Latsar
Latsar
PENDAHULUAN
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintahan dengan perjanjian kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai.
ASN merupakan unsur utama sumber daya manusia aparatur Negara yang berperan penting
dalam rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadapan modern,
demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada
masyarakat seacara adil dan merata serta menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat
secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetian kepada
Pancasila dan Undang-Udang Dasar 1945.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4
pembukaan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD1945) adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial maka diperlukan
ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu
menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan pancasila dan
UUD 1945
Peraturan Lembaga Administrasi Negara (LAN) No. 12 tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelenggara Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Golongan III menyatakan
peserta pelatihan dasar (Latsar) CPNS mendapatkan materi mengenai nilai-nilai dasar profesi
Pegawai Negeri Sipil (PNS), yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) serta materi tentang peran dan kedudukan PNS (meliputi
Manajemen ASN, Pelayan Publik, dan Whole of Government). Proses penyelenggaraan Latsar
CPNS ini diharapkan dapat membentuk generasi yang mampu membawa perubahan untuk
bangsa ini.
Oleh karena itu, CPNS wajib menjalani masa percobaan yang dilaksanakan melalui
proses diklat yang terintegrasi untuk membentuk integritas moral, kejujuran, semangat, dan
motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung
1
jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Penyelenggaraan pelatihan
dilakukan secara inovatif dan terintegrasi, baik di tempat pelatihan dan tempat kerja sehingga
memungkinkan peserta untuk menginternalisasi, menerapkan, mengaktualisasikan, dan
membuatnya menjadi suatu kebiasaan (habituasi), sehingga terbentuk karakter PNS yang
profesional sesuai bidang tugas masing-masing.
Latihan dasar ini merupakan salah satu cara perbaikan SDM dalam rangka mengubah
pandangan masyarakat terhadap PNS. Banyak paradigma yang menyebar luas dalam
masyarakat tentang kemalasan, tidak disiplin, dan korupsi. Sistem pelatihan baru ini
diharapkan membentuk tunas integritas yang memiliki misi memperbaiki birokrasi dan
menambah kepercayaan masyarakat kepada SDM aparatur.
Setelah pemberian materi pada Latsar CPNS selesai dilaksanakan, peserta dituntut untuk
membuat suatu rancangan aktualisasi yang dapat diterapkan di instansi tempat kerja.
Rancangan aktualisasi dibuat berdasarkan permasalahan yang ada di instansi tersebut.
Sehingga dengan adanya kegiatan aktualisasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
nyata untuk memecahkan permasalahan yang ada. Nilai-nilai dasar profesi PNS yaitu ANEKA
(Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi) akan menjadi
dasar pelaksanaan aktualisasi ini di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam.
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang
Kesehatan No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Rumah sakit merupakan institusi
pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat, yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UUD
No. 44 Tahun 2009).
Di era globalisasi, masyarakat semakin kritis dalam segala aspek, termasuk terhadap mutu
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sejalan dengan peningkatan pengetahuan dan teknologi,
kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan telah semakin
meningkat, maka dari itu perlu pelayanan kesehatan yang tepat, cepat dan akurat di Rumah
Sakit dengan berdasarkan nilai-nilai dasar PNS yaitu : Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi. Sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
2
Kegawatdaruratan medis sering terjadi dimana saja dan kapan saja. Proses penyelamatan
pasien dalam keadaan kegawatdaruratan merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah
Sakit. Sebagai seorang dokter, seorang PNS juga dituntut memberikan pelayanan yang
profesional di Rumah Sakit. Jenis pelayanan yang diberikan antara lain pelayanan umum dan
pelayanan kegawatdaruratan. Dalam pelayanan kegawatdaruratan terdapat prosedur yang
dinamakan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Prosedur tersebut sering digunakan pada pasien
yang mengalami henti jantung dan henti nafas.
