Anda di halaman 1dari 22

1.

Pengertian
A. Pengertian Anggaran
Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodik yang disusun
berdasarkan program yang telah disahkan.Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka
waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.Tetapi dapat juga dinyatakan
dalam satuan barang/jasa.Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai
tujuan.Jadi, anggaran bukan tujuan dan tidak dapat menggantikan manajemen.Dalam
penyusunan anggaran perlu mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan.
b. Data masa lalu.
c. Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi.
d. Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik pesaing.
e. Kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah.
f. Penelitian untuk pengembangan perusahaan.
Dalam penyusunan anggaran perlu diperhatikan perilaku para pelaksana anggaran
dengan cara mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Anggaran harus dibuat serealistas dan secermat mungkin sehingga tidak terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Anggaran yang dibuat terlalu rendah tidak menggambarkan
kedinamisan, sedangkan anggaran yang dibuat terlalu tinggi hanyalah angan-angan.
b. Untuk memotivasi manajer pelaksanan diperlukan partisipasi manajemen puncak
(direksi).
c. Anggaran yang dibuat harus mencerminkan keadilan, sehingga pelaksanan tidak
merasa tertekan tetapi justru termotivasi.
d. Untuk membuat laporan realisasi anggaran diperlukan laporan yang akurat dan tepat
waktu, sehingga apabila terjadi penyimpangan yang merugikan dapat segera
diantisipasi lebih dini.
Anggaran yang dibuat akan mengalami kegagalan bila hal-hal berikut ini tidak
diperhatikan:
a. Pembuat anggaran tidak cakap, tidak mampu berpikir ke depan, dan tidak memiliki
wawasan yang luas.
b. Wewenang dalam membuat anggaran tidak tegas.
c. Tidak didukung oleh masyarakat.
d. Dana tidak cukup.

B. Pengertian Anggaran Produksi


Anggaran produk adalah suatu perencanaan secara terperinci mengenai jumlah unit
produk yang akan diproduksi selama periode yang akan datang yang didalamnya
mencakup rencana mengenai jenis (kualitas), jumlah (kuantitas), waktu (kapan) produk
akan dilaksanakan (Tendi Haruman:2007)
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa anggaran produk ini dibuat untuk
menunjang rencana penjualan yang sudah ditentukan sebelumnya. Jadi untuk membuat
anggaran produk ini terlebih dahulu kita harus membuat anggaran penjualan.
Anggaran produk dapat disusun dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Rencana Penjualan (dari anggaran penjualan ) XXXX
Persediaan akhir XXXX +
Jumlah barang yang tersedia XXXX
Persediaan awal XXXX –
Rencana Produksi XXXX

2. Manfaat Menyusun Anggaran Produksi


Seiring dengan manfaat menyusun secara umum, maka manfaat menyusun anggaran
produksi dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu :
A. Manfaat secara umum
Manfaat anggaran produksi secara umum adalah sebagai pedoman kerja,
pengkoordinasian kerja dan pengawasan kerja
B. Manfaat secara khusus
1) Untuk menunjung kegiatan penjualan, sehingga produk dapat disediakan sesuai
dengan waktu yang sudah direncanakan
2) Menjaga tingkat persediaan yang memadai (supaya persediaan tidak besar dan
tidak terlalu kecil)
3) Mengatur produk agar biaya-biaya produksi dapat ditekan seminimal mungkin
3. Faktor Yang Mempengeruhi Anggaran Produksi
Untuk membuat suatu perencanaan yang baik harus diperhatikan masalah yang
terdapat di dalam perusahaan dan masalah yang datangnya dari luar perusahaan. Masalah
yang bersumber dari dalam perusahaan antara lain :
A. Rencana Penjualan
Anggaran produksi dibua berdasarkan anggaran (terencana) penjualan atau dasar
pembuatan anggaran produksi adalah anggaran penjualan. Semakin besar anggaran
penjualan akan menyebabkan anggaran produksi juga semakin besar
B. Kapasitas mesin dan peralatan
Untuk memproduksi suatu barang tentu kita membutuhkan mesin dan peralatan
pabrik lainnya. Kemampuan (kapasitas) mesin untuk menghasilkan jumlah barang
tertentu akan mempengaruhi tingkat produksi. Semakin besar kapasitas mesin
semakin besar juga jumlah barang yang dapat diproduksi dan sebaliknya jika
kemampuan mesinnya rendah maka tingkat produksi juga akan sedikit.
C. Tenaga kerja yang dimiliki
Dalam memproduksi barang selain menggunakan mesin dan peralatan pabrik lainnya,
kita juga membutuhkan tenaga kerja, baik tenaga kerja langsung maupun tidak
langsung. Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dimiliki maka akan berpengaruh
pada peningkatan jumlah barang yang dihasilkan.
D. Stabilitas Bahan Baku
Stabilitas bahan baku maksudnya adalah ketersediaan bahan baku dipasar saat
dibutuhkan. Jika ketersediaan bahan baku dipasar stabil, maka tingkat produksi juga
cenderung stabil tingkat produksi juga tidak perlu terlalu banyak dan sebaliknya. Jika
ketersediaan bahan baku di pasar tidak stabil (bersifat musiman), maka untuk berjaga-
jaga perlu berproduksi dalam jumlah yang besar ketika bahan baku ada dipasar
dimana produksi yang banyak tersebut bertujuan untuk mengantisipasi saat bahan
baku susah ditemui dipasar.
E. Modal kerja yang dimiliki
Modal kerja menggambarkan kemampuan finansial perusahaan untuk membiayai
segala kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi sampai barang tersebut
sampai dipelanggan (kinsmen). Semakin besar kemampuan finansial perusahaan
maka akan semakin besar pula tingkat produksinya.
F. Fasilitas Gudang
Pada umumnya perusahaan selalu menyediakan stok barang yang dapat berfungsi
sebagai persediaan (awal mauupun akhir) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen jika terjadi kenaikan permintaan.

4. Modal Menyusun Anggaran Produksi


Dalam praktek pada umumnya, terdapat kebijaksanaan tertentu mengenai tingkat
produksi dan tingkat persediaan barang. Setiap kebijakan yang diambil tentu mempunyai
implementasi yang berbeda apakah manajemen akan melakukan pendekatan kebijakan
terhadap produksi dengan mengutamakan stabilitas produksi atau akan mengutamakan
stabilitas persediaan dan bisa juga manajemen mengkombinasi dari dua kebijakan
tersebut.
A. Anggaran Produksi Dengan Stabilitas Produksi
Metode ini digunakan untuk perusahaan/manajemen yang sangat memperhatikan
kestabilan produksi. Langkah-langkah penyusun anggaran produksi dengan stabilitas
produksi
1. Langkah Pertama
Tentukan rencana produksi dengan formula XXXX
Rencana penjualan XXXX +
Persediaan akhir XXXX
Jumlah barang yang tersedia XXXX -
Persediaan awal XXXX
Rencana Produksi XXXX

2. Langkah Kedua
Setelah produksi satu tahun diketahui, kemudian tentukan rencana produksi per
periode (disesuaikan dengan periode rencana penjualan). Jika rencana penjualan
periodenya perbulan, untuk mendapatkan tingkat peroduksi per bulannya adalah
dari rencana produksi satu tahun dibagi 12. Misalnyaa dari perhitungan diperoleh
tingkat produksi pertahun sebesar 12.000 unit, maka rencana produksi per-
bulannya adalah 12.000/12 = 1.000 unit.
Rencana penjualan satu tahun 4.000 unit terbagi dalam triwulan yaitu penjualan
triwulan I,II,III dan IV adalah sebagai berikut : 1.030 unit, 1.000 unit, dan 970
unit. Persediaan awal 120 dan persediaan akhir 80 unit.
Berdasarkan uraian diatas anggaran produksi dapat disusun sebagai berikut :
KETERANGAN UNIT
Anggaran Penjualan 4.000
Persediaan Akhir 80 +
Jumlah barang yang tersedia 4.080
Persediaan awal 120 -
Rencana produksi 3.960

Dalam menyusun anggaran produksi dengan pendekatan stabilitas produksi,


seperti contoh diatas, maka produksi setiap triwulan sebesar 3.960 dibagi empah
sama dengan 990 unit. Sedangkan persediaan awal dan persediaan akhir barang
jadi mengikuti kebijakan produksi yang stabil tersebut. Jika manajemen produksi
menetapkan kebijakan stabilitas produksi, maka unit persediaan awal dan akhir
dibiarkan berfluktuasi menurut penjualan yang telah ditetapkan.

B. Anggaran Produksi Dengan Stabilitas Persediaan


Stabilitas persediaan maksudnya disini adalah perubahan persediaan sama untuk
setiap periode (fluktuasi dari persediaan setiap periodenya sama. Adapun langkah-
langkah penyusunan angaran dengan metode stabilitas persediaan adalah sebagai
berikut.

1. Langkah 1
Tentukan selisih antara persediaan awal dan akhir (persedaan awal- persediaan
akhir)
2. Langkah II
Setelah kita memperoleh selisih dari kedua persediaan tersebut kemudian dibagi
dengan periode penjualan dalam satu tahun. Jika periode penjualan dalam bentuk
bulan, maka dibagi 12 (karena dalam satu tahun ada 12 bulan), dan jika rencana
penjualannya dalam triwulan maka selisih dibagi 4.
3. Langkah III
Jika selisih negatif, maka untuk memperoleh persediaan akhirnya ditambahkan
sebesar selisihnya dan jika selisihnya positif ( maka untuk memperoleh persediaan
akhir dikurangi sebesar selisihnya)
C. Anggaran Produksi Dengan Metode Kombinasi
Kebijakan kombinasi maksudnya adalah mengkombinasikan dua kebijakan yaitu
kebijakan persediaan stabil dan kebijakan produksi stabil. Kebijakan yang merupakan
kombinasi, dimana tingkat produksi maupun tingkat persediaan berfluktuasi.
Dengan cara kombinasi ini, suatu saat produk stabil dan pada saat lain persediaan
stabil atau pada suatu saat tingkat produksi berubah dan pada saat lain tingkat
persediaan yang mengalami perubahan. Berubahnya tingkat produksi dan persediaan
biasanya diberi batasan minimal dan maksimal.
Disini meskipun telah ditetapkan dengan cara kombinasi tetapi perusahaan masih
harus menetapkan asumsi-asumsi lain agar dapat dicapai keseimbangan yang
optimum antara tingkat penjualan persediaan dan produksi

5. Anggaran Persediaan Barang Jadi


5.1 Pengertian anggaran persediaan
Anggaran persediaan adalah anggaran yang merencanakan secara sistematis dan lebih
terperinci tentang jumlah persediaan barang dari waku kewaktu selama periode tertentu
ya g akan datang, yang di dalamnya meliputi rencana tentang jenis barang yang tersedia,
jumlah barang yang tersedia.

5.2 Kegunaan anggaran persedian

Secara umum, anggaran persediaan mempunyai tiga kegunaan pokok, yaitu sebagai
pedoman kerja, sebagai alat manajemen untuk menciptakan koordinasi kerja, dan sebagai
alat manajemen untuk melakukan evaluasi atau pengawasan kerja.
Sedangkan secara khusus, anggaran persediaan berguna sebagai dasar untuk
menyusun anggaran unit yang akan diproduksikan (persediaan barang jadi) dan anggaran
pembelian bahan mentah (persediaan bahan mentah).

Data dan informasi untuk menyusun anggaran persediaan

Persediaan barang jadi dipengaruhi oleh beberpa faktor pertimbangan, seperti misalnya:

a. Fluktuasi penjualan dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, yang
tertuang dalam anggaran penjualan.
b. Fasilitas penyimpanan yang tersedia.
c. Modal kerja yang tersedia
d. Biaya simpan barang jadi
e. Risiko simpan barang jadi
f. Tingkat perputaran barang jadi di waktu-waktu yang lalu.
g. Lamanya waktu yang diperlukan untuk memproses bahan mentah hingga menjadi
barang jadi.
Persediaan bahan mentah dipengaruhi oleh beberapa faktor pertimbangan, seperti:

1. Fluktuasi produksi dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, yang
tertuang dalam anggaran unit yang akan diproduksikan.

2. Fasilitas penyimpanan yang tersedia

3. Modal kerja yang tersedia

4. Bahan simpan bahan mentah, yaitu biaya-biaya yang harus ditanggung oleh
perusahaan karena menyimpan bahan mentah, seperti misalnya sewa gudang, biaya
perawatan barang yang disimpan, biaya modal yang tertanam dalam yang disimpan,
dan sebagainya.

5. Risiko simpan bahan mentah, yaitu kerugian-kerugian yang timbul dan harus
ditanggung oleh perusahaan karena menyimpan bahan mentah, seperti misalnya
rusak, kualitas turun, volumenya susut, barang menjadi ketinggalan zaman dan
sebagainya.
6. Tingkat perputaran bahan mentah di waktu-waktu yang lalu.

7. Lamanya tenggang waktu antara bahan mentah dipesan dengan bahan mentah
tersebut benar-benar telah dikirim dan tiba di gudang perusahaan.

5.3 Metode penilaian persediaan

1. Metode First In First Out (FIFO), yang menyatakan bahwa barang yang masuk/dibeli
lebih awal, dianggap dikeluarkan (diproses) lebih awal pula. Ini berarti bahwa bahan
mentah yang sedang diproses dalam proses produksi dinilai berdasarkan harga beli
bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih awal. Akibatnya sisa persediaan
akhir bahan mentah akan dinilai dengan harga beli bahan mentah dari pembelian yang
dilakukan lebih akhir.

Penerapan metode ini pada penilaian persediaan barang jadi, adalah bahwa apabila
terjadi perubahan tarif baiya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diproses
dinilai berdasarkan tarif biaya produksi yang lama.

2. Metode Last In First Out (LIFO) , yang menyatakan bahwa barang yang masuk/dibeli
lebih akhir, dianggap dikeluarkan/diproses lebih awal. Ini berarti bahwa bahan
mentah yang sedang diproses dalm proses produksi dinilai berdasarkan harga beli
bahan mentah dari pembelian yang dilakukan lebih akhir. Akibatnya sisa persediaan
akhir bahan mentah akan dinilai dengan harga beli bahan mentah dari pembelian yang
dilakukan lebih awal.

Penerapan metode ini pada penilaian persediaan barnag jadi, adalah bahwa apanila
terjadi perubahan tarif biaya produksi, maka biaya barang jadi yang sedang diproses
dinilai berdasarkan tarif biaya produksi yang baru.

3. Metode Moving Average, yang menyatakan bahwa barang yang dikeluarkan/diproses


dinilai berdasarkan rata-rata harga beli yang pernah dilakukan. Ini berarti bahwa
bahan mentah yang sedang diproses dalam proses produksi dinilai berdasarkan rat-
rata harga beli bahan mentah dari pembelian-pembelian yang telah dilakukan.
Akibatnya sisa persediaan akhir bahan mentah juga akan dinilai dengan rata-rata
harga beli bahan mentah tersebut.
6. Anggaran Produksi dan Anggaran Biaya Produksi
Anggaran produksi dengan anggaran biaya produksi merupakan dua rangkaian
rencana kerja yang terkait erat satu dengan yang lainnya. Volume produk yang akan
dihasilkan di dalam suatu periode tertentu, seperti yang tercermin di dalam anggaran
produksi, akan menentukan secara langsung besarnya biaya produksi yang akan
dikeluarkan perusahaan pada periode tersebut. Semakin besar volume produk yang
dihasilkan di dalam suatu periode tertentu akan semakin besar biaya produksi yang akan
dikeluarkan. Demikian pula yang akan terjadi jika kondisi sebaliknya yang akan di alami.

Ilustrasi :
PT Dunia Indah adalah produsen mainan anak yang berlokasi di Surabaya.
Perusahaan ini merencanakan menjual produknya sebanyak 142.000 unit dalam tahun
2010. Jumlah persediaan barang pada awal januari 2010 diperkirakan sebanyak 20.000
unit. Sedangkan jumlah persediaan barang pada akhir tahun 2010 yang diinginkan
sebesar 15.000 unit. Setiap unit produk PT.Dunia Indah memerlukan bahan baku
sebanyak 0.5 meter kayu dan 2 meter karet. Perusahaan merencanakan bahan baku pada
awal tahun 2010 adalah sebanyak 400 meter kayu dan 500 meter karet. Sedangkan
persediaan bahan baku pada akhir bulan adalah sebesar 20% kebutuhan bahan baku
bulanyang bersangkutan. Diperkirakan harga beli bahan baku akan stabil sepanjang
tahun 2010, yaitu sebesar Rp 25.000 per meter kayu dan Rp 15.000 per meter karet.

Sedangkan setiap produk perusahaan ini memerlukan 6 jam tenaga kerja langsung.
Dimana setiap pekerja dibayar dengan upah sebesar Rp 5.500 per jam tenaga kerja
langsung. Sedangkan biaya overhead ditetapkan sebesar Rp 4.000 per jam tenaga kerja
langsung.

Dari total volume penjualan yang dianggarkan sebesar 142.000 unit dalam setahun
tersebut di rencanakan akan dijual didalam 12 bulan operasi. Dengan rincian berikut ini :

Bulan Volume
januari 15.000
Februari 16.000
Maret 16.000
April 14.000
Mei 12.000
Juni 10.000
Juli 7.000
Agustus 6.000
September 9.000
Oktober 11.000
November 12.000
Desember 14.000
Total 142.000

Berdasarkan data dan keterangan tersebut, maka dapat disusun serangkaian anggaran
produksi dan anggaran biaya produksi terintegrasi, seperti terlihat berikut:

1. Langkah pertama untuk memahami rangkaian hubungan antara anggaran produksi


dan anggaran biaya produksi, dapat dimulai dengan menyusun anggaran produksi,
yang dimulai dengan menghitung volume produksi dalam satu tahun.

Berdasarkan data penjualan tersebut, maka untuk tahun 2010 perusahaan harus
memproduksi barang sebanyak 137.000 unit, yang berasal dari:

Volume penjualan 142.000


Volume persediaan akhir tahun 15.000
Volume persediaan awal tahun (20.000)
Volume produksi 137.000

Berdasarkan rencana penjualan tersebut, perusahaan menyusun anggaran produksi


dengan metode persediaan satabil. Sehingga tersusun anggaran produksi sebagai
berikut ini:
Bulan Volume Persediaan Volume
penjualan Akhir Total Awal produksi
Januari 15.000 19.000 20.000 20.000 14.000
Februari 16.000 18.000 19.000 17.000 15.000
Maret 16.000 17.000 18.000 13.000 15.000
April 14.000 16.000 17.000 9.000 13.000
Mei 12.000 15.000 16.000 6.000 11.000
Juni 10.000 15.000 15.000 5.000 10.000
Juli 7.000 15.000 15.000 6.000 7.000
Agustus 6.000 15.000 15.000 10.000 6.000
September 9.000 15.000 15.000 15.000 9.000
Oktober 11.000 15.000 15.000 17.000 11.000
November 12.000 15.000 15.000 17.000 12.000
desember 14.000 15.000 15.000 17.000 14.000
Total 142.000 137.000

2. Setelah disusun anggaran produksi bulanan, maka langkah berikutnya menyusun


anggaran biaya bahan baku, yang dimulai dengan menghitung kebutuhan bahan baku
per unit produk.seperti terlihat berikut
Karena setiap unit produk perusahaan membutuhkan 0.5 meter kayu dan 1 meter
karet, sedangkan pada bulan januari 2010 diproduksi sebanyak 14.000 unit produk.
Maka pada bulan januari diperlukan 7.000 meter kayu (kebutuhan kayu = 0.5 x
14.000) dan 28.000 meter karet (kebutuhan karet = 2 x 14.000). karena diperlukan
7.000 meter kayu untuk bulan januari, saedangkan harga beli kayu adalah Rp 25.000
per meter, maka biaya bahan baku kayu untuk bulan januari adalah adalah sebesar
Rp 175.000.000 (biaya bahan baku = 7.000 x 25.000). sedangkan kebutuhan karet
pada bulan januari adalah sebesar 28.000 meter, sedangkan harga beli karet adalah
sebesar Rp 15.000 per meter, maka biaya bahan baku karet untuk bulan januari
adalah sebesar Rp. 420.000.000 sehingga biaya bahan baku total bulan Januari adalah
sebesar Rp 595.000.000 yang merupakan penjumlahan dari biaya bahan baku dan
biaya bahan karet untuk bulan januari (biaya bahan baku januari = 175.000.000 +
420.000.000).
Biaya bahan baku bulanan

Bulan Kebutuhan Nilai kayu Kebutuhan Nilai karet Biaya bahan


Kayu rupiah karet rupiah bangunan
(meter) (meter)
Januari 7.000 175.000.000 28.000 420.000.000 595.000.000
Februari 7.500 187.500.000 30.000 450.000.000 637.500.000
maret 7.500 187.500.000 30.000 450.000.000 637.500.000
April 6.500 162.500.000 26.000 390.000.000 552.500.000
Mei 5.500 137.500.000 22.000 330.000.000 467.500.000
Juni 5.000 125.000.000 20.000 300.000.000 425.000.000
Juli 3.500 87.500.000 14.000 210.000.000 297.500.000
Agustus 3.000 75.000.000 12.000 180.000.000 255.000.000
September 4.500 112.500.000 18.000 270.000.000 382.500.000
Oktober 5.500 137.500.000 22.000 330.000.000 467.500.000
November 6.000 150.000.000 24.000 360.000.000 510.000.000
Desember 7.000 175.000.000 28.000 420.000.000 595.000.000
total 68.500 1.712.500.0 274.000 4.110.000.00 5.822.500.000
00 0

Metode yang sama digunakan untuk menghitung biaya per jenis bahan baku dan
bahan baku total pada bulan-bulan berikutnya, sehingga akhirnya di dalam satu
tahunakan diketahui biaya bahan baku total sebesat Rp 5.822.500.00.

3. Langkah berikutnya adalah menyusun biaya tenaga kerja langsung bulanan.


Untuk menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung, harus diketahui jam kerja
langsung yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit produk, karena perusahaan
ini menggunakan dasar tarif jam kerja langsung. Dimana setiap unit produk
memerlukan 6 jam kerja langsung, sehingga jumlah kerja total yang diperlukan setiap
bulan adalah sebesar jam kerja per unit produk dikalikan dengan volume produksi
bulan tersebut. Untuk bulan januari perusahaan memproduksi 14.000 unit produk, dan
setiap produk memerlukan 6 jam kerja langsung, maka jumlah jam kerja total adalah
sebesar Rp 5.500 per jam kerja langsung, maka biaya tenaga kerja langsung pada
bulan januari adalah sebesar Rp 462.000.000 (biaya TKL = 84.000 x 5.500).

Metode yang sama digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja langsung pada
bulan-bulan berikutnya, sehinggaakhirnya akan diketahui jumlah biaya tenaga kerja
yang digunakan untuk satu tahun adalah sebesar Rp 4.251.000.000

Anggaran Biaya Tenaga Kerja Bulanan tahun 2010


Bulan Jam kerja Tarif Nilai
Per unit Total
Januari 6 84.000 5.500 462.000.000
Februari 6 90.000 5.500 495.000.000
Maret 6 90.000 5.500 495.000.000
April 6 78.000 5.500 429.000.000
Mei 6 66.000 5.500 363.000.000
Juni 6 60.000 5.500 330.000.000
Juli 6 42.000 5.500 231.000.000
Agustus 6 36.000 5.500 198.000.000
September 6 54.000 5.500 297.000.000
Oktober 6 66.000 5.500 363.000.000
November 6 72.000 5.500 396.000.000
Desember 6 84.000 5.500 462.000.000
Total 822.000 4.521.000.000

4. Langkah selanjutnya adalah menyusun anggaran biaya overhead bulanan. Karena


perusahaan merupakan tariff biaya overhead dengan dasar jam kerja langsung, maka
biaya overhead bulanan adalah dihitung dengan mengallikan jumlah jam kerja
langsung total dalam satu bulan dengan tarif overhead per jam kerja langsung.

Untuk bulan januari jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi
14.000 unit produk adalah sebesar Rp 8 4.000 per jam kerja langsung. Sedangkan
tariff overhead per jam kerja langsung adalah sebesar Rp 4.000 per jam kerja
langsung. Maka untuk menghitung biaya overhead bulan januari adalah dengan
mengalikan jumlah jam kerja total tersebut dengan tarif per jam kerja langsung.
Sehingga biaya overhead untuk bulan januari 2010 adalah sebesar Rp.336.000.000
(biaya overhead = 84.000 x 4.000).

Anggaran biaya overhead bulanan Tahun 2010

Bulan Jam kerja Tarif Nilai


Per unit Total
Januari 6 84.000 4.000 336.000.000
Februari 6 90.000 4.000 330.000.000
maret 6 90.000 4.000 360.000.000
April 6 78.000 4.000 312.000.000
Mei 6 66.000 4.000 264.000.000
Juni 6 60.000 4.000 240.000.000
Juli 6 42.000 4.000 168.000.000
Agustus 6 36.000 4.000 144.000.000
September 6 54.000 4.000 216.000.000
Oktober 6 66.000 4.000 264.000.000
November 6 72.000 4.000 288.000.000
Desember 6 84.000 4.000 336.000.000
Total 822.000 3.228.000.000

Metode yang sama digunakan untuk menghitung biaya overhead pada bulan-bulan
berikut sehingga akhirnya akan diketahui jumlah biaya overhead yang dianggarkan
untuk satu tahun adalah sebesar Rp 3.288.000.000

5. Anggaran Biaya Produksi Perusahaan


Anggaran produksi adalah anggaran yang disusun oleh perusahaan untuk menentukan
jumlah barang jadi yang harus diproduksi oleh perusahaan. Anggaran ini buat setalah
anggaran penjualan disusun karena perusahaan harus menentukan jumlah barang jadi
yang harus diproduksi dalam rangka mendukung target penjualan yang ada di anggaran
penjualan.
Untuk dapat menyusun anggaran produksi dibutuhkan berbagai data dan informasi
sebagai berikut:
1. Estimasi jumlah unit barang jadi yang akan dijual pada periode mendatang.
Jumlah unit barang jadi yang akan dijual dapat diperoleh dari anggaran penjualan
yang telah dibuat sebelumnya.
2. Estimasi jumlah persedian barang jadi pada akhir periode anggaran
Pada umumnya, perusahaan memproduksi barang jadi lebih banyak dari yang
diperkirakan dapat dijual.Hal ini dilalukan karena perusahaan ingin menghindari
terjadinya stock out, yaitu kondisi dimana perusahaan tidak memiliki persedian
barang ketika perusahaan memperoleh order pembeli dari pelanggan.

Terdapat dua kerugian yang terjadi ketika stock out:

a. Perusahaan mengalami opportunity lost dari penjulan yang seharusnya dapat


dilayani jika seandainya perusahaan masih memiliki persedian barang jadi yang
cukup.

b. Pelanggan beralih ke pesaing yang membuat perusahaan kehilangan sumber


pendapatan dimasa depan.

1. Estimasi jumlah persedian barang jadi diawal periode anggaran


Jumlah persedian barang jadi yang diestimasi di awal periode adalah estimasi
persedian barang jadi yang tersisa dari estimasi barang jadi sebelumnya, lalu
menetukan jumlah barang jadi yang rencananya akan diproduksi. Jumlah yang akan
diproduksi diperoleh dengan mungurangkan jumlah penjualan dalam unit dan
persedian akhir barang jadi dengan persediaan awal barang jadi.

Berikut ini adalah format yang dapat digunakan untuk menyusun anggaran produksi

Anggaran Produksi

PT ……..
Untuk Periode ……

Penjualan (unit)

Ditambah : persedian akhir barang jadi

Jumlah barang jadi yang dubutuhkan

Dikurang : persedian awal barang jadi

Jumlah barang jadi yang akan diproduksi

Keterangaan:

1. Informasi tentang jumlah unit yang direncanakan dijual pada periode anggaran
diperoleh dari anggaran penjualan.
2. Informasi persedian akhir barang jadi diperoleh dari kebijakan pengadaan persedian
yang ada diperusahaan.
3. Jumlah unit yang rencananya akan dijual ditambahkan dengan unit dalam persediaan
akhir barang jadi akan akan menjadi total unit barang jadi yang dibutuhkan selama
satu periode anggaran
4. Jumlah persedian awal barang jadi dapat diperoleh dari persediaan akhir barang jadi
tahun lalu. Persediaan akhir barang jadi suatu periode akan menjadi persediaan awal
barang jadi periode berikutnya.
5. Jumlah unit barang jadi yang akan diproduksi dalam satu periode anggaran diperoleh
dengan mengurangi jumlah barang jadi yang dibutuhkan dengan persediaan awal
barang jadi.
6. Anggaran Biaya Produksi Perusahaan (tambahan)
Anggaran biaya produksi dari suatu perusahaan manufaktur merupakan gabungan
dari anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja langsung dan anggaran
biaya overhead. Karena anggaran biaya bahan baku ditentukan dengan menggunakan satu
metode, maka jumlah biaya bahan baku yang dianggarkan dapat ditentukan tanpa
alternatif lain. Tetapi untuk anggaran biaya tenaga kerja langsung, perusahaan harus
menetapkan salah satu metode yang dijadikan dasar perhitungan dari beberapa alternatif
metode yang ada, dengan tetap mempertimbangkan kelemahan metode tersebut.
Sedangkan metode penetapan tarif overhead, tidak berpengaruh terhadap anggaran biaya
overhead total, tetapi akan berpengaruh terhadap anggaran biaya overhead per unit.

PT. Terang Dunia memproduksi 10.000 unit MK-1 dan 10.000 unit MM-2 serta 10.000
unit MB-3, maka besarnya anggaran produksinya adalah sebagai berikut:

a. Jika anggaran tenaga kerja disusun berdasarkan jam kerja, maka anggaran biaya
produksi total adalah sebagai berikut:
Anggaran Biaya Produksi Tahun 2010
Jenis Biaya Jumlah
Biaya Bahan Baku 3.160.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 360.000.000
Biaya Overhead 510.000.000
Total 4.030.000.000

Jumlah biaya bahan baku yang dianggarkan telah dihitung menggunakan anggaran
biaya bahan baku dan menghasilkan anggaran biaya bahan baku sebesar Rp
3.160.000.000. Sedangkan biaya tenaga kerja langsung ditetapkan dengan
menggunakan dasar jam kerja langsung, akan menghasilkan anggaran biaya tenaga
kerja langsung sebesar Rp 360.000.000 seperti terlihat dari tabel anggaran biaya
tenaga kerja langsung dengan dasar jam kerja langsung. Sedangkan biaya overhead
total, tidak akan dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Di mana total biaya
overhead total yang dianggarkan adalah sebesar Rp 510.000.000. Sehingga gabungan
dari keseluruhan biaya tersebut akan menghasilkan biaya produksi total sebesar Rp
4.030.000.000.
Karena perusahaan menggunakan dasar jam kerja langsung untuk menentukan
tarif biaya tenaga kerja, maka resiko tidak tercapainya volume produksi yang
direncanakan harus diperhitungkan oleh manajemen perusahaan.
b. Jika anggaran tenaga kerja disusun berdasarkan hari kerja, maka anggaran biaya
produksi total adalah sebagai berikut:
Anggaran Biaya Produksi Tahun 2010
Jenis Biaya Jumlah
Biaya Bahan Baku 3.160.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 333.600.000
Biaya Overhead 510.000.000
Total 4.030.600.000

Jumlah biaya bahan baku yang dianggarkan telah dihitung menggunakan anggaran
biaya bahan baku dan menghasilkan anggaran biaya bahan baku sebesar Rp
3.160.000.000. Sedangkan biaya tenaga kerja langsung ditetapkan dengan
menggunakan dasar hari kerja, akan menghasilkan anggaran biaya tenaga kerja
langsung sebesar Rp 333.600.000. Sedangkan biaya overhead total, tidak akan
dipengaruhi oleh metode yang digunakannya di mana total biaya overhead total yang
dianggarkan adalah sebesar Rp 510.000.000. Sehingga gabungan dari keseluruhan
biaya tersebut akan menghasilkan biaya produksi total sebesar Rp 3.982.000.000.
Karena perusahaan menggunakan dasar jumlah hari kerja untuk menentukan tarif
biaya tenaga kerja, maka resiko tidak tercapainya volume produksi yang
direncanakan harus diperhitungkan oleh manajemen perusahaan.
c. Jika anggaran tenaga kerja disusun berdasarkan volume produksi, maka anggaran
biaya produksi total adalah sebagai berikut:
Anggara Biaya Produksi

Jenis Biaya Jumlah


Biaya Bahan Baku 3.160.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 370.000.000
Biaya Overhead 510.000.000
Total 4.040.000.000

Jumlah biaya bahan baku yang dianggarkan telah dihitung menggunakan anggaran
biaya bahan baku dan menghasilkan anggaran biaya bahan bakuk sebesar Rp
3.160.000.000. Sedangkan biaya tenaga kerja langsung ditetapkan dengan
menggunakan dasar volume produksi, akan menghasilkan anggaran biaya tenaga
kerja langsung sebesar Rp 370.000.000 dari anggaran biaya tenaga kerja langsung
dengan dasar volume produksi. Sedangkan biaya overhead total, tidak akan
dipengaruhi oleh metode yang digunakannya. Di mana total biaya overhead total yang
dianggarkan adalah sebesar Rp 510.000.000, sehingga gabungan dari keseluruhan
biaya tersebut akan menghasilkan biaya produksi total sebesar Rp 4.040.000.000.
Karena perusahaan menggunakan dasar jam kerja langsung untuk menentukan
tarif biaya tenaga kerja, maka risiko tidak tercapainya volume produksi yang
direncanakan harus diperhitungkan oleh manajemen perusahaan.`
Biaya Produksi Per Unit Produk
Jika disusun anggaran biaya produksi per unit produk, dengan menggunakan tarif
dasar jam kerja sebagai dasar menghitung biaya tenaga kerja dan tarif per unit produk
sebagai dasar menghitung biaya overhead, maka akan menghasilkan tabel berikut ini:
Anggaran Biaya Produksi per unit Produk
Produk `Jumlah Biaya Biaya
Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Produksi
MK-1 72.000 9.000 17.000 98.000
MM-2 141.000 12.000 17.000 170.000
MB-3 103.000 15.000 17.000 135.000

Dari anggaran biaya bahan baku pada tabel di atas, biaya bahan baku per unit
MK-1 adalah sebesar Rp 72.000. Dan dari anggaran biaya tenaga kerja dengan dasar
unit produksi, diketahui bahwa setiap unit MK-1 dibebani biaya tenaga kerja sebesar
Rp 9.000. Sedangkan anggaran biaya overhead menggunakan dasar tarif per unit
produk menetapkan biaya overhead sebesar Rp 17.000, sehingga gabungan dari
ketiga biaya tersebut akan menghasilkan biaya produksi sebesar Rp 98.000 per unit
MK-1. Metode yang sama digunakan untuk menghitung biaya produksi per unit MM-
2 dan MB-3.
Jika disusun anggaran biaya produksi per unit produk, dengan menggunakan tarif
dasar unit produk sebagai dasar menghitung biaya tenaga kerja dan tarif per jam kerja
sebagai dasar menghitung biaya overhead, maka akan menghasilkan tabel berikut ini:
Anggaran Biaya Produksi per unit Produk
Produk `Jumlah Biaya Biaya
Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead Produksi
MK-1 72.000 11.000 12.750 95.750
MM-2 141.000 12.000 17.000 170.000
MB-3 103.000 14.000 21.250 138.250

Dari anggaran biaya bahan baku pada tabel tersebut, biaya bahan baku per unit MK-1
adalah sebesar Rp 72.000. Dan dari anggaran biaya tenaga kerja dengan dasar unit
produksi, diketahui bahwa setiap unit MK-1 dibebani biaya tenaga kerja sebesar Rp
11.000. Jika digunakan jam kerja sebagai tarif dasar biaya overhead, yaitu sebesar Rp
4.250 per jam kerja, maka setiap unit MK-1 yang membutuhkan 3 jam kerja untuk
menyelesaikan satu unit produknya, akan membutuhkan biaya overhead sebesar Rp
12.750 (3×4.250) per unitnya. Sedangkan MM-2 akan membutuhkan biaya overhead
sebesar Rp 17.000 (4×4.250) per unitnya, Sedangkan MB-3 akan membutuhkan biaya
overhead sebesar Rp 21.250 (5×4.250) per unitnya, sehingga gabungan dari ketiga
biaya tersebut akan menghasilkan biaya produksi sebesar Rp 95.750 per unit MK-1.
Metode yang sama digunakan untuk menghitung biaya produksi per unit MM-2 dan
MB-3.
Anggaran Biaya Produksi Bulanan
Jika perusahaan telah menetapkan suatu metode dalam menentukan dasar
perhitungan tarif biaya tenaga kerja dan tarif biaya overhead, maka perusahaan dapat
menentukan anggaran biaya produksi tahunan. Berdasarkan anggaran biaya produksi
tahunan tersebut dapat disusun pula anggaran biaya produksi bulanan. Untuk
menentukan anggaran biaya produksi bulanan pada dasarnya adalah membagi biaya
produksi tahunan dengan alokasi volume produksi bulanan perusahaan.
Ilustrasi berikut mungkin dapat memperjelas pemahaman tentang teknik penyusutan
anggaran biaya produksi bulanan.
Misalnya dalam kasus PT. Terang Dunia perusahaan telah menetapkan anggaran
tenaga kerja disusun berdasarkan tarif jam kerja, maka anggaran biaya produksi total
adalah sebagai berikut.
Anggaran Biaya Produksi Tahun 2010.
Jenis Biaya Jumlah
Biaya Bahan Baku 3.160.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 360.000.000
Biaya Overhead 510.000.000
Total Rp 4.030.000.000
Anggaran sebesar Rp 4.030.000.000 tersebut adalah anggaran untuk memproduksi
MK-1 sebanyak 10.000 unit, MM-2 sebanyak 10.000 unit dan MB-3 sebanyak 10.000
unit. Dari total volume produksi yang direncanakan untuk 1 tahun tersebut,
dialokasikan masing-masing sebanyak 15% untuk bulan Oktober dan Desember,
masing-masing sebanyak 10% untuk bulan Januari, Februari, September dan
November, dan masing-masing sebanyak 5% untuk bulan-bulan sisanya.
Pengalokasian volume penjualan tersebut didasarkan pada data historis penjualan
tahun-tahun sebelumnya.
Untuk menghitung anggaran biaya produksi bulanan, pada dasarnya adalah
dengan membagi anggaran biaya produksi tahunan ke dalam masing-masing bulan
sesuai dengan volume produksi bulanan yang direncanakan.
Anggaran Biaya Produksi Bulanan

Bulan Biaya Total


Bahan Baku Tenaga Kerja Overhead
Januari 316.000.000 36.000.000 51.000.000 403.000.000
Februari 316.000.000 36.000.000 51.000.000 403.000.000
Maret 158.000.000 18.000.000 25.500.000 201.500.000
April 158.000.000 18.000.000 25.500.000 201.500.000
Mei 158.000.000 18.000.000 25.500.000 201.500.000
Juni 158.000.000 18.000.000 25.500.000 201.500.000
Juli 158.000.000 18.000.000 25.500.000 201.500.000
Agustus 158.000.000 18.000.000 25.500.000 201.500.000
September 316.000.000 36.000.000 51.000.000 403.000.000
Oktober 474.000.000 54.000.000 76.500.000 604.500.000
November 316.000.000 36.000.000 51.000.000 403.000.000
Desember 474.000.000 54.000.000 76.500.000 604.500.000
Total 3.160.000.000 360.000.000 510.000.000 4.030.000.00
0

Biaya bahan baku dianggarkan sebesar Rp 3.160.000.000 untuk satu tahun. Di


mana sebanyak 10% atau sebesar Rp 316.000.000 dialokasikan pada bulan Januari,
Februari, September dan November. Sebanyak 15% atau sebesar Rp 474.000.000
dialokasikan untuk bulan Oktober dan Desember. Sedangkan pada bulan-bulan
sisanya, dialokasikan sebanyak 5% atau sebesar Rp 158.000.000. Metode yang sama
digunakan untuk biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Sehingga pada bulan Januari
dianggarkan biaya produksi sebesar Rp 403.000.000 yang terdiri dari anggaran biaya
bahan baku sebesar Rp 316.000.000, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp
36.000.000 dan biaya overhead sebesar Rp 51.000.000.
Dengan mengetahui anggaran biaya produksi bulanan, perusahaan dapat
memperkirakan dana yang diperlukan untuk membiayai produksi tersebut. Dengan
memiliki taksiran dana yang dibutuhkan untuk biaya produksi bulanan, maka
kelangsungan aktivitas produksi akan lebih terjaga.

Anda mungkin juga menyukai