Anda di halaman 1dari 7

Bidang kegiatan yang dipilih : Menanam Tanaman Obat (TOGA)

Menanam merupakan kegiatan meletakkan bibit atau benih di dalam tanah agar dapat tumbuh, misalnya
seperti menanam tanaman-tanaman obat di perkarangan rumah dengan memanfaatkan lahan yang ada,
yang kemudian dari hasil tanaman tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Toga adalah singkatan dari tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi
keperluan keluarga akan obat-obatan. Tanaman Obat adalah jenis-jenis tanaman yang memiliki fungsi
dan berkhasiat sebagai obat dan dipergunakan untuk penyembuhan maupun mencegah berbagai
penyakit, berkhasiat dan mengandung zat aktif yang bisa mengobati penyakit tertentu atau jika tidak
memiliki kandungan zat aktif tertentu tapi memiliki kandungan efek sinergi dari berbagai zat yang
mempunyai efek mengobati. Yang dimanfaatkan oleh masyarakat secara sederhana.

Sebenarnya menanam tanaman obat (TOGA) adalah pola hidup yang sederhana, yaitu dengan
memanfaatkan tumbuh-tubuhan yang bisa dijadikan sebagai obat dalam kehidupan sehari-hari misanya
seperti kunyit, temu lawak, temu kuning, temu putih, bawang, jahe, mahkota dewa, dan kencur yang
bisa dijadikan sebagai obat herbal, karena setiap tumbuhan tersebut mempunyai manfaat tersendiri
untuk mengobati penyakit tertentu.

Kegiatan ini merupakan salah satu pengabdian ilmu biologi yang dapat saya lakukan di dalam rangkaian
proses Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kegiatan ini penting dilakukan agar masyarakat mengetahui dan
memanfaatkan tanaman-tanaman obat yang ada disekitar untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu
sebelum memutuskan untuk melakukan pengobatan medis yang menggunakan obat-obatan kimia.

2. Maksud, Tujuan dan Sasaran yang Ingin Dicapai

Maksud dari kegiatan ini adalah memberi pengetahuan kepada masyrakat untuk mengenal tanaman-
tanaman obat yang dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal untuk mencegah penyakit-penyakit ringan
sebelum memutuskan pengobatan medis yang menggunakan obat-obatan kimia.

Tujuan Dan Manfaat Budidaya Tanaman Obat Keluarga


Tujuan utama budidaya tanaman obat yaitu untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat serta melestarikan kekayaan alam melalui tanaman yang ada disekitar kita.

1. Pencegahan penyakit, jika digunakan secara dini dan kontinyu.

2. Pengobatan pertama pada kecelakaan (P3K)

3. Pengobatan pada penyakit luar dan dalam.

4. Untuk mempercantik diri (kosmetik)

5. Membentuk iklim mikro yang sejuk dan nyaman.

6. Bernilai estetika bagi keluarga dan lingkungan (mengurangi stres)

7. Sumber ekonomi keluarga

8. Murah dan lebih mudah didapat

9. Efek samping yang ditimbulkan sangat kecil (tergantung pada pemakaian dosis, pembuatan higienis
dan penyimpanan baik serta pemakaian sesuai dengan takaran).

10. Kandungan kimianya merupakan dasar obat-obatan modern.

11. Obat-obatan tradisional

Manfaat TOGA

Melengkapi obat-obatan keluarga yang tradisional, alami dan aman tanpa efek samping.

Memberi nilai tambahan pada kesejukan dan keasrian halaman rumah.

Memberi nilai tambah estetika pada halaman rumah, terutama bila tanaman-tanaman itu benar-benar
ditata dengan rapi dan indah.

Membantu memberikan penghasilan tambahan apabila setiap tanaman dikelola dengan sempurna dan
tepat sebagai usaha kecil.

Memberikan contoh tentang cara memanfaatkan lingkungan halaman rumah agar lebih bernilai.

Selain fungsi diatas ada juga fungsi lainnya yaitu:


Sarana untuk memperbaiki status gizi masyarakat, sebab banyak tanaman obat yang dikenal sebagai
tanaman penghasil buah-buahan atau sayur-sayuran misalnya lobak, saledri, pepaya dan lain-lain.

Sarana untuk pelestarian alam.

Apabila pembuatan tanaman obat alam tidak diikuti dengan upaya-upaya pembudidayaannya kembali,
maka sumber bahan obat alam itu terutama tumbuh-tumbuhan akan mengalami kepunahan.

Sarana penyebaran gerakan penghijauan.

Untuk menghijaukan bukit-bukit yang saat ini mengalami penggundulan, dapat dianjurkan
penyebarluasan penanaman tanaman obat yang berbentuk pohon-pahon misalnya pohon asam, pohon
kedaung, pohon trengguli dan lain-lain.

Sarana untuk pemertaan pendapatan.

Toga disamping berfungsi sebagai sarana untuk menyediakan bahan obat bagi keluarga dapat pula
berfungsi sebagai sumber penghasilan bagi keluarga tersebut.

Sarana keindahan.

Dengan adanya Toga dan bila di tata dengan baik maka hal ini akan menghasilkan keindahan bagi
orang/masyarakat yang ada disekitarnya. Untuk menghasilkan keindahan diperlukan perawatan
terhadap tanaman yang di tanam terutama yang ditanam di pekarangan rumah.

Latar Belakang

Sebagian besar penduduk di Indonesia masih banyak yang tinggal di pedesaan atau di daerah
pegunungan yang pada umumnya masih belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang memadai,
baik dari pemerintah maupun swasta. Mereka masih banyak yang berekonomi lemah atau kurang
mampu. Di daerah seperti itu umumnya masih sedikit atau sulit ditembus dengan peredaran obat yang
harganya semakin mahal. Padahal problem kesehatan disana sangat berfariasi dan ada kalanya sulit pula
cara penanggulangannya.
Posisi semacam inilah obat tradisional ditampilkan sebagai salah satu pengobatan alternatif yang sangat
penting artinya, khususnya untuk penanganan/pelayanan kesehatan primer (PKP), baik sebagai obat
preventif maupun sebagai pengobatan (kuratif).

Pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat tidaklah asing bagi masyarakat Indonesia,
karena sebelum rakyat Indonesia merdeka pun, masyarakat pelosok desa sudah menggunakan tanaman
obat tersebut hingga sekarang, pengobatan tradisonal masih diakui keberadaannya di kalangan
masyarakat luas. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang terus membina dan mengembangkannya,
penanganan/pelayanan kesehatan primer (PKP), baik sebagai obat preventif maupun sebagai
pengobatan tradisonal.

Tanaman obat merupakan salah satu unsur penting dalam upaya pelaksanaan pengendalian kesehatan.
Tanaman obat sudah dikenal sejak dahulu dalam pengobatan tradisional, namun pengunaannya sebagai
bahan baku belum dimanfaatkan secara optimal, sedangkan upaya yang telah dilakukan masih tertuju
kepada khasiat dan kegunaannya saja.

Hal ini didukung oleh kebijakan Departemen Kesehatan RI tentang pengobatan tradisional seperti yang
tercantum dalam UU No 23 tahun 1992 pasal 47 tentang pengobatan tradisional dan dalam Kepmenkes
No 1076/SK /VII/2003 tentang peyelenggaraan pengobatan tradisional yang menggunakan tanaman
obat-obatan. Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan kawasan yang kaya dengan keaneka
ragaman hayati. Sampai saat ini telah diketahui sekitar 30.000 jenis tumbuhan yang tumbuhan liar
maupun yang sudah dibudidayakan, sebagai tanaman obat tradisonal. Badan Pengawas Obat dan
Makanan (POM, 2003).

Program pemerintah Kabupaten yaitu Gerakan Pembangunan Desa Mandiri (Gerbang Dema) salah satu
pilarnya adalah memprioritaskan pembangunan yaitu peningkatan pertanian secara luas dan usaha
pemberdayaan ekonomi keluarga, pengembangan tanaman obat keluarga melalui kelompok ibu-ibu
Dasa Wisma, PKK di