapa kamu mencari rumah itu, Pak?

- Sebenarnya itu rumah saya.


- Oh, rumahmu?

Dulu rumah keluarga saya,


ayah dan ibu saya tinggal disana 20 tahun yang lalu.

Waktu itu, saya masih 5-6 tahun.

Sekarang saya mau kesana lagi untuk foto,


seperti nostalgia.

Ah, baiklah.
Sepertinya macet, Pak. Sangat macet!

Iya, banyak kemacetan.

Bakal lama nih, Pak!

- Stiker apa itu? Tokek?


- Apa?

- Stiker apa itu?


- Oh, ini bahasa Indonesianya cicak.

Belum pernah dengar.


Tapi pernah lihat di hotel saya.

Cicak itu simbol tradisi saya.

Oh ya? Artinya apa?

- Simbol tradisi saya.


- Kamu dari mana?

- Saya orang Batak dari Medan, Sumatra Utara.


- Saya tidak tahu.

Ibu saya selalu berkata,


“Hei, Togar, jadilah seperti cicak!”

Tapi kamu tidak terlihat seperti cicak.

Ini hanya simbol, Mister.

Cicak itu maksudnya kamu harus bisa hidup dimana saja.

- Ya, bahkan di Jakarta ini ya?


- Betul.

Biar saya tebak, kamu dari Jerman kan?

- Bagaimana kamu bisa tahu?


- Saya tahu logatmu dari Youtube.

Kamu lihat saya di Youtube?

Oh, bukan. Saya lihat wawancara pemain bola Jerman di Youtube.

Oh, oke. Saya terdengar seperti mereka?

Kamu suka sepakbola?

Tidak terlalu, saya tidak terlalu jago waktu masih kecil.

Alamak! Kamu harus nonton sepakbola Jerman!

Ya, tentu saya nonton. Kami kan juara dunia, tentu saya bangga.

- Kamu tahu Osil?


- Özil? Ya saya tahu, sangat jago.
Mesut Özil adalah pemain yang sangat hebat.

Punya skill, mata bagus, ganteng, seperti saya.

- Kota asalmu dimana?


- Saya dari Aachen, kamu tahu?

Aachen?

Ah, saya tahu! Habibie, Habibie!

- Tidak, saya tidak punya bayi.


- Bukan, Habibie! Dulu dia presiden saya.

Saya tidak tahu. Sekarang dia presiden?

Bukan, itu dulu sekali.


Dia dulu sekolah di Aachen.

Dulu dia sekolah di sana?


Wow, pasti orang yang sangat pintar ya?

Ya, sangat pintar, cerdas, dan hebat.

Dia pasti sangat pintar kalau dulu sekolah di sana,


karena universitas kami sangat bagus di Jerman.

Macet. Kapan kita akan sampai di sana?

Macet, Jakarta selalu macet.

- Iya betul, kota Jakarta ya.


- Jakarta kota yang ramai.

Saya harus cari jalan lain.


Saya akan cari jalan lain.

- Dimana kita?
- Saya akan mencari jalan lain.

- Jalan lebih cepat?


- Iya, menghindari macet, Pak.

Santai saja, nikmati.

- Ini sempit sekali.


- Ini jalan yang paling cepat.

- Oke.
- Tenang saja!

- Ini seperti ruang tamu.


- Ada jalan lain, Pak?

Ada jalan lain?

Kamu yakin dia tahu? Ya Tuhan, seperti kamar mandi di sini.


Santai saja.

Berisik lu, Bule!


Permisi, Bu…

[Bersorak] Bule! Bule! Bule!

Tidak, tidak, tidak mungkin…

Maaf, Pak, tunggu sebentar.

Kamu tahu ini kenapa?

Tidak, ini tidak mungkin terjadi.


Saya naik ini sekali dan sekarang rusak. Tak mungkin kan?

Iya, sebentar.

Ya, satu menit lagi.

Kurawat kau baik-baik, bikin masalah pula kau!

- Kamu tidak tahu masalahnya?


- Iya, sebentar.

- Rusak ya motor lu?


- Enggak, bang. Udah tahu rusak!

- Busi, lu periksa busi!


- Masih bagus.

- Lu amplas kalau bagus.


- Baru diganti bang.

- Karburator, coba lu lihat!


- Baru diservis!

Coba lu lihat kabel-kabelnya.

Ah, elu. Motor udah jelek busuk kayak muka lu.


Bukannya lo rawat baik-baik.

Lo bikin malu lo sama negara,


lo bawa orang asing.

Apakah dia mengerti masalahnya?


Coba jelaskan masalahnya pada saya.

- Mister, motor saya rusak nih.


- Ya, saya bisa lihat itu rusak.

- Sepertinya bisa lama.


- Ya, berapa lama?

- Saya tidak tahu, tapi saya akan memperbaikinya.


- Kapan? Ini sudah mulai larut

- Sepertinya anda harus mencari transportasi lain.


- Yang benar saja, disini? Saya harus cari yang lain?
- Saya bisa panggilkan taksi atau ojek?
- Ya, bagaimana bisa panggil taksi? Kau lihat sendiri jalanan tadi.

- Tapi ini akan membuang waktu anda.


- Ini sudah membuang waktu saya.

Anda sebaiknya mencari kendaraan lain.

Saya tidak mau cari yang lain


karena nanti semuanya mulai lagi dari awal!

Kamu lihat jalanan sempit ini!

Dan semuanya! Namamu, nama saya, Ibumu,


lalu sepakbola, Habibie, semuanya!

Saya tidak mau ulang semua itu lagi!

Saya percaya kamu, tolong perbaiki saja!

- Sini lo, ini ada kagak bensinnya?


- Gak ada bang.

- Lah ini masalah bensin.


- Dari tadi masalah bensin?

- Iya lah, masalah bensin.


- Jangan bilang-bilang dia kalau masalah bensin.

Benzin? Jadi ini cuma masalah benzin?

Alamak.

Nah, lo beli bensin di ujung sana tuh.

- Kamu yakin ini bensin?


- Ya, ini bensin. Memangnya kamu pikir ini apa?

Saya tidak tahu, tapi tidak terlihat seperti tempat jual bensin.

- Le’, seliter, le’.

Eh, eh, tumpah itu!


Hati-hati kau!

- Maaf, Bang, magang!


- Magang-magang…

Hei, Mas! Hei, Mas! Jangan-jangan…

Gue yang bayar, lo kembaliin tuh.

- Apa nih?
- Tenang aja lah lu.

Pengalaman lu itu sama seperti yang gue alami.

Lu bayangin tengah malam motor gue mogok di tengah jalan.


Terus ada yang bantuin gue ngisiin bensin, gratis.

Sejak itu gue janji, gue akan ngebales kebaikan orang itu…

… dengan cara membantu orang yang membutuhkan.

- Jadi abang ngebayarin aku?


- Iyalah, gue bayarin, tenang aja lah lu…

- Ini bukan hutang.


- Oh, baik kali abang ini, baik kali!

- Udahlah, gak usah lebay.


- Ah, ganteng pula!

- Udah sana! Eh, bule.


- Gratis? Wah, terimakasih.

Heh, hati-hati lu.


Motor dirawat, udah tua juga!

Iya, Bang! Ah!

- Kita bisa pergi lagi, Mister!


- Ya.

Eh, aku pergi ya!

Permisi, Bang.
Abang tahu rumah ini, Bang?

- Waduh, ada alamatnya gak?


- Gak ada, tapi di sekitar sini lah.

- Waduh, kalau begitu saya gak tahu, Mas.


- Gak tahu, Bang?!

- Dia juga tidak tahu apa bagaimana?


- Ya, dia juga tidak tahu rumahmu.

Tidak akan ada yang bisa menemukannya.


Mungkin sudah tidak ada lagi.

Ya, sangat sulit menemukan rumahmu.


Jakarta sudah banyak berubah.

Kelihatannya begitu. 20 tahun, sangat lama.

Bagaimana denganmu?
Kapan terakhir kali pulang ke rumahmu di Medan?

- Mungkin 5 atau 6 tahun yang lalu.


- 5 atau 6 tahun?

Saya kira di Indonesia itu mudah berpergian ke mana saja.


Saya ke Bali, lalu ke Jakarta, saya kira gampang.

- Tidak, terlalu mahal untuk saya pulang ke Medan.


- Apa kamu merindukan keluargamu?

Ya, terutama ibu saya.

- Tapi sepertinya Jakarta itu rumah saya sekarang.


- Ya, kota yang gila ini.

- Saya sudah bekerja di sini, sekolah di sini.


- Sekolah?

- Ya.
- Kamu sekolah?

- Ya.
- Saya kira kamu ojek nomor 1 di sini, tapi sekolah? Sepertinya tidak.

- Kamu belajar apa dulu?


- Akuntansi.

- Pria dengan angka ya? Kamu lulus?


- Iya lah!

- Ibu kamu pasti bangga.


- Saya harap begitu.

- Saya rasa begitu, saya yakin.


- Kita lanjutkan perjalanan?

Hari ini? Kita sudh berkeliaran lama sekali.


Lihat wajah kita yang lelah ini.

Apa menurutmu dengan wajah seperti ini,


kita masih bisa menemukan rumah itu?

Sepertinya tidak mungkin, tidak hari ini.


Sudah cukup hari ini, mungkin lain waktu.

- Ini fotonya. Maaf, Mister. Kita kembali ke hotel?


- Iya.

- Mari, Pak!
- Terimakasih, Pak.

Wah, sepertinya hujan. Kita cari tempat ya.


Kamu mau makan?

Nasi goreng satu, Bang, jangan pedas ya!


Kamu mau nasi goreng juga?

- Ya, saya mau satu, sama sepertimu.


- Oke, dua ya, Bang!

Permisi, permisi.

Hei, negaramu nih!

- Oh, Jerman?
- Iya.
Menonton Jerman di Indonesia.

- Bule mane?
- Hah?

- Bule mane?
- Kawanku dari Jerman.

- Mister, bola, mister!


- Ya?

- Bola… Kamu main bola?


- Gak, saya gak main bola.

- Gomes, Gomes!
- Gomez.

- Muler, Muler, Muler…


- Müller.

- Ojil, Ojil.
- Özil.

- Itu saudaranya, Mister?


- Hah?

- Saudara?
- Hah?

- Teman?
- Bukan, saya tidak kenal mereka…

… secara personal.

Halo, Ibu.

Anda mungkin juga menyukai