Pelaksanaan Code Blue dimulai pada saat seorang pasien dalam keadaan Cardiac Arrest
di ruang rawat inap atau area RSUD Deli Serdang. Tim pelaksana Code Blue dibagi menjadi 3
menurut area RSUD Deli Serdang. Yaitu tim code blue dari Ruang ICU, Ruang Melati dan
Ruang IGD. Tim pelaksana Code Blue terdiri dari seorang dokter sebagai ketua tim dan 3 orang
paramedis sebagai anggota tim. Permasalahan yang dihadapi pada saat pelaksanaan adalah
didapatinya prosedur medis oleh petugas kesehatan di ruang rawat inap yang dilaksanakan
secara benar namun belum optimal, seperti pelaksanaan Code blue di ruang rawat inap.
Untuk saat ini, mengingat tingginya jumlah pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang maka
perlu dioptimalkan kembali pelaksanaan Code Blue Di Ruang Rawat Inap RSUD Deli Serdang,
dengan melalui kegiatan aktualisasi ini diharapkan memberikan dampak positif agar
pelaksanaan Code Blue dapat terlaksana secara optimal dan diharapkan peserta dapat
menjadikan ASN yang profesional serta mampu memberikan pelayanan publik secara
maksimal.
3
1.2.1. Profil dan Struktur Organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang terletak di kota Lubuk Pakam, Kabupaten Deli
Serdang. Dari Ibu kota provinsi Sumatera Utara (Medan) hanya berjarak lebih kurang 29
kilometer dengan jarak tempuh sekitar 45-60 menit. RSUD Deli Serdang adalah satu-satunya
Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, sebagai pusat rujukan
pelayanan dengan status kelas B, berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 405/MENKES/SK/IV/2008 tanggal 25 April 2008 dan telah terakreditasi
penuh 16 pelayanan tahun 2011 sesuai SK Direktur RSUD Deli Serdang Nomor
800.110/SK/I/2011. Pada tahun 2016, struktur organisasi RSUD Deli Serdang sebagai lembaga
otonom di bawah UPT Dinas Kesehatan berbentuk BLUD sesuai dengan PP No. 18 tahun 2016
dan Perda No. 3 tahun 2016.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dipimpin oleh
seorang direktur, memiliki 14 jenis tenaga spesialis (penyakit dalam, anak, bedah, kebidanan
dan penyakit kandungan, mata, THT, kulit dan kelamin, paru, jiwa, neurologi, anestesi,
radiologi, patologi klinik, patologi anatomi), S2 (MARS, MM), dokter umum, dokter gigi,
apoteker, sarjana keperawatan, ahli penata rontgen, SKM, sarjana gizi, beserta tenaga
nonmedis lainnya (sarjana hukum, sarjana ekonomi, sarjana pertanian). Selain itu Pada tanggal
30 Desember 2016 lulus akreditasi dengan bintang 4 tingkat utama dari KARS, dengan nomor
: KARS-SERT/361/XII/2016 sebagai RSUD tipe B berdasar berdasarkan KEPMENKES RI
NOMOR : 405/MENKES/SK/IV/2008.
4
1.2.2 VISI
Visi RSUD Deli Serdang : Menjadi Rumah Sakit pendidikan yang berdaya saing
dengan mengutamakan pelayanan profesional, inovatif, dan berbudaya menuju rumah
sakit berstandar internasional.
1.2.3 MISI
Misi RSUD Deli Serdang
a. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia melalui pendidikan,
pelatihan dan penelitian secara berkesinambungan
b. Mengembangkan pelayanan unggulan untuk meningkatkan daya saing serta
membangun jejaring dengan institusi lain dalam pelayanan kesehatan
c. Mengedepankan rasa kemanusiaan serta pengabdian dalam melayani masyarakat.
5
d. Menyediakan sarana dalam mendidik mahasiswa fakultas kedokteran menjadi
dokter yang memiliki kompetensi medik, kepekaan sosial dan berguna bagi nusa
dan bangsa.
6
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Untuk memenuhi tugas pokok dan fungsi rumah sakit tersebut, dokter sebagai salah satu
pelaksana layanan kesehatan mempunyai uraian tugas menurut peraturan menteri kesehatan
Republik Indonesia nomor 73 tahun 2017 tentang jabatan fungsional umum dilingkungan
kementrian kesehatan adalah melaksanakan pelayanan medis baik rawat jalan, rawat inap,
kegawatdaruratan, pelayanan gizi dan KIA, menyususun draft visum et repertum,
melaksanakan tugas jaga sesuai dengan petunjuk kerja dan arahan pimpinan dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan masyarakat.
Uraian Tugas :
1. Melaksanakan pelayanan medis rawat jalan.
2. Melaksanakan pelayanan medis rawat inap
3. Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan medis
4. Melaksanakan pelayanan gizi dan KIA
5. Menganalisis data dan hasil pemeriksaan pasien sesuai dengan pedoman kerja untuk
menyusun catatan medis pasien
6. Menyusun draft visum et repertum
7. Melaksanakan tugas jaga
8. Menyusun draft laporan pelaksanaan tugas
9. Menyusun laporan lain-lain.
1.3. Permasalahan
Dalam menjalankan pelayanannya, rumah sakit tentu memiliki hal-hal yang penting,
yang perlu mendapat perhatian yang lebih guna tercapainya optimalisasi dalam aspek-aspek
pelayanannya. Berdasarkan kaitannya dengan management ASN, Whole of Government
(WoG), dan pelayanan publik, penulis menemukan permasalahan berupa belum optimalnya
pelaksanaan Code Blue di Ruang Rawat Inap RSUD Deli Serdang. Dalam hal berkaitan dengan
rancangan aktualisasi ini, sumber isu yang diangkat berasal dari tugas pokok dan fungsi
(tupoksi), serta kegiatan yang inisiatif oleh penulis melalui persetujuan coach dan mentor
7
1.4 Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan aktualisasi ini adalah dengan adanya Diklat Latsar CPNS, maka
peserta mampu melaksanakan setiap tugas-tugas dengan menerapkan nilai-nilai dasar
(ANEKA) di tempat tugas dalam pelaksanaanya antara lain:
1. Kemampuan mewujudkan akuntabilitas dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
2. Kemampuan mengedepankan kepentingan nasional dalam pelaksanaan tugas
jabatannya.
3. Kemampuan menjunjung tinggi standar etika publik dalam pelaksanaan tugas
jabatannya
4. Kemampuan berinovasi untuk peningkatan mutu pelaksanaan tugas jabatannya
5. Kemampuan untuk tidak korupsi dan mendorong percepatan pemberantasan korupsi di
lingkungan instansinya.
1.4.2. Manfaat
Manfaat bagi peserta diklat dapat menerapkan nilai-nilai dasar ASN yaitu akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi secara maksimal dalam
melaksanakan tugas serta dapat mengaplikasikan pemahaman yang diperoleh perihal
pelayanan publik, manajemen ASN dan Whole of Government.
Peserta diklat yang sudah mendapatkan materi tentang nilai-nilai dasar ASN harus
mampu memahami, menjiwai dan melakukan penerapan nilai-nilai tersebut dalam profesi
dokter umum melalui proses aktualisasi pada RSUD Deli Serdang. Selain itu peserta
diharapkan dapat memahami kegunaan proses aktualisasi ini pada visi dan misi RSUD
Manfaat bagi organisasi atau dalam hal ini RSUD adalah dapat memberikan bahan
masukan dan usulan untuk melakukan perbaikan kearah yang lebih baik. Penerapan aktualisasi
yang baik dan tepat dapat memberikan solusi terhadap isu atau masalah yang ada dengan
menanamkan juga nilai-nilai dasar ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik,
Komitmen Mutu, dan Anti korupsi pada RSUD Deli Serdang sehingga suasana kerja menjadi
lebih kondusif dan kearah yang lebih baik serta dapat memberikan pelayanan yang memuaskan
bagi masalah
8
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penerapan nilai-nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik,
komitmen mutu dan anti korupsi ini adalah RSUD Deli Serdang Kabupaten Deli Serdang, yang
mencakup deskripsi organisasi dan kegiatan aktualisasi
9
BAB II
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MASALAH
KRITERIA ISU
No. ISU
A P K L
Belum optimalnya pelaksanaan Code Blue di ruang
1 √ √ √ √
rawat inap RSUD Deli Serdang.
Belum optimalnya pengolahan B3 di ruang rawat
2 √ √ √ √
inap RSUD Deli Serdang
Belum optimalnya pencegahan infeksi nosokomial
3 √ √ √ √
di RSUD Deli Serdang.
10
Belum optimalnya sosialisasi pelayanan geriatri di
4 √ √ X √
RSUD Deli Serdang.
Belum optimalnya Hands Hygene pada Five
5 √ √ √ X
Moments di RSUD Deli Serdang.
Keterangan :
A = Aktual P = Problematika K = Kekhalayakan L = Layak/ Kelayakan
Berdasarkan alat bantu penetapan isu diatas dapat disimpulkan bahwa isu nomor satu,
dua dan tiga memenuhi semua kriteria aktual, problematik, kekhalayakan dan layak/kelayakan.
Isu untuk nomor empat dan lima tidak layak diangkat menjadi isu karena untuk penyelesaian
isu tersebut diluar kewenangan saya sebagai dokter jaga IGD RSUD Deli Serdang.
11
U S G
Belum optimalnya pelaksanaan Code Blue di ruang
1 5 5 5 I
rawat inap RSUD Deli Serdang.
Belum optimalnya pengolahan B3 di ruang rawat inap
2 4 4 5 II
RSUD Deli Serdang.
Belum optimalnya pencegahan infeksi nosokomial di
3 4 4 4 III
RSUD Deli Serdang.
Tabel 2.2 Pemilihan Isu Melalui Kriteria USG
Keterangan :
U: urgency : seberapa mendesak isu perlu dibahas terkait waktu
S: seriousness : seberapa besar isu perlu dibahas terkait akibat yang ditimbulkan
G: growth : seberapa besar isu akan berkembang jika dibiarkan
Berdasarkan hasil USG di atas dan juga permasalahan yang ada berupa didapatinya
prosedur medis oleh petugas kesehatan di ruang rawat inap yang dilaksanakan secara benar
namun belum optimal, seperti pelaksanaan Code blue di ruang rawat inap, maka isu yang
prioritas untuk diaktualisasikan di RSUD Deli Serdang adalah “Belum optimalnya
pelaksanaan Code Blue di ruang rawat inap RSUD Deli Serdang.”
12
3. Menurunnya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di RSUD Deli
Serdang
4. Peluang terjadinya tuntutan hukum terhadap pelayanan rawat inap di RSUD Deli
Serdang.
Untuk itu sangat perlu dilakukan upaya optimalisasi pelaksanaan Code Blue di ruang rawat
inap RSUD Deli Serdang.
Role model dapat diartikan sebagai sosok tokoh panutan yang menurut seseorang layak
menjadi contoh/ teladan berdasarkan materi-materi yang telah dipelajari pada agenda nilai-nilai
dasar PNS dan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
Disini saya memilih dr. Asriluddin, Sp.PD sebagai role model
13
Alasan saya menjadikan beliau role model adalah saya melihat beliau adalah sosok yang
bertanggung jawab sebagai seseorang pemimpin, beliau juga memiliki rasa nasionalisme yaitu
dengan mementingkan kepentingan umum dan melayani pasien dari kalangan manapun tidak
membedakan status sosial, agama maupun suku. Sosok role model ini juga menjaga komitmen
mutu dengan mengikuti pelatihan yang mendukung tugasnya dan dapat bekerja sama dengan
instansi yang lainnya (Whole of Goverment). Beliau memiliki karakter disiplin yang sangat
baik, tegas dan sigap dalam menghadapi permasalahan, ramah kepada semua orang, dan
bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya. Hal-hal tersebut yang selalu memotivasi saya
untuk dapat menjadi pelayan publik yang amanah.
14
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
3.1.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang ASN adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS
dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis); untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); dan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar).
Menurut Widita (2015) dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada
beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Kepemimpinan : Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
b. Transparansi : Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh
individu maupun kelompok/instansi.
15
c. Integritas : adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
d. Tanggung Jawab : adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan : adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang.
f. Kepercayaan : Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini
yang akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan : Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan : Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang
jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
i. Konsistensi : adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada
tercapai tujuan akhir.
3.1.2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.Bahkan tidak hanya
sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting. Diharapkan dengan nasionalisme yang
kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
bangsa, dan negara. Nilai-nilai yang berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar
yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana
aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaannya. (Widita, 2015)
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri,
sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas
mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan seperti ini sering
disebut chauvinisme. Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang
rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain
(LAN RI, 2015:1).
Secara politis nasionalisme berarti pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Dalam UU No. 5
16
tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi ASN adalah menjalankan kebijakan publik.
Kebijakan publik diharapkan dapat dilakukan dengan integritas tinggi dalam melayani publik
sehingga dalam menjadi pelayan publik yang profesional. ASN adalah aparat pelaksana yang
melaksanakan segala peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan kebijakan publik
untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Fungsi ASN sebagai pelayan publik merupakan segala bentuk pelayanan sektor publik
yang dilaksanakan aparatur pemerintah, termasuk aparat yang bergerak di bidang
perekonomian dalam bentuk barang dan jasa, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (LAN, 2015:120). Sebagai pelayan
publik seorang ASN dituntut menjadi profesional untuk menciptakan pelayanan yang prima.
17
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
5. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;Menggunakan kekayaan dan
barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
7. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
8. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
9. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang
lain;
10. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
11. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai
ASN.
Dimensi etika publik terdiri dari dimensi tujuan pelayanan publik yang bertujuan untuk
mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan relevan, dimensi modalitas yang terdiri dari
akuntabilitas, transparansi, dan netralitas, serta dimensi tindakan integritas publik (LAN,
2015:11). Ketiga dimensi tersebut dapat menjadi dasar untuk dapat menjadi pelayan publik
yang beretika. Pelayanan publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi teknis
dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode
etik pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat cenderung menjadi tidak peka,
tidak peduli dan bahkan seringkali diskriminatif, terutama pada masyarakat kalangan bawah
yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana
nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud
keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan diterapkannya kode
etik ASN, perilaku pejabat publik harus berubah dari penguasa menjadi pelayan, dari
wewenang menjadi peranan, dan menyadari bahwa jabatanpublik adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia namun juga di akhirat.
18
3.1.4. Komitmen Mutu
LAN RI (2015: 9) menjelaskan bahwa karakteristik utama yang dapat dijadikan dasar
untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat memberi kepuasan,
sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu, tenaga, dan pikiran dalam
menyelesaikan kegiatan.
Inovasi muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk
beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI
(2015:11) menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi secara perlahan (bersifat
evolusioner) atau bisa juga lahir dengan cepat (bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi
salah satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan. Ada empat indikator dari nilai-
nilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan
efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya diukur dari
performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi
sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
b. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa
menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi
penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat diketahui
ada tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan
mekanisme yang ke luar alur.
c. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan
memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan
dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar
menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
d. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu mencerminkan
nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan
keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang
19
menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital untuk
mempertahankan keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan pelanggan dalam mengevaluasi kualitas
pelayan (Berry dan Pasuraman dalam Zulian Zamit, 2010:11), yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan
sarana komunikasi;
b. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera
dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan;
c. Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk memberikan pelayanan dengan
tanggap;
d. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya;
e. Empatya, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan
perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan dan bahkan melampaui harapannya. Manajemen mutu harus
dilaksanakan secara terintegrasi, dengan melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk
senantiasa melakukan perbaikan mutu agar dapat memuaskan pelanggan.
Bill Creech (dalam LAN, 2015) memperkenalkan lima pilar dalam manajemen mutu
terpadu yaitu produk, proses, organisasi, pemimpin dan komitmen. Kelima pilar tersebut
memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang tinggi, sehingga target mutu dapat diwujudkan
bahkan dapat terus ditingkatkan secara berkelanjutan. Target utama kinerja aparatur yang
berbasis komitmen mutu adalah mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan.
Mutu kerja aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dewasa ini masih
banyak yang tidak mengindahkan peraturan perundang-undangan.
20
a. Jujur
b. Peduli
c. Mandiri
d. Disiplin
e. Tanggung Jawab
f. Kerja Keras
g. Sederhana
h. Berani
i. Adil
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan selalu ingat
akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan selalu ingat bahwa seluruh
ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan sehingga dapat menjadi benteng
kuat untuk anti korupsi. Tanggung jawab spiritual yang baik akan menghasilkan niat yang baik
dan mendorong untuk memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki semangat untuk
melakukan proses atau usaha terbaik dan mendapatkan hasil terbaik agar dapat
dipertanggungjawabkan secara publik.
21
transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa masyarakat maupun jaminan
obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan
pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya. Pasca recruitment,
dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus mencerminkan prinsip merit yang
sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang obyektif dan adil
bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan penghargaan
dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana
kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.
Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan
perlindungan. Sedangkan Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan;
penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian
penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Untuk
menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN
diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan
terintegrasi antar Instansi Pemerintah. Untuk menjamin keterpaduan dan akurasi data dalam
Sistem Informasi ASN, setiap Instansi Pemerintah wajib memutakhirkan data secara berkala
dan menyampaikannya kepada BKN.
22
adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk
sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat
dilakukan lebih mudah.
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus yang bertugas dalam mengkoordinasikan sektor
atau kementrian adalah salah satu cara melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini
biasanya diberikan status lembaga stingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan
kelembagaan yang dikoordinasikan.
c. Membangun gugus tugas, yakni bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar
struktur formal, yang setidaknya tidak permanen. Pembentukan gugus tugas biasanya
menjadi salah satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut
sementara dari lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam proses koordinasi.
d. Koalisi sosial, yakni bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor atau
lembaga,tanpa perlu mebentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi.
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh sektor yang
terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenail dapat didekati oleh
pendekatan WoG sebagai berikut:
a. Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang menghasilkan
berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga masyarakat. Dokumen yang
dihasilkan bisa meliputi KTP, status kewarganegaraan, status usaha, surat kepemilikan,
atau penguasaan atas barang, termasuk dokumen-dokumen resmi seperti SIUP, izin
trayek, izin usaha, akta, sertifikat tanah dan lain-lain;
b. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagkerjaan,
perhubungan dan lain-lain.
c. Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan
warga masyarakat, seperti jalan, jembatan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan lain-lain.
23
Prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima adalah:
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif
e. Mudah dan murah
f. Efektif dan efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan
Prinsip-prinsip pelayan prima antara lain:
a. Responsif terhadap pelanggan/ memahami pelanggan.
b. Membangun visi dan misi pelayanan.
c. Menetapkan standar pelayanan dan ukuran kinerja pelayanan, sebagai dasar pemberian
pelayanan.
d. Pemberian pelatihan dan pengembangan pegawai terkait bagaimana memberikan
pelayanan yang baik, serta pemahaman tugas dan fungsi organisasi.
e. Memberikan apresiasi kepada pegawai yang telah melaksanakan tugas pelayanannya
dengan baik.
24