PENGANGGARAN PERUSAHAAN
Anggaran Perusahaan - 1
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmaanirrahim
Modul ini disusun dengan maksud untuk membantu mahasiswa dalam
melengkapi catatan kuliah, sehingga memudahkan dalam memecahkan persoalan
dalam penganggaran perusahaan. Penganggaran tidak hanya diperlukan untuk
perusahaan saja, tetapi juga organisasi nirlaba seperti pemerintah, pengurus
masjid, perkumpulan para pengusaha, dan lain – lain.
Materi yang dibahas dalam buku ini meliputi konsep dasar budgeting,
forecasting penjualan, anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran bahan
baku, anggaran tenaga kerja, dan anggaran biaya overhead pabrik, biaya variabel,
anggaran kas, anggaran piutang, dan anggaran komprehensif.
Meskipun telah berusaha untuk mengurangi kesalahan, penulis menyadari
bahwa modul ini masih memiliki banyak kelemahan sebagai kekurangannya.
Karena itu penulis, berharap masukan dan kritikan dari pengguna untuk
menjadikan modul ini menuju kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap agar
modul ini dapat membawa manfaat kepada pembaca dan pengguna. Secara
khusus, penulis berharap semoga modul ini menjadikan generasi muda
bermartabat, mandiri dan dapat menambah wawasan serta dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Aamiin.
Penulis
Anggaran Perusahaan - 2
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
DAFTAR ISI
Anggaran Perusahaan - 3
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB I
KONSEP DASAR BUDGETING
Anggaran Perusahaan - 4
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
pelaksanaannya, perusahaan-perusahaan ini tinggal berpegangan pada semua
rencana yang telah disusun sebelumnya.
Di mana, bagaimana, mengapa, kapan, adalah pertanyaan-pertanyaan
yang selalu mereka kembangkan dalam kegiatan sehari-hari. Apabila pada
suatu kesempatan hal ini ditanyakan kepada seorang General Manager yang
sukses, maka sering didapatkan jawaban bahwa ide-ide untuk kegiatan pada
waktu mendatang pada umumnya didasarkan pada jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan diatas. Dalam perusahaan-perusahaan manufaktur (pabrik) kegiatan
akan dilakukan dengan lebih efisien dan tingkat keuntungan akan lebih besar
apabila management memperhatikan rencana untuk aktivitas-aktivitasnya di
masa depan. Karena itu Heckerts dan Wilson mengatakan bahwa manfaat
utama daripada business budgeting adalah dapat ditentukannya kegiatan-
kegiatan yang paling profitable yang akan dilakukan.
Sedangkan manfaat lain adalah membantu manajer dalam mengelola
perusahaan. Manajer harus mengambil keputusan-keputusan yang paling
menguntungkan perusahaan, seperti memilih barang-barang atau jasa yang
akan diproduksi dan dijual, memilih/menseleksi langganan, menentukan
tingkat harga, metode-metode produksi, metode-metode distribusi, termin
penjualan.
Budgeting mempunyai manfaat yang pada dasarnya sama, yakni dalam
hal perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
a. Dalam bidang perencanaan
1) Mendasarkan kegiatan-kegiatan pada penyelidikan-penyelidikan studi
dan penelitian-penelitian. Budget bermanfaat untuk membantu manajer
meneliti, mempelari masalah-masalah yang berhubungan dengan
kegiatan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sebelum merencanakan
kegiatan, manajer mengadakan penelitian dan pengamatan-pengamatan
terlebih dahulu. Kebiasaan membuat rencana-rencana akan
menguntungkan semua kegiatan. Terutama kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan kebutuhan financial, tingkat persediaan, fasilitas-
Anggaran Perusahaan - 5
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
fasilitas produksi, pembelian, pengiklanan, penjualan, sales promotion,
pengembangan produk, expansi dan lain-lain.
2) Mengerahkan seluruh tenaga dalam perusahaan dalam menentukan
arah/kegiatan yang paling menguntungkan. Budget yang disusun untuk
waktu panjang, akan sangat membantu dalam mengerahkan secara tepat
tenaga-tenaga kepala bagian, salesman, kepala cabang dan semua tenaga
operasional.
3) Untuk membantu atau menunjang kebijaksanaan-kebijaksanaan
perusahaan.
4) Menentukan tujuan-tujuan perusahaan. Manajemen yang dapat
menentukan tujuannya secara jelas dan logis (dapat dilaksanakan) adalah
manajemen yang akan berhasil. Penentuan tujuan ini dibatasi oleh
beberapa faktor. Budget dapat membantu manajemen dalam memilih :
mana tujuan yang dapat dilaksanakan dan mana yang tidak.
5) Membantu menstabilkan kesempatan kerja yang tersedia. Seorang
majikan yang baik tidak akan pernah mengabaikan atau tidak
mempedulikan kesejahteraan pegawainya. Perencanaan kebutuhan tenaga
kerja yang baik akan mengakibatkan dapat dihindarkannya kelebihan dan
kekurangan tenaga kerja. Tanpa rencana tentang kebutuhan tenaga kerja,
mengakibatkan terpaksa diberhentikannya sebagian buruh yang
berlebihan. Bila terus menerus berlangsung hal ini akan mengakibatkan
tidak stabilnya tingkat employment.
6) Menghindarkan pemakaian alat-alat fisik secara lebih efektif. Dengan
disusunnya perencanaan yang terperinci, dapat dihindarkan biaya-biaya
yang timbul karena kapasitas yang berlebihan. Pemakaian alat-alat fisik
yang efektif dan ekonomis akan membantu/menyokong tujuan akhir
perusahaan yaitu keuntungan yang maksimum.
b. Dalam bidang koordinasi
1) Membantu mengkoordinasikan faktor manusia dengan perusahaan.
Dalam beberapa situasi mungkin faktor hubungan manusia dengan
perusahaan ini adalah yang terpenting. Seringkali terjadi kasus di mana
Anggaran Perusahaan - 6
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
manajer tidak tahu apa yang akan dilakukannya di tahun-tahun
mendatang. Akibatnya kadang-kadang manajer frustasi dan merasa
makin lama semakin tidak mampu mengatasinya. Penyusunan rencana
yang terperinci (berupa budget) membantu manajer mengatasi masalah
itu, sehingga ia kembali merasa adanya hubungan antara kemampuannya
dengan perusahaan yang dipimpinnya.
2) Menghubungkan aktivitas perusahaan dengan trend dalam dunia usaha.
Dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan tampak bahwa trend
keuntungan yang didapat oleh perusahaan tergantung juga kepada
keadaan dunia usaha pada umumnya. Karena itu dengan disusunnya
budget, dapat dinilai apakah rencana tersebut sesuai dengan keadaan
dunia usaha yang akan dihadapi.
3) Menempatkan penggunaan modal pada saluran-saluran yang
menguntungkan, dalam arti seimbang dengan program-program
perusahaan. Sebelum membelanjakan uangnya, perusahaan harus
mempelajari terlebih dahulu saluran-saluran mana yang paling
menguntungkan atau yang paling sesuai dengan program perusahaan.
Sebagian dana digunakan untuk peralatan dan persediaan barang,
sedangkan bagian yang lain dipergunakan untuk promosi dan biaya
penjualan lain. Kedua bagian tersebut harus seimbang . Tanpa
perencanaan yang baik mungkin saja terjadi persediaan barang terlalu
jauh di atas kemampuan penjualan atau produksi.
4) Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dalam organisasi. Setelah
rencana yang baik disusun dan kemudian dijalankan. Kelemahan-
kelemahan dapat dilihat untuk kemudian diperbaiki.
c. Dalam bidang pengawasan
1) Untuk mengawasi kegiatan-kegiatan dan pengeluaran-pengeluaran.
Tujuan utama dari perencanaan adalah memilih kegiatan yang paling
menguntungkan. Kegiatan tersebut tidak hanya direncanakan saja, tetapi
di dalam pelaksanaannya harus diadakan pengawasan agar betul-betul
seperti yang direncanakan. Beberapa kegiatan dan pengeluaran sangat
Anggaran Perusahaan - 7
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
perlu diawasi. Misalnya : kegiatan promosi penjualan, kadang-kadang
mengeluarkan terlalu banyak biaya tanpa menghasilkan kenaikan
penjualan yang sepadan. Atau kegiatan produksi yang terlalu jauh
menyimpang dari rencana sehingga harga pokok per unit produk
demikian tinggi.
2) Untuk pencegahan secara umum pemborosan-pemborosan, sebetulnya ini
adalah tujuan yang paling umum daripada penyusunan budget. Kontrol
terhadap pelaksanaan diharapkan dapat mengurangi pemborosan-
pemborosan.
Dengan melihat uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat
penyusunan anggaran adalah :
a. Adanya perencanaan terpadu. Anggaran perusahaan dapat digunakan
sebagai alat untuk merumuskan rencana perusahaan dan untuk menjalankan
pengendalian terhadap berbagai kegiatan perusahaan secara menyeluruh.
Dengan demikian, anggaran merupakan suatu alat manajemen yang dapat
digunakan baik untuk keperluan perencanaan maupun pengendalian.
b. Sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan perusahaan. Anggaran dapat
memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen puncak maupun
manajemen menengah. Anggaran yang disusun dengan baik akan membuat
bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki pemahaman yang baik
tentang operasi perusahaan dan bawahan akan mendapatkan pedoman yang
jelas dalam melaksanakan tugasnya. Disamping itu, penyusunan anggaran
memungkinkan perusahaan untuk mengantisipasi perubahan dalam
lingkungan dan melakukan penyesuaian sehingga kinerja perusahaan dapat
lebih baik.
c. Sebagai alat pengkoordinasian kerja. Penganggaran dapat memperbaiki
koordinasi kerja intern perusahaan. Sistem anggaran memberikan ilustrasi
operasi perusahaan secara keseluruhan. oleh karenanya system anggaran
memungkinkan para manajer divisi untuk melihat hubungan antarbagian
(divisi)
Anggaran Perusahaan - 8
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
d. Sebagai alat pengawasan kerja. Anggaran memerlukan serangkaian standar
prestasi atau target yang bisa dibandingkan dengan realisasinya sehingga
pelaksanaan setiap aktivitas dapat dinilai kinerjanya. Dalam menentukan
standar acuan, diperlukan pemahaman yang realistis dan analisis yang
saksama terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
Penentuan standar yang sembarangan tanpa didasari oleh pengetahuan dapat
menimbulkan lebih banyak masalah daripada manfaat. Hal ini mengingat
standar dalam anggaran yang ditetapkan secara sembarangan tersebut
mungkin merupakan target yang mustahil untuk dicapai karena terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Standar yang ditetapkan terlalu tinggi akan
menimbulkan frustasi atau ketidakpuasan. sebaliknya penetapan standar
yang terlalu rendah akan menjadikan biaya menjadi tidak terkendalikan,
menurunkan laba dan semangat kerja.
e. Sebagai alat evaluasi kegiatan perusahaan. Anggaran yang disusun dengan
baik menerapkan standar yang relevan akan memberikan pedoman bagi
perbaikan operasi perusahaan dalam menentukan langkah-langkah yang
harus ditempuh agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan cara yang baik,
artinya menggunakan sumber-sumber daya perusahaan yang dianggap
paling menguntungkan. Terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi
dalam operasionalnya perlu dilakukan evaluasi yang dapat menjadi masukan
berharga bagi penyusunan anggaran selanjutnya.
3. Tujuan Anggaran
Adapun tujuan penyusunan anggaran adalah :
a. Untuk menyatakan harapan/sasaran perusahaan secara jelas dan formal,
sehingga bisa menghindari kerancuan dan memberikan arah terhadap apa
yang hendak dicapai manajemen.
b. Untuk mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak
terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung, dan dilaksanakan.
c. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan maksud
mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi
individu dan kelompok dalam upaya mencapai tujuan perusahaan.
Anggaran Perusahaan - 9
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
d. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh dalam rangka
memaksimalkan sumber daya.
e. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu
dan kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu-tidaknya
tindakan koreksi.
Anggaran Perusahaan - 10
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
mengalami kesulitan di bidang ini. Alasan lain yang sering tidak diakui yakni
karena memang tidak memiliki kemampuan (teknis dan pembiayaan) untuk
menyusun anggaran komprehensif.
2. Jenis Anggaran Perusahaan Berdasar Fleksibilitas
Berdasarkan fleksibilitasnya, anggaran dapat dikelompokkan menjadi
dua macam yaitu anggaran tetap (fixed budget) dan anggaran kontinyu
(Continuous budget). Fixed budget adalah budget yang disusun untuk periode
waktu tertentu di mana volumenya sudah tersebut direncanakan revenue, cost
dan expenses.
Dalam fixed budget tidak diadakan reviewing secara periodik.
Penyusunan budget dengan cara ini sangat jarang dilaksanakan oleh
perusahaan-perusahaan. Cara ini baru mungkin dipakai apabila asumsi dasar
yang dipakai oleh perusahaan dalam penyusunan anggaran tidak berubah sama
sekali. Padahal dalam kenyataannya, asumsi dasar tersebut selalu harus diubah,
karena harus selalu disesuaikan dengan perubahan-perubahan lingkungan yang
ada.
Penyusunan budget dengan cara continuos budget mempunyai
karakteristik-karakteristik diantaranya :
a. Penyusunannya menurut periode tertentu, volume tertentu, dan
berdasarkan volume tersebut disusun rencana revenue, cost dan expenses.
b. Untuk mengetahui apakah asumsi-asumsi dasar masih dapat dipakai atau
tidak, maka secara periodik dilakukan penilaian kembali. Tentu saja bila
sudah tidak reliable, maka asumsi harus dirubah. penilaian kembali, dalam
pelaksanaannya dapat dilakukan setiap kwartal. apabila dalam satu kwartal
tertentu ternyata telah terjadi ketidak sesuaian, maka perlu dibuat anggaran
baru untuk kwartal berikutnya. penilaian kembali dapat juga dilakukan
enam bulan sekali, tergantung dari kebijaksanaan masing-masing
perusahaan. Perusahaan yang merasakan sering terjadinya perubahan
lingkungan , merasa perlu untuk mengadakan penilaian kembali relatif lebih
sering, upamanya setiap kwartal. Sedangkan perusahaan yang merasa jarang
menghadapi perubahan-perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi
Anggaran Perusahaan - 11
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
kegiatannya, menganggap bahwa enam bulan sekali adalah jangka waktu
paling tepat untuk mengadakan penilaian kembali.
c. Ditambahkan anggaran untuk satu triwulan pada periode anggaran
berikutnya dengan menggunakan data-data yang paling akhir dimiliki.
Pemanfaatan budget continuous memiliki syarat sebagai berikut :
a. Memerlukan perekaman data ekstern secara terus menerus. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui adanya perubahan lingkungan.
b. Memerlukan sistem dan personalia akuntansi yang cepat dapat merekam,
menganalisa serta melaporkan adanya penyimpangan-penyimpangan dalam
realisasi.
Anggaran Perusahaan - 12
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
perlu mengamati perubahan lingkungan yang terus menerus terjadi agar
dapat melakukan penyesuaian bilamana diperlukan.
c. Kontinyu. Artinya membutuhkan perhatian terus-menerus dan tidak
merupakan suatu usaha yang insidentil.
Anggaran Perusahaan - 13
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Hal ini berarti diperlukan pemikiran untuk penyesuaian. Kemungkinan ini
menghendaki agar anggaran disesuaikan secara berkesinambungan dengan
kondisi yang berubah-ubah agar data dan informasi yang diperoleh akurat.
3. Karena penyusunan anggaran melibatkan banyak pihak, maka secara
potensial dapat menimbulkan persoalan-persoalan hubungan kerja yang
dapat menghambat proses pelaksanaan anggaran.
4. Penganggaran tidak dapat terlepas dari penilaian subyektif pembuat
kebijakan terutama pada saat data dan informasi tidak lengkap /cukup.
Anggaran Perusahaan - 14
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB II
PERAMALAN PENJUALAN
(SALES FORECASTING)
Anggaran Perusahaan - 15
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
demikian, peramalan sangat penting di lakukan oleh si “pengusaha” untuk
menjalankan semua perencanaan di dalam perusahaannya.
Hasil dari suatu peramalan penjualan lebih merupakan pernyataan atau
penilaian yang dikuantifisir terhadap kondisi masa depan mengenai penjualan
sebagai proyeksi teknis dari permintaan konsumen potensial untuk jangka waktu
tertentu. Meskipun demikian hasil perkiraan yang diperoleh mungkin saja tidak
sama dengan rencana.
Pada umumnya hasil dari suatu peramalan penjualan akan dikonversikan
menjadi rencana penjualan dengan memperhitungkan berbagai hal berikut :
1. Pendapat manajemen
2. Strategi-strategi yang direncanakan
3. Keterkaitan dengan sumber daya
4. Ketetapan manajemen dalam usaha mencapai sasaran penjualan
Dengan adanya peramalan penjualan produk di suatu perusahaan, maka
manajemen perusahaan tersebut akan dapat melangkah kedepan dengan lebih
pasti. Atas dasar peramalan penjualan yang disusun ini manajemen perusahaan
akan dapat memperoleh gambaran tentang keadaan masa depan perusahaan.
Gambaran keadaan penjualan pada waktu yang akan datang ini sangat penting
bagi manajemen perusahaan, karena kebijakan perusahaan akan sangat
dipengaruhi oleh besarnya penjualan produk perusahaan tersebut.
Dalam menjalankan usahanya perusahaan biasanya melakukan 2
pendekatan, yakni :
1. Speculative Approach (pendekatan spekulasi )
Di mana perusahaan tidak memperhitungkan resiko yang diakibatkan oleh
ketidakpastian dari faktor intern dan ekstern.
2. Calculated Risk Approach (pendekatan penghitungan risiko)
Di mana perusahaan secara aktif melakukan estimasi terhadap resiko yang
diakibatkan oleh ketidakpastian dari faktor ekstern dan intern.
a. Faktor internal (faktor yang dapat di kuasai), seperti misalnya:
1) Kualitas dan kegunaan produk yang terdiri dari :
a) Bagaimana produk di pakai,
Anggaran Perusahaan - 16
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
b) mengapa orang membeli produk tersebut,
c) penggunaan potensial produk,
d) perubahan yang dapat menaikan kegunaan produk.
2) Ongkos produksi dan distribusi produk.
a) Proses pembentukan produk,
b) Teknologi yang di pakai,
c) Bahan mentah yang di pakai,
d) Kapasitas produksi.
3) Kecakapan manajemen (management skill) yang terdiri atas :
a) Penghayatan persoalan yang di hadapi,
b) kemampuan melihat reaksi pesaing.
c) Kemampuan melakukan forecast
b. Faktor eksternal (faktor yang tidak dapat di kuasai). Seperti misalnya:
1) Kecakapan management pesaing.
2) Volume kegiatan perekonomian yang di tentukan oleh : Konsumen,
manager lain (produsen lain), peraturan, keadaan politik kondisi
lingkungan, kehidupan organisasi ekonomi.
3) Barang substitusi
4) Selera masyarakat
5) Faktor lain seperti : konflik politik, iklim dan perubahan pemakaian
produk, banyak perusahaan yang keluar masuk dalam produk.
Peramalan penjualan merupakan pendekatan yang berbasis dengan
memperhitungkan risiko yang mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang.
Peramalan penjualan merupakan pusat dari seluruh perencanaan perusahaan
yang menggambarkan potensi penjualan serta luas pasar yang akan dikuasai di
masa yang akan datang.
ANALISIS
Anggaran Perusahaan - 17
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Gambar 1
Peramalan Penjualan
Anggaran Perusahaan - 18
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
E. Efektivitas Peramalan
Efektivitas sistem peramalan dalam membantu organisasi dapat dievaluasi
berdasarkan lima kriteria berikut :
1. Accuracy. Ini merupakan aspek terpenting dari forecast, karena perbedaan
antara aktual dan forecast berarti biaya. Lebih jauh, forecast error dapat
menjadi sumber terjadinya kesulitan-kesulitan yang serius, misalnya bila
forecast lebih besar dari aktual maka akan terjadi kapasitas menganggur dan
surplus persediaan, dan bila forecast lebih kecil dari aktual maka dapat terjadi
stockout atau opportunity loss.
2. Stability vs Responsiveness. Artinya forecast harus mampu mengkover
kompleksitas dan ketidakpastian lingkungan baik yang disebabkan oleh long
term growth trend maupun seasonal influences.
3. Objectivity. Kadang-kadang kondisi yang diramalkan tidak dapat atau
tidak ada kaitannya dengan data historis yang digunakan dalam forecasting.
Bila demikian maka pertama, data tetap diolah secara obyektif apa adanya,
kedua baru kemudian hasil forecasting pada pengolahan data secara obyektif
disesuaikan dengan memperhitungkan perkembangan terakhir situasi dan
kondisi.
4. Timing. Agar sistem forecasting dapat efektif, maka forecast harus tersedia
tepat waktu.
5. Benefit to Cost Ratio. Merupakan perbandingan antara manfaat yang
berupa perbaikan kualitas keputusan sehubungan dengan adanya sistem
peramalan yang diukur dengan cost saving dan biaya untuk membangun dan
memelihara sistem peramalan. Rasio yang dapat dijadikan sebagai kriteria
tunggal bagi perlu tidaknya sistem forecasting dalam perusahaan.
F. Metode Peramalan
Berikut beberapa metode peramalan yang dapat digunakan untuk
kepentingan peramalan penjualan:
1. Metode Peramalan Kualitatif
Anggaran Perusahaan - 19
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Forecast berdasarkan pendapat (judgement method). Di gunakan untuk
menyusun forecast penjualan maupun forecast kondisi bisnis pada umumnya.
Pendapat-pendapat yang di pakai sebagai dasar melakukan forecast adalah :
a. Pendapat Salesman
Salesman di minta untuk mengukur apakah ada kemajuan atau
kemunduran segala hal yang berhubungan dengan tingkat penjualan pada
daerahnya masing-masing.
b. Pendapat Sales Manajer
Pada umumnya estimasi kepala bagian penjualan dapat lebih obyektif
karena mempertimbangkan banyak faktor. Ini juga di sebabkan
pendidikannya yang relatif lebih tinggi dan pengalamannya yang lebih luas
di bidang penjualan.
c. Pendapat Para Ahli
Kadang-kadang estimasi yang di lakukan oleh para salesman dan sales
manager ada pertentangannya. Sehingga perusahaan perlu memperkerjakan
para konsultan di dalam perusahaannya.
d. Survey Konsumen
Dan jika pendapat dari ketiga bagian di atas itu sangat kurang maka
perusahaan perlu meminta pendapat dari konsumen. Dengan cara
melakukan survei atau penelitian kepada konsumen.
2. Model Kuantitatif (statistik/Statistic Method)
Peramalan menghendaki perpaduan antara analisis ilmiah kuantitatif
dengan menggunakan statistik sebagai alat primer dalam membuat peramalan.
Berikut ini beberapa metode peramalan dengan menggunakan pendekatan
statistik:
a. Trend bebas
b. Trend setengah rata-rata / semi average
c. Trend Matematis
Metode Moment
Metode Least Square
Metode Regresi
Anggaran Perusahaan - 20
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
3. Model Khusus
Metode khusus ini adalah cara khusus untuk meramalkan penjualan
dengan menggunakan analisis market share, analisis product line, dan analisis
pengguna akhir.
Model kuantitatif (statistik) dalam realita penggunaan secara keseluruhan
masih kurang dapat di percaya hasilnya, sebab banyak hal yang tidak dapat di
ukur secara kuantitatif seperti :
a. Perkembangan politik
b. Struktur masyarakat
c. Perubahan secara konsumen
Anggaran Perusahaan - 21
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
dengan cara ini sangat subyektif dan kurang memenuhi syarat ilmiah, sehingga
jarang digunakan.
Pada dasarnya semua metode trend menggunakan prinsip yang sama yaitu
berusaha mengganti atau mengubah garis patah-patah dalam grafik yang dibentuk
oleh data historis, menjadi garis yang lebih teratur bentuknya, misal bentuk garis
lurus, bentuk garis lekung, dll. Dengan pengubahan atu penggantian menjadi garis
yang lebih teratur bentuknya ini, maka akan dapat diketahui kelanjutan garis
tersebut pada waktu-waktu yang akan datang, yaitu dengan cara melanjutkan atau
memperpanjang garis yang bersangkutan sesuai dengan irama keteraturan itu.
Dengan demikian taksiran untuk waktu-waktu yang akan datang dapat diketahui.
Contoh penerapan garis trend secara bebas :
PT. Ayah Bunda yang bergerak dalam bisnis makanan anak, memiliki data
penjualan tahunan sebagaimana tertera pada table di bawah ini :
Tabel 1 : Penjualan Makanan Anak PT. Ayah Bunda Thn 2013-2017
Tahun Penjualan
2013 140
2014 148
2015 157
2016 160
2017 169
Terhadap data penjualan PT. Ayah Bunda tersebut dapat dibuat forecast
penjualan untuk tahun 2018 dan seterusnya dengan menggunakan beberapa
metode yang disebutkan sebelumnya.
Selanjutnya diminta untuk meramalkan penjualan tahun 2018 dengan
menggunakan metode peramalan Trend Bebas. Untuk itu, langkah pertama adalah
memplotkan seluruh data ke grafik sumbu kartesius dimana sumbu vertikal
mewakili penjualan dan sumbu horisontal mewakili tahun.
Setelah data diplotkan ke grafik sumbu kartesius, kemudian dibuat garis trend
bebas yang sekiranya mewakili keseluruan titik-titik hasil plotting data
sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.
Anggaran Perusahaan - 22
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2013 2014 2015 2016 2017
2017
I. Peramalan Penjualan dengan Metode Moment
Metode trend moment merupakan analisis yang dapat digunakan untuk
keperluan peramalan dengan membentuk persamaan Y=a+b (X) sebagaimana
telah diulas pada metode trend semi average. Dalam penerapannya metode ini
tidak mensyaratkan jumlah data harus genap. Perbedaan dengan metode trend
semi average terletak pada pemberian skor X. Pada metode Moment skor X
dimulai dari dimulai dari 0,1,2, dst.
Anggaran Perusahaan - 23
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Tahun (X) Penjualan (Y)
2012 140
2013 148
2014 157
2015 157
2016 160
2017 169
931 = 6a + 77,57
Anggaran Perusahaan - 24
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
931 -77,57 = 6a
853,43 = 6a
142,24 = a
Y = 142,24 + 5,17x
Forecast penjualan tahun 2018
Y = 142,24 + 5,17 (6) = 173,26
Anggaran Perusahaan - 25
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2017 169
Y XY
a b
n X2
774 70
a 154,8 b 7
5 10
Anggaran Perusahaan - 26
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Penggunaan metode ini didasarkan kepada variabel yang ada dan yang akan
mempengaruhi hasil peramalan. Hal-hal yang perlu diketahui sebelum melakukan
peramalan dengan metode regresi adalah mengetahui terlebih dahulu kondisi-
kondisi seperti :
1. Adanya informasi masa lalu
2. Informasi yang ada dapat dibuatkan dalam bentuk data (dikuantifikasikan)
3. Diasumsikan bahwa pola data yang ada dari data masa lalu akan
berkelanjutan dimasa yang akan datang.
Adapun data- data yang ada dilapangan adalah
1. Musiman (Seasonal)
2. Horizontal (Stationary)
3. Siklus (Cylikal)
4. Trend
Ada dua pendekatan untuk melakukan peramalan dengan menggunakan analisis
deret waktu dengan metode regresi sederhana yaitu :
1. Analisis deret waktu untuk regresi sederhana linier
2. Analisis deret waktu untuk regresi sederhana yang non linier
Anggaran Perusahaan - 27
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Penjualan PT ABC. Bila X menunjukkan biaya iklan (dlm jutaan) dan y
menunjukkan jumlah penjualan (dlm unit) ilustrasi terhadap metode ini
ditunjukkan sebagai berikut :
510.507 67 774
rx , y
5 935 67 5120.314 774
2 2
Anggaran Perusahaan - 28
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
677
rx , y 0,99
186 2.494
Contoh :
Penjualan perusahaan dan total penjualan industry selama 5 tahun
terakhir sbb:
Tabel 7 : Penjualan Perusahaan dan Industri Tahun 2013 – 2017
Tahun Penjualan Penjualan
Perusahaan (unit) Industri (unit)
2013 1.500 7.500
2014 2.116 9.200
2015 2.500 10.000
2016 3.240 12.000
2017 4.500 15.000
Anggaran Perusahaan - 29
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2016 12.000 1 12.000 1
2017 15.000 2 30.000 4
53.700 - 17.800 10
y
a = 53.700 / 5 = 10.740
x
xy
b = 17.800 / 10 = 1.780
x2
Persamaan tren Y= 10.740 + 1.780 X
a. Penjualan industry pada tahun 2018 (X=3)
Y= 10.740 + 1.780 (3) = 16.080
b. Menghitung market share tahun 2013– 2017
1500
Market share 2013 x 100% 20%
7.500
2.116
Market share 2014 x 100% 23%
9.200
2.500
Market share 2015 x 100% 25%
10.000
3.240
Market share 2016 x 100% 27%
12.000
4.500
Market share 2017 x 100% 30%
15.000
Dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 market share terus mengalami
kenaikan, berarti posisi perusahaan dalam persaingan semakin kuat.
c. Proyeksi market share tahun 2018
Karena market share 5 tahun terakhir mengalami kenaikan maka proyeksi
market share tahun 2018 juga ditentukan dengan trend.
Tabel 9 : Proyeksi Penjualan industri
Tahun Y X XY X2
2013 20 -2 -40 4
2014 23 -1 -23 1
2015 25 0 0 0
2016 27 1 27 1
Anggaran Perusahaan - 30
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2017 30 2 60 4
125 - 24 10
y 125
a a 25
x 5
xy 24
b b 2,4
x 2
10
Persamaan tren Y= 25 + 2,4 X
Penjualan industry pada tahun 2018 (X=3)
Y= 25 + 2,4 (3)
= 32,2%
Kemudian forecast penjualan tahun 2018 akan ditentukan berdasarkan
proyeksi penjualan industry dan proyeksi market share tahun 2018
sebagaimana telah dihitung sebelumnya.
Market share (MS) = penjualan perusahaan / penjualan industri
Penjualan Perusahaan = MS x Penjualan Industri
= 32,2% x 16.080 unit
= 5.178 unit
2. Analisis Product Line
Bila perusahaan menghasilkan lebih dari satu jenis produk yang berbeda
(minuman dan pakaian), maka masing-masing produk harus dibuat forecast
secara terpisah.
3. Analisis Pengguna Akhir
Analisis ini biasanya dipakai oleh perusahaan yang memproduksi barang-
barang yang tidak langsung dapat dikonsumsi (mis: benang tenun) Menghitung
konsumsi dilakukan dengan formula sbb:
Konsumsi = produksi DN + import - eksport
Anggaran Perusahaan - 31
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Menurut metode ini garis lurus yang dibuat sebagai pengganti garis patah-
patah yang dibentuk dari data-data historis tersebut diperoleh dengan perhitungan-
perhitungan statistika dan matematika tertentu, sehingga unsur subyektifitas dapat
dihilangkan.
Metode trend semi average dapat digunakan untuk keperluan peramalan
dengan membentuk suatu persamaan seperti analisis regresi. Metode ini dapat
digunakan dengan jumlah data genap ataupun ganjil. Dalam analisis trend ini
unsur subyektifitas mulai dihapuskan karena teknik peramalannya sudah
menggunakan perhitungan-perhitungan Langkah Menggunakan Metode Trend
Semi Average. Berikut langkah-langkah dalam mengaplikasikan metode Trend
semi Average untuk peramalan:
1. Mengelompokkan data menjadi 2 kelompok :
a. Bila jumlah data genap langsung dibagi dua
b. Bila jumlah data gasal maka disesuaikan dengan salah satu cara berikut :
1) Mengeleminasi data tahun paling awal atau
2) Menambah data tahun tengah
2. Menetukan periode dasar dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Tahun tengah data kelompok I
b. Tahun tengah data kelompok II
3. Menentukan angka tahun berdasarkan periode dasar
4. Menetukan nilai Semi Total yakni Jumlah total penjualan masing-masing
kelompok
5. Menentukan Semi average tiap Kelompok data dengan cara Nilai Semi Total
dibagi jumlah data dalam kelompok
6. Menetukan nilai a dengan cara
a. Bila tahun dasar menggunakan tahun tengah kelompok I maka nilai a
adalah nilai Semi Average kelompok I
b. Bila tahun dasar menggunakan tahun tengah kelompok II, maka nilai a
adalah nilai Semi Average kelompok II
7. Menetukan nilai b Nilai b dengan cara
Anggaran Perusahaan - 32
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
a. Bila jumlah data kelompok adalah ganjil, maka nilai b ditentukan dengan
cara membagi selisih antara nilai Semi Average kelompok II dan I dengan
jarak tahun antara tahun tengah kelompok I dan II
b. Bila Jumlah data kelompok adalah genap maka nilai b ditentukan dengan
cara
1) Menghitung Nilai Antara dengan membagi selisih antara nilai Semi
Average kelompok II dan I dengan jumlah data dalam kelompok
2) Nilai b ditentukan dengan membagi Nilai Antara dengan Nilai
Tahunnya (selisih antar angka tahun)
8.. Membuat fungsi Trend
9. Meramalkan Penjualan Tahun tertentu dimana nilai X ditentukan
berdasarkan angka tahun untuk tahun yang hendak diramalkan.
Berikut ini contoh metode Semi Average Data Ganjil-Ganjil (Banyaknya
Keseluruhan Data Berjumlah Ganjil dan Banyaknya Data Dalam Kelompok Juga
Ganjil). Data penjulan PT "S". Dengan menggunakan data tersebut diminta untuk
membuat peramalan penjualan untuk tahun 2008 dengan menggunakan metode
Semi Average.
Tabel 10 : Data Penjualan PT “S” Tahun 2012-2016
Tahun (X) Penjualan (Y)
2012 120
2013 110
2014 128
2015 140
2016 160
2017 ?
Jumlah seluruh data di atas adalah 5 data (Ganjil). Oleh karena itu analisis data
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Mengelompokkan data menjadi 2 kelompok. Karena jumlah seluruh data
adalah Ganjil, maka sebelum membagi menjadi dua kelompok harus
disesuaikan dulu. Penyesuaian dapat dilakukan dang salah satu dari dua cara
yang ada. Misalnya diasumsikan disesuaikan dengan menduplikasi data yang
Anggaran Perusahaan - 33
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
terletak di tengah yaitu data tahun 2014, sehingga seluruh data menjadi
berjumlah 6 data (Genap). Selanjutnya baru dibagi menjadi dua kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 3 data (Ganjil).
2. Menentukan periode dasar. Misalnya diasumsikan periode dasar
menggunakan tahun tengah data tahun kelompok I, sehingga periode dasarnya
adalah tahun 2013.
3. Menentukan Angka Tahun. Karena periode dasar 2013 berangka tahun x =
0, maka angka tahun untuk tahun 2012 adalah -1 dan angka tahun untuk 2014,
2014', 2015, 2016 berturut-turut adalah 1, 2, 3, 4 dst.
4. Menentukan nilai Semi Total yakni Jumlah total penjualan masing-masing
kelompok. Untuk kelompok I, Nilai Semi Totalnya adalah 120 + 110 + 128 =
358. Dengan cara yang sama dihitung Nilai Semi Total untuk Kelompok II.
5. Menentukan Semi average tiap Kelompok data. Semi Average untuk
kelompok I adalah (semi total kelompok I dibagi jumlah data kelompok I
sehingga nilainya adalah 358/3=119,33. Dengan cara yang sama juga dihitung
Semi Average untuk Kelompok II.
2014 128 2 2
2015 140 3 428 142,67
2016 160 4
2017 5
2018 ? 6
Dari perhitungan tersebut di atas, ditentukanlah nilai a dan b sehingga diperoleh
fungsi persamaan untuk peramalan dengan cara sebagai berikut :
Anggaran Perusahaan - 34
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
1. Nilai a ditentukan berdasarkan nilai Semi Average untuk kelompok yang
tahun tengahnya digunakan sebagai periode dasar. Pada kasus ini periode dasar
menggunakan tahun tengah kelompok I, sehingga nilai a adalah sebesar nilai
Semi Average kelompok I yakni 119,33
2. Menentukan nilai b karena jumlah data dalam kelompok adalah ganjil
maka untuk menentukan nilai b dapat langsung dengan cara membagi selisih
antara nilai Semi Average kelompok II dan I dengan jumlah data dalam
kelompok sehingga hasilnya (142,67 - 119,33) / 3 = 7,78
3. Menentukan Fungsi Peramalan. Karena nilai a=142, 67 dan nilai b= 10,89,
maka fungsi peramalannya adalah Y= 119,33+ 7,78X
Perhitungan selengkapnya adalah sebagai berikut:
a = 119,33
Karena 1 tahun bernilai 1, maka nilai b dapat dihitung langsung sebagai berikut :
7,78
Anggaran Perusahaan - 35
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Tahun (X) Penjualan (Y)
2011 100
2012 120
2013 110
2014 128
2015 140
2016 160
2017 ?
2018 ?
Jumlah seluruh data di atas yakni 6 data (Genap). Oleh karena itu analisis
data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mengelompokkan data menjadi 2 kelompok. Karena jumlah data genap
langsung dibagi dua yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 data (Ganjil).
2. Menentukan periode dasar. Misalnya diasumsikan periode dasar
menggunakan tahun tengah data tahun kelompok II, sehingga periode dasarnya
adalah tahun 2015
3. Menentukan Angka Tahun. Karena periode dasar tahun 2001 berangka
tahun x = 0, maka angka tahun untuk tahun 2014, 2013, 2012, 2011 adalah -1,
-2, -3, -4 dan angka tahun untuk 2016, adalah 1 ..., dst.
4. Menentukan nilai Semi Total yakni Jumlah total penjualan masing-masing
kelompok. Untuk kelompok I, Nilai Semi Totalnya adalah 100 + 120 + 110 =
330. Dengan cara yang sama dihitung Nilai Semi Total untuk Kelompok II.
5. Menentukan Semi average tiap Kelompok data. Semi Average untuk
kelompok I adalah (semi total kelompok I dibagi jumlah data kelompok I
sehingga nilainya adalah 330/3=110. Dengan cara yang sama juga dihitung
Semi Average untuk Kelompok II.
Ringkasan Perhitungan disajikan pada tabel berikut:
X
Semi Semi
Tahun Penjualan Klp (angka
total average
tahun)
2011 100 1 -4
2012 120 -3 330 110
Anggaran Perusahaan - 36
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2013 110 -2
2014 128 2 -1
2015 140 0 428 142,67
2016 160 1
2017 2
2018 3
10,89
Anggaran Perusahaan - 37
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Ŷ = 142,67+ 10,89(3) = 175,33
Contoh Metode Trend Semi Average Data Genap-Genap (Banyaknya Data
Keseluruhan dan Banyaknya Data Dalam Kelompok Berjumlah Genap)
Berikut contoh metode Trend Semi Average Data Genap-Genap (Banyaknya
Data Keseluruhan dan Banyaknya Data Dalam Kelompok Berjumlah Genap).
Dengan menggunakan data penjualan di bawah ini diminta untuk membuat
peramalan penjualan untuk tahun 2007 dengan menggunakan metode Semi
Average.
Tabel 12 : Data Penjualan PT Y Tahun 2013 – 2016
Tahun (X) Penjualan (Y)
2013 145
2014 150
2015 165
2016 170
2017 ?
Jumlah seluruh data di atas yakni 4 data (Genap). Oleh karena itu analisis
data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Mengelompokkan data menjadi 2 kelompok. Karena jumlah data genap
langsung dibagi dua yang masing-masing kelompok terdiri dari 2 data (Genap).
2. Menentukan periode dasar. Misalnya diasumsikan periode dasar
menggunakan tahun tengah data tahun kelompok I sehingga periode dasar
terletak antara tahun 2013 dan tahun 2014.
3. Menentukan Angka Tahun. Karena periode dasar berangka tahun x = 0 dan
terletak antara tahun 2013 dan 2014, maka angka tahun untuk tahun 2013
adalah -1/2 dan angka tahun untuk 2004, 2005, 2006 berturut-turut adalah 1/2,
3/2, 5/2 dst. Untuk memudahkan perhitungan maka dikonversi ke bilangan
bulat dengan mengalikan dengan angka 2, sehingga angka tahun untuk 2013
menjadi -1 dan angka tahun 2014, 2015, 2016 dst brturut-turut menjadi 1, 3, 5
dst.
Anggaran Perusahaan - 38
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
4. Menentukan nilai Semi Total yakni Jumlah total penjualan masing-masing
kelompok. Untuk kelompok I, Nilai Semi Totalnya adalah 145 + 150 = 295.
Dengan cara yang sama dihitung Nilai Semi Total untuk Kelompok II.
5. Menentukan Semi average tiap Kelompok data. Semi Average untuk
kelompok I adalah (semi total kelompok I dibagi jumlah data kelompok I
sehingga nilainya adalah 295/2=147,5. Dengan cara yang sama juga dihitung
Semi Average untuk Kelompok II.
Ringkasan Perhitungan disajikan pada tabel berikut :
2015 II 165 3
335 167,5
2016 170 5
2017 ? 7
Dari perhitungan tersebut di atas, ditentukanlah nilai a dan b sehingga
diperoleh fungsi persamaan untuk peramalan dengan cara sebagai berikut::
1. Nilai a ditentukan berdasarkan nilai Semi Average untuk kelompok yang
tahun tengahnya digunakan sebagai periode dasar. Pada kasus ini periode dasar
menggunakan tahun tengah kelompok I, sehingga nilai a adalah sebesar nilai
Semi Average kelompok I yakni 147,5.
2. Menentukan nilai b Karena Jumlah data dalam kelompok adalah genap
maka untuk menentukan nilai b terlebih dulu menghitung Nilai Antara dengan
cara membagi selisih antara nilai Semi Average kelompok II dan I dengan
jumlah data dalam kelompok sehingga hasilnya (167,5 - 147,5) / 2 = 10.
Selanjutnya Nilai b ditentukan dengan membagi Nilai Antara dengan selisih
antar angka tahun, sehingga diperoleh nilai b sebesar (10/2) = 5
Anggaran Perusahaan - 39
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
3. Menentukan Fungsi Peramalan. Karena nilai a=147,5 dan nilai b= 5, maka
fungsi peramalannya adalah Y= 147,5 + 5X
Perhitungan selengkapnya adalah sebagai berikut:
a = 147,5
Karena 1 tahun bernilai 2, maka nilai b dapat dihitung dengan cara : menghitung
terlebih dahulu nilai antara yakni
10
selanjutnya nilai b dihitung dengan : membagi nilai antara dengan nilai tahun
Anggaran Perusahaan - 40
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB III
ANGGARAN PENJUALAN
Anggaran Perusahaan - 41
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
3. Anggaran penjualan yaitu biaya-biaya yang diperlukan untuk menjual
(komisi penjualan, gaji staff penjualan, pengiklanan, dan promosi penjualan)
dan untuk mendistribusikan barang kepada konsumen (biaya pemrosesan
pesanan, penanganan, penyimpanan, dan pengiriman).
Pada umumnya kemampuan yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk
menjual hasil produksinya adalah terbatas. Dengan demikian tidak ada perlunya
membeli material, menghasilkan barang / jasa, mencari modal atau membeli
mesin – mesin yang lebih besar dari kemampuan menjual. Sehingga dapat
dikatakan bahwa anggaran penjualan merupakan dasar dilakukannya aktivitas –
aktivitas yang lain, dan pada umumnya anggaran penjualan disusun paling dahulu
dari anggaran – anggaran lainnya.
Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh keuntungan. Keuntungan
akan diperoleh apabila perusahaan menjual barang / jasa dengan harga yang lebih
tinggi dari harga pokoknya. Masalah – masalah utama yang dihadapi pada saat
akan menjual suatu barang / jasa pada umumnya adalah :
1. Barang / jasa apa yang akan dijual.
2. Biaya – biaya yang perlu dikeluarkan agar barang / jasa tersebut dapat
terjual.
3. Berapa harga barang / jasa tersebut agar mendapatkan keuntungan bagi
perusahaan tetapi terjangkau oleh pembeli.
Masalah itu timbul karena perubahan faktor – faktor lingkungan yang
mempunyai pengaruh yang besar kepada perusahaan. Sebagai contoh sebuah
perusahaan menjual suatu barang dengan tingkat harga dan metode penjualan
tertentu. Beberapa waktu yang lalu tingkat harga dan metode penjualan tersebut
dapat mendatangkan keuntungan yang cukup besar bagi perusahaan. Akhir – akhir
ini dirasakan bahwa tingkat keuntungan semakin lama semakin menurun.
Seorang manager penjualan yang sensitif tidak akan membiarkan hal ini
berlarut – larut. Ia akan berusaha mencari sebab – sebabnya, menganalisa dan
kemudian menyusun rencana baru untuk periode berikutnya. Mungkin pada
periode yang akan datang dirubah tingkat harganya saja, tetapi mungkin pula
Anggaran Perusahaan - 42
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
dirubah cara – cara penjualan yang dilakukan selama ini. Pada masa dahulu
menjual dilakukan tanpa mempertimbangkan fakta – fakta yang ada.
Perusahaan umumnya terlalu antusias dalam menentukan target yang harus
dicapainya. Pertimbangan – pertimbangan tentang dimana, apa, kapan, bagaimana
dan kepada siapa seolah – olah diabaikan begitu saja. Pada masa sekarang
keadaannya sudah berbeda. Seorang manajer penjualan yang modern selalu
mengusahakan keseimbangan antara antusiasme dengan logika.
Anggaran Perusahaan - 43
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
suatu rencana anggaran komprehensif. Kemudian tahap berikutnya segera
dapat menyusun anggaran produksi untuk memenuhi jumlah barang jadi
yang harus segera diproduksikan untuk memenuhi target penjualan
b. Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi dan mengarahkan setiap
pelaksanaan divisi Pemasaran. Anggaran penjualan sebagai alat koordinasi
adalah untuk memantau tugas terhadap divisi produksi supaya jangan
kehabisan persediaan barang jadi dan sebaliknya anggaran produksi
memantau ke bagian pembelian, sehingga terdapat keserasian dalam
membentuk anggaran komprehensif.
c. Anggaran penjualan sebagai alat pengorganisasian. Anggaran penjualan
berarti penetapan target-target penjualan atas setiap anatomi organisasi
pemasaran yang dilakukan oleh para penjual, pengawas penjual, dan
manajer-manajer pemasaran. Pihak-pihak yang disebutkan tadi perlu
diorganisasikan sesuai dengan daerah-daerah pemasaran guna mencapai
target penjualan yang tertera pada anggaran penjualan.
d. Anggaran penjualan sebagai alat pengawasan bagi manajemen.
Keberhasilan suatu anggaran komprehensif dalam suatu perusahaan
tergantung pada keberhasilan anggaran penjualan. Sebaliknya dengan
tersusunnya anggaran penjualan secara terperinci memungkinkan
manajemen lebih mudah untuk menyusun anggaran lainnya adalah
berpedoman pada anggaran penjualan.
Anggaran Perusahaan - 44
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Pengaruh yang datangnya dari luar perusahaan. Pengaruh ini tidak dapat
diabaikan, bahkan perusahaan harus berusaha mengambil segi – segi positif
dari pengaruh ini dan memanfaatkannya. Pengaruh yang datang dari luar,
meliputi Karakteristik pasar yag dihadapi perusahaan, seperti :
a. Luasnya:
1) Apakah bersifat lokal
2) Apakah bersifat regional
3) Apakah bersifat nasional
b. Keadaan persaingan :
1) Apakah bersifat monopoli
2) Apakah bersifat persaingan bebas
c. Kemampuan pasar untuk menyerap barang
d. Keadaan / sifat konsumen:
1) Apakah konsumen akhir
2) Apakah konsumen industri
2. Faktor Internal
Faktor atau kekuatan yang datangnya dari dalam perusahaan sendiri,
misalnya :
a. Kemampuan finansial
1) Kemampuan membiayai penelitian pasar yang dilakukan.
2) Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan.
3) Kemampuan membeli bahan mentah untuk dapat memenuhi
target penjualan.
b. Keadaan personalia
1) Apakah jumlah buruh yang tersedia cukup, kurang atau berlebihan.
2) Apakah tenaga yang tersediamampu untuk melakukan tugas-tugas
agar target yang di tentukan tercapai.
c. Dimensi waktu
3. Faktor Kehendak
Kehendak dari pimpinan perusahaan tentang posisi yang ingin dimiliki
perusahaan di masa mendatang.
Anggaran Perusahaan - 45
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Hal ini perlu diperhatikan sebab apabila membuat rencana terlalu awal,
kemungkinan akan terjadi perubahan keadaan, juga perlu dipertimbangkan
sampai seberapa lama rencana yang di susun tersebut masih reliable.
Forecast penjualan, dapat dikatakan sebagai suatu teknik untuk
memproyeksikan tingkat permintaan konsumen potensial pada suatu tahun
tertentu, dengan berbagai asumsi yang tertentu pula. Forecast penjualan akan
berubah fungsinya menjadi salesplan, apabila manajemen memasukkan unsur
pertimbangan – pertimbangan subyektif, rencana, strategi dan lain – lain.
Forecast penjualan merupakan sesuatu yang dapat dipelajari. Sehingga
perusahaan dapat mendidik para stafnya untuk memperdalam masalah ini.
Perusahaan dapat melatih stafnya di bidang teknis, seperti penggunaan
trend penjualan, analisa korelasi, model – model matematika, dan teknik –
teknik operation research. Forecast penjualan merupakan suatu alat yang
penting, yang dapat mempengaruhi manajer dalam membuat perencanaan
penjualan.
Perencanaan penjualan adalah juga meliputi perencanaan advertensi dan
promosi, perencanaan biaya – biaya penjualan dan rencana pemasaran.
Rencana pemasaran inilah yang kemudian sering dianggap sama dengan
rencana penjualan, yakni mengkuantifisir penjualan dalam rupiah dan unit
untuk periode waktu yang tertentu.
Anggaran Perusahaan - 46
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
a. Anggaran promosi dan advertensi
b. Anggaran biaya-biaya penjualan
c. Rencana pemasaran
Anggaran Perusahaan - 47
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
4) Keadaan pemodalan
e. Menyusun forecast penjualan,
yaitu meramalkan jumlah penjualan yang diharapkan dengan anggapan
segala sesuatu berjalan seperti masa yang lalu (forecasted sales).
f. Menentukan jumlah penjualan yang di anggarkan (budgeted sales).
g. Menghitung rugi/ laba yang mungkin di peroleh (budgeted profit).
h. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah di setujui pada pihak lain
yang berkepentingan.
3. Penyusunan Rencana
a. Penyusunan Tentative Sales Budget
b. Penyusunan Projected Income Statement
c. Komunikasi antar departemen, untuk menyesuaikan masing-masing
anggaran.
Anggaran Perusahaan - 48
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
6. Jumlah penjualan yang dianggarkan disajikan dalam bentuk tabel yang
dalam bentuk paling sederhana setidaknya memuat informasi waktu, jumlah
penjualan yang dianggarkan dalam unit, harga dan jumlah penjualan dalam
satuan unit moneter.
Contoh Format Tabel Penyajian Anggaran Penjualan Untuk Satu Jenis Produk.
Berikut ini diberikan contoh format penyajian anggaran penjualan untuk satu jenis
produk dalam format tabel sebagai berikut:
Contoh Format Tabel Penyajian Anggaran Penjualan Untuk Dua Jenis Produk.
Berikut ini diberikan contoh format penyajian anggaran penjualan untuk dua jenis
produk dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Anggaran Perusahaan - 49
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Tabel 15: Anggaran Penjualan CV GM
1 Januari-31 Desember 20XY
Total
penjua-lan
Produk A Produk B
produk A
dan B
Periode
Harga Harga Total
Total penju-
Unit jual per Unit jual per penju-
alan
unit unit alan
a b c = a.b d e f = d.e g=c+f
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
JUMLAH
Anggaran Perusahaan - 50
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Kwartal I
Kwartal II
Kwartal III
Kwartal IV
Jumlah
Contoh kasus
Berikut ini contoh penyusunan anggaran penjualan pada tahun 2018.
Data-data yang relevan dengan penyusunan anggaran penjualan selama beberapa
tahun yang lalu adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan memproduksi dan menjual 2 macam produk, yaitu produk A
dan produk B.
b. Penjualan produk A dan B pada tahun 2013-2017.
Tabel 17 : Penjualan Produk A dan B
Tahun Penjualan (unit)
Produk A Produk B
2013 6.000 4.000
2014 6.200 4.100
2015 6.500 4.300
2016 6.800 4.450
2017 7.000 4.500
Anggaran Perusahaan - 51
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Jatim 15%
Jabar 35%
Produk B
DIY 15%
Jateng 35%
Jatim 30%
Jabar 20%
Produk B
DIY Rp 6.250,-
Jateng Rp 6.350,-
Jatim Rp 6.500,-
Jabar Rp 6.600,-
f. Rincian anggaran per triwulan adalah sbb :
Tabel 18 : Anggaran Penjualan per Triwulan
Triwulan Produk A Produk B
TW I 30% 15%
TW II 20% 35%
TW III 15% 30%
TW IV 35% 20%
Penyusunan anggaran penjualan tahun 2018 diperhitungkan sbb:
1. Proyeksi penjualan produk A tahun 2018
Tabel 19 :Proyeksi Penjualan Produk A
Tahun Y X XY X2
2013 6000 -2 -12000 4
2014 6200 -1 -6200 1
2015 6500 0 0 0
2016 6800 1 6800 1
2017 7000 2 14000 4
32.500 2.600 10
Anggaran Perusahaan - 52
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
y x.y
a b
n x2
32.500
a 6.500
5
2.600
b 260
10
Proyeksi penjualan tahun 2018
Y 6.500 260 3 7.280
2. Proyeksi penjualan produk B tahun 2018
a = 21.350/5 = 4.270
b = 1.350/10 = 135
Y = 4.270 + 135 x
Proyeksi penjualan tahun 2018 => Y = 4.270 + 135 (3) = 4.675
3. Unit penjualan yang dianggarkan pada tahun 2018 untuk masing-masing
produk adalah sbb :
Produk A = 80% x 7.280 = 5.824,- dibulatkan 5.800,-
Produk B = 75% x 4.675 = 3.506,- dibulatkan 3.500,-
Anggaran Perusahaan - 53
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Jateng : 20 % x 5.800 = 1.160,-
Jatim : 15 % x 5.800 = 870,-
Jabar : 35% x 5.800 = 2.030,-
b. Produk B
DIY : 15 % x 3.500 = 525,-
Jateng : 35% x 3.500 = 1.225,-
Jatim : 30 % x 3.500 = 1.050,-
Jabar : 20 % x 3.500 = 700,-
Anggaran Perusahaan - 54
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Jatim Jabar
TW I : 30% x 870 = 261,- TW I : 30% x 2.030 = 609,-
TW II : 20% x 870 = 174,- TW II : 20% x 2.030 = 406,-
TW III : 15% x 870 = 131,- TW III : 15% x 2.030 = 305,-
TW IV : 35% x 870 = 305,- TW IV : 35% x 2.030 = 711,-
b. Produk B
DIY Jateng
TW I = 15 % x 525 = 79 TW I = 15 % x 1.225 = 184
TW II = 35 % x 525 = 184 TW II = 35 % x 1.225 = 429
TW III = 30 % x 525 = 158 TW III = 30 % x 1.225 = 368
TW IV = 20% x 525 = 105 TW IV = 20% x 1.225 = 245
Jatim Jabar
TW I = 15 % x 1.050 = 158 TW I = 15 % x 700 = 105
TW II = 35 % x 1.050 = 368 TW II = 35 % x 700 = 245
TW III = 30 % x 1.050 = 315 TW III = 30 % x 700 = 210
TW IV = 20% x 1.050 = 210 TW IV = 20% x 700 = 140
Anggaran Perusahaan - 55
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Tabel 21 : Anggaran Penjualan Tahun 2018
Keterangan Produk A Produk B Total
Unit Harga Jumlah Unit Harga Jumlah
DIY
TW I 522 5,000 2,610,000 78.75 6,250 492,187.50
TW II 348 5,000 1,740,000 183.75 6,250 1,148,437.50
TW III 261 5,000 1,305,000 157.50 6,250 984,375.00
TW IV 609 5,000 3,045,000 105.00 6,250 656,250.00
1,740 5,000 8,700,000.00 525.00 6,250 3,281,250.00 11,981,250.00
Jateng
TW I 348.00 5,250 1,827,000.00 183.75 6,350 1,166,812.50
TW II 232.00 5,250 1,218,000.00 428.75 6,350 2,722,562.50
TW III 174.00 5,250 913,500.00 367.50 6,350 2,333,625.00
TW IV 406.00 5,250 2,131,500.00 245.00 6,350 1,555,750.00
1160.00 5,250 6,090,000.00 1,225.00 6,350 7,778,750.00 13,868,750.00
Jatim
TW I 261.00 5,350 1,396,350.00 157.50 6,500 1,023,750.00
TW II 174.00 5,350 930,900.00 367.50 6,500 2,388,750.00
TW III 130.00 5,350 695,500.00 315.00 6,500 2,047,500.00
TW IV 304.00 5,350 1,626,400.00 210.00 6,500 1,365,000.00
869.00 5,350 4,649,150 1,050.00 6,500 6,825,000.00 11,474,150.00
Jabar
TW I 609.00 5,500 3,349,500.00 105.00 6,600 693,000.00
TW II 406.00 5,500 2,233,000.00 245.00 6,600 1,617,000.00
TW III 305.00 5,500 1,677,500.00 210.00 6,600 1,386,000.00
Anggaran Perusahaan - 56
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TW IV 711.00 5,500 3,910,500.00 140.00 6,600 924,000.00
2,031.00 5,500 11,170,500.00 700.00 6,600 4,620,000.00 15,790,500.00
Total 5,800 30,609,650.00 3,500 22,505,000.00 53,114,650.00
Anggaran Perusahaan - 57
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB IV
ANGGARAN PRODUKSI
Anggaran Perusahaan - 58
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Anggaran produksi yang telah dihasilkan oleh perusahaan akan selalu terkait
dengan anggaran bahan mentah, tenaga kerja langsung dan BOP. Biasanya dalam
anggaran produksi terdapat 2 macam anggaran bahan mentah, yaitu Bahan mentah
langsung (Direct Material) dan Bahan mentah tak langsung (Indirect Material).
Bahan mentah langsung adalah bahan mentah yang membentuk dan merupakan
bagian produk jadi yang biayanya dengan mudah ditelusuri dari biaya produk
tersebut.
Pada umumnya, bahan baku ini bersifat variabel, yaitu berubah secara
proporsional dengan perubahan output. Contohnya kulit. Kulit adalah bahan
mentah langsung industri sepatu, dan kayu adalah bahan mentah langsung industri
mebel kayu. Bahan mentah tak langsung adalah bahan mentah yang dipakai dalam
proses produksi, tetapi biayanya sulit ditelusuri dari biaya produk tersebut.
Contohnya paku. Paku adalah bahan mentah tidak langsung bagi industri sepatu
mebel dan kayu.
Anggaran bahan mentah hanya akan merencanakan kebutuhan dan
penggunaan bahan mentah langsung. Sedangkan bahan mentah tak langsung akan
direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik (Manufacturing Expenses
Budget). Pada estimasi jumlah kebutuhan bahan mentah nantinya, anggaran
produksi akan sangat berpengaruh sebagai informasi data yang akan
mempengaruhi proses estimasi tersebut, selain tingkat penggunaan standar atau
SUR (Standard Usage Rate).
Selain anggaran bahan mentah, anggaran tenaga kerja langsung juga
memiliki hubungan dengan anggaran produksi. Tenaga kerja langsung terlibat
pada proses produksi dan biayanya dikaitkan pada biaya produksi atau pada
barang yang dihasilkan. Biasanya kesalahan yang terjadi pada pemilihan tenaga
kerja akan mengakibatkan pengaruh terhadap harga barang yang dihasilkan,
sehingga berpengaruh pula terhadap posisi perusahaan dalam persaingan.
Jika harga barang yang dihasilkan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah
anggaran produksi akan menjadi sangat tidak efektif. Maka dari itu tiap faktor-
faktor dalam perusahaan mempunyai peranan yang sama pentingnya untuk
menunjang keberhasilan perusahaan itu sendiri.
RENCANA PENJUALAN
Anggaran Perusahaan - 59
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
+
PERSEDIAAN AKHIR
_
PERSEDIAAN AWAL
=
RENCANA PRODUKSI
Anggaran Perusahaan - 60
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
3. Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya produksi yang
ditanggung akan seminimal mungkin.
Anggaran Perusahaan - 61
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Anggaran produksi berguna untuk pedoman kerja, koordinasi kerja, dan
pengendalian kerja divisi produksi. Semua level manajer di divisi produksi
harus bekerja berdasar anggaran produksi. Di samping itu anggaran produksi
berguna untuk: (1) menunjang kegiatan penjualan, (2) menjaga tingkat
persediaan barang jadi yang sewaktu-waktu di minta oleh konsumen, (3)
mengendalikan kegiatan produksi agar dapat menciptakan harga pokok
produksi yang serendah – rendahnya.
Anggaran Perusahaan - 62
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Langkah-langkah umum penyusunan anggaran produksi:
a. Menentukan periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar dalam
penyusunan anggaran produksi yang selaras dengan periode yang digunakan
dalam penyusunan anggaran penjualan.
b. Menentukan satuan fisik dari barang yang akan dihasilkan
c. Menentukan standar penggunaan sumber daya (bahan baku, tenaga
kerja langsung dan penggunaan fasilitas).
d. Menentukan kebijakan pola produksi dan kebijakan persediaan.
e. Menyajikan anggaran produksi dalam sebuah tabel. Penyajian
dalam bentuk sederhana setidaknya memuat informasi tentang waktu dan
jumlah produksi. Jumlah produksi dihitung dengan mempertimbangkan
persediaan awal dan persediaan akhir barang jadi. Produksi = Penjualan+
persediaan akhir – persediaan awal.
f. Untuk kasus-kasus yang lebih kompleks penyajian dapat
disesuaikan dengan prinsip jelas dan informative.
3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Anggaran Produksi
Di samping itu dapat pula disusun langkah-langkah utama yang
dilakukan dalam rangka menyusun anggaran produksi pelaksanaanya:
a. Tahap perencanaan
1) Menentukan periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar dalam
penyusunan bagian produksi.
2) Menentukan jumlah satuan fisik dari barang yang harus dihasilkan.
b.Tahap pelaksanaan
1) Menentukan kapan barang diprodusir.
2) Menentukan dimana barang akan diprodusir
3) Menentukan urut-urutan proses produksi
4) Menetukan standar penggunaan fasilitas-fasilitas produksi untuk
mencapai efisiensi
5) Menyusun progam tentang penggunaan bahan mentah, buruh, service dan
peralatan.
6) Menyusun standar produksi
Anggaran Perusahaan - 63
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
7) Membuat perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan.
Dalam tahap perencanaan diatas, dikatakan bahwa penentuan jumlah
satuan fisik barang yang harus diprodusir disesuaikan dengan rencana
penjualan. Pada umumnya rencana penjualan disajikan dalam unit fisik,
sehingga menghitung jumlah barang yang harus diprodusir adalah mudah.
Contoh:
Diharapkan bahwa 60 unit barang A akan berada ditangan perusahaan
pada awal periode nanti. Penjualan selama satu periode direncanakan 100 unit.
Sedangkan persediaan akhir diperkirakan 40 unit. Sehingga perusahaan harus
memprodusir barang A sebanyak 80 unit, dengan perhitungan sebagai berikut:
Penjualan 100 unit
Persediaan akhir 40 unit +
Kebutuhan 140 unit
Persediaan awal 60 unit -
Produksi 80 unit
Kemudian, pada tahap pelaksanaan terdapat langkah yang menentukan
kapan barang akan diprodusir oleh perusahaan. Dalam menentukan kapan suatu
barang akan diprodusir, terlebih diperkirakan:
a. Lamanya proses produksi, yakni jangka waktu yang diperlukan untuk
memproses barang mentah menjadi barang jadi.
b. Jumlah barang yang akan dihasilkan selama satu periode, dengan melihat
kembali anggaran penjualan.
Bagi perusahaan yang telah berkali-kali menghasilkan barang yang sama,
lamanya proses produksi dapat diketahui dengan mengingat pengalaman-
pengalaman di masa lalu. Sedangkan bagi perusahaan yang belum pernah
menghasilkan barang tertentu sehingga tidak mempunyai data historis tentang
barang tersebut, dapat melakukan penelitian dengan cara sederhana berupa
pembuatan proto type barang yang akan dihasilkan.
Dalam menentukan atau memperkirakan jangka waktu produksi dan
jumlah barang yang akan dihasilkan, beberapa faktor harus dipertimbangkan.
Faktor –faktor tersebut berupa :
Anggaran Perusahaan - 64
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
a. Fasilitas pabrik
Progam-progam produksi harus selalu dikaitkan dengan fasilitas tersedia
dalam pabrik serta selalu selalu mempertimbangkan efisiensi penggunaan
fasilitas tersebut.
b. Fasilitas pergudangan
Beberapa jenis barang membutuhkan system penyimpanan secara khusus
karena sifat-sifatnya yang khusus pula. Produksi yang terlalu jauh melebihi
kemampuan gudang untuk menyimpannya akan mengakibatkan resiko-
resiko, yang tentu saja menimbulkan biaya bagi perusahaan.
c. Stabilitas tenaga kerja
Beberapa jenis barang mempunyai sifat permintaan yang musiman. Dengan
berdasarkan pada anggaran penjualan, pada bulan-bulan tertentu dimana
volume penjualan diperkirakan tinggi mungkin perusahaan harus
memaksakan diri dalam berproduksi. Dalam hal ini perusahaan dapat
menambah buruhnya atau menambah jam kerja buruh setiap harinya.
Apabila buruh yang diperlukan sebagai tambahan mudah didapat maka tidak
ada masalah yang dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi.
Tetapi bila buruh tidak mudah di dapat, berarti stabilitas kerja diperusahaan
itu terganggu. Ini dapat dihindarkan dengan membuat perencanaan produksi
secara hati-hati dan membuat kebijaksanaan dalam hal persediaan dengan
lebih teratur.
d. Stabilitas bahan mentah
Apabila bahan mentah yang dipakai tidak selalu tersedia dipasar hal itu
dapat membahayakan kelancaran proses produksi. Karena itu kebijaksanaan
dalam pembelian barang mentah sangat perlu diperhatikan.
e. Modal yang digunakan
Besar kecilnya modal kerja yang tersedia akan mempunyai pengaruh
terhadap besar kecilnya volume produksi dan kebijaksanaan persediaan.
Dengan kata lain kebijaksanaan produksi harus diseimbangkan dengan
kemampuan financial.
Anggaran Perusahaan - 65
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
4. Contoh Format Sederhana Penyajian Tabel Anggaran Produksi
Beberapa contoh format penyajian anggaran produksi yang disajikan dalam
bentuk tabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
Contoh 1
Format Sederhana Penyajian Tabel Anggaran Produksi Untuk Satu Produk
Contoh 2
Format Sederhana Penyajian Tabel Anggaran Produksi Untuk Dua Produk
Tabel 23 : Anggaran Produksi Tahun 20XY (Misalnya dalam ribuan piece)
Keterangan kode Produk A Produk B
Anggaran Perusahaan - 66
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Kwartal Jumlah Kwartal Jumlah
I II III IV I II III IV
Rencana penjualan a
Persediaan Akhir b
Jumlah tersedia c=a+b
Persediaan awal d
Produksi e=c+d
Anggaran Perusahaan - 67
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
kerja yang terampil, dan mengurangi biaya latihan bagi tenaga kerja yang
baru.
c. Pembelian bahan baku yang ekonomis merupakan akibat dari tersedianya
bahan baku, potongan pembelian, masalah penyimpanan yang sederhana,
kebutuhan dana yang lebih kecil, dan mengurangi risiko persediaan.
Contoh
Rencana penjualan satu tahun 2.000 unit terbagi dalam triwulan, yaitu
penjualan triwulan 1,2,3, dan 4 adalah 515 unit, 500 unit, 500 unit, dan 485
unit. Persediaan awal 60 unit dan persediaan akhir 40 unit. Anggaran produksi
dapat disusun sebagai berikut.
Dalam menyusun anggaran produksi dengan pendekatan stabilitas produksi,
seperti contoh di atas, maka produksi setiap triwulan sebesar 1.980 unit dibagi
4 sama dengan 495 unit; jadi tiap-tiap triwulan divisi pabrik harus
memproduksi 495 unit. Sedangkan persediaan awal dan akhir barang jadi
mengikuti kebijakan produksi yang stabil tersebut. Jika manajemen produksi
menetapkan kebijakan stabilitas produksi, maka unit persediaan awal dan akhir
dibiarkan berfluktuasi menurut penjualan yang telah ditetapkan secara stabil.
Kebijakan stabilisasi produksi ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Mengorbankan fluktuasi persediaan seperlunya.
b. Memproduksi produk baru yang dapat disimpan pada saat produk lama
mulai menunjukkan kecenderungan permintaan menurun.
c. Memproduksi produk lain yang dapat dijual (laku) pada saat permintaan
produk utama menurun.
Anggaran Perusahaan - 68
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
tidak sama, maka tingkat persediaan bulanan disesuaikan secara bertahap ke
arah tingkat persediaan yang diinginkan.
Kebijakan Stabilisasi Tingkat Persediaan berbeda dengan kebijakan
stabilisasi produksi. Jika dalam kebijakan stabilisasi produksi yang
diperhitungkan adalah hasil tingkat produksi barang jadi yang sama tiap
periodenya, kebijakan ini lebih cocok diterapkan pada perusahaan yang tidak
menginginkan tingkat persediaan berfluktuasi secara berlebihan setiap periode
yang terdapat dalam anggaran.
Tujuan dari kebijakan Tingkat Persediaan sendiri yakni, untuk
merencanakan tingkat optimal investasi persediaan dan mempertahankan
tingkat optimal tersebut melalui pengendalian. Tingkat persediaan harus
dipertahankan antara dua perbedaan besar, tingkat yang berlebihan akan
menyebabkan biaya penyimpanan, risiko dan investasi yang berlebihan, dan di
sisi lain tingkat yang tidak memadai untuk memenuhi permintaan penjualan
dan produksi dengan cepat (muncul biaya kehabisan persediaan yang tinggi).
Di dalam kebijakan stabilisasi tingkat persediaan, terdapat beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan besarnya tingkat persediaan
barang itu sendiri, yakni :
a. Daya tahan produk yang akan disimpan.
Untuk produk yang mudah rusak, tidak tahan untuk disimpan dalam jangka
waktu yang lama, besarnya persediaan harus dipertimbangkan dengan
cermat.
b. Sifat persaingan yang dihadapi perusahaan.
Jika tingkat persaingan yang dihadapi perusahaan relatif ketat, maka
persaingan untuk memberikan pelayanan untuk memenuhi pesanan menjadi
prioritas. Dengan demikian diperlukan persediaan barang jadi yang relatif
besar.
c. Biaya-biaya yang muncul karena kebijakan persediaan seperti :
1) Biaya sewa gedung
2) Biaya pemeliharaan
3) Biaya asuransi
Anggaran Perusahaan - 69
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
4) Biaya pemesanan mendadak (Extra Carrying Cost)
5) Biaya kehabisan persediaan (Stockout Cost)
d. Besarnya modal kerja yang tersedia.
e. Pola permintaan akan produk
f. Resiko-resiko yang dihadapi perusahaan.
Resiko ini mencakup :
1) Resiko yang berasal dari manusia yang umumnya timbul karena
kecerobohan manusia, seperti cara pengangkatan, memindahkan, dan
meletakkan barang jadi yang tidak mengikuti prosedur yang ada.
2) Resiko yang berasal dari alam, terjadi di luar kekuasaan manusia
(bencana alam).
3) Resiko yang disebabkan karena sifat barang yang mudah rusak.
Setelah mengetahui faktor-faktor di atas, kita juga harus tahu bagaimana
penentuan besarnya persediaan. Untuk menentukan persediaan barang atau
bahan mentah setiap bulannya, dilakukan perhitungan dengan cara-cara sebagai
berikut :
a. Disesuaikan dengan kebutuhan bulanan
1) Apabila kebutuhan akan bahan/barang setiap bulan sama maka
digunakan rata-rata bulanan atau rata-rata sederhana. Formula yang
digunakan:
Tingkat Persediaan = Kebutuhan barang setahun÷12 bulan
Contoh :
kebutuhan barang dalam setahun 60.000 unit. Maka, besarnya persediaan
dihitung dengan cara :
Kebutuhan per bulan = (60.000 ÷ 12) × 1 unit
= 5.000 unit
2) Apabila kebutuhan akan bahan/barang setiap bulan tidak sama
(berfluktuasi) maka digunakan rata-rata bulanan bergerak.
Contoh : kebutuhan bulanan
periode Kebutuhan Barang
Januari 4000 unit
Anggaran Perusahaan - 70
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Februari 2000 unit
Maret 3000 unit
April 4000 unit
Mei 5000 unit
Kebutuhan bulanan dihitung dengan metode rata-rata bergerak :
Februari : (4.000+2.000+3.000) ÷3 = 3.000 unit
Maret : (2.000+3.000+4.000)÷3 = 3.000 unit
April : (3.000+4.000+5.000) ÷3 = 4.000 unit
3) Apabila perusahaan menentukan dua bulan kebutuhan, maka besarnya
persediaan :
Februari : 3.000 x 2 = 6.000 unit
Maret : 3.000 x 2 = 6.000 unit
April : 4.000 x 2 = 8.000 unit
b. Batas maksimum dan minimum
Besarnya tingkat persediaan ditentukan dengan cara menetapkan batas
tertinggi (maksimum) yang diperbolehkan untuk memiliki (menyimpan)
sejumlah persediaan, dan batas rendah (minimum) nya. Penentuan ini dapat
dilakukan dengan mendasarkan pengalaman sebelumnya tentang besarnya
persediaan maksimum dan minimum yang harus dipertahankan.
c. Tingkat Perputaran
Banyak perusahaan yang menggunakan tingkat perputaran persediaan
sebagai dasar menentukan tingkat persediaan. Perputaran persediaan yang
tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar selama satu
tahun dan menandakan efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya,
perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis-
manajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.
Perputaran persediaan dapat dihitung dengan formula ini :
Perputaran Persediaan = Rencana Penjualan Setahun ÷ Persediaan Rata-rata
Persediaan Rata-rata = (Persediaan awal + Persediaan akhir) ÷ 2
Kebijakan stabilisasi tingkat persediaan ini juga menjamin bahwa
kenaikan atau penurunan persediaan terjadi secara bertahap dalam setiap
Anggaran Perusahaan - 71
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
periode. Perusahaan yang memiliki ruang penyimpanan persediaan yang
terbatas atau menghadapi biaya sewa gedung yang tinggi cocok untuk
menerapkan kebijakan ini.
Dalam pendekatan atau penyusunan dengan kebijakan ini, terlebih
dahulu ditentukan tingkat persediaan awal tahun dan tingkat persediaan
akhir tahun. Bila di antara keduanya tidak sama, tingkat persediaan bulanan
disesuaikan secara bertahap ke arah tingkat persediaan yang diinginkan.
Anggaran Perusahaan - 72
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Triwulan II 85.000 unit
Triwulan III 85.000 unit
Triwulan IV 115.000 unit
Jumlah 400.000 unit
• Perkiraan tingkat persediaan awal = 60.000 unit dan akhir = 40.000 unit.
• Tingkat persediaan TW I dan II berfluktuasi 6000 unit, sedangkan TW III
dan IV berfluktuasi 4.000 unit.
Anggaran Perusahaan - 73
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Keterangan Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Total
Penjualan 115.000 85.000 85.000 115.000 400.000
PersediaanAkhir 55.000 50.000 45.000 40.000 40.000
Tersedia 170.000 135.000 130.000 155.000 440.000
PersediaanAwal 60.000 55.000 50.000 45.000 60.000
Tingkat Produksi **110.000 80.000 80.000 110.000 380.000
Anggaran Perusahaan - 74
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
April 2.300
Mei 2.250
Juni 2.350
Juli 2.050
Agustus 2.150
September 2.500
Oktober 2.350
November 2.250
Desember 2.400
Jumlah 27.200
• Persediaan akhir tahun 2018 direncanakan sebesar 1.800 unit dengan anggaran
produksi tahun 2018 yang dihitung sbb :
Anggaran penjualan 27.200 unit
Persediaan akhir 1.800 unit
Jumlah tersedia 29.000 unit
Persediaan awal ( 2.000 unit)
Anggaran produksi 27.000 unit
• Produksi bulan januari, februari, maret, juli, agustus dan september masing-
masing 10% diatas produksi rata-rata.
• Produksi bulan april, mei, juni, oktober, november dan desember masing-
masing 10% dibawah produksi rata-rata.
Dari data di atas hitunglah :
1. Anggaran produksi dengan kebijakan konstan
2. Anggaran produksi dengan kebijakan Gelombang
3. Anggaran produksi dengan kebijakan Moderat
Anggaran Perusahaan - 75
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
1. Anggaran produksi dengan kebijakan konstan
Anggaran Perusahaan - 76
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Produksi 1,983 2,083 2,483 2,283 2,233 2,333 2,033 2,133 2,483 2,333 2,233 2,383 27,000
(e = c-d)
Selisih tingkat persediaan = 2.000 – 1.800)/12 = 16,667 = 17, Produk TW 1 =
2.000 – 17 = 1.983
Anggaran Perusahaan - 77
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB V
ANGGARAN BAHAN BAKU
Anggaran Perusahaan - 78
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
yang akan datang. Posisi angaran bahan baku terhadap anggaran produksi dapat
dilihat pada skema berikut :
RENCANA
PENJUALAN
+
PERSEDIAAN
AKHIR
-
PERSEDIAAN
AWAL
=
RENCANA PRODUKSI
Anggaran Perusahaan - 79
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2. Memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan.
3. Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan
untuk melaksanakan pembelian bahan baku.
4. Sebagai dasar penyusunan produk costing yakni memperkirakan
komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses
produksi.
5. Sebagai dasar untuk melaksanakan fungsi pengawasan dalam bahan baku.
Anggaran Perusahaan - 80
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2. Sebagai dasar untuk menyusun anggran biaya bahan mentah
besarnya biaya bahan mentah ditentukan oleh berapa banyak satuan bahan
mentah tersebut dibutuhkan untuk proses produksi.
3. Sebagai Data dan informasi untuk menyusun anggaran kebutuhan
bahan mentah.
Anggaran Perusahaan - 81
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2. Data penelitian khusus. Pada data penelitian khusus dengan mengabaikan data
pengalaman di waktu-waktu yang telah lalu. Cara ini misalnya dapat dilakukan
dengan :
a. Mengukur secara fisik barang jadi yang telah selesai diproduksi,
agar dapat diketahui jumlah satuan unit bahan baku yang dipakai untuk
menghasilkan produk tersebut. Misalnya PT. Charisma yang bergerak dalam
produksi mebel akan menghasilkan meja dan kursi. Maka, hal yang
dilakukan adalah mengukur meja dan kursi yang telah selesai diproduksi,
hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan bahan baku berupa kayu
yang dipakai.
b. Melakukan penelitian dan pengukuran secara laboratories terhadap
produk yang dihasilkannya. Hal ini biasanya dipakai pada barang atau
produk yang tidak mudah diukur penggunaan bahan baku secara visual,
tanpa bantuan alat khusus, Misal obat-obatan, minuman, kosmetik, dll.
c. Mengadakan percobaan-percobaan proses produksi secara efisien,
sambil diukur pemakaian bahan mentahnya.
Anggaran Perusahaan - 82
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Anggaran kebutuhan bahan mentah tidak ada standar khusus yang harus
dipergunakan. Hal ini berarti perusahaan mempunyai kebebasan untuk
menentukan sendiri bentuk format.
Anggaran Perusahaan - 83
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
3. Sebagai dasar untuk menyusun anggaran utang, karena pembelian kredit
akan mengakibatkan bertambahnya utang perusahaan.
Anggaran Perusahaan - 84
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
tersebut besar, maka akan mendorong perusahaan untuk tidak selalu
menyimpan bahan baku di gudang. Akibatnya pada setiap melakukan
pembelian akan dibeli bahan baku dalam jumlah sedikit. Sebaliknya bila resiko
simpanan tersebut kecil, maka akan mendorong perusahaan untuk selalu
menyimpan bahan baku yang banyak di gudang. Akibatnya pada setiap
melakukan pembelian akan dibeli bahan baku dalam jumlah banyak.
4. Fluktuasi harga beli bahan baku di waktu-waktu yang akan datang.
Misalkan ada kecenderungan bahwa harga beli bahan baku terus naik, maka
akan mendorong perusahaan untuk segera melakukan pembelian bahan baku
dalam jumlah yang banyak selagi harga belum naik teralu tinggi. Sebaliknya
bilamana ada kecenderungan harga beli bahan baku akan terus turun maka
perusahaan akan melakukan pembelian dalam jumlah yang sedikit demi
sedikit.
5. Tersedia bahan baku di pasar. Misalkan bahan baku tidak selalu tersedia di
pasar pada sepanjang tahun maka akan mendorong perusahaan untuk segera
melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah banyak, selagi masih banyak
tersedia di pasar. Begitu pun dengan sebaliknya.
6. Tersedianya modal kerja. Misalkan perusahaan memiliki modal kerja yang
cukup, maka akan meberikan kemungkinan untuk melakukan pembelian bahan
baku dalam jumlah banyak. Sebaliknya bila modal kerja yang tersedia terbatas,
maka perusahaan hanya akan melakukan pembelian bahan baku dalam jumlah
yang sedikit.
7. Kebijakan perusahaan di bidang persediaan bahan baku (inventory policy).
Kebijakan ini pada dasarnya bahan baku yang dibeli akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan proses produksi dan untuk cadangan persediaan yang
disimpan dalam gudang. Misalkan perusahaan menetapkan persediaan bahan
baku dalam jumlah yang banyak maka akan mendorong melakukan pembelian
dalam jumlah yang banyak pula. Sebaliknya bila persediaan bahan baku dalam
jumlah yang sedikit maka akan mendorong melakukan pembelian dalam
jumlah yang sedikit.
Anggaran Perusahaan - 85
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Kebijakan yang mempengaruhi bahan baku adalah sebagai berikut:
1. Fluktuasi produksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang
yang tertuang dalam budget unit yang akan diproduksi. Untuk menghadapi
jumlah produksi yang meningkat, diperlukan persediaan bahan baku dalam
produksi yang banyak. Sedangkan bila menghadapi jumlah produksi yang akan
menurun, hanya akan diperlukan persediaan bahan baku dalam jumlah yang
sedikit.
2. Fasilitas penyimpanan yang tersedia. Bila fasilitas penyimpan yang
tersedia cukup banyak, maka akan menggunakan penetapan kebijakan
persediaan bahan baku dalam jumlah yang banyak pula. Sebaliknya bila
fasilitas yang tersedia terbatas maka persediaan bahan baku ditetapkan dalam
jumlah yang sedikit.
3. Modal kerja yang tersedia. Bila modal kerja yang tersedia cukup banyak,
maka akan memungkinkan penetapan persediaan bahan baku dalam jumlah
yang banyak pula. Sebaliknya bila modal kerja yang tersedia terbatas, maka
persediaan bahan baku ditetapkan dalam jumlah yang sedikit.
4. Biaya simpan bahan baku (carrying cost) yaitu biaya-biaya yang harus
ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan bahan baku, seperti sewa
gedung, biaya perawatan barang yang disimpan, biaya modal yang tertanam
dalam barang yang disimpan. Misalkan biaya simpan murah. maka akan
memungkinkan penetapan kebijakan persediaan bahan baku dalam jumlah
yang banyak. Sebaliknya bila biaya simpan mahal, maka persediaan bahan
baku ditetapkan dalam jumlah sedikit.
5. Resiko simpan bahan baku, yaitu kerugian yang timbul dan harus
ditanggung oleh perusahan karena menyimpan bahan baku seperti rusak,
kualitas turun,barang ketinggalan jaman, dll.
6. Tingkat perputaran bahan baku (inventory turn over) diwaktu-waktu yang
lalu. Misalnya: di waktu-waktu yang lalu tingkat perputaran persediaan bahan
baku rendah, maka akan mendorong penetapan persediaan bahan baku dalam
Anggaran Perusahaan - 86
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
jumlah yang banyak. Sebaliknya, bilamana tingkat perputaran persediaan
bahan baku tinggi, maka akan mendorong penetapan persediaan bahan baku
dalam jumlah yang sedikit.
7. Lamanya tenggang waktu antara bahan menah dipesan (dibeli) dengan
bahan baku tersebut benar-benar telah dikirim dan tiba di gudang perusahaan
(lead time). Bila tenggang waktunya lama, maka ditetapkan persediaan bahan
baku dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya tenggang waktunya singkat, maka
akan ditetapkan persediaan bahan baku dalam jumlah sedikit.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2 600 5000
EOQ 316,23
60 x 4000
1. Pemakaian selama lead time 9/360 x 600 = 15 unit
2. Safety stock = 200 unit
3. Reorder point 316 + 15 + 200 = 531 unit
Anggaran Perusahaan - 88
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
kebijaksanaan dalam menilai persediaan yang berbeda. Tetapi pada dasarnya
kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat dikelompokkan menjadi:
1. Kebijaksanaan FIFO (First In First Out).
Kebijaksanaan FIFO, bahan baku yang lebih dahulu digunakan untuk produksi
adalah bahan baku yang lebih dahulu masuk di gudang, sehingga sering pula
diterjemahkan ”pertama masuk pertama keluar”. Dengan kata lain, penilaian
bahan baku di gudang nilainya diurutkan menurut urutan waktu pembeliannya.
2. Kebijaksanaan LIFO (Last In First Out).
Kebijaksanaan LIFO adalah harga bahan baku yang masuk ke gudang lebih
akhir justru dipakai untuk menentukan nilai bahan baku yang digunakan dalam
produksi, meskipun pemakaian fisik tetap diurutkan menurut urutan
pemasukannya.
Besarnya bahan baku yang harus tersedia untuk kelancaran proses produksi
tergantung :
a. Volume produksi selama satu periode waktu tertentu. (dapat dilihat pada
anggaran biaya produksi).
b. Volume bahan baku minimal, yang disebut safety stock ( persediaan besi).
c. Besarnya pembelian yang ekonomis (economical order quantity).
d. Estimasi tentang naik turunya harga bahan baku pada waktu mendatang.
e. Biaya penyimpanan dan pemeliharaan bahan baku.
f. Tingkat kecepatan bahan baku menjadi rusak.
Persediaan Besi (safety stock) adalah persediaan minimal bahan baku yang
harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan proses produksi. Persediaan
besi ditentukan oleh :
1. Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan baku yang dipesan apakah selalu
tepat waktu atau tidak. Bila leveransir selalu tepat menyerahkan pesanan kita
maka resiko kehabisan bahan baku relative kecil, sehingga persediaan besi
tidak perlu terlalu besar. Sebaliknya biaya bahan baku yang dipesan, maka
resiko kehabisan bahan baku relative besar, sehingga perlu persediaan besi
yang cukup besar pula.
Anggaran Perusahaan - 89
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2. Jumlah bahan baku yang dibeli setiap kali pemesanan. Jumlah bahan baku
yang dibeli besar berarti persediaan rata rata di atas safety stock besar pula,
sehingga resiko kehabisan bahan baku relative kecil.
3. Dapat diperkirakan atau tidak kebutuhan bahan baku secara tepat. Bagi
perusahaan yang dapat memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku secara
tepat, maka resiko kehabisan bahan baku kecil (karena bahan baku yang
dibutuhkan sudah disediakan sepenuhnya).
4. Perbandingan antara biaya penyimpanan bahan baku dan biaya extra
karena kehabisan bahan baku. Biaya penyimpanan tampak besar daripada biaya
extra akibat kehabisan bahan baku maka tidak perlu adanya persediaan besi
yang terlalu besar.
Anggaran Perusahaan - 90
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Anggaran Biaya Bahan Baku Yang Habis Digunakan merupakan anggaran
yang merencanakan nilai bahan baku yang digunakan dalam satuan uang. Tidak
semua bahan baku yang tersedia akan habis digunakan untuk produksi. Hal ini
disebabkan oleh 2 hal, yakni:
1. Perlu adanya persediaan akhir, yang akan menjadi persediaan awal periode
berikutnya.
2. Perlu adanya persediaan besi (Safety Stock) agar kelangsungan produksi
tidak terganggu akibat kehabisan bahan baku.
Bahan baku yang telah habis digunakan dalam proses produksi harus
dihitung nilainya. Rencana besarnya nilai bahan maentah yang telah habis
digunakan dalam proses produksi dituangkan dalam suatu budget tersendiri yang
disebut Budget Biaya Bahan Baku yang Habis digunakan.
Anggaran Perusahaan - 91
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Contoh Kasus 1
Melihat rencana penjualan dan tingkat persediaan yang ditetapkan, perusahaan
menentukan anggaran produksi sebesar 1,200 unit pada tahun 2018. dalam proses
produksi pada waktu yang lalu setiap produk memerlukan 3 kg bahan baku, maka
kebutuhan bahan baku tahun 2018
Jawab :
Kebutuhan bahan baku = 1.200 x 3 kg =3.600 kg
Bila rencana produksi tahun 2018 dituangkan dalam rencana produksi per
triwulan, maka akan tergantung pada kebijakan produksi yang digunakan.
Kebijakan produk konstan
1.200
Dengan kebijakan ini rencana produksi per triwulan sebesar = 300 unit
4
Dengan rencana produksi tersebut kebutuhan bahan baku per triwulan sbb :
Anggaran Perusahaan - 92
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Tabel 32 : Kebutuhan Material per Triwulan (Produksi Bergelombang)
Triwulan Produksi (Unit) SPM (Kg) Kebutuhan
Material
I 380 3 1,140
II 240 3 720
III 320 3 960
IV 260 3 780
Jumlah 1,200 3 3,600
Anggaran Perusahaan - 93
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Sedangkan anggaran kebutuhan bahan baku yang telah diperhitungkan
sebesar 3.600 kg, maka anggaran pembelian bahan baku tahun 2018 sebesar :
Persediaaan kebutuhan bahan baku = 3,600 kg
Persediaan akhir bahan baku = 400 kg
total = 4,000 kg
Persediaan awal bahan baku = 200 kg
Anggaran pembelian bahan baku = 3,800 kg
Sedangkan anggaran biaya pembelian bahan baku akan tergantung pada
harga per satuan.
a. Bila anggaran per satuan sama, misal Rp 1.000/kg
Anggaran biaya pembelian bahan baku 1 thn = 3.800 kg x Rp 1.000 = Rp
3.800.000
b. Bila harga per satuan tidak sama. Pembelian bahan baku direncanakan 4x
dalam setahun :
1. Pembelian 1 harga bahan baku Rp 1.000/kg
2. Pembelian 2 harga bahan baku Rp 1.050/kg
3. Pembelian 3 harga bahan baku Rp 1.100/kg
4. Pembelian 4 harga bahan baku Rp 1.150/kg
karena frekuensi pembelian bahan baku 4x dalam setahun, maka setiap
pembelian sejumlah :
3.800 / 4 = 950 kg
Pembelian 1 = 950 x 1.100 = 950.000
Pembelian 2 = 950 x 1.100 = 950.000
Pembelian 3 = 950 x 1.100 = 950.000
Pembelian 4 = 950 x 1.100 = 950.000
Total 4.085.000
Contoh Kasus 2
Anggaran Perusahaan - 94
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Dengan contoh sebelumnya berikut ini akan dihitung anggaran penggunaan bahan
baku dengan masing-masing penilaian persediaan akhir. Perhitungan nilai
persediaan akhir dengan metode di atas sbb:
1. Bahan baku yang ada terdiri dari :
a. Persediaan awal 200 kg @ Rp 950
b. Pembelian pada tahun 2017
• Pembelian 1 : 950 @ Rp 1.000
• Pembelian 2 : 950 @ Rp 1.050
• Pembelian 3 : 950 @ Rp 1.100
• Pembelian 4 : 950 @ Rp 1.150
2. Persediaan akhir tahun 2017 sebesar 400 kg
3. Nilai persediaan akhir dengan masing-masing metode
a. FIFO
Nilai persediaan akhir = 400 kg x Rp 1.150 = Rp 460.000
b. LIFO
Nilai persediaan akhir = 200 kg @ Rp 950 = Rp 190.000
= 200 kg @ Rp 1.000 = Rp200.000
= 400 =Rp 390.000
c. Average
Nilai persediaan akhir
= 400 x (950 +1.000+1.050+1.100+1.150)
5
= 420.000
Anggaran Perusahaan - 95
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Jumlah kebutuhan bahan baku Rp 4.275.000
Persediaan akhir bahan baku (Rp 460.000)
Anggaran penggunaan bahan baku Rp 3.815.000
2. Anggaran penggunaan bahan baku bila nilai persediaan akhir dihitung
dengan metode LIFO
Anggaran pembelian bahan baku Rp 4.085.000
Persediaan awal bahan baku Rp 190.000
Jumlah kebutuhan bahan baku Rp 4.275.000
Persediaan akhir bahan baku (Rp 390.000)
Anggaran penggunaan bahan baku Rp 3.885.000
3. Anggaran penggunaan bahan baku bila nilai persediaan akhir dihitung
dengan metode Average
Anggaran pembelian bahan baku Rp 4.085.000
Persediaan awal bahan baku Rp 190.000
Jumlah kebutuhan bahan baku Rp 4.275.000
Persediaan akhir bahan baku (Rp 420.000)
Anggaran penggunaan bahan baku Rp 3.855.000
Dalam anggaran ini akan ditentukan satuan fisik persediaan bahan baku
yang akan tergantung pada :
1. Jumlah persediaan awal
Pada contoh sebelumnya jumlah persediaan awal sebesar 200 kg
2. Jumlah persediaan akhir
Persediaan akhir diperkirakan sebesar 400 kg
3. Anggaran pembelian material
Pembelian material tahun 2017 sejumlah 3.800 kg dibeli 4x dalam setahun,
sehingga tiap triwulan melakukan pembelian, yaitu :
TW I : 950 kg
TW II : 950 kg
TW III : 950 kg
TW IV : 950 kg
Anggaran Perusahaan - 96
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
4. Anggaran kebutuhan bahan baku
Kebutuhan bahan baku pada tahun 2017 sebesar 3.600 kg, sedangkan
kebutuhan per triwulan akan tergantung pada kebijakan produksinya, yaitu :
Tabel 34 : Kebutuhan Material per Triwulan
Triwulan Kebutuhan Material (Kg)
Konstant Gelombang Moderat
I 900 1.140 1.050
II 900 720 1.050
III 900 960 750
IV 900 780 750
3.600 3.600 3.600
Anggaran Perusahaan - 97
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
I 200 950 1.150 1.050 100
II 100 950 1.050 1.050 0
III 0 950 950 750 200
IV 200 950 1.150 750 400
Anggaran Perusahaan - 98
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB VI
ANGGARAN TENAGA KERJA
Anggaran Perusahaan - 99
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
RENCANA PENJUALAN
PERSEDIAAN AKHIR
_
PERSEDIAAN AWAL
=
RENCANA PRODUKSI
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
pemimpin perusahaan. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
tenaga kerja antara lain adalah:
1. Kebutuhan tenaga kerja
2. Pencarian atau penarikan tenaga kerja
3. Latihan bagi tenaga kerja baru.
4. Evaluasi dan spesifikasi pekerjaan bagi tenaga kerja.
5. Gaji dan upah yang harus diterima oleh tenaga kerja Pengawasan tenaga kerja
Berbagai cara dilakukan oleh perusahaan untuk mencari dan mendapatkan
tenaga kerja yang baik dan terampil, yang cocok untuk bidang pekerjaannya.
Tenaga kerja yang tidak memiliki keterampilan khusus umumnya mudah dicari di
Indonesia ini. tetapi unutk mencari tenaga kerja yang baik di salah satu bidang
khusus, seperti tenaga teknis dan manajerial harus diperoleh secara khusus pula.
Untuk mereka, perusahaan tidak segan-segan menyediaka perangsang berupa gaji
yang besar dan fasilitas yang lengkap. Beberapa perusahaan besar bahkan
mendapatkannya dengan melalui kaderisasi, umpamanya dengan penawaran
beasiswa yangh mengikat. Karena itu biaya tenaga kerja, sebetulnya tidak hanya
timbul pada saat tenaga kerja itu digunakan, akan tetapi ada sebelum tenaga kerja
itu siap.
Seleksi tenaga kerja dilakukan denga berbagai cara. Selain diadakan uji
tertulis dan lisan, juga diadakan psychotest, untuk mengetahui secara pasti siapa
yang paling cocok untuk bidabg pekerjaan yang tersedia. Tujuan seleksi tenaga
kerja khususnya adalah untuk mencari orang-orang yang cocok dan mempunyai
potensi untuk berkembang. Tenaga kerja yang sudah berpengalaman selain mahal
“harga” nya juga ada kemungkina bahwa pengalaman yang dimiliki justru tidak
sesuai dengan kebutuhan yang ada. Pelatihan atau training biasanya diberikan
pada tenaga kerja baru. Pelatihan ini dapat diverikan oleh internal perusahaan atau
bisa juga oleh lembaga khusus yang memberikan secara bersama-samadengan
para tenaga kerja baru di perusahaan lain. Pelatihan bisa dilakukan di lingkunga
kantor/perusahaan, atau di luar perusahaan. Sesudah selesai masa latihan, maka
tenaga kerja siap untuk ditempatkan. Potensi masing-masing tenaga kerja dan
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
jabatan yang tersedia bermacam-macam sehingga perlu adanya evaluasi dan
spesifikasi pekerjaan bagi mereka. Semua aspek di atas tidak hanya berlaku pada
satu tingkatan saja, tetapi pada semua tingkatan jabatan dalam perusahaan.
Sehingga jelaslah bahwa biaya tenaga kerja merupakan komponen yang cukup
besar bagi harga produk barang yang dihasilkan.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
c. Umumnya dikatakan bahwa tenaga kerja jenis ini merupakan tenaga kerja
yang kegiatannya langsung dapat dihubungkan dengan produk akhir
(terutama dalam penentuan harga pokok).
Yang dikategorikan sebagai tenaga kerja langsung antara lain adalah para
buruh pabrik yang ikut serta dalam kegiatan proses produksi darii bahan
mentah sampai berbentuk barang jadi.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
tidak terpengaruh pada besar-kecilnya upah yang mereka terima. Dengan
demikian kualitas barang yang diproduksi akan dapat terjaga.
2) Bagi para tenaga kerja yang kurang terampil, sistem upah ini dapat
member ketengan dalam bekerja, karena walaupun mereka kurang bisa
menyelesaikan unit yang banyak, mereka akan tetap memperoleh upah
yang sama dengan yang diterima oleh tenaga kerja lain.
b. Kerugian sistem upah menurut waktu yaitu:
1) Para tenaga kerja yang terampil akan mengalami kekecewaan, karena
kelebihan mereka tidak dapat dimanfaatkan untuk memperoleh upah
yang lebih besar dibandingkan para tenag kerja yang kurang terampil,
sehingga tenaga kerja yang terampil kurang bersemangat dalam bekerja.
2) Adanya kecenderungan para pekerja untuk bekerja lamban, karena besar-
kecilnya unit yang dihasilkan tidak berpengaruh pada besar-kecilnya
upah yang mereka terima.
2. Sistem upah menurut unit hasil,
yang menentukan besar-kecilnya upah yang diterima tenaga kerja, tergantung
pada banyaknya unit yang dihasilkan. Semakin banyak unit yang dihasilkan,
semakin banyak upah yang diterima.
a. Keuntungan sistem upah menurut unit hasil yaitu:
1) Para tenaga kerja yang terampil akan mempunyai semangat kerja yang
tinggi, dan akan menunjukkan kelebihan keterampilannya, karena besar-
kecilnya unit yang dihasilkan akan menetukan besar-kecilnya upah yang
akan mereka terima. Akibatnya produktivitas perusahaan meningkat.
2) Adanya kecenderungan pekerja untuk bekerja labih semangat, agar
memperoleh upah yang lebih besar.
b. Kerugian sistem upah menurut unit hasil yaitu:
1) Para pekerja akan bekerja terburu-buru, sehingga kualitas barang kurang
terjaga.
2) Para pekerja yang kurang terampil akan selalu memperoleh upah yang
rendah, akibatnya mereka kurang mempunyai semangat kerja.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
3. Sistem upah dengan insentif,
yang menentukan besar-kecilnya upah yang akan dibayarkan kepada masing-
masing tenaga kerja tergantung pada waktu lamanya bekerja, jumlah unit yang
dihasilkan ditambah dengan insentif (tambahan upah) yang besar-kecilnya
didasarkan pada prestasi dan keterampilan kerja pegawai. Sistem upah dengan
insentif sering dianggap sebagai gabungan antara sistem upah menurut waktu
dengan sistem upah menurut unit hasil. Sistem ini diharapkan akan
memperoleh keuntungan dari kedua sistem tersebut. Namun sistem ini juga
memilki kerugian, yaitu sistem ini memerlukan sistem administrasi yang rumit,
sehingga memerlukan tambahan pegawai di bagian administrasi.
4. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan tarif upah, yaitu
dengan:
a. Rata-rata tingkat upah. Penentuan tarif upah dalam suatu departemen atau
pusat biaya dapat dilakukan dengan membuat estimasi jumlah pekerja dan
tingkat upah, kemudian di hitung rata-rata upah.
b. Rasio historis. Rasio historis antara jumlah upah yang dibayar dengan
jumlah jam kerja langsung dalam suatu departemen dapat berubah bila
kondisi berubah.
c. Standar akuntansi. Penetapan tarif upah dapat sama dengan standar
akuntansi biaya. Hal ini hanya dapat diterapkan jika perusahaan telah
memakai sistem akuntansi biaya standar untuk upah, sehingga tidak perlu
dibedakan antara standar dengan yang dianggarkan.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
suatu produk. Kemudian dengan observasi (biasanya dengan alat bantu
stopwatch) yang dilakuakan berulang-ulang akan dapat ditentukan standar
waktu setiap jenis pekerjaan.
2. Biaya standar. Jika sistem biaya standar telah diterapkan di dalam
perusahaan, biasanya telah dihitung pula jumlah kebutuhan jam kerja langsung
untuk setiap unit produk. Dengan demikian, standar jam kerja langsung
tersebut dapat digunakan dalam pembuatan anggaran jam kerja langsung
( dengan cara mengalikannya dengan rencana produksi).
3. Estimasi langsung oleh supervisor. Cara ini dilakukan dengan menanyakan
langsung kepada setiap supervisor departemen produksi, berapa perkiraan
jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk membuat rencana produksi. Dalam
membuat estimasi tersebut, supervisor harus berdasarkan pada pendapat
pribadi, pengalaman masa lalu, bantuan tingkat manajemen berikutnya, dan
bantuan dari staf teknis.
4. Estimsi dengan statistik. Catatan akuntansi biasanya sangat membantu
dalam menetukan jumlah jamkerja langsung. Rasio antara jam kerja langsung
dengan jumlah output dihitung dan kemudian disesuaikan dengan rencana
perubahan dalam departemen yang bersangkutan. Metode ini sangat tergantung
pada ketepatan pencatatan dan kesamaan proses produksi dari periode ke
periode. Metode ini mempunyai kelemahan, yaitu bahwa inefisiensi yang
terjadi pada masa lalu akan terbawa ke masa yang akan datang.
F. Jenis Anggaran Tenaga Kerja Langsung dan Persiapan Penyusunan
Anggaran Tenaga Kerja
Apabila memungkinkan, anggaran tenaga kerja dapat dibuat secara terpisah,
yakni anggaran jam kerja langsung dan anggaran biaya tenaga kerja langsung.
1. Anggaran jam tenaga kerja langsung
Anggaran ini harus mencantumkan data-data sebagai berikut:
a) Jenis barang yang dihasilkan perusahaan
b) Bagian-bagian yang terlibat slam proses produksi
c) Jumlah JTKL yang diperlukan untuk memproduksi tiap jenis barang
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
d) Waktu produksi barang
2. Anggaran biaya tenaga kerja langsung
Anggaran ini memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Jumlah barang yang diproduksi
b) JTKL yang diperlukan untuk mengerjakan 1 unit barang
c) Tingkat upah rata-rata per JTKL
d) Jenis barang yang dihasilkan perusahaan
e) Waktu produksi barang
Sebelum menyususn anggraan tenaga kerja perlu ditentukan lebih dahulu
satuan utama yang digunaka untuk menghitungnya. Yang paling sering digunakan
adalah perhitunga atas dasar jam brurh langsung dan biaya buruh langusng. Dalam
penyusunan anggraan ini terlebih dahulu membuat Manning Table.
Manning Table merupakan daftar kebutuhan tenaga kerja yang menjelaskan:
1. Jenis atau kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan
2. Jumlah masing-masing tenaga kerja tersebut pada berbagai tingkat kegiatan
3. Bagian-bagian yang membutuhkannya
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
4. Menentukan standar upah
5. Menyajikan dalam bentuk tabel
Contoh kasus 1
PT BCA, sedang mempersiapkan penyusunan anggaran tenaga kerja untuk tahun
2018. Data yang tersedia untuk keperluan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Rencana tingkat produksi
Triwulan Jumlah (unit)
1 5.000
2 4.000
3 6.000
4 8.000
Jawaban :
1. Anggaran Jam Kerja langsung menurut waktu, departemen dan produksi
Tabel 38 : PT BCA Anggaran Jam Kerja Langsung Tahun 2018
TW Departemen 1 Departemen 2 Jam Total
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Produksi Standar Jml jam Produksi Standar Jml jam
jam jam
1 5,000 2.4 12,000 5,000 1.5 7,500 19,500
2 4,000 2.4 9,600 4,000 1.5 6,000 15,600
3 6,000 2.4 14,400 6,000 1.5 9,000 23,400
4 8,000 2.4 19,200 8,000 1.5 12,000 31,200
∑ 23,000 2.4 55,200 23,000 1.5 34,500 89,700
Contoh kasus 2
Pada tahun 2018 direncanakan akan memproduksi sbb :
TW I : 1.200 unit
TW II : 1.300 unit
TW III : 1.400 unit
TW IV : 1.600 unit
Untuk memproses bahan mentah menjadi produk jadi dilakukan melalui 2 tahap,
yaitu melalui produksi pencampuran dan produksi finishing, yang masing-masing
bagian sebesar Rp 600,- pada bagian pencampuran dan Rp 750,- pada bagian
finishing. Standar jam pencampuran : 2 jam sedangkan bagian finishing 3 jam,
Susunlah anggaran TKL tahun 2018 yang terbagi kedalam anggaran JKL dan
Biaya TKL?
Jawaban
1. Anggaran jam kerja langsung (JKL)
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Tabel 40 : Anggaran Jam Kerja Langsung
Tahun 2018
TW Bagian Pencampuran Bagian Finishing Jam
Produksi Standar Jml jam Produksi Standar Jml jam Total
jam jam
1 1,200 2 2,400 1,200 3 3,600 6,000
2 1,300 2 2,600 1,300 3 3,900 6,500
3 1,400 2 2,800 1,400 3 4,200 7,000
4 1,600 2 3,200 1,600 3 4,800 8,000
∑ 5,500 2 11,000 5,500 3 16,500 27,500
Contoh kasus 3
PT Amanah menyajikan data kegiatan usaha bulan September 2017 sebagai
berikut :
Tabel 41 : Tenaga Kerja PT Amanah September 2017
No Golongan Jumlah Tenaga Upah per Orang
Tenaga Kerja Kerja per Jam
I A 50 Orang Rp 150,-
B 45 Orang Rp200,-
C 40 Orang Rp250,-
II A 30 Orang Rp300,-
B 25 Orang Rp350,-
C 20 Orang Rp400,-
III A 15 Orang Rp450,-
B 10 Orang Rp500,-
C 5 Orang Rp550,-
Perusahaan menetapkan kebijakan yang mulai berlaku bln Oktober 2017 sbb :
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
a. 20% dalam setiap golongan, kecuali golongan III C dinaikkan pangkatnya
setingkat lebih atas dari sebelumnya.
b. Khusus bagi setiap golongan tenaga kerja yang tidak meraih kenaikan pangkat,
akan dinaikkan gajinya 10% dari gaji sebelumnya.
c. Jam kerja sebesar 175 jam pada bulan September dinaikan menjadi 200 jam
pada bulan Oktober.
Atas dasar data diatas, tentukan persentase kenaikkan tingkat upah standar
per jam per orang secara keseluruhan
1. Tingkat upah standar per jam per orang bulan September
Tabel 42 : Tingkat Upah Tenaga Kerja PT Amanah
Golongan Tingkat Jumlah Jumlah Jumlah Nilai
Tenaga Upah/jam TK Jam
Kerja
I A Rp150,- 50 175 Rp 1.312.500
B Rp 200,- 45 175 Rp 1.575.000
C Rp 250,- 40 175 Rp 1.750.000
II A Rp 300,- 30 175 Rp 1.575.000
B Rp 350- 25 175 Rp 1.531.250
C Rp 400,- 20 175 Rp 1.400.000
III A Rp 450,- 15 175 Rp 1.181.250
B Rp 500,- 10 175 Rp 375.000
C Rp 550,- 5 175 Rp 431.250
240 175 Rp 11.681.250
tingkat upah standar per jam per orang bulan September = Rp. 11.681.250 /
(240 x 175)
2. Tingkat upah standar per jam per orang bulan Oktober
Tabel 43 : Tenaga Kerja PT Amanah Oktober 2017
Golongan Tingkat Jumlah Jumlah Jumlah Nilai
Tenaga Upah/jam TK Jam
Kerja
I A Rp 165 40 200 Rp 1,320,000
B Rp 220 36 200 Rp 1,584,000
B" Rp 200 10 200 Rp 400,000
C Rp 275 32 200 Rp 1,760,000
C" Rp 250 9 200 Rp 450,000
II A Rp 330 24 200 Rp 1,584,000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
A" Rp 300 8 200 Rp 480,000
B Rp 385 20 200 Rp 1,540,000
B" Rp 350 6 200 Rp 420,000
C Rp 440 16 200 Rp 1,408,000
C" Rp 400 5 200 Rp 400,000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Anggaran Perusahaan - 113
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB VII
BIAYA OVERHEAD PABRIK
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
RENCANA PENJUALAN
PERSEDIAAN AKHIR
PERSEDIAAN AWAL
RENCANA PRODUKSI
Pada topik Anggaran Bahan Baku dan Anggaran Tenaga Kerja Langsung
telah dikupas secara mendalam mengenai rencana biaya bahan mentah langsung
dan biaya tenaga kerja langsung. Materi kali ini membahas tentang perencanaan
dan pengendalian biaya overhead pabrik. Untuk rencana bahan mentah dan
anggaran biaya tenaga kerja langsung telah dibahas pada materi sebelumnya.
Materi ini diawali dengan pembahasan tentang pentingnya perencanaan Biaya
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Overhead Pabrik (BOP) bagi perusahaan. Pembahasan dilanjutkan dengan
mempelajari faktor-faktor yang harus dipahami untuk melakukan penyusunan
anggaran BOP, teknik pengalokasian BOP yang bersifat tidak langsung, dan
pembahasa pentingnya pemahaman tentang perbedaan pembebanan dan
pengendalian BOP. Materi ini akan diakhiri dengan pembahasan tentang anggaran
BOP sebagai sarana penyusunan Harga Pokok Produksi. Secara skematik dapat
dilihat pada gambar berikut yang menunjukkan bagaimana Harga Pokok Produksi
dilaporkan dalam kaitannya dengan penyusunan anggaran komprehensif.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya (cost) ini akan menjadi
beban/pengeluaran (expense) ketika telah dikonsumsi (dihabiskan). Sehingga yang
dimaksud dengan beban/pengeluaran (expense) adalah pengorbanan sumber
ekonomi yang terjadi sekarang atau biaya yang telah dikonsumsi sekarang. Untuk
tujuan akuntansi manajemen, kedua istilah ini didefinisikan secara terpisah.
Perencanaan yang baik harus dipusatkan pada hubungan antara tingkat
pengeluaran dengan manfaat yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Untuk
mendapatkan manfaat tertentu perusahaan tidak segan-segan mengeluarkan biaya
yang cukup besar. Sebagai contoh untuk meningkatkan volume penjualan,
perusahaan mengeluarkan biaya riset dan pengembangan produk yanga cukup
besar. Manfaat dari kegiatan tersebut tentunya adalah tercapainya kuota penjualan
yang besar. Untuk itu perusahaan juga harus mengeluarkan biaya promosi dan
distribusi yang besar. Sebuah perusahaan lain melakukan penelitian pasar untuk
mengetahui tingkah laku konsumen (consumers behaviour). Manfaat yang
diperoleh dari kegiatan ini antara lain :
1. Dapat diketahuinya market share yang dimiliki perusahaan.
2. Dapat diketahui siapa konsumen akhir barang yang dijual.
3. Dapat diketahui apa yang diinginkan konsumen dari barang yang dijual, dan
lain-lain.
Selain itu, perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan
sumber daya yang terbatas secara baik, bukan sekedar pengurangan biaya.
Beberapa perusahaan melakukan pemotongan pengeluaran-pengeluaran tanpa
mempertimbangkan akibat-akibatnya pada keuntungan yang akan diperoleh.
Sebagai contoh perusahaan tidak menyediakan sumber daya yang memadai untuk
memelihara harta seperti peralatan mesin dan bangunan-bangunan. Tidak dapat
dielakkan, keputusan-keputusan jangka pendek, walaupun mengurangi
pengeluaran-pengeluaran dalam jangka waktu tertentu, tetapi mengakibatkan
meningkatnya biaya karena kerusakan-kerusakan, mesin-mesin yang tidak efisien,
tenaga yang frustasi, kesalahan mesin, biaya perbaikan yang besar dan
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
berkurangnya umur harta. Sehingga untuk jangka panjang sebenarnya biaya yang
dikeluarkan semakin besar.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
antara lain adalah gaji, pajak kekayaan, asuransi, dan biaya penyusutan
(kecuali yang menggunakan Performane Method).
Biaya tetap hanya bersifat tetap dalam hubungannya dengan periode anggaran
dan kisar relevan (relevant range) tertentu. Kisar relevan adalah kisar kegiatan
normal, dalam arti bahwa perusahaan merencanakan untuk beroperasi pada
kisar kegiatan tersebut. Biaya tetap dapat berubah dari tahun anggaran tertentu
ke tahun anggaran lainnya apabila terdapat perubahan dalam tarif biaya (seperti
tarif asuransi, tarif gaji eksekutif atau tarif pajak bumi dan bangunan) atau
perubahan kebijakan manajemen (penambahan aktiva yang mempengaruhi
besarnya biaya depresiasi).
Berdasarkan wewenang untuk menentukan anggaran, maka untuk ketegori
BOP yang bersifat tetap ini wewenang penganggarannya terletak di luar (di
atas) bagian/departemen yang bersangkutan yaitu ditetapkan oleh Pusat
(direktur).
2. Biaya variabel (Variable cost)
Biaya variabel yaitu biaya yang totalnya berubah-ubah secara
proposional dengan perubahan volume kegiatan, tetapi per unitnya tetap.
Dengan demikian BOP variabel adalah BOP yang berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Semakin besar volume kegiatan, maka semakin
besar pula BOP. Sebaliknya, semakin kecil volume kegiatan, semakin kecil
pula BOP. Dalam hal ini tingkat kegiatan perusaahaan dinyatakan dalam satuan
aktivitas (activity base), seperti jam buruh langsung (DLH) jam mesin (DMH)
dan unit barang (kg, liter dan lain-lain). Biaya-biaya yang termasuk kategori
biaya variabel antara lain adalah biaya bahaan mentah langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan tenaga (power).
Berdasarkan kewenangan dalam menentukan anggaran, maka penentuan
besarnya biaya variabel ini untuk jumlah (volume) ditetapkan oleh bagian
masing-masing sedangkan untuk tarif (harga) ditentukan oleh pusat (direktur).
3. Biaya Semi variabel
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Biaya semi variabel adalah yang bersifat campuran, yakni antara biaya
tetap dan variabel. BOP semi variabel adalah BOP yang berubah, namun
perubahannya tidak sebandinng dengan perubahan volume kegiatan. Untuk
keperluan penentuan tarif BOP dan pengendalian biaya, maka BOP yang
bersifat semi variabel ini dipecahkan menjadi dua unsur biaya tetap dan biaya
variabel.
Biaya-biaya yang termasuk kategori biaya semi variabel antara lain
adalah biaya tenaga kerja tak langsung, biaya pemeliharaan, biaya peralatan,
dan biaya bahan mentah tak langsung dan lain-lain. Sebagai contoh adalah
biaya listrik. Biaya ini bersifat tetap karena setiap bulan perusahaan harus
membayar biaya berlangganan jasa listrik yang bersifat tetap, dan juga
memiliki unsur variabel karena biaya listrik ini bertambah seiring
meningkatnya perubahan volume kegiatan perusahaan.
Berdasarkan kewenangannya, maka penentuan besarnya anggaran biaya
semi variabel ini sepenuhnya terletak dibagian masing-masing. Sebagai contoh
adalah penganggaran biaya Administrasi yang diselenggarakan oleh bagian itu
sendiri.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung
tersebut. Tenaga keja tidak langsung terdiri dari :
a. Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-
departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan depertemen gudang
b. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti
kepala departemen produksi, karyawan adminstrasi pabrik, dan mandor.
3. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang
(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan
jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan
emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan equipmen,
kendaraan, perkakas laboraturium, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk
keperluan pabrik.
4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-
biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan equipmen,
perkakas laboraturium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di
pabrik.
5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-
biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipmen,
asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi
karugian trial-run.
6. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran
uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya
listrik PLN dan sebagainya.
Oleh karena begitu banyaknya jenis biaya-biaya yang terjadi di dalam
pabrik, maka memerlukan perhatian khusus. Untuk merencanakan besarnya dana
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya overhead pabrik, terdapat dua
masalah pokok yang perlu perhatian khusus yakni penanggungjawab perencanaan
biaya.
Pelaksanaan anggaran yang konprehensif memerlukan sistem akuntansi
pertanggungjawaban (responsibility accounting system) atau kerap dikenal dengan
prinsip biaya departemen langsung (direct departmental cost). Setiap pusat
tanggung jawab memiliki tanggung jawab dan sumber daya masing-masing.
Setiap pusat pertangggungjawaban merupakan suatu sub-unit perusahaan dan
berada dibawah kendali seorang manajer. Dengan membandingkan antara rencana
(anggaran) dengan realisasi, seorang manajer yang memimpin suatu pusat
pertanggungjawaban dapat mengetahui apakah sub unitnya telah mencapai
sasaran secara efektif dan telah menggunakan sumber-sumber secara efisien.
Atas dasar prinsip inilah dikenal dengan adanya pembagian struktur
organisasi menjadi departemen produksi dan departemen jasa untuk kegiatan yang
dilakukan di pabrik.
1. Departemen produksi (producing department)
Merupakan departemen (bagian) di dalam pabrik yang mengolah bahan
mentah menjadi barang jadi/produk akhir, dan menjadi bagian secara langsung
memproses barang jadi. BOP yang terjadi di departemen produksi dikenal
sebagai BOP langsung.
2. Departemen jasa (service department)
Merupakan departemen (bagian) di pabrik yang menyediakan jasanya
dan secara tidak langsung ikut berperan dalam proses produksi. Biaya yang
terjadi di departemen (bagian) jasa ini mungki sebagian dari jasa yang
disediakan digunakan sendiri. Dengan demikian BOP yang terjadi di
departemen jasa ini lebih dikenal sebagai BOP tidak langsung.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diklasifikasikan dua jenis biaya
overhead pabrik, sesuai tanggung jawab masing-masing departemen (bagian)
yakni:
1. BOP langsung (direct departmental overhead expensees)
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
adalah BOP yang terjadi di departemen tertentu dan manfaatnya hanya
dinikmati oleh departemen tersebut. Contoh biaya ini adalah gaji mandor
departemen produksi, biaya depresiasi mesin dan biaya bahan penolong.
2. BOP tidak langsung (indirect departmental overhead expenses)
adalah BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen.
Contoh BOP ini adalah biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung
pabrik (dengan asumsi gedung pabrik digunakan oleh beberapa departemen
produksi).
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu dalam penentuan kapasitas
seperti penghentian pabrik yang tidak dapat dihindari karena kerusakan
mesin.
b. Kapasitas Normal
Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual
produknya dalam jangka panjang. Jika dalam penentuan kapasitas praktis
hanya diperhitungkan kelonggaran-kelonggaran waktu akibat faktor-faktor
intern perusahaan, maka dalam penentuan kapasitas normal diperhitungkan
pula kecenderungan penjualan dalam jangka panjang.
c. Kapasitas Sesungguhnya yang Diharapkan
Adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai
dalam tahun yang akan datang. Jika anggaran BOP didasarkan pada
kapasitas sesungguhnya yang diharapkan, maka berarti ramalan penjualan
tahun yang akan datang dipakai sebagai dasar penentuan kapasitas,
sedangkan jika anggaran tersebut didasarkan pada kapasitas praktis dan
normal, maka titik berat diletakkan pada kapasitas fisik pabrik.
Penentuan tarif BOP atas dasar kapasitas sesungguhnya yang
diharapkan merupakan pendekatan jangka pendek, dan metode ini umumnya
mengakibatkan digunakan tarif yang berbeda dari periode ke periode.
Penentuan tarif BOP atas dasar kapasitas praktis atau kapasitas normal
merupakan pendekatan jangka panjang, yang menghubungkan tingkat
kegiatan perusahaan dengan kapasitas fisik pabrik dan tidak dipengaruhi
oleh perubahan-perubahan penjualan yang bersifat sementara. Dengan
pendekatan ini tarif BOP relatif konstan untuk jangka waktu yang relatif
lama.
2. Memilih dasar pembebanan BOP kepada produk
Setelah anggaran BOP selesai disusun, maka langkah selanjutnya adalah
memilih dasar yang akan dipakai untuk membebankan secara adil BOP kepada
produk. Dasar pembebanan ini dikenal sebagai satuan kegiatan atau satuan
penghitung yakni satuan yang dipakai untuk mengetahui jumlah kegiatan yang
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
telah dilakukan oleh bagian produksi dan bagian jasa dalam rangka proses
produksi. Satuan kegiatan ini sangat diperlukan dalam penyusunan anggaran
BOP karena pada prinsipnya BOP merupakan hasil perkalian antara satuan
kegiatan dengan tarif BOP.
Beberapa dasar yang dapat dipakai sebagai satuan kegiatan untuk
membebankan BOP kepada produk, antara lain:
a. Satuan produk
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dan langsung
membebankan BOP kepada produk. Beban BOP untuk setiap produk
dihitung dengan formula berikut:
Tarif BOP persatuan = Taksiran BOP + Taksiran jumlah satuan produk
Metode ini cocok digunakan untuk perusahaan yang hanya
memproduksi satu jenis produk. Jika perusahaan menghasilkan lebih dari
macam produk yang serupa dan berhubungan erat satu dengan yang lain,
maka pembebanan dengan dasar tertimbang atau dasar nilai.
b. Biaya bahan mentah
Jika BOP yang dominan bervariasi dengan nilai bahan mentah (misal
biaya asuransi bahan baku), maka dasar yang dipakai untuk
membebankannya kepada produk adalah biaya bahan bakuyang dipakai.
Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
Tarif BOP persatuan = Taksiran BOP + Taksiran biaya bahan mentah yang
dipakai
c. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jika sebagian besar elemen BOP mempunyai hubungan yang erat
dengan jumlah upah TKL (contoh pajak penghasilan atas upah karyawan
yang ditanggung perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk
membebankan adalah biaya TKL.
Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut:
Tarif BOP persatuan = Taksiran BOP + Taksiran biaya tenaga kerja langsung
d. Jam Tenaga Kerja Langsung (JTKL)
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Oleh karena ada keterkaitan yang sangat erat antara biaya TKL dengan
jumlah jam kerja langsung, maka BOP dibebankan atas dasar jam tenaga
kerja langsung.
Formula perhitungan tarif BOP adalah sebagai berikut :
Tarif BOP persatuan = Taksiran BOP + Taksiran jam tenaga kerja
e. Jam Mesin
Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (contoh
bahan bakar atau listrik dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar yang
dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin. Formula perhitungan
tarif BOP adalah sebagai berikut:
Tarif BOP persatuan = Taksiran BOP + Taksiran jam kerja mesin
Penentuan atau pemilihan satuan kegiatan ini merupakan tanggung jawab
manajer produksi. Ia harus berhati-hati dalam hal ini. Kesalahan memilih
satuan kegiatan mengakibatkan kesalahan pembebanan biaya overhead ke
setiap bagian, atau kesalahan pembebanan biaya overhead kepada barang-
barang yang disediakan. Ia akan mengakibatkan kesalahan harga pokok
produksi.
3. Menghitung tarif BOP
Setelah anggaran BOP selesai disusun dan ditentukan besar satuan
kegiatan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif BOP dengan rumus
sebagai berikut:
Formula:
Jumlah BOP dianggarkan = Tarif BOP + Tingkat kegiatan yang direncanakan
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Dalam metode ini, BOP departemen jasa dialokasikan ke tiap-tiap
departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan
apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen jasa hanya
dinikmati/dimanfaatkan oleh departemen produksi, dan tidak ada departemen
jasa lain yang memakai jasa tersebut (Departemen Jasa tidak memakai
jasanya).
2. Metode Alokasi Bertahap (Step Method)
Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen jasa tidak
hanya dinikmati oleh departemen produksi saja, melainkan digunakan pula
oleh departemen jasa yang lain. Sebagai contoh bagian jasa terdiri dari bagian
pembangkit tenaga listrik dan bagian reparasi. Bagian pembangkit tenaga
listrik menggunakan sebagian jasa yang disediakan oleh bagian reparasi untuk
memperbaiki mesin-mesin diesel. Sebaliknya bagian reparasi menggunakan
pula sebagian jasa yang disediakan oleh bagian pembangkit listrik untuk
menggerakkan peralatan reparasi.
Satu metode untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik bagian jasa
apabila terjadi hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode
aljabar (Algebraic method). Dalam metode ini biaya overhead pabrik yang
timbul di masing-masing bagian jasa dinyatakan dalam formula berikut:
X = a1 + b1 Y
Y = a2 + b2 X
Z = a3 + b3 Z
Dst…..
Keterangan:
X = jumlah BOP bagian jasa X setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa Y
Y = jumlah BOP bagian jasa Y setelah menerima alokasi BOP dari bagian jasa X
a1 = BOP bagian jasa X sebelum alokasi
a2 = BOP bagian jasa Y sebelum alokasi
b1 = Persentase penggunaan jasa bangian jasa Y oleh bagian X
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
b2 = Persentase penggunaan jasa bangian jasa X oleh bagian Y
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2. Biaya bahan mentah untuk masing-masing (anggaran bahan mentah)
3. Biaya tenaga kerja langsung untuk masing-masing barang (anggaran tenaga
kerja)
4. Biaya overhead pabrik untuk masing-masing departemen produksi dan
departemen jasa (pembantu)
5. Satuan kegiatan masing-masing deparetemen produksi dan departemen jasa
(pembantu)
6. Angka-angka standar pada masing-masing departemen
Informasi tentang harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu
tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. Menentukaan harga jual produk
Informasi taksiran biaya produksi per satuan yangakan dikeluarkan untuk
memproduksi produk dalam jangka waktu tertentu dapat dipakai sebagai salah
satu dasar untuk menentukan harga jual per unit produk yang akan dibebankan
kepada pembeli. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit
merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan di samping informasi
biaya lain serta informasi non biaya.
2. Memantau realisasi biaya produksi
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya
dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi. Informasi ini berguna
untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi
yang sesuai dengan perhitungan sebelumnya.
3. Menghiting laba rugi perusahaan
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah
dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam periode tertentu. Informasi ini
berguna untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran dalam
periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau justru mengakibatkan
rugi bruto.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Pada waktu manajemen membuat pertanggungjawaban keuangan
periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi. Di dalam neraca, manejemen harus menyajikan harga pokok
persediaan produk persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada
tanggal neraca masih dalam proses.
Contoh kasus 1
Sebuah gedung dipakai bersama oleh pabrik , bagian admistrasi umum dan bagian
administrasi penjualan. Luas gedung 1000 m2 yang penggunanya dibagi sbb :
Pabrik = 600 m2
Administrasi = 100 m2
Penjualan = 300 m2
= 1000 m2
Biaya depresiasi per tahun sebesar Rp 5.000.000,-
Berapa besarnya biaya overhead pabrik (BOP) yang berasal dari biaya depresiasi.
Jawab :
Besarnya BOP = (600/1000) x Rp. 5.000.000 = Rp. 3.000.000
Biaya overhead pabrik tahun 2017 pada departemen produksi dan departemen jasa
sebesar Rp 65.000.000,- dengan rincian sbb :
a. BOP departemen produksi
Departemen produksi I = RP 30.000.000,-
Departemen produksi II = Rp 20.000.000,-
= Rp 50.000.000,-
b. BOP departemen jasa
Departemen jasa A = Rp 5.000.000,-
Departemen jasa B = Rp 6.000.000,-
Departemen jasa C = Rp 4.000.000,-
= Rp 15.000.000,-
c. Penggunaan jasa
Tabel 44 : Proporsi Penggunaan Jasa
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Pemberian Pemakaian Jasa
Jasa Jasa Jasa Jasa Produksi Produksi
A B C I II
Jasa A - 10% 15% 30% 45%
Jasa B - - 20% 30% 50%
Jasa C - - - 60% 40%
Jawab :
Perhitungan tarif BOP departemen produksi I dan produksi II sbb :
Tabel 45 : Pembebanan BOP
Keterangan Departemen I Departemen II
Jasa A Jasa B Jasa C Produksi I Produksi II
BOP sebelum alokasi 5.000.000 6.000.000 4.000.000 30.000.000 20.000.000
Alokasi dari
Jasa A - 500.000 750.000 1.500.000 2.250.000
Jasa B - 6.500.000 1.300.000 1.950.000 3.250.000
Jasa C - 6.050.000 3.630.000 2.420.000
BOP setelah alokasi 37.080.000 27.920.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Penjelasan
a. Alokasi dari Jasa A ke
Jasa B = 10% x 5.000.000 = 500.000
Jasa C = 15% x 5.000.000 = 750.000
Produksi I = 30% x 5.000.000 = 1.500.000
Produksi II = 45% x 5.000.000 = 2.250.000
b. Alokasi dari Jasa B ke
Jasa C = 20% x 6.500.000 = 1.300.000
Produksi I = 30% x 6.500.000 = 1.950.000
Produksi II = 50% x 6.500.000 = 3.250.000
c. Alokasi dari Jasa C ke
Produksi I = 60% x 6.050.000 = 3.630.000
Produksi II = 40% x 6.050.000 = 2.420.000
Contoh kasus 2
PT. Serdadu ,memproduksi dua produk yaitu produk X dan Y Kedua produk
diproses melaui dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Tarif BOP
ditentukan berdasarkan rencana kegiatan tahunan.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
b. Penggunaan hasil kegiatan Departemen Jasa
Pemakaian Pemberi Jasa
Jasa Jasa I Jasa II
Produksi I 45% 35%
Produksi II 40% 45%
Jasa I - 20%
Jasa II 15% -
Petunjuk : Angka satuan terkecil dibulatkan dalam puluhan, kecuali untuk
pertanyaan no.3 (tarif BOP).
Diminta untuk :
a. menghitung besarnya BOP keseluruhan masing-masing departemen
produksi setelah menyerap BOP dari departemen jasa.
b. Menghitung tarif BOP masing-masing departemen produksi untuk setiap
satuan kegiatan
Jawab
Persamaan :
X= 3.000.000 + 0,20 Y
Y= 2.400.000 + 0,15 X
X= 3.000.000 + 0,20 Y (2.400.000 + 0,15 X)
X= 3.000.000 + 480.000 + 0,03 X
X – 0,03X = 3.480.000
0,97 X = 3.480.000
X = Rp 3.587.630
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
= Rp 2.938.145
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB VIII
BIAYA VARIABEL
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
sebaiknya telah mempunyai persiapan yang cukup untuk menghadapi terjadinya
perubahan tersebut.
Untuk persiapan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya perubahan
yang ada di dalam perusahaan tersebut, manajemen perusahaan dapat menyusun
anggaran dalam bentuk yang berbeda dengan anggaran yang bersifat tetap.
Anggaran ini biasa disebut dengan Anggaran Variabel. Disebut anggaran variabel
karena anggaran ini disusun di dalam beberapa tingkat kapasitas yang tidak tetap
melainkan bersifat variabel. Dengan disusunnya anggaran variabel, maka
manajemen perusahaan akan dapat lebih mengetahui berapa besarnya perubahan
pendapatan dan perubahan biaya yang akan terjadi seandainya terjadi perubahan
kapasitas yang dipergunakan di dalam perusahaan.
Sedangkan anggaran tetap (fixed budget) merupakan anggaran yang disusun
atas dasar satu titik tingkat kapasitas tertentu, maka anggaran variabel ini
merupakan anggaran yang disusun atas dasar suatu interval kapasitas yang ada di
dalam perusahaan.
Dari semua pengertian dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
anggaran variabel adalah anggaran yang dapat berubah-ubah sesuai dengan
perubahan kapasitas produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Semakin
banyak produk atau output yang dihasilkan perusahaan maka semakin besar pula
anggaran atau biaya variabel yang dikeluarkan perusahaan. Hal ini dikarenakan
ada penambahan biaya untuk membeli bahan baku dan bahan pembantu yang
diperlukan dalam proses produksi perusahaan tersebut.
B. Tujuan Anggaran Variabel
Tujuan pendekatan anggaran variabel yang utama adalah untuk
menunjukkan bagaimana dan sampai sejauh mana biaya dipengaruhi oleh volume
output. Hubungan antara faktor biaya dan output tersebut ditunjukkan dalam
anggaran variabel ini.
Dengan demikian, anggaran variabel menjadi rumus atau petunjuk yang
mempedomani bagaimana setiap elemen biaya akan berubah sehubungan dengan
adanya perubahan dalam volume, output atau tingkat kegiatan perusahaan.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Hubungan tersebut ditunjukkan dalam suatu relevant range, yakni suatu interval
batas berlakunya anggaran variabel yang disusun. Ditetapkannya interval tersebut
mengingatkan bahwa biaya-biaya tetap dalam jangka panjang bisa berubah.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Secara umum dapat dikatakan bahwa penggunaan anggaran variabel di
dalam suatu perusahaan akan mempunyai manfaat yang besar khususnya di
dalam perencanaan dan pengendalian penggunaan dana didalam perusahaan.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Relevant range menjadi batas sampai sejauh mana biaya-biaya betul-betul
bersifat tetap. Pada umumnya, biaya-biaya tersebut akan bersifat tetap pada
suatu relevant range tertentu dan akan berubah di luar range tersebut. Hanya
sedikit biaya yang betul-betul bersifat konstan dalam berbagi tingkat
penggunaan kapasitas dari nol sampai kapasitas penuh.
c. Dasar pengukuran
Biaya tetap pada umumnya diperhitungkan berdasarkan satuan waktu,
umpamanya bulan atau tahun. Kedua satuan tersebut lebih lazim digunakan.
Gaji karyawan misalnya ditentukan atas dasar bulanan, depresiasi
ditentukan atas dasar bulanan tahunan.
d. Konstan dalam total dan berubah dalam rata-rata
Biaya ini secara total tidak berubah untuk suatu periode waktu tertentu,
namun biaya ini bersifat variabel yakni cenderung menurun seiring
meningkatnya jumlah kegiatan (output), atau meningkat seiring penurunan
jumlah kegiatan.
e. Dapat dibebankan kepada departemen-departemen berdasarkan keputusan
manajerial atau menurut metode alokasi biaya
f. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen
eksekutif daripada penyelia operasi.
2. Biaya Variabel
Adalah biaya yang berubah searah dan sebanding dengan perubahan output
atau aktifitas.
Ciri-ciri biaya variabel:
a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan
volume.
b. Biaya perunit relatif konstan meskipun volume berubah dalam rentang yang
relevan.
c. Dapat dibebankan kepada departemen operasi dengan cukup mudah dan
tepat.
d. Dapat dikendalikan oleh seorang kepala departemen tertentu.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
3. Biaya Semi Variabel
Merupakan biaya yang jumlahnya bertambah besar dengan semakin besarnya
tingkat kegiatan di dalam perusahaan, namun pertambahan jumlah biaya ini
tidak sebanding dengan pertambahan tingkat kegiatan yang ada. Dapat
diartikan bahwa biaya semi variabel mengandung unsur-unsur biaya yang
bersifat tetap maupun yang bersifat variabel.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
output. Contohnya pada pabrik rokok yang memproduksi rokok berfilter dan tak
berfilter. Tentu saja hasil produksi kedua macam jenis rokok tersebut tidak dapat
langsung dijumlahkan. Oleh karena itu, sebaiknya digunakan satuan dasar
kegiatan yang berhubungan dengan lamanya proses produksi per satuan output
pada bagian tersebut. Misalnya bagian produksi tertentu menggunakan jam buruh
langsung, sedangkan pada bagian lain menggunakan jam mesin langsung.
Sebelum menetapkan satuan dasar kegiatan yang akan digunakan pada suatu
bagian, beberapa faktor di bawah ini perlu dipertimbangkan:
Satuan dasar kegiatan yang dipilih harus mencerminkan ukuran kegiatan secara
keseluruhan pada bagian atau departemen yang bersangkutan
1. Satuan dasar kegiatan yang dipilih harus dapat mengukur perubahan-
perubahan tingkat output yang dapat mengakibatkan perubahan-perubahan
tingkat biaya
2. Satuan dasar kegiatan yang dipilih sebisa mungkin hanya dapat
dipengaruhi oleh tingkat output sebagai faktor variabel
3. Satuan dasar kegiatan yang dipilih harus mudah untuk dipahami, mudah
untuk dihitung dan dapat mudah untuk diaplikasikan dalam proses
penganggaran.
4. Satuan dasar kegiatan yang dipilih tidak mendatangkan biaya tambahan
dalam perhitungan dan penggunaannya
Dalam pemilihan satuan dasar kegiatan hendaknya harus teliti. Karena
apabila ada kesalahan maka akan mengakibatkan kesulitan dalam menganalisa
variabilitas biaya disebabkan hubungan yang tidak jelas antara perubahan tingkat
kegiatan dan tingkat biaya yang terjadi.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
kepentingan ini tentunya harus diketahui seberapa besarnya porsi biaya tetap dan
seberapa besar pula porsi biaya variabel sehingga penghitungan jumlah biaya
untuk masing-masing tingkat kapasitas akan dapat dibuat dengan mudah.
Berikut ini beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan untuk
memisahkan unsur tetap dan variable :
1. Metode Perkiraan Langsung
Metode perkiraan langsung hanya dapat dipakai pada keadaan tertentu
dimana perhitungan unsur-unsur biaya secara kuantitatif tidak dapat dilakukan
karena suatu sebab. Dalam dunia praktis memang hal ini sering dijumpai dan
bahkan lebih sering dipakai oleh para perencana biaya yang telah
berpengalaman dan yang ingin menghindari perhitungan-perhitungan yang
sistematis. Meskipun demikian tidak dapat dikatakan bahwa metode ini dapat
digunakan begitu saja tanpa memperhatikan data yang berhubungan. Karena itu
metode ini dapat dilaksanakan dalam dua bentuk. Pertama, berdasarkan
perkiraan pihak yang terlibat langsung dan bertanggung jawab didalam proses
produksi dan kedua, dengan berdasarkan pada analisa data historis dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan manajemen.
Pada bentuk pertama perkiraan unsur-unsur biaya sangat diutamakan
pada kemampuan seorang “industrial engineer” yang harus benar-benar
terlihat pada proses produksi, yang mencakup desain barang-barang yang
dihasilkan, layout pabrik, urutan proses produksi, dan segala permasalahan
maupun biaya yang berhubungan. Karenanya ia memegang peranan yang
sangat penting dalam hal penyediaan data biaya produksi untuk keperluan
penyusunan anggaran. Cara ini sangat menitikberatkan pada analisa dan
observasi langsung pada proses produksi, sehingga didapatkan data yang tepat
mengenai konsumsi bahan mentah, tenaga kerja dan tenaga listrik. Cara ini
diperlukan apabila data historis tentang semuanya tidak tersedia atau tidak
dapat dipakai lagi untuk masa mendatang. Atau meskipun data historis cukup
tersedia, cara ini dapat dipakai sebagai alat penguji analisa data historis.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Pada bentuk kedua perkiraan unsur-unsur biaya lebih dititikberatkan pada
analisa terhadap data biaya historis, interpretasi kebijaksanaan-kebijaksanaan
manajemen, dan evaluasi sifat-sifat dan sebab-sebab timbulnya biaya. Cara ini
dapat pula dipakai sebagai alat pembanding perkiraan biaya yang
menggunakan cara terdahulu.
Berikut ini beberapa keadaan yang secara umum dimana perkiraan
langsung layak digunakan, yaitu :
a. Suatu bagian baru saja didirikan, sehingga data historis biaya di bagian
tersebut tidak tersedia atau tidak memadai.
b. Dilakukannya kegiatan yang tidak rutin, yang dapat menimbulkan biaya
yang cukup besar pada perusahaan umpamanya pengaturan kembali
peralatan-peralatan pabrik.
c. Mulai dipakainya mesin baru sehingga perusahaan bekerja dengan
kapasitas baru. Kemungkinan pula akibatnya biaya produksi berubah juga,
dan pola biaya historis tidak cocok lagi untuk estimasi biaya dimasa
mendatang.
d. Terjadi perubahan pada metode produksi. Akibatnya kemungkinan pola
biaya berubah pula.
e. Terjadi perubahan-perubahan manajemen yang mungkin dapat
mempengaruhi pola biaya.
2. Metode Tinggi-Rendah
Dari geometri dasar, kita mengetahui bahwa dua titik diperlukan untuk
menentukan suatu garis. Sekali kita mengetahui dua titik pada suatu garis
maka persamaannya dapat ditentukan. Ingat bahwa F, komponen biaya tetap
adalah perpotongan garis jumlah biaya dan bahwa V, biaya variabel per unit
adalah kemiringan garis. Dengan dua titik tersebut kemiringan dan
perpotongan dapat ditentukan.
Metode tinggi-rendah sebelumnya memilih dua titik yang akan
digunakan untuk menghitung parameter F dan V. secara spesifik metode
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
menggunakan titik tinggi dan rendah.Titik tinggi didefinisikan sebagai titik
yang mempunyai tingkat kegiatan tertinggi. Titik rendah didefinisikan sebagai
titik yang mempunyai tingkat kegiatan terendah.
Misalkan ( X1 , Y1 ) adalah titik pertama, sebut saja titik rendah dan
(X2 , Y2 ) titik kedua sebagai titik tertinggi. Persamaan untuk menentukan
kemiringan dan perpotongan secara berturut-turut:
V = Perubahan pada biaya/Perubahan pada kegiatan
= (Y2-Y1) / (X2-X1) dan
F = Jumlah biaya gabungan - Biaya Variabel
= Y2-V.(X2) atau
F = Y1 - V.(X1)
Perhatikan bahwa komponen biaya tetap dihitung menggunakan jumlah
biaya pada titik (X2,Y2) atau (X1,Y1)
Contoh
Berikut ini data biaya penanganan dan jumlah perpindahan bahan baku
Perusahaan Maju Sejahtera selama sepuluh bulan terakhir.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Agustus 5000 400
September 6500 475
Oktober 6000 425
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
b. Jika titik-titik ini bukan di luar garis, pasangan titik-titik lainnya jelas lebih
mewakili.
3. Metode Diagram Pencar
Yang pertama kali harus dilakukan dalam metode diagram pencar adalah
mengumpulkan data dari sejumlah biaya-biaya masa lalu pada berbagai tingkat
kegiatan. Kemudian data tersebut digambarkan dalam grafik dua sumbu.
Sumbu vertikal atau sumbu Y untuk menggambarkan biaya. Sedangkan sumbu
horizontal atau sumbu X untuk menggambarkan tingkat kegiatan.
Langkah selanjutnya membuat garis lurus sedekat mungkin dengan titik-
titik tersebut. Untuk menentukan besarnya komponen biaya tetap dilakukan
dengan cara memperpanjang garis lurus sampai memotong sumbu vertikal.
Titik potong di sumbu vertikal menunjukkan besarnya Biaya Tetap Total
(Total Fixed Cost/TFC). Untuk biaya variabel total dihitung dengan cara
mengurangi biaya total atau Total Cost dengan biaya tetap total. Biaya variabel
per unit dapat dihitung dengan cara membagi biaya variabel total dengan
tingkat kegiatan dari biaya total yang telah dipilih.
Contoh
Berikut ini data biaya pemeliharaan mesin per bulan tahun 20XX
Tabel 47 : Biaya Pemeliharaan Mesin per Bulan
Tahun 20XX
Bulan Jam Mesin (X) Biaya (Y)
Januari 450 550.000
Februari 500 460.000
Maret 500 580.000
April 400 520.000
Mei 350 500.000
Juni 300 450.000
Juli 250 350.000
Agustus 200 340.000
September 350 480.000
Oktober 380 500.000
November 550 680.000
Desember 600 700.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Selanjutnya dibuat diagram pencar :
Dalam Diagram Pencar di atas nampak bahwa biaya tetap modal berada
pada titik Rp 220.000,-. Ini terjadi pada titik perpotongan yang terjadi pada
sumbu vertikal atau sumbu Y.
Perhitungan VC adalah:
Biaya Total (bulan Desember) = Rp 700.000,-
Biaya Tetap Total = Rp 220.000,-
Biaya Variabel Total = Rp 480.000,-
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Misalnya pada tingkat kegiatan 200 jam mesin, besarnya biaya pemeliharaan
adalah:
Y = 220.000+800 (X)
Y = 220.000+800(200)
Y = Rp 380.000,-
4. Metode Korelasi
Metode pemisahan biaya dengan menggunakan konsep tatistik korelasi. Fungsi
matematis dibuat berdasarkan analisis hubungan antara dua variabel yakni
variabel Y yang mewakili biaya dan variabel X yang mewakili satuan kegiatan.
5. Metode Matematis
Metode pemisahan biaya dengan menggunakan konsep matematik dimana
Y = a + bX. Y mewakili Jumlah biaya dan X mewakili Volume kegiatan, a
mewakili Biaya Tetap dan b mewakili biaya variabel per unit. Penyusunan
fungsi matematis dilakukan dengan memperhatikan sifat dan karakteristik
biaya.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Bentuk umum dari bentuk formula tersebut adalah sebagai berikut:
Formula: Y = a + b X
dimana,
Y = jumlah biaya
a = komponen biaya tetap per periode
b = komponen biaya variabel per unit
X = unit kegiatan yang dilakukan
Penyajian anggaran variabel dengan bentuk formula ini sangat singkat,
namun diperlukan ketelitian dan ketekunan untuk dapat membacanya. Hal ini
disebabkan oleh karena jumlah biaya yang sesungguhnya terjadi tidak disajikan
secara eksplisit melainkan harus diperhitungkan kembali berdasarkan rumus
yang disajikan tersebut.
2. Bentuk Grafik
Sesuai dengan namanya maka anggaran variabel yang satu ini akan
disajikan dengan grafik sesuai dengan data yang ada. Anggaran variabel yang
ditampilkan dengan bentuk grafik dipakai sebagai pelengkap kedua bentuk
sebelumnya. Dapat digambarkan dalam bentuk grafik secara jelas antara
output dengan biaya yang terjadi pada berbagai tingkat output.
3. Bentuk Tabel
Penyajian anggaran variabel dengan bentuk tabel lebih mudah dibaca
dibandingkan dengan kedua bentuk lainnya. Setiap biaya yang timbul dalam
suatu tingkat kapasitas tertentu akan diperlihatkan jumlahnya. Namun karena
semakin banyak tingkat kapasitas yang diperlihatkan maka akan semakin
banyak kolom yang harus disediakan. Sehingga pada umumnya anggaran
variabel dalam bentuk tabel akan disajikan dalam kelipatan kapasitas tertentu
dari kisar relevan yang ada.
Disamping kemudahannya membaca anggaran variabel dengan bentuk
tabel, terdapat pula kelemahannya penyajian dengan cara ini. Apabila setiap
kapasitas yang ada akan diberikan satu kolom, maka anggaran variabel tersebut
akan mempunyai kolom yang sangat banyak sehingga nantinya akan sulit
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
dibaca. Sebaliknya apabila kelipatan kapasitas yang disajikan terlalu besar,
maka manajemen perusahaan akan kesulitan dalam mengetahui jumlah biaya
ataupun pendapatan pada kapasitas yang disajikan tersebut.
Oleh karena itu, dalam menentukan kelipatan kapasitas ini, manajemen
perusahaan perlu untuk mempertimbangkan kapasitas-kapasitas yang lebih
sering dipergunakan didalam perusahaan. Sehingga di dalam kapasitas-
kapasitas tersebut dapat diketahui besarnya pendapatan, biaya dan keuntungan
dengan mudah.
Contoh kasus 1
Metode Biaya Berjaga – jaga (stand by cost method)
Biaya overhead pabrik pada suatu perusahaan memproduksi 2.000 unit adalah
sebesar Rp 3.600.000,- kemudian perusahaan menghentikan aktivitasnya selama
sebulan. Biaya yang dikeluarkan pada waktu perusahaan tidak memproduksi
adalah sebesar Rp 1.600.000,- maka besarnya unsur biaya tetap dan variabel dari
biaya overhead pabrik tersebut diperkirakan dengan cara sbb :
Biaya overhead pada produksi : 2.000 unit =Rp3.600.000,-
Biaya overhead pada produksi : 0 unit = Rp 1.600.000,-
Selisih : 2.000 unit = Rp 2.000.000,-
(biaya variabel pada produksi)
Biaya variabel per unit = Rp. 2.000.000 / 2.000 unit
= Rp. 1.000
Contoh kasus 2
Metode Titik Tertinggi Terendah
Biaya overhead yang dikeluarkan selama tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Tabel 48 : Biaya Overhead
Biaya overhead pabrik
Bulan Besarnya biaya overhead (Rp) Produksi (unit)
Januari 8.400.000,- 5.100
February 7.500.000,- 4.600
Maret 12.000.000,- 6.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
April 10.400.000,- 5.600
Mei 6.000.000,- 2.000
Juni 9.100.000,- 5.400
a. Aktivitas tertinggi saat produksi sebesar 6.000 unit dengan total biaya sebesar
Rp 12.000.000,-
b. Aktivitas terendah saat produksi sebesar 2.000 unit dengan total biaya sebesar
Rp 6.000.000,-
c. Biaya variable per unit = (12.000.000 – 6.000.000) / (6.000 – 2.000)
= 6.000.000 / 4.000
= 1.500
d. Biaya tetap per bulan
Biaya total pada aktivasi tertinggi : Rp.12.000.000,-
Biaya variable : 6.000 unit x Rp.1.500,- : Rp. 9.000.000,- (-)
Biaya tetap per bulan : Rp. 3.000.000,-
Kalau dihitung dari aktivitas terendah
Biaya total : Rp. 6.000.000,-
Biaya variable: 2.000 unit x Rp.1.500,- : Rp. 3.000.000,- (-)
Biaya tetap per bulan : Rp. 3.000.000,-
Contoh kasus 3
Metode perkiraan langsung
Misalnya, anggaran biaya produksi pada tahun 2016 sebesar Rp 5.000.000,-
dengan produksi sebesar 1.000 unit. Bila biaya tetap per tahun diperkirakan
sebesar 60% dan biaya variabel sebesar 40% maka biaya variable per unit pada
tahun2016 adalah sebagai berikut :
Biaya tetap per tahun = 60% x Rp 5.000.000,-
= Rp 3.000.000,-
Biaya variabel = 40% x Rp 5.000.000,-
= Rp 2.000.000,-
Contoh kasus 4
PT PODOMORO, memiliki data untuk tahun 2016 sebagai berikut:
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
1. Biaya bahan baku langsung per unit Rp 440 dan biaya tenaga kerja langsung
per unit Rp 380
2. Komponen Biaya overhead pada tingkat produksi minimum dan maksimum
per bulan adalah sebagai berikut :
Tabel 49 : Biaya Overhead
Jenis Biaya 15.000 unit 20.000 unit
BB tak langsung Rp 1.550.000 Rp 2.000.000
Biaya Perawatan Rp 1.000.000 Rp 1.150.000
Biaya Lain-lain Rp 460.000 Rp 560.000
Upah mandor Rp 1.200.000 Rp. 1.200.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Minimum 15.000 unit Rp. 1.550.000 Rp. 1.000.000 Rp. 460.000
Selisih 5.000 unit Rp. 450.000 Rp. 150.000 Rp. 100.000
BBTL
Variabel = Rp.450.000/ 5.000
= Rp 90
Tetap = Rp 2.000.000 – (20.000 x Rp 90 )
= Rp. 200.000
Biaya Perawatan
Variabel = Rp 150.000/ 5.000 = Rp 30
Tetap = Rp 1.150.000 – (20.000 x Rp. 20)
= Rp. 550.000
Biaya lain-lain
Variabel = Rp 100.000 / 5.000 = Rp 20
Tetap = Rp 560.000 – (20.000 x 20 )
= Rp 160.000
Biaya Perawatan
Variabel = Rp 150.000/ 5.000 = Rp 30
Tetap = Rp 1.150.000 – (20.000 x Rp. 30)
= Rp 550.000
Biaya lain-lain
Variabel = Rp 100.000 / 5.000 = Rp 20
Tetap = Rp 560.000 – (20.000 x 20 )
= Rp 160.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
bulan unit
BBTL Rp 200.000 Rp 90
BiayaPerawatan Rp 550.000 Rp 30
UpahMandor Rp 1.200.000 -
Lain-lain Rp 160.000 Rp 20
Jumlah Rp 2.110.000 Rp 140
Tahun 2017 :
BBL Variabel = 70% x Rp 440 = Rp 308
Upah Mandor = 110% x Rp. 1.200.000
= Rp 1.320.000
TKL = 115% x Rp 380
= Rp. 437
Biaya Perawatan:
Variabel = 80% x Rp 30 = Rp 24
Tetap = 80 % x Rp 550.000 = Rp 440.000
Biaya lain-lain:
Variabel = 120 % x Rp 20 = Rp 24
Tetap = 90 % x 120 % x Rp 160.000
= Rp 172.800
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
c. HPP
BBL 18.500 x Rp 308 Rp 5.698.000
BTKL 18.500 x Rp 437 Rp 8.084.500
BOP 2.132.000 + Rp 138 (18.500) Rp 4.685.000
HPP Rp18.467.500
HPP = Rp. 18.467.500 / 18.500 = Rp. 998,24 / unit
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB IX
ANGGARAN KAS
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Dari pendapat-pendapat tersebut dapatlah di tarik kesimpulan bahwa kas
adalah seluruh uang tunai dan bentuk-bentuk lainnya yang dapat diuangkan
setiap saat apabila perusahaan membutuhkan.
Arus Kas
Berikut disajikan skema arus kas, yakni bagaimana kas digunakan dalam
kegiatan dan kemudian kembali ke kas.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Dalam menjalankan suatu perusahaan untuk menjaga kelangsungan
hidup perusahaan, dibutuhkan suatu efektivitas pengendalian kas terhadap
setiap perusahaan dalam kegiatan perusahaannya.
Menurut Munandar anggaran kas adalah :“Anggaran kas adalah budget
yang merencanakan secara lebih terinci tentang semua jumlah kas beserta
perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode tertentu dimasa
yang akan datang, baik perubahan yang berupa penerimaan kas maupun yang
berupa pengeluaran kas”.
Hecket, Wilson dan Campbell, menyatakan definisi dari anggaran kas
adalah: “Anggaran kas adalah merupakan program penjualan dan biaya yang
terkoordinasi serta terkorelasikan dengan perubahan-perubahan neraca,
penjualan serta pengeluaran yang diperkirakan.”
Menurut Agus Kana, “Anggaran kas adalah perencanaan posisi kas
dalam jangka waktu tertentu yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan
penerimaan kas (aliran kas masuk) dan perencanaan pengeluaran kas (aliran
kas keluar)”.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa anggaran kas
adalah gambaran atas seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai
yang bertalian dengan rencana keuangan perusahaan dan transaksi lainnya
yang menyebabkan perubahan-perubahan pada posisi kas atau menunjukkan
aliran kas pada periode tersebut.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
anggaran kas memberikan informasi yang berguna tentang pola penerimaan dan
pengeluaran kas setiap periode operasi perusahaan,
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
akan terlampaui dan sekaligus disesuaikan dengan keadaan likuiditas
perusahaan
6. Anggaran kas yang sudah ada juga berfungsi sebagai dasar penilaian
terhadap realisasi pengeluaran kas yang sebenarnya. Dengan demikian varian
dalam arus kas masuk maupun kas keluar dapat diketahui yang menjadi
penyebabnya.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Menurut Nafarin terdapat dua pendekatan dalam penyusunan anggaran kas,
yaitu : (1) pendekatan kas masuk dan kas keluar, (2) pendekatan akunting
keuangan. Pendekatan kas masuk dan kas keluar kadang- kadang disebut juga
dengan metode langsung. Pendekatan akunting keuangan kadang-kadang disebut
juga dengan metode ikhtisar laba rugi atau metode tak langsung.
1 Pendekatan Kas Masuk dan Kas Keluar / Metode Langsung
Metode ini didasarkan pada analisis naik dan turun kas yang dianggarkan
yang mencerminkan semua arus kas masuk dan kas keluar dari anggaran
jualan, anggaran biaya/beban, dan anggaran tambahan produk modal. Metode
ini sering digunakan untuk anggaran kas jangka pendek sebagai bagian dari
rencana laba tahunan. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan
pendekatan anggaran kas jangka pendek. Disebut pendekatan anggaran kas
jangka pendek, karena biasanya anggaran dengan metode ini dibuat paling
lama periodenya setahun. Selama setahun tersebut periode anggaran dibagi
dalam tiap triwulan, bulan, minggu, atau hari.
Disebut pendekatan kas masuk dan kas keluar, karena dalam menyusun
anggaran kas lebih dahulu ditaksir sumber kas masuk, kemudian ditaksir kas
keluar. Setelah itu ditentukan apakah terjadi kelebihan kas atau kekurangan
kas. Dikatakan metode langsung karena metode ini langsung secara rinci
mengidentifikasi dari transaksi sumber kas atau arus kas masuk dan belanja kas
atau arus kas keluar.
2. Pendekatan Akunting Keuangan /Metode tidak langsung
Titik tolak dalam pendekatan ini adalah laba bersih diubah dari dasar
akrual menjadi dasar kas, artinya disesuaikan dengan perubahan rekening
penundaan rekening bukan kas, seperti: beban/biaya terutang, beban/biaya
bayar di muka, depresiasi/ penyusutan/ penghapusan/ amortisasi. Pendekatan
ini tidak membutuhkan data yang rinci dan lebih sedikit rinciannya tentang
arus kas masuk dan arus kas keluar. Metode ini lebih cocok untuk anggaran kas
jangka panjang. Oleh karena itu metode ini disebut juga dengan pendekatan
anggaran kas jangka panjang. Metode ini dikatakan pendekatan akunting
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
keuangan, karena cara penyusunan anggaran kas berdasarkan ikhtisar laba rugi
dan neraca yang dihasilkan akunting keuangan. Oleh karena penyusunan
anggaran kas didasarkan ikhtisar laba rugi dan neraca maka disebut metode tak
langsung.
Menurut Ellen Christina et al ada dua pendekatan dalam menyusun
anggaran kas, yaitu :
1. Anggaran Kas Jangka Pendek
Anggaran ini merupakan alat operasional pengendalian kas sehari-hari. Jangka
waktunya disesuaikan dengan anggaran tahunan. Anggaran kas jangka pendek
sesuai dengan rencana laba taktis jangka pendek dan memerlukan rencana atau
estimasi aliran kas masuk dan keluar yang rinci, yang secara langsung
berkaitan dengan rencana laba tahunan. Sebagai contoh estimasi penerimaan
kas dari penjualan dan estimasi pengeluaran kas untuk pembelian mesin-mesin
dan peralatan baru. Anggaran kas seperti ini terutama berfungsi sebagai alat
pemberian otorisasi kas keluar yang secara terus-menerus disesuaikan dengan
arus kas masuk dan situasi keuangan pada umumnya.
2. Anggaran Kas Jangka Panjang
Anggaran ini meliputi jangka waktu lima sampai sepuluh tahun yang
disesuaikan dengan perencanaan perusahaan yang telah disusun. maka jangka
waktu anggaran kas jenis ini disesuaikan dengan waktu yang tercakup di dalam
corporate plan tersebut. Kegunaannya yang terutama adalah untuk mengetahui
kemampuan perusahaan menambah dana dari sumber-sumber intern dan
sekaligus memperkirakan saldo kas pada akhir setiap tahun anggaran.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
d. Adanya pengurangan pada aktiva tetap, seperti menjual aktiva yang tidak
terpakai.
e. Adanya penerimaan yang bukan penghasilan, seperti kredit dari Bank,
penjualan obligasi dan lain-lain hutang jangka pendek
f. Penambahan modal sendiri oleh pemilik.
2. Penggunaan kas keluar yang utama adalah:
a. Berbagai pembayaran untuk keperluan operasional perusahaan sehari-hari
seperti membeli material/bahan baku, membayar gaji, dan upah tenaga
kerja, berbagai biaya yang termasuk sebagai biaya overhead pabrik (kecuali
depresiasi/amortisasi yang tidak membutuhkan kas) biaya-biaya penjualan
dan biaya administratif.
b. Pembayaran pada para kreditur, baik berupa bunga maupun angsurannya.
c. Penambahan berbagai aktiva tetap seperti pembelian aktiva tetap.
d. Pembayaran pada pemilik modal, seperti pembayaran dividen atau
pengembalian modal.
e. Pembayaran pada pemerintah seperti membayar pajak, cukai, meterai,
restitusi, Ipeda dan lain-lain.
Saldo kas pada akhir suatu periode (Bulanan/Triwulan/Tahunan) akan sama
dengan saldo kas awal ditambah seluruh penerimaan dikurangi seluruh
pengeluaran yang terjadi pada periode bersangkutan. Bilamana penerimaan
melebihi pengeluarannya, maka saldo kas akhir akan meningkat. Sebaliknya bila
pengeluarannya melebihi penerimaan, maka saldo kas akhir menurun, bahkan
mungkin terjadi defisit kas.
Karena anggaran kas seperti yang diuraikan diatas disusun dengan
memperkirakan seluruh penerimaan dan seluruh pengeluaran yang terjadi pada
sesuatu periode, maka metode anggaran kas seperti ini disebut Metode
Penerimaan dan Pengeluaran Kas (Cash Receipts and Distribursements Method).
Secara ringkas sumber kas masuk dan penggunaan kas keluar sebagaimana
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 53 : Sumber Kas Masuk Dan Penggunaan Kas Keluar
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
G. Manfaat Laporan Sumber dan Penggunaan Kas
Laporan sumber dan penggunaan kas ini sangat penting, karena dapat
dipergunakan sebagai dasar dalam merencanakan kebutuhan kas di masa
mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat digunakan
sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa
yang akan datang.
Sedangkan bagi para kreditor atau bank dengan laporan cash flow ini akan
dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga.Selain itu kas
sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Karena kas
merupakan salah satu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, sehingga
semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan akan semakin tinggi pula
tingkat likuiditasnya. Oleh karena itu, kas harus direncanakan dan diawasi dengan
baik, baik penerimaannya maupun penggunaannya.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Bila anggaran kas tahunan disusun dengan cara menelusuri jejak arus fisik
masuk dan arus fisik keluar, maka anggaran kas jangka panjang disusun dengan
cara membandingkan neraca yang disusun antara dua periode anggaran dan
perhitungan rugi laba perusahaan yang terjadi selama periode antara kedua neraca
tersebut.
Untuk anggaran kas jangka panjang ini sesuai dengan dimensi waktu dari
pengeluaran modal dan rencana laba strategik jangka panjang. Estimasi
penerimaan kas (terutama dari penjualan barang atau jasa dan pinjaman),
sedangkan estimasi pengeluaran kas adalah terutama untuk biaya-biaya,
pengeluaran modal dan pembayaran hutang, yang merupakan dasar yang tepat
untuk keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keuangan. Secara hipotesis
neraca suatu perusahaan adalah sabagai berikut :
Suatu konsep neraca yang paling awal yang menyatakan bahwa neraca
selalu seimbang jumlah kekayaan perusahaan sama dengan jumlah modal yang
dimiliki ditambah hutang-hutangnya
Misalkan Selama satu tahun usaha terjadi transaksi sebagai berikut ini:
1. Perusahaan memperoleh laba dan memakai sebagian dari laba ini
2. Perusahaan memperoleh hutang lancar baru
3. Perusahaan menambah hutang jangka panjang
4. Perusahaan menambah setoran modalnya
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
5. Perusahaan mengurangi sebagian dari aktiva lancar non kas (seperti
piutang dan persediaan)
6. Perusahaan menjual sebagian dari aktiva tetapnya
Dengan transaksi-transaksi diatas maka akibat yang terjadi adalah:
1. Meningkatnya jumlah modal dan hutang-hutang perusahaan
2. Menurunnya jumlah aktiva non kas dan aktiva tetap yang dimiliki
3. Meningkatnya seluruh kekayaan perusahaan yang tercermin dalam
meningkatnya jumlah uang kas
Pendekatan seperti diatas berdasarkan suatu anggapan bahwa seluruh
transaksi yang terjadi adalah transaksi kas. Berbagai transaksi yang menyebabkan
meningkatnya/menurunnya jumlah kas yang dipolakan adalah sebagai berikut :
Tabel 55 : Transaksi yang Menyebabkan Meningkatnya/Menurunnya
Jumlah Kas
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Skema berikut ini akan memberikan gambaran yang jelas adanya berbagai
keluar dan masuknya arus kas dan arus fisik.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Di antara keempat pihak yang membentuk sistem itu terjadilah arus fisik
maupun arus kas yang merupakan arus masuk maupun arus keluar di antara
mereka satu sama lain. Arus fisik masuk terjadi pada saat perusahaan membeli
berbagai faktor produksi yang dibutuhkannya, dan sebagai gantinya terjadi arus
kas keluar pada saat perusahaan membayar faktor produksi yang digunakannya
dalam proses produksi. Arus fisik keluar terjadi pada saat perusahaan berhasil
menjual produknya pada pembeli/konsumen, sebagai gantinya terjadi arus kas
masuk pada saat pembeli membayar harga pokok yang dibelinya. Arus kas masuk
dan arus kas keluar yang terjadi diantara rekanan, perusahaan, dan konsumen
membentuk transaksi rutin atau transaksi operasional yang sifatnya kontinu.
Di antara perusahaan, pemilik modal dan pemerintah hanya terjadi arus kas
masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk terjadi pada saat pemilik dan kreditur
menyerahkan modalnya pada perusahaan sebagai penyertaan atau sebagai kredit,
sedangkan arus kas keluar terjadi pada saat perusahaan membayar kewajiban
dalam bentuk pajak, restitusi, bea meterai dan sebagainya pada Pemerintah.
Transaksi ini disebut transaksi keuangan yang sifatnya terputus-putus
(internittent).
Dengan memahami berbagai kegiatan yang terjadi diantara empat pihak
inilah perusahaan akan mampu memperkirakan baik jumlah maupun waktu
terjadinya arus kas masuk dan arus kas keluar, baik yang bersifat operasional
maupun yang berupa transaksi keuangan. Hasil perekaman arus kas masuk dan
arus kas keluar ini kita sebut anggaran kas.
Contoh kasus 1
Data yang dimiliki PT. Amanah, untuk tahun 2017 adalah sebagai berikut :
1. Rencana penjualan : 50% adalah penjualan kredit.
Januari 3.500.000 Triwulan II 12.000.000
Februari 3.750.000 Triwulan III 10.500.000
Maret 4.500.000 Triwulan IV 11.250.000
2. Kerugian karena piutang tidak tertagih sebesar 2%
3. Pola pengumpulan piutang : (setelah dikurangi piutang tak tertagih)
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Bulanan : 60% pada bulan penjualan
30% satu bulan berikutnya
10% dua bulan berikutnya
Triwulan : 80% triwulan terjadinya penjualan
20% triwulan berikutnya
4. kas awal tahun Rp 2.500.000,-
5. Penerimaan lain-lain TW II Rp 2.000.000,- dan TW III Rp 3.000.000,-
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Februari Rp 450.000;
Maret Rp 800.000;
TW II , TW III, dan TW IV masing-masing Rp 1.350.000,-
7. Kebijakan : pada awal triwulan II meminjam sebesar Rp. 5 jt.
Periode : April – September (dapat dibayar kembali pada awal TW IV)
Bunga sebulan 1,5% x Rp. 5.000.000 = Rp. 75.000
Jawaban :
Tabel 56 : Data Penjualan Tunai Dan Kredit
Uraian Penjualan Penjualan kredit – Bad debt (2%) = Piutang
Tunai (50%) netto
Januari 1.750.000 1.750.000 35.000 1.715.000
Februari 1.875.000 1.875.000 37.500 1.837.500
Maret 2.250.000 2.250.000 45.000 2.205.000
Triwulan II 6.000.000 6.000.000 120.000 5.880.000
Triwulan III 5.250.000 5.250.000 105.000 5.145.000
Triwulan IV 5.625.000 5.625.000 112.500 5.512.500
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Februari 1.102.500 551.250 183.750
Maret 1.323.000 882.000
TW II 4.704.000 1.176.000
TW III 4.116.000 1.029.000
TW IV 4.410.000
Total 1.029.000 1.617.000 2.045.000 5.769.750 5.292.000 5.439.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
75.000 75.000 75.000 75.000 75.000 75.000
150.000 225.000 75.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB X
ANGGARAN PIUTANG
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
3. Piutang usaha (account receivable) adalah piutang yang timbul sebagai
akibat menjual barang dan jasa secara kredit dari usaha pokok perusahaan.
Piutang usaha berbeda dengan piutang dagang. Piutang usaha meliputi piutang
dagang, sedangkan piutang dagang hanya terdapat pada perusahaan dagang
yang menjual barang dagangannya secara kredit. Piutang usaha ini meliputi
seluruh macam/jenis perusahaan yang menjual barang atau jasa dari usaha
pokoknya secara kredit.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
serta sebagai alat pengawasan kerja, yang membantu management dalam
memimpin jalannnya perusahaan. Sedangkan secara khusus, anggaran piutang
berguna sebagai dasar untuk penyusunan anggaran kas, karena penagihan-
penagihan Piutang tersebut merupakan pemasukan Kas.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
berpengalaman atau tidak dalam bekerja. Dengan kata lain, analisis 5C dan 3S
diabaikan.
Sebaliknya, semakin ketat standar kredit yang diberikan maka semakin kecil
piutang yang dianggarkan dan semakin kecil risiko kerugian piutang. Standar
kredit yang ketat dan ekstrem artinya calon debitor diseleksi secara ketat.
a. Jangka Waktu Kredit
Jangka waktu kredit mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha yang
tertanam. Semakin panjang jangka waktu kredit maka semakin besar
piutang usaha yang tertanam, dan sebaliknya. Jangka waktu kredit yang
panjang dapat meningkatkan volume barang atau jasa yang dijual, di
samping juga mengakibatkan piutang usaha semakin besar.
b. Pemberian Potongan
Pemberian potongan harga juga dapat mempengaruhi besarnya investasi
dalam piutang. Pemberian potongan yang besar akan memperkecil piutang
usaha yang tertanam. Sebaliknya, pemberian potongan yang kecil
memperbesar piutang yang tertanam
Contoh :
Barang yang dijual Rp 100.000
Pembelian tunai dengan potongan 10% Rp 10.000
Uang yang harus dibayar pembeli Rp 90.000
Dengan demikian, penjualan secara tunai tidak mengakibatkan timbulnya
piutang, sedangkan pembelian secara kredit (tanpa potongan)
mengakibatkan piutang usaha sebesar Rp 100.000
c. Pembatasan Kredit
Pembatasan kredit yang dimaksudkan di sini adalah pembatasan kredit
dalam arti kuantitatif, yaitu berkenaan dengan batas (jumlah) kredit
maksimal yang akan dberikan. Pembatasan kredit juga dapat mempengaruhi
besar kecilnya piutang usaha. Semakin tinggi batasan (plafon) kredit maka
semakin besar piutang usaha yang tertanam dan semakin rendah batasan
kredit maka semakin kecil piutang yang tertanam.
d. Kebijakan Penagihan Piutang
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Kebijakan penagihan piutang mempengaruhi besar kecilnya piutang usaha
yang tertanam. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan penagihan piutang
secara aktif ataupun pasif. Kebijakan penagihan piutang secara aktif dapat
memperkecil piutang usaha yang tertanam, sebaliknya kebijakan penagihan
piutang secara pasif dapat memperbesar piutang usaha yang tertanam.
Kebijakan penagihan piutang secara aktif memerlukan biaya (beban) yang
besar dibandingkan kebijakan penagihan secara pasif. Biaya yang
dikeluarkan dalam kebijakan penagihan piutang secara aktif meliputi biaya
perjalanan, biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya administrasi piutang,
dan lain-lain.
C. Perputaran Piutang
Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas,
proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran
piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Perputaran piutang (receivable
turnover) dapat disajikan dengan perhitungan :
Penjualan bersih secara kredit dibagi rata-rata piutang. Kemudian 360 hari
dibagi perputaran piutang menghasilkan hari rata-rata pengumpulan piutang
(average collection period of accounts receivable).
Pernyataan itu dapat disajikan dalam bentuk rumus sebagai berikut :
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
D. Pengendalian Piutang
Perputaran piutang harus dikendalikan dengan menyusun tabel umur
piutang (aging schedule of receivables), di mana dalam tabel tersebut dapat
diketahui jumlah piutang yang segera dapat ditagih dan yang lambat ditagih, dan
dapat diketahui penghutang atau debitur yang baik dan yang buruk.
Piutang merupakan unsur penting dalam neraca. Prosedur yang wajar dan
cara pengamanan yang cukup terhadap piutang penting bukan saja utk
keberhasilan perusahaan, tetapi juga untuk memelihara hubungan yang
memuaskan dengan pelanggan. Pengendalian piutang dimulai sebelum ada
persetujuan untuk mengirimkan barang dagangan, sampai setelah penyiapan dan
penerbitan faktur, dan berakhir dengan penagihan hasil penjualan. Prosedur
pengendalian piutang berhubungan erat dengan pengendalian penerimaan kas
disatu pihak, dan pengendalian persediaan dilain pihak, sehingga piutang
merupakan mata rantai diantara keduanya.
Ada 3 (tiga) bidang pengendalian piutang yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Pemberian Kredit Dagang. kebijakan kredit dan syarat penjualan harus
tidak menghalangi penjualan kepada para pelanggan yang sehat keadaan
keuangannya, dan juga tidak boleh menimbulkan kerugian yang besar karena
adanya piutang sangsi yang berlebihan.
2. Penagihan (Collections). apabila telah diberikan kredit, harus dilakukan
setiap usaha untuk memperoleh pembayaran yang sesuai dengan syarat
penjualan dalam waktu yang wajar.
3. Penetapan dan penyelenggaraan pengendalian intern yang layak. Membuat
suatu sistem pengendalian intern yang memadai untuk memastikan bahwa
semua penyerahan barang sudah difakturkan, atau difakturkan sebagai mana
mestinya kepada para pelanggan, dan bahwa penerimaan benar-benar masuk
kedalam rekening perusahaan.
Mengelola arus kas masuk dan keluar adalah salah satu tugas pokok
keuangan karena semua transaksi bisnis bermuara ke dalam kas. Manajer
keuangan pada umumnya mengharapkan penjualan dapat dilakukan dengan tunai
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
atau kredit dengan waktu yang sesingkat-singkatnya, agar arus kas masuk cepat.
Untuk mengelola keuangan perusahaan yang baik, manajer keuangan harus
menyusun anggaran pengumpulan piutang yang akan digunakan untuk
mengendalikan piutang. Makin panjang umur piutangnya, makin buruk kondisi
perusahaan karena makin lama piutang tersebut menjadi uang tunai (kas).
Contoh kasus 1
Perusahaan akan menyusun anggaran piutang tahun 2017 dengan data sebagai
berikut :
a. Anggaran penjualan tahun 2017
Tabel 63 : Anggaran Penjualan Tahun 2017
No Bulan Unit Harga/ Jumlah
unit
1 Januari 1.000 5.000 5.000.000
2 Februari 900 5.000 4.500.000
3 Maret 950 5.000 4.750.000
4 April 800 5.000 4.000.000
5 Mei 850 5.000 4.250.000
6 Juni 1.050 5.000 5.250.000
7 Juli 1.100 5.000 5.500.000
8 Agustus 1.050 5.000 5.250.000
9 September 950 5.000 4.750.000
10 Oktober 1.050 5.000 5.250.000
11 November 1.200 5.000 6.000.000
12 Desember 1.100 5.000 5.500.000
Total 12.000 5.000 60.000.000
b. Kebijakan penjualan yang ditempuh adalah 30% tunai dan 70% kredit.
c. Pembayaran piutang ditentukan sbb :
• 60% dari jumlah piutang dibayarkan 1 bulan setelah penjualan.
• Sisanya dibayar 1 bulan dari pembayaran sebelumnya.
Buatlah anggaran piutang tahun 2017
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Jawaban
Tabel 64: Anggaran Penjualan Tunai dan Kredit Tahun 2017
Tunai Kredit
No Bulan Penjualan
(30%) (70%)
1 Januari 5.000.000 1.500.000 3.500.000
2 Februari 4.500.000 1.350.000 3.150.000
3 Maret 4.750.000 1.425.000 3.325.000
4 April 4.000.000 1.200.000 2.800.000
5 Mei 4.250.000 1.275.000 2.975.000
6 Juni 5.250.000 1.575.000 3.675.000
7 Juli 5.500.000 1.650.000 3.850.000
8 Agustus 5.250.000 1.575.000 3.675.000
9 September 4.750.000 1.425.000 3.325.000
10 Oktober 5.250.000 1.575.000 3.675.000
11 November 6.000.000 1.800.000 4.200.000
12 Desember 5.500.000 1.650.000 3.850.000
Total 60.000.000 18.000.000 42.000.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Contoh kasus 2
PT. Ayam Jantan, mempunyai rencana penjualan sebagai berikut :
Tahun Bulan Unit
2016 November 500
Desember 550
2017 Januari 500
Februari 625
Maret 750
April 800
Mei 700
Juni 750
Diminta :
Susunlah schedule pengumpulan piutang untuk perusahaan periode Januari – Juni 2017.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Anggaran Perusahaan - 182
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Tabel 66: Penjualan Kredit
Waktu Jumlah Harga Total Penjualan
Penjualan Unit Jual Penjualan Kredit (70%)
Nov 2016 500 Rp 4,000 Rp 2,000,000 Rp 1,400,000
Desember 550 Rp 4,000 Rp 2,200,000 Rp 1,540,000
Januari 2017 500 Rp 5,000 Rp 2,500,000 Rp 1,750,000
Februari 625 Rp 5,000 Rp 3,125,000 Rp 2,187,500
April 800 Rp 5,500 Rp 4,400,000 Rp 3,080,000
Mei 700 Rp 5,500 Rp 3,850,000 Rp 2,695,000
Juni 750 Rp 5,500 Rp 4,125,000 Rp 2,887,500
Total 5,175 Rp 22,200,000 Rp 15,540,000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Cara menghitung Anggaran Piutang
1 Nov-Jan = 2 bln = 20 % x Rp 1,372,000 = Rp 274,400
2 Des-Jan = 1 bln = 30 % x Rp 1,509,200 = Rp 452,760
3 Des-Feb = 2 bln = 20 % x Rp 1,509,200 = Rp 301,840
4 Jan-Jan = 25 Hr = 50 % x Rp 1,715,000 = Rp 857,500
Discount = 3 % x Rp 857,500 = Rp 25,725
Rp 831,775
5 Jan-Feb = 1 bln = 30 % x Rp 1,715,000 = Rp 514,500
6 Jan- Mrt = 2 bln = 20 % x Rp 1,715,000 = Rp 343,000
7 Feb-Feb = 25 Hr = 50 % x Rp 2,143,750 = Rp 1,071,875
Discount = 3 % x Rp 1,071,875 = Rp 32,156
Rp 1,039,719
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
11 Mrt-Apr = 1 bln = 30 % x Rp 2,572,500 = Rp 771,750
12 Mrt-Mei = 2 bln = 20 % x Rp 2,572,500 = Rp 514,500
13 Apr-Apr = 25 Hr = 50 % x Rp 3,018,400 = Rp 1,509,200
Discount = 3 % x Rp 1,509,200 = Rp 45,276
Rp 1,463,924
14 Apr-Mei = 1 bln = 30 % x Rp 3,018,400 = Rp 905,520
15 Apr-Jun = 2 bln = 20 % x Rp 3,018,400 = Rp 603,680
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB XI
ANGGARAN MODAL
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
hal-hal tersebut di atas, maka keputusan pengeluaran investasi dana pada aktiva
tetap memerlukan ketelitian.
B. Pengeluaran Modal
Pengeluaran modal (capital expenditure) merupakan pengeluaran yang
dilakukan oleh perusahaan guna keperluan investasi untuk jangka waktu lebih
dari satu tahun dengan harapan akan memberi manfaat atau hasil (benefit).
Pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap merupakan expenditure, akan tetapi
tidak semua capital expenditure akan di gunakan untuk pembelian atau pengadaan
aktiva tetap. Terdapat beberapa tujuan perusahaan melakukan capital
expenditure : Untuk membeli aktiva tetap baru, untuk penggantian aktiva tetap
lama, untuk perbaikan atau modernisasi aktiva tetap lama.
D. Jenis Peroyek
Pada umumnya jenis proyek yang dibiayai dalam suatu investasi terbagi
menjadi 2 (dua) jenis proyek berdasarkan ketersediaan dana yang dimiliki
perusahaan yaitu : Independen project. Merupakan proyek atau investasi yang
tidak bergantung pada proyek lain, dalam arti diterima atau ditolak suatu proyek
tidak mempengaruhi maupun di pengaruhi oleh kesempatan diterimanya usulan
proyek yang lain. Apabila perusahaan memilki dana yang cukup guna keperluan
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
investasi, maka keseluruhan seluruh usulan independent yang memenuhi kreteria
investasi dapat dibiayai., Mutually exclusive project Merupakan proyek atau
investasi yang tidak bergantung pada proyek lain, dalam arti deterima atau di tolak
suatu proyek tidak mempengaruhi atau tidak di pengaruhi oleh kesempatan
diterimanya usulan proyek yang lain. Hal ini berlaku karena keterbatasan dana
investasi yang dimiliki prusahaan hanya mampu membiayai usulan yang paling
menguntungkan.
E. Pengeluaran Investasi
Pengeluaran untuk membiayai investasi merupakan permasalahan pertama yang
harus di perhitungkan dalam pengambilan keputusan kelayakan investasi. Apabila
perusahaan melakukan investasi baru (pembelian aktiva baru) maka net
investment ditentukan sebagai berikut :
Ø Harga perolehan aktiva Rp XXX
Ø Biaya intalasi Rp XXX
Ø Biaya-biaya operasi lainnya Rp XXX +
Net investment Rp XXX
Apabila perusahaan melakukan penggantian aktiva tetap yang lama dengan
aktiva tetab baru, maka net investment ditentukan sebagai berikut :
Ø Harga beli aktiva tetap Rp XXX
Ø Biaya-biaya intalasi Rp XXX (+)
Rp XXX
Ø Proceeds aktiva tetap lama Rp XXX (-)
Rp XXX
Ø Pajak atas penjualan aktiva tetap lama Rp XXX
net investment Rp XXX
Berdasarkan format perhitungan di atas, maka faktor-fakor yang perlu di
pertimbangkan dalam bentuk menentukan cash outflow atau net initial investment
suatu investasi adalah Harga beli aktiva tetap merupakan harga yang dibayar
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
perusahaan terhadap aktiva yang dibelinya. Harga beli aktiva tetap merupakan net
investment apabila perusahaan tidak mengeluarkan biaya investasi atau
perusahaan mengganti aktiva tetap lama dengan aktiva tetap yang baru. Biaya-
biaya instalasi merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan guna keperluan
menginstalasi aktiva tetap yang baru dibeli hingga siap beroperasi. Berdasarkan
fungsinya biaya instalasi harus diperhitungkan atau ditambah sebagai harga beli
aktiva tetap. Proceeds aktiva tetap lama Apabila aktiva tetap baru dibeli untuk
menggantikan aktiva tetap lama yang akan dijual, maka hasil penjualan aktiva
tetap lama diperhitungkan sebagai proceeds atau cash inflow. Proceeds yang
dihitung sebagai cash inflow merupakan net sales dalam arti harga jual setelah
dikurangi dengan biaya-biaya penjualan. Pajak penjualan aktiva tetap lama
apabila pengeluaran modal ditunjukan untuk menganti aktiva tetap lama dengan
aktiva tetap baru maka pajak yang dibayarkan atas penjualan aktiva tetap lama
akan menentukan besarnya net investment. Net investment akan lebih kecil dari
nilai buku aktiva tetap (apabila mengalami kerugian).
Sebaliknya apabila hasil penjualan aktiva tetap lama lebih besar dari pada
nilai buku aktiva tetap maka pajak yang di bayar akan memperbesar net
investment (karena adanya keuntungan). Sehubungan dengan tingkat pajak ini,
maka pajak atas penjualan diatas harga beli aktiva tetap (long term capital gain)
lebih kecil dari pada pajak atas penjualan diatas nilai buku aktiva (ordinary gains)
Contoh implikasi pajak terhadap proceeds aktiva tetap lama dan pengaruh
terhadap net investment sebagai berikut.
PT Arinta membeli sebuah mesin tiga tahun yang lalu seharga RP
500.000.000. depresiasi menggunakan metode garis lurus (straight line method),
usia ekonomis 10 tahun dan tidak memiliki nilai sisa (salvage value) pada akhir
usia ekonomis. Dengan demikian nilai buku aktiva tetap lama (mesin) dapat
dihitung sebagai berikut :
∑ Depresiasi = 3 [ 500.000.000 ] / 10
= 150.000.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Nilai buku aktiva = 500.000.000-150.000.000
= 350.000.000
Apabila dimisalkan long term capital gains sebesar 25% dan ordinary gains
sebesar 30% maka pengaruh terhadap net investment dapat dihitung berdasarkan
harga jual aktiva tetap sebagai berikut ini :
a. Rp 600.000.000
b. Rp 400.000.000
c. Rp 350.000.000
d. Rp 200.000.000
1) Apabila penjualan seharga Rp. 600.000.000
Dengan mesin lama laku terjual seharga Rp. 600.000.000 berarti lebih besar
dari pada harga beli yang berarti pula lebih besar dari pada nilai buku aktiva.
Terhadap dua jenis pajak yang dikenakan terhadap hasil penjualan, yaitu long
tern capital gains (25%) dikenakan pada selisih harga jual dengan harga beli
aktiva dan ordinary gains (30%) dikenakan terhadap selisih harga beli dengan
nilai buku aktiva. Dengan demikian jumlah pajak yang dibayar dapat dihitung
sbb:
Long term capital gains = 25% X Rp. 100.000.000
= Rp 25.000.000 -
Ordinary gains = 30% X Rp 150.000.000
= Rp. 45.000.000 (+)
Rp. 70.000.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
akan menambah net investment atau mengurangi proceeds penjualan aktiva
tetap.
3) Apabila penjualan seharga Rp 350.000.000
Pada penjualan sebesar Rp 350.000.000 sama dengan nilai buku berarti
perusahaan tidak memperoleh keuntungan maupun tidak mengalami kerugian.
Dengan demikian penjualan diatas aktiva tetap lama tidak berimplikasi
terhadap pajak atau perusahaan tidak membayar pajak atau hasil penjualan
aktiva tetap lama. Contoh : PT. BARANUSA akan menentukan besar net
investmen dalam penggantian mesin lama dengan mesin baru. Mesin baru
dibeli seharga Rp 114.000.000 dan biaya intalasi sebesar Rp 6.000.000. usia
ekonomis mesin baru selama 5 tahun dan depresiasi menggunakan metode
garis lurus yang diperkirakan tidak memiliki nilai sisa pada akhir tahun ke 5.
Mesin lama dibeli 3 tahun yang lalu seharga Rp 72.000.000 dan depresiasi
menggunakan metode garis lurus. Usia ekonomis lama 8 tahun dan
diperkirakan laku terjual seharga Rp 60.000.000 dengan tingkat pajak 35%.
Hitung berapa net investment mesin baru ?.
Penyelesaian : Menghitung pajak atas proceeds mesin lama,
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
- Harga beli mesin baru Rp 114.000.000
- Biaya –biaya intalasi Rp 6.000.000
Rp 120.000.000
- Proceeds penjualan mesin lama Rp 120.000.000
- Net initial investment Rp 54.750.000
Pengembalian Investasi
Pengembalian investasi yang diharapkan karena adanya pengeluaran modal diukur
dari tambahan aliran kas masuk (cash inflow sesudah pajak). Karena cash inilah
yang mencerminkan jumlah sesungguhnya yang dapat digunakan oleh perusahaan,
bukan laba bersih sebagaimana yang sering dijumpai dalam laporan laba rugi.
Perhitungan cash inflow dapat dilakukan sebagaimana format perhitungan berikut
ini :
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
masing-masing. Walupun demikian diterima atau ditolaknya suatu usulan
investasi bukan berdasarkan ukuran parsial atau kriteria melainkan secara
komprehensif seluruh kriteria yang ada. Adapun kriteria kelayakan usulan
investasi dapat diukur dengan teknik pengukuran sebagai berikut :
1. Average rate of return
Berdasarkan kriteria ini kelayakan usulan investasi diukur dengan jalan
membandingkan antara rata-rata keuntungan bersih yang dihasilkan dengan
sejumlah investasi bersih yang dikeluarkan. Perhitungan rata-rata keutungan
yang sering juga disebut dengan “Accounting rate of return” didasarkan pada
keuntungan bersih sesudah pajak yang tampak dalam laporan laba-rugi.
Adapun perhitungannya menggunakan formula sebagai berikut :
Average Earning After Tax dihitung dengan jalan menjumlah kan keseluruhan
keuntungan bersih yang dihasilkan selama usia investasi (∑EAT) dibagi
dengan usia investasi.
Average EAT = ∑ EAT / n
Dimana :
Average EAT = rata-rata keuntungan bersih
∑ EAT = jumlah seluruh keuntungan bersih
n = umur investasi / umur ekonomis aktiva tetap
Sedangkan rata-rata investasi (average investment) dihitung dengan jalan
jumlah dana investasi dibagi 2 (dus).
Average investment = Net Initial Investment / 2
Net investment dibagi menjadi dua dengan asuransi bahwa perusahaan
menggunakan metode garis lurus dan tidak ada nilai sisa pada akhir usia
investasi.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Kebaikan dan Kelemahan Teknik AAR
Hal yang menguntungkan dengan menggunakan teknik AAR berkaitan dengan
kemudahan dalam perannya dimana input data cukup menggunakan data net
investment dan keuntungan bersih sesudah pajak. Data keutungan bersih
setelah pajak dengan mudah diperoleh melalui laporan laba rugi. Sedangan
kelemahan teknik AAR karena : teknik AAR dalam peranannya mengabaikan
nilai waktu terhadap uang. Sebagaimana dibahas pada bagian terdahulu bahwa
sejumlah uang yang dimiliki saat ini nilainya lebih besar dari pada jumlah yang
sama pada apabila baru dimiliki waktu yang akan datang. Walaupun demikian
teknik AAR tetap dibutuhkan dalam penilaian kelayakan investasi.
2. Payback Period.
Teknik lain yang dapat digunakan dalam penilaian kelayakan usulan investasi
yaitu payback period. Dengan teknik ini, akan dapat diukur berapa lama waktu
yang diperlukan guna menutup net investment melalui cash inflow yang
dihasilkan melalui investasi/proyek tersebut. suatu investasi juga
mengharapkan pengembalian investasi dalam jangka waktu yang lebih cepat.
Maka semakin kecil payback period yang dihasilkan semakin cepat
pengembalian investasi dan itulah yang dipilih antara usulan investasi. Dalam
menghitung payback period suatu investasi akan menghasilkan antara
pengembalian invstasi dimana cash inflow yang sama besar setiap periode. Pay
back period dengan cash inflow yang sama besar Dasar perhitungan pay back
period adalah : Maka perhitungan payback period dapat melakukan dengan
membagi net investment dengan rata-rata cash inflow.
Payback period = Net investment Rata-rata cash inflow. Cara menghitung
payback period sebagai berikut : Payback period “X” = Rp 150.000.000 x 1
tahun Rp 50.000.000 = 3 tahun Hasil perhitungan tersebut menunjukkan
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
bahwa dana yang diinvestasikan dalam / proyek X dapat menutup dalam
waktu 3 tahun. Payback period dengan inflow yang tidak sama besar. Guna
menghitung payback period dimana cash inflow tidak sama besar setiap tahun
dapat dihitung dengan mengurut tahun demi tahun. Berikut dijelaskan kebaikan
dan kelemahan payback period
Kebaikan :
Dalam pengambilan keputusan secara tidak langsung sudah
mempertimbangkan factor likuiditas investasi.
Walaupun tidak sepenuhnya, namun payback period telah
mempertimbangkan nilai waktu terhadap uang.
Kelemahan :
Tidak sepenuhnya mempertimbangkan waktu terhadap uang melainkan
implicit dengan pertimbangan beberapa kecepatan atau waktu dana yang
terinvestasikan dapat menutupi.
Tidak mempertimbangkan adanya cash inflow yang diterima setelah total
cash inflow menutupi net investment.
3. Net present value (NPV)
Salah satu teknik pengukuran investasi yang mempertimbangkan nilai waktu
terhadap uang. NPV dengan cash inflow yang sama besar. Karena cash inflow
setiap tahun sama besar maka tidak perlu menghitung rata-rata cash inflow
setiap tahun.
4. Internal rate of return (IRR)
Merupakan akan teknik menggunakan pengukuran kelayakan investasi yang
banyak digunakan. IRR untuk cash inflow yang sama besar langkah
perhitungan: Hitung besar payback period untuk usulan investasi yang sedang
dievaluasi.
5. Indeks profitability Teknik atau kriteria penilaian usulan investasi yang
terakhir disebut juga dengan istilah Benefit cost ratio (B/C ratio).
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Anggaran Perusahaan - 196
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
BAB XII
ANGGARAN KOMPREHENSIF DAN ANGGARAN PARSIAL
A. Anggaran Komprehensif
Komprehensif artinya menyeluruh atau secara keseluruhan. Dalam
menyusun anggaran, perusahaan dapat melakukannya dengan dua cara, yakni
secara sebagian demi sebagian (partial) dan secara keseluruhan (comprehensive).
Karena itu dikenal Comprehensive Budget. Comprehensive budget (Anggaran
komprehensif) yakni penyusunan rencana perusahaan (Business budget) secara
keseluruhan.
Anggaran komprehensif merupakan anggaran dengan ruang lingkup yang
menyeluruh. Aktivitas yang tercakup dalam anggaran komprehensip mencakup
seluruh aktivitas perusahaan baik dalam bidang pemasaran, produksi, keuangan
dan administrasi.
Penyusunan anggaran komprehensif akan mendatangkan manfaat berupa
adanya pendekatan secara sistematis terhadap kebijaksanaan manajemen, serta
memper¬mudah diadakannya evaluasi tujuan akhir perusahaan secara kuantitatif.
Dengan menyusun anggaran komprehensif juga membantu fungsi pengawasan
yang lebih dinamis terhadap pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan
manajemen. Secara lebih tegas istilah "Comprehensive" dalam penganggaran
dapat diartikan sebagai:
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Pemakaian secara lebih luas konsep-konsep penganggaran dalam setiap
kegiatan perusahaan.
Pemakaian total sistem approach dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari.
Ada beberapa pedoman umum yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
anggaran komprehensif, yaitu:
Mengadakan spesifikasi terhadap tujuan yang luas daripada perusahaan.
Mempersiapkan rencana-rencana pendahuluan secara keseluruhan.
Menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek.
Dengan berdasarkan pedoman di atas, anggaran komprehensif dapat
diuraikan menjadi komponen:
1. Substantive Plan:
Substantive Plan merupakan rencana yang mencerminkan tujuan apa
yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang, strategi yang dipakai serta asumsikannya. Substantive Plan
sedapat mungkin disusun dalam bentuk yang formal sehingga dapat dijadikan
pedoman yang sungguh-sungguh bagi perusahaan.
2. Financial Plan:
Financial Plan merupakan penjabaran segala hal yang direncanakan
tersebut menjadi suatu anggaran yang memiliki perspektive financial. Dengan
kata lain, financial plan merupakan usaha untuk mengkuantitaskan segala
tujuan, rencana dan kebijaksanaan perusahaan. Secara lebih jauh financial plan
merupakan penyajian secara lebih terperinci semua tujuan, rencana dan strategi
tersebut untuk periode-periode waktu tertentu. Sehingga dengan berdasarkan
pada jangka waktunya maka financial plan dikelompokkan menjadi:
a. Anggaran jangka panjang (Strategic Plan)
Anggaran jangka panjang merupakan suatu perencanaan perusahaan
untuk jangka waktu yang lama, yakni lebih dari satu tahun atau bahkan lebih
dari lima atau sepuluh tahun. Penyusunan anggaran ini dilakukan sesuai
dengan pola tujuan yang telah disusun pada saat perusahaan didirikan.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Perusahaan didi.rikan tidak hanya untuk jangka waktu satu atau dua tahun
saja. Karena itu perusahaan perlu menyusun perencanaan yang menyeluruh
tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya dalam jangka panjang.
Rencana jangka panjang merupakan suatu kesatuan yang utuh darl
rencana-rencana yang disusun untuk kegiatan-kegiatan setiap tahun.
Kadang-kadang perusahaan yang tidak menyusun perencanaan jangka
panjang akan mengalami kesulitan dalam menyusun anggaran tahunan.
b. Anggaran tahunan (Tactical Plan).
Anggaran Tahunan merupakan perencanaan kegiatan-kegiatan tahunan
suatu perusahaan. Anggaran tahunan dikelompokkan menjadi:
1) Anggaran Operasional
Anggaran operasional merupakan rencana seluruh kegiatan-kegiatan
perusahaan untuk mencapai tujuannya. Umumnya tujuan perusahaan
adalah mendapatkan keuntungan. Anggaran operasional ini dibagi
menjadi 2 bagian yakni:
Anggaran Proyeksi Rugi/Laba. Dalam anggaran ini dihitung atau
ditaksir besarnya laba, baik menurut bagian, menurut jenis produk
maupun laba yang merupakan keseluruhan.
Anggaran pembantu laporan Rugi/Laba (Income Statement
Supporting Budget). Anggaran ini meliputi seluruh anggaran kegiatan-
kegiatan yang menyokong penyusunan suatu laporan Rugi/ Laba
(Income Statement), yakni:
2) Anggaran Penjualan
Pada pokoknya anggaran ini akhirnya akan menggambarkan berapa
revenue yang diterima sebagai akibat dilakukannya penjualan-penjnalan
pada periode yang akan datang. Anggaran penjualan ini meliputi data:
Jenis produk yang dijual
Volume produk yang dijual
Harga produk per satuan
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Wilayah pemasaran.
Anggaran penjualan akan menjadi dasar untuk penyusunan
anggaran-anggaran lainnya. Atau dengan kata lain anggaran-anggaran
lainnya disusun dengan terlebih dahulu memperhatikan rencana kegiatan
penjualan. Perusahaan tidak boleh begitu saja menyusun rencana
produksinya. Apabila tidak diperhitungkan, maka kemungkinan sebagian
(sebagian besar) produk tidak dapat terjual.
Dalam pelaksanaannya, penyusunan anggaran penjualan ini agak
sulit dilakukan, karena harus mempertimbangkan beberapa faktor
pembatas, seperti kemampuan menjual yang dimiliki perusahaan.
Akibatnya penyusunan anggaran penjualan memerlukan teknik
forecasting (peramalan) yang tepat, yang membuat esdmasi kegiatan
masa depan dengan mendasarkan diri pada pengalaman-¬pengalaman
masa lalu. Tentu saja perlu dieprhatikan pula kemungkinan terjadinya
perubahan-perubahan di masa yang akan datang seperti:
Perubahan selera konsumen
Perubahan tingkat harga
Penemuan-penemuan baru (kemajuan teknologi).
Kesalahan penyusunan anggaran penjualan akan berakibat anggaran-
anggaran lain juga ikut mengalami kesalahan-kesalahan, yang akhimya
merugikan perusahaan.
3) Anggaran Produksi
Anggaran ini disusun dengan memperhatikan segala kegiatan
produksi, yang diperlukan untuk menunjang anggaran penjualan yang
telah disusun. Anggaran produksi ini terdiri dari beberapa sub-anggaran
(sub-budget) yakni :
a) Anggaran jumlah yang harus diproduksi
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Rencana tentang jumlah produk yang harus dihasilkan dengan
memperhatikan terlebih dahulu anggaran penjualan, Persediaan awal
dan persediaan akhir tahun.
Contoh:
Rencana penjualan 1.000 unit
Persediaan akhir 100 unit (+)
Barang yang harus tersedia 1.100 unit
persediaan awal 200 unit (-)
Jumlah yang harus diproduksi 900 unit
b) Anggaran Bahan Mentah
Anggaran Bahan Mentah terdiri dari:
Anggaran kebutuhan bahan mentah (dalam unit).
Anggaran pembelian bahan mentah (dalam unit dan harga).
Anggaran biaya bahan mentah yang habis digunakan dalam
produksi (dalam harga).
c) Anggaran Tenaga Kerja Langsung.
d) Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Anggaran Biaya Overhead Pabrik yakni anggaran semua jenis biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk, selain biaya materi dan
biaya tenaga kerja langsung.
e) Anggaran Biaya Distribusi
Anggaran ini mencakup semua biaya-biaya yang akan dikeluarkan
oleh perusahaan dalam hubungannya dengan kegiatan memasarkan
produk.
Termasuk ke dalamnya antara lain:
Biaya untuk para salesman, supervisor dan tenaga-tenaga penjualan
lainnya.
Ongkos pengangkutan.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Biaya-biaya perjalanan seperti: biaya transport, biaya penginapan,
biaya makan.
Biaya-biaya advertensi dan promosi.
Depresiasi (peralatan distribusi)
Biaya-biaya administrasi penjualan.
Biaya asuransi dan lain-lain.
f) Anggaran Biaya Umum dan Administrasi
Anggaran biaya umum adalah anggaran yang berisi semua
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk direksi dan
stafnya, bagian keuangan dan bagian administrasi. Anggaran
administrasi yaitu anggaran yang berisi biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk kegiatan-kegiatan yang menunjang usaha
perusahaan di luar kegiatan pabrik. Bersama-sama dengan anggaran
distribusi, maka anggaran biaya umum dan administrasi ini akan
membentuk anggaran biaya operasional (Operating Expenses Budget).
g) Anggaran Type Appropriasi.
Anggaran ini merupakan anggaran biaya yang tidak dapat
dikategorikan sebagai bagian dari anggaran-anggaran sebelumnya.
Umpamanya:
Anggaran Pemeliharaan
Anggaran Penelitian.
c. Anggaran Keuangan
Anggaran keuangan ini disusun sebagai akibat terjadinya perubahan
kekayaan, utang dan piutang perusahaan. Perubahan tersebut diakibatkan
oleh kegiatan yang dilakukan perusahaan.
Anggaran keuangan meliputi:
1) Anggaran Proyeksi Neraca
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Anggaran Proyeksi Neraca mencerminkan perkiraan semua aktiva dan
pasiva yang akan dimiliki oleh perusahan pada akhir suatu periode
produksi.
Aktiva:
- Aktiva tetap
- Aktiva lancar
Pasiva:
- Utang jangka pendek
- Utang jangka panjang
- Modal sendiri.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
macam-macam biaya yang dikeluarkan (biaya sewa, listrik, telepon,
alat-alat tulis dan lain-lain).
pengeluaran-pengeluaran untuk kepentingan expansi (pembelian
mesin-mesin baru, perluasan bangunan pabrik dan lain-lain).
3) Anggaran Penambahan Modal
Anggaran penambahan modal pada dasarnya disusun untuk jangka
Panjang.
4) Anggaran Penyusutan Aktiva
Anggaran depresiasi perlu disusun secara khusus oleh perusahaan, karena
aktiva tetap yang dimiliki perusahaan lebih dari satu (banyak), usia
masing-masing akdva tetap berlainan dan metode penghitungan
penyusutan masing¬-masing aktiva tetap berlainan pula.
Anggaran operasional (operation budget) dan anggaran finansial (financial
budget) adalah bagian dari Planning atau Forecasting Budget. Selain anggaran
Forecasting, maka selanjutnya dalam anggaran Comprehensive anggaran dikenal
pula:
Anggaran Variabel untuk berbagai biaya/pengeluaran (Variable Expenses
Budget).
Data Siatistik Pembantu (Supplementary Statistics).
Laporan anggaran kepada manajemen tentang pelaksanaan anggaran
(Internal Report).
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
- Penentuan berbagai asumsi dasar yang akan dipakai perusahaan seterusnya.
2. Financial Plan
a. Anggaran Jangka Panjang:
1) Penjualan, biaya dan laba.
2) Penentuan besarnya modal.
3) Penentuan tambahan modal.
4) Perkiraan arus dana.
5) Perkiraan kebutuhan tenaga kerja.
b. Anggaran Tahunan:
1) Anggaran operasional.
a. Anggaran proyeksi Rugi/Laba.
b. Anggaran pembantu laporan Rugi/Laba.
i. Anggaran penjualan.
ii. Anggaran produksi.
iii. Anggaran biaya distribusi.
iv. Anggaran biaya umum dan administrasi.
v. Anggaran type appropriasi
- Anggaran iklan dan promosi.
- Anggaran penelitian.
- Anggaran pemeliharaan dan lain-lain.
2) Anggaran finansial.
a. Anggaran neraca.
b. Anggaran pembantu neraca.
- Anggaran kas.
- Anggaran piutang.
- Anggaran utang.
- Anggaran penambahan modal
- Anggaran penyusutan aktiva
- Anggaran persediaan
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
- Anggaran Biaya Finansial
Berikut skema anggaran komprehensif. Dari skema tersebut dapat dilihat
kaitan antara anggaran bidang tertentu dengan yang lain, sekaligus juga
menunjukkan bagaimana proses penyusunan anggaran pada sebuah perusahaan.
C. Anggaran Parsial
Anggaran Parsial. Anggaran parsial merupakan anggaran yang disusun
dengan ruang lingkup yang terbatas atau dalam ruang lingkup yang sempit.
Misalnya perusahaan hanya menyususn anggaran produksi saja, penjulan atau
keuangan saja. Dalam anggaran parsial masing-masing bagian menyusun
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
anggaran secara sendiri-sendiri, sehingga rencana tersebut disusun tidak terpadu,
dibandingkan dengan anggaran komprehensif anggaran parsial lebih mudah
disusun karena belum begitu kompleks. Ada bebenpa alasan yang menyebabkan
perusahaan menyusun anggaran secara partial.
1. Perusahaan tidak mempunyai kemampuan untuk membuat anggaran secara
keseluruhan karena tidak adanya skill sehingga anggaran dibuat sebagian yang
diperlukan saja.
2. Tidak tersedianya data yang lengkap tentang keseluruhan bagian dalam
perusahaan. Penyusunan anggaran mempunyai hubungan yang sangat erat
dengan tersedia atau tidaknya data serta ketepatan data.
3. Kekurangan biaya untuk membuat anggaran yang lengkap sehingga
disusun anggaran yang perlu saja.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
1) Ancaman organisasi baru yang memasuki industri.
2) Kekuatan pemasok.
3) Kekuatan pembeli.
4) Dampak produk subsitusi.
5) Persaingan dalam industri.
Identifikasi variabel eksternal ini mencakup suatu pertimbangan umtuk
memilih variabel yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan.,
sehingga manajemen dapat mengambil manfaat dari akibat yang
menguntungkan dan meminimalkan akibat yang merugikan bagi perusahaan.
Tahap penting dalam analisis ini adalah evaluasi dari kekuatan dan
kelemahan perusahaan saat ini (analisis SWOT). Analisis SWOT dilakukan
dalam dua tahap, yaitu:
a. Analisis ekstern
Bertujuan untuk mempertimbangkan peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan.
b. Analisis intern
Bertujuan untuk mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan intern
perusahaan.
Pendakatan anggaran yang komprehensif didasarkan pada ekpektasi
dimana aspek operasi yang penting akan dianalisis secara kritis dan
dievaluasi setiap periode dengan cara yang benar sehingga bantuan dari
pihak yang independen sangat penting bagi penilaian ini.
2. Pengembangan Tujuan Umum Perusahaan
Suatu perusahaan harus merumuskan tujuan umum yang ingin dicapai
oleh perusahaan sebelum merumuskan strategi. Tujuan umum ini berisi
tentang:
a. Misi berfungsi sebagai pemfokus dan pemberi makna terhadap kehidupan
kerja seluruh anggita organisasi. Misi harus menetapkan bisnis perusahaan
terpisah dari bisnis pesaing.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
b. Visi
Visi harus menjelaskan kondisi masa depan dari organisasi yang hendak
diwujudkan.
c. Keyakinan dasar
Merupakan keyakinan tentang kebenaran misi, visi dan langkah yang
ditempuh untuk mewujudkan visi. Keyakinan dasar ini merupakan pemicu
semangat seluruh anggota organisasi untuk mencapai tujuan.
d. Nilai dasar
Merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh seluruh anggota organisasi
dan mampu memandu mereka untuk memilih berbagai alternatif yang
diperlukan untuk menuju masa depan. Nilai dasar ini berfungsi sebagai
pembatas pengambilan keputusan oleh para anggota dalam rangka
mewujudkan visi demi tercapainya tujuan perusahaan.
Visi menjadi dasar perumusan tujuan perusahaan, karena tujuan
merupakan penjabaran dari visi perusahaan. Tujuan umum perusahaan
menggambarkan fondasi dasar tempat mengembangkan dan memperkuat
kebanggaan pada perusahaan bagi manajer, karyawan lain, pemilik, pelanggan,
dan perusahaan lain yang berhubungan secara komersial.
3. Pengembangan Sasaran Khusus Bagi Perusahaan
Tujuan dari tahap sasaran dalam proses anggaran ini adalah untuk
mengarahkan pernyataan tujuan umum ke fokus yang lebih tajam dan untuk
mentransformasikan informasi umum kepada informasi perencanaan yang
lebih spesifik. Manajemen eksekutif harus melaksanakan kepemimpinan pada
tahap perencanaan ini sehingga ada kerangka kerja yang nyata, jelas dan
realistis dalam operasi yang akan dilaksanakan untuk pencapaian sasaran yang
bersifat khusus. Hal ini akan memberikan suatu dasar bagi pengukuran kinerja.
4. Pengembangan dan Evaluasi Strategi Perusahaan
Strategi perusahaan adalah sasaran dasar, cara dan taktik yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang direncanakan. Tujuan dari
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
pengembangan dan penyebaran strategi adalah menemukan alaternatif terbaik
untuk mencapai tujuan umum yang direncanakan dan sasaran spesifik. Strategi
memberikan garis besar rencana tindakan bagi perusahaan. Manajemen
eksekutif harus kreatif dan langsung terlibat dalam pengembangan dan
penyesuaian strategi baru yang sedang dilaksanakan sesuai dengan variabel
relavan yang harus dikuasai manajemen.
Selain formulasi strategi, penilaian kembali strategi secara periodik juga
penting untuk menganalisis secara teliti semua variabel yang relevan dan akibat
yang mungkin terjadi atas perusahaan dimasa yang akan datang. Setiap
alternatif strategi harus dievaluasi secara mendalam dengan cara
mengidentifikasi manfaat dan kelemahan utama setiap strategi tersebut,
termasuk asumsi yang mendasari. Berikut kriteria untuk mengevaluasi strategi:
Konsistensi intern, yaitu rencana tindakan yang mendukung satu dengan
yang lain;
Realistik, yaitu rencana tindakan yang dipilih dapat dicapai meskipun
berisi tantangan;
Berfokus ke pencarian peluang dan penyelesaian masalah, yaitu rencana
yang dipilih akan dapat mewujudkan peluang dan menyelesaikan masalah
utama dan mengarah ke isu strategi utama;
Berkemampuan menyelasaikan sub problem, yaitu bahwa smua gejala juga
diselesaikan;
Bermanfaat bagi customer, yang berarti rencana harus meng-improve
value yang dihasilkan bagi customer.
5. Instruksi Perencanaan Manajemen Eksekutif
Instruksi perencanaan eksekutif yang dikeluarkan manajemen tingkat
atas, mengkomunikasikan materi perencanaan yang diperlukan semua
tingkatan manajemen untuk berpartisipasi dalam pengembangan perencanaan
laba strategis dan taktis untuk tahun anggaran mendatang. Tahap ini merupakan
tahap komunikasi dari rencana substantif kepada manajemen tingkat menengah
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
dan tingkat bawah. Tahap ini juga menjelaskan tujuan umum, sasaran spesifik,
strategi perusahaan dan segala macam instruksi manajemen eksekutif yang
dibutuhkan untuk mengembangkan rencana laba yang strategis dan taktis.
Perusahaan memerlukan suatu alat yang dikenal dengan cascading, yaitu
alat untuk mengkomunikasikan sasaran dan strategi ke jenjang organisasi yang
lebih rendah. Cascading pada dasarnya adalah proses pengubahan misi, visi,
keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi anggota organisasi melalui perilaku
operasional. Cascading menjadi suatu proses sistematik penginternalisasian
misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar dan strategi organisasi ke dalam diri
setiap personel perusahaan sehingga menjadi share mission, share vision, share
beliefs, share value dan share strategies.
6. Persiapan dan Evaluasi Perencanaan Proyek
Konsep anggaran yang komprehensif mencakup suatu pendekatan yang
sistematis dan terintegrasi untuk membuat perencanan proyek, perencanaan
taktis dan perencanan strategik. Setiap manajemen perlu mengembangkan
tabel/grafik berdimensi waktu untuk keperluan pengambilan keputusan dan
perencanaan pada sub unitnya. Dalam tabel/grafik berdimensi waktu, biasanya
terdapat dua rencana, yaitu:
a. Rencana proyek
Rencana ini meliputi horizon waktu yang berbeda-beda kerana setiap proyek
mempunyai dimensi waktu yang unik, misalny: rencana untuk memperbaiki
produk yang ada, fasilitas fisik yang baru.
b. Rencana periodik
Merupakan kebutuhan manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi dan
mengendalikan operasi dalam jangka waktu yang relatif singkat dan
konsisten secara interim.
7. Pengembangan dan Persetujuan Rencana Laba Strategis dan Taktis
Setelah manajer dari berbagai pusat tanggung jawab menerima instruksi
perencanaan manajemen eksekutif dan rencana proyek, maka manajer dari
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
berbagai pusat tanggung jawab dapat memulai aktivitas intensifnya untuk
mengembangkan rencana laba secara strategis maupun taktis yang disusun
secara bersamaan.
Rencana laba strategik jangka panjang merupakan perencanaan
perusahaan untuk jangka waktu yang relatif lama, yakni lebih dari satu tahun
atau bahkan lebih dari lima tahun. Rencana laba strategik jangka panjang
dibuat sesuai dengan tujuan umum perusahaan, sasaran strategik, dan strategi
jangka panjang yang telah ditentukan sebelumnya. Bagian formal dari rencana
ini meliputi: laporan laba/rugi, neraca, proyeksi arus kas, rencana belanja
modal, tuntutan karyawan, rencana penelitian dan rencana penetrasi pasar
jangka panjang. Rencana jangka panjang meliputi semua bidang aktivitas
utama yang diantisipasi:
a. Penjualan, harga pokok dan laba
b. Proyek besar dan penambahan investasi modal
c. Arus kas dan pembiayaan
d. Kebutuhan dan persyaratan personel
e. Pengembalian investasi
f. Penelitian dan pengembangan
g. Informasi tentang persaingan dipasar dan analisis pangsa pasar.
Rencana laba taktis merupakan perencanaan kegiatan-kegiatan tahunan
perusahaan. Manajer, pemilik perusahaan dan pihak lain yang berkepentingan
biasanya memerlukan jadwal, hasil dari rencana laba secara periodik, laporan
kinerja dan evaluasi mengenai progress perusahaan. Laporan rencana dan
progress biasanya dibuat bulanan, tiga bulanan atau tahunan.
Bila kedua rencana laba tersebut selesai dibuat, proses persetujuan
dimulai. Proses ini meliputi persetujuan, ketidaksetujuan atau saran perbaikan.
Setelah proses persetujuan partisipasif selesai untuk setiap pusat tanggung
jawab dan smua perbedaan yang relevan diselesaikan, berbagai rencana dan
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
program dari pusat tanggung jawab utama digabungkan ke dalam semua
rencana laba strategis dan taktis bagi perusahaan dalam satu kesatuan.
8. Pelaksanaan Rencana Laba
Pelaksanaan rencana manajemen yang telah dikembangkan dan disetujui
dalam proses perencanaan melibatkan fungsi manajemen yaitu pengarahan
bawahan dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Manajemen yang
efektif di semua tingkat mengharuskan tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan
perusahaan dikomunikasikan dan dimengerti oleh bawahannya. Perencanaan
laba yang luas dan program pengendalian dapat membantu melaksanakan
fungsi ini. Rencana, strategi, dan kebijakan yang dibuat melalui partisipasi
yang besar menetapkan dasar bagi komunikasi yang efektif.
9. Penggunaan Laporan Kinerja Periodik
Setelah rencana laba diimplementasikan selama periode tertentu, maka
diperlukan laporan kinerja periodik yang dibuat berdasarkan laporan bulanan.
Laporan kinerja ini mencakup:
a. Laporan kinerja aktual periodik
b. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang direncanakan
c. Memperlihatkan setiap perbedaan sebagai varians kinerja yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Perbedaan yang jelas harus dibuat antara laporan keuangan ekternal dan
internal. Laporan internal dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Laporan statistik yang memberikan statistik kuantitatif internal dasar
mengenai operasi perusahaan;
b. Laporan manajerial yang khusus mengenai masalah yang tidak berulang dan
masalah khusus;
c. Laporan kinerja periodik.
Laporan kinerja jangka pendek penting untuk pengendalian yang efektif.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
10. Penggunaan Anggaran Biaya Fleksibel
Konsep anggaran fleksibel (anggaran variabel) hanya digunakan pada
biaya yang terpisah dari rencana laba, sehingga anggaran variabel hanya
bersifat tambahan. Anggaran fleksibel memberikan informasi yang realistik
mengenai biaya yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah anggaran
untuk berbagai macam volume output atau tingkat aktivitas dari setiap pusat
tanggung jawab.
Anggaran fleksibel menyediakan rumus untuk setiap biaya dalam pusat
tanggung jawab. Rumus tersebut menunjukkan hubungan dari biaya terhadap
output (volume kerja). Rumus anggaran fleksibel dapat diterapkan dalam
laporan pengendalian kinerja dan untuk mengembangkan jumlah biaya dalam
rencana laba taktis. Jika rumus ini dikembangkan bersamaan rencana laba
strategis dan taktis, maka dapat digunakan untuk menghitung jumlah biaya
yang dianggarkan dalam rencana laba taktis.
Perhitungan dilakukan dengan mengalikan output atau aktivitas yang
direncanakan dari setiap pusat tanggung jawab dengan tarif biaya variabel
yang berhubungan untuk setiap pusat tanggung jawab dan kemudian
ditambah dengan biaya tetap untuk pusat tersebut (Y = a + bX).
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Dalam kasus varians yang menguntungkan, sebab yang mendasari juga
harus diidentifikasi. Penyebab yang mendasari dapat menjadi informasi yang
bernilai bagi peningkatan efisiensi dan bagi pengembangan dukungan yang
positif pada operasi dan bagi karyawan yang kurang berhasil.
Contoh kasus
Untuk menyusun Anggaran Induk PT. ABADI Triwulan 1 tahun 2017 diperlukan
Neraca dan input tambahan seabgai berikut :
PT. ABADI
NERACA PER 1 JANUARI 2017
Harta:
1. Harta Lancar
Kas Rp 10,700,000
Piutang Rp 132,930,000
Bahan Baku Rp 6,600,000
Barang jadi Rp 39,900,000
Total Current Asset Rp 190,130,000
2. Harta Tetap
Peralatan Rp 75,000,000
Akumulasi Penyusutan Rp (7,140,000)
Rp 67,860,000
Bangunan Rp 800,000,000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Saham biasa Rp. 10.000,- nominal sebanyak
90.000 lembar Rp 900,000,000
Sisa laba Rp 99,230,000
Jumlah Hutang dan Modal Pemegang Saham Rp 1,009,530,000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Persediaan Barang Jadi
Jumlah Persediaan diberi Harga Standar
1 Januari 950
31 Januari 900
28 Februari 980
31 Maret 1100
Catatan : seluruh persediaan diberi harga standar
Data-data Lain
1. Harga Penjualan Rata2 Rp 150.000/unit
2. Biaya Bahan Rp 25.000/unit
3. Pembelian bahan bulan desember Rp 25,750,000
4. persediaan akhir BB yang dianggarkan 30% dari jumlah
produksi bulan depan
5. Persediaan awaal 30% dari jumlah produksi bulan ybs.
6. Produksi April 600 Unit
7. Jam Kerja TKL 3 jam/unit
8. Bahan Baku 1 unit/produk
9. Ongkos TK Rp 2.250/jam
10. Tarif pajak perseroan 50%
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
7 Penyusutan (60%
Peralatan), (40% Bangunan) Rp 1,350,000
8 Pajak Rp 600,000
9 Gaji tenaga Penjualan Rp 1,400,000
10 Gaji tenaga Pimpinan Rp 2,000,000
11 Biaya Administrasi Rp 1,500,000
Biaya Penjualan Rp 1,300,000
Dari pengalaman tahun – tahun yang lalu, penjualan kredit dibayar 10% bulan
yang bersangkutan, 85% bulan berikutnya dan 5% dua bulan berikutnya.
Penjualan bulan Desember Rp. 153.000.000. penjualan tunainya di bulan
Desember Rp. 5.300.000, Januari Rp. 4.500.000, Februari 8.000.000 dan Maret
3.500.000. Pembelian dibayar 60% di bulan yang bersangkutan dan 40% di bulan
berikutnya.
Penyelesaian
1. Anggaran Penjualan
Dasar untuk menyusun anggaran penjualan dan anggaran lainnya adalah
Ramalan penjualan (sales forecast) :
Anggaran Penjualan = Ramalan Penjualan X Unit Harga
Tabel 69 : Anggaran Penjualan PT. Abadi
Triwulan 1 Tahun 2017
Januari Februari Maret Jumlah
Wilayah
Unit Unit Unit Unit
1 Jateng 300 450 200 950
2 Jatim 280 500 170 950
3 Jabar 350 550 300 1200
Total 930 1500 670 3100
Tabel 70
Jumlah Unit per Wilayah per Bulan x Harga Jual per Unit
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
1 Jateng Rp 45,000,000 Rp 67,500,000 Rp 30,000,000 Rp 142,500,000
2 Jatim Rp 42,000,000 Rp 75,000,000 Rp 25,500,000 Rp 142,500,000
3 Jabar Rp 52,500,000 Rp 82,500,000 Rp 45,000,000 Rp 180,000,000
Total Rp139,500,000 Rp 225,000,000 Rp100,500,000 Rp 465,000,000
Harga penjualan per unit Rp. 150.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2. Anggaran Produksi
Anggaran Produksi = Unit Anggaran penjualan + Unit taksiran persediaan
akhir – unit persediaan awal
Tabel 71 : Anggaran Produksi PT. Abadi Triwulan 1 Tahun 2017
Keterangan Unit
Jan Februari Mar Jumlah
Anggaran penjualan 930 1,500 670 3,100
Taksiran persediaan akhir 900 980 1,100 1,100
Sub total (+) 1,830 2,480 1,770 4,200
Persediaan awal (-) (950) (900) (980) (950)
Produksi yang harus
dibuat 880 1,580 790 3,250
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Tabel 72: Anggaran Pembelian Bahan Baku PT. Abadi Triwulan 1
Tahun 2017
Unit Produksi yg di
Perlukan Januari Februari Maret Jumlah
Persediaan Akhir 880 1,580 790 3,250
Sub Total (+) 474 237 180 180
Persediaan awal (-) 1,354 1,817 970 3,430
Pembelian yg Di
perlukan (264) (474) (237) (264)
Biaya Per Unit 1,090 1,343 733 3,166
Unit Produksi yg di
Perlukan Rp 25,000 Rp 25,000 Rp 25,000 Rp 25,000
Persediaan Akhir Rp 27,250,000 Rp 33,575,000 Rp18,325,000 Rp 79,150,000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Harus dibuat
2. Jam Kerja Langsung 3 3 3 3
3. Jumlah (1x2) 2,640 4,740 2,370 9,750
4. Tarif Per Jam Rp 2,250 Rp 2,250 Rp 2,250 Rp 2,250
Rp 5,940,000 Rp 10,665,000 Rp 5,332,500 Rp 21,937,500
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Anggaran Perusahaan - 223
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Tabel 75 : Anggaran Biaya Overhead Pabrik PT. Abadi Februari, 2017
Jam Kerja Langsung = 4.740
Jenis Biaya Tetap Variable Jumlah
1. Bahan tak Langsung Rp 2,000,000 Rp - Rp 2,000,000
1
2. TKTL Rp 900,000 Rp 948,000 Rp 1,848,000
2
3. Perawatan & Reparasi Rp 1,200,000 Rp 1,422,000 Rp 2,622,000
4. Gas & Penerangan Rp 300,000 Rp - Rp 300,000
3
5. Energi Rp 200,000 Rp 2,607,000 Rp 2,807,000
6. Asurasnsi Rp 270,000 Rp - Rp 270,000
7. Penyusutan Rp 1,350,000 Rp - Rp 1,350,000
8. Pajak Rp 600,000 Rp - Rp 600,000
9. Pajak Upah Rp 474,000 4 Rp 474,000
JUMLAH Rp 6,820,000 Rp 3,036,000 Rp 12,271,000
Keterangan :
1. 4.740 x Rp.200
2. 4.740 x Rp.300
3. 4.740 x Rp.550
4. 4.740 x Rp.100
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
JUMLAH Rp 6,820,000 Rp 3,036,000 Rp 9,545,500
Keterangan :
1. 2.370 x Rp.200
2. 2.370 x Rp.300
3. 2.370 x Rp.550
4. 2.370 x Rp.100
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
7. Anggaran HPP
Tabel 79 : Anggaran Harga Pokok Penjualan PT. Abadi
Triwulan I 2017
Keterangan Januari Februari Maret Jumlah
1. Bahan Pemakaian Rp 22,000,000 Rp 39,500,000 Rp 19,750,000 Rp 81,250,000
Langsung
2. TKL Rp 5,940,000 Rp 10,665,000 Rp 5,332,500 Rp 21,937,500
3. BOP Rp 9,856,000 Rp 12,271,000 Rp 9,545,500 Rp 31,672,500
4. Jumlah Biaya Produksi Rp 37,796,000 Rp 62,436,000 Rp 34,628,000 Rp 134,860,000
(1s/d3)
Di tambah
5. Persediaan Awal Rp 39,900,000 Rp 37,800,000 Rp 41,160,000 Rp 39,900,000
Barang Jadi
6. Sub Total (4+5) Rp 77,696,000 Rp 100,236,000 Rp 75,788,000 Rp 174,760,000
Di kurang
7. Pers. Akhir Barang Jadi Rp 37,800,000 Rp 41,160,000 Rp 46,200,000 Rp 46,200,000
8. Anggaran HPP (6-7) Rp 39,896,000 Rp 59,076,000 Rp 29,588,000 Rp 128,560,000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2. 3% x Rp139.500.000 = 4.185.000,
3. 7% x Rp 139.500.000 = 9.765.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Tabel 81 : Anggaran Biaya Penjualan, Februari 2017
Jenis Biaya Tetap Variable Jumlah
Gaji Rp 1,400,000 Rp - Rp 1,400,000
1
Komisi Rp 11,250,000 Rp 11,250,000
2
Perjalanan Rp 6,750,000 Rp 6,750,000
3
Reklame Rp 15,750,000 Rp 15,750,000
Penjualan Rp 1,300,000 Rp - Rp 1,300,000
Jumlah Rp 2,700,000 Rp 33,750,000 Rp 36,450,000
Keterangan :
1. 5% x Rp 225.000.0000 = 11.250.000,
2. 3% x Rp 225.000.0000 = 6.750.000
3. 7% x Rp 225.000.0000 = 15.750.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Jenis Biaya Jumlah
Gaji tenaga penjualan Rp. 2.000.000
Biaya adminstrasi Rp. 1.500.000
Total Rp. 3.500.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
a. Saldo awal kas
b. Penerimaan kas selama periode tersebut.
c. Pengeluaran kas selama periode tersebut.
Rumus : Saldo akhir = saldo awal + penerimaan – pengeluaran
Dari pengalaman tahun – tahun lalu, penerimaan dari tagihan diperoleh 10%
bulan bersangkutan, 85% bulan berikutnya dan 5% dua bulan berikutnya.
Informasi lainnya dari PT. Abadi adalah mengenai angka – angka penjualan
sebagai berikut :
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Untuk ramalan pengeluaran kas, dasar penyusunannya adalah pembayaran
pembeliaan bahan langsung (BB). Pembeliaan PT. ABADI di bayar 60% dibulan
yang bersangkutan dan 40% dibulan berikutnya.
Tabel 87 : Ramalan Pengeluaran Kas - Bahan Baku Langsung PT. Abadi Tri
Wulan I 2017
Bulan Pembelian Januari Februari Maret
1. Desember 25.750.000
40% 10.300.000
2. Januari 27.250.000
60% 16.350.000
40% 10.900.000
3. Februari 33.575.000
60% 20.145.000
40% 13.430.000
4. Maret 18.325.000
60% 10.995.000
JUMLAH 104.900.000 26.650.000 31.045.000 24.425.000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
12. Jml pengeluaran (6 s/d 11) 104,460,500 155,568,000 84,046,500 344,075,000
13. Saldo akhir (5 – 12) 49,784,500 46,051,000 166,369,000 166,405,000
*) OVERHEAD PABRIK
BOP/ bulan 9,856,000 12,271,000 9,545,500
Penyusutan 1,350,000 1,350,000 1,350,000
Jumlah 8,506,000 10,921,000 8,195,500
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
A/R (A) 98,150,000
Bahan (B) 4,500,000
Barang Jadi ('C) 46,200,000
Total CA 315,255,000
2. Fixed Assets (FA):
Peralatan 75,000,000
Akumulasi Penyusutan (D) 9,570,000 (-)
65,430,000
Bangunan 800,000,000
Akumulasi Penyusutan (E) 50,080,000 (-)
749,920,000
Total FA 815,350,000
Total Assets 1,130,605,000
Passiva
1. Liabilities & Equity
Hutang Dagang (F) 7,330,000
Modal Pemilik/Equitas
saham biasa, nominal Rp 10.000 900,000,000
dikeluarkan dan portepel 90 .000
2. Sisa laba (G) 223,275,000
3. Jumlah Modal Pemilik / EQUITAS 1,123,275,000
Jumlah Passiva 1,130,605,000
Catatan:
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Piutang Per 31 Maret
5 % dari penjualan Februari = Rp Rp 10,850,000
a 217.000.000
90 % dari penjualan Maret = Rp 97.000.000 Rp 87,300,000 (+)
Rp 98,150,000
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Hansen dan Mowen, 2003, Manajemen Biaya. Salemba Empat, Jakarta.
Herawati, E. (2008). Analisis Pengaruh Faktor Produksi Modal, Bahan Baku,
Tenaga Kerja dan Mesin Terhadap Produksi Glycerine Pada PT. Flora
Sawita Chemindo Medan (Master's thesis).
Horngren, Foster, Datar, 2005, Penganggaran Perusahaan, Salemba Empat,
Jakarta.
Jae K Shim dan Joel G. Siegel, 2005, Budgeting, Erlangga, Jakarta
Jajuk Herawati, Sunarto, 2004, Anggaran Perusahaan, AMUS Universitas
Sarjana Wiyata Taman Siswa Press, Yogyakarta.
Jurnal :
M. Nafarin, 2009, Penganggaran Perusahaan, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta.
Martusa, R., & Jennie, M. (2010). Evaluasi Biaya Standar dalam Pengendalian
Biaya Produksi (Studi Kasus pada PT. PG. RAJAWALI SUBANG). Jurnal
Bisnis Manajemen & Ekonomi, 9(11).
Moeller, R. R. (2007). COSO enterprise risk management: understanding the new
integrated ERM framework. John Wiley & Sons.
Mulyadi, 2008, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Salemba
Empat, Jakarta.
Munandar, 2003, Budgeting, Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja dan
Pengawasan Kerja, BPFE, Yogyakarta.
Munawir, 2004, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta.
Nafarin, Mohammad, 2000, Penganggaran Perusahaan, Salemba Empat, Jakarta
Rangkuti, F. (2005). Great Sales Forecast For Marketing. Gramedia Pustaka
Utama.
Rudianto, 2009, Penganggaran, Erlangga, Jakarta.
Setiadi, P. (2014). Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Penentuan Harga
Jual pada CV. Minahasa Mantap Perkasa. Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi, 14(2).
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Sumaryono, R. (2014). Penerapan Metode Trend Moment Dalam Forecast
Penjualan Beton Readymix di PT. X, Mojokerto. Media Mahardhika, 13(1).
Sungkawa, I., & Megasari, R. T. (2011). Penerapan Ukuran Ketepatan Nilai
Ramalan Data Deret Waktu dalam Seleksi Model Peramalan Volume
Penjualan PT Satriamandiri Citramulia. ComTech: Computer, Mathematics
and Engineering Applications, 2(2), 636-645.
Sutikno, A., & Tin, S. (2012). Peranan Anggaran Produksi Sebagai Alat Bantu
Manajemen Dalam Menunjang Efektifitas Produksi. Maksi, 4(2).
Syamsudin, Lukman, 2011, Manajemen Keuangan Perusahaan, Rajawali Pers,
Jakarta
Tuanakotta, Theodorus M., 2015, Audit Kontemporer, Salemba, Empat Jakarta.
Williamson, D. (2007). The COSO ERM framework: a critique from systems
theory of management control. International Journal of Risk Assessment
and Management, 7(8), 1089-1119.
DOSEN:
DEWI CAHYANI PANGESTUTI, SE, MM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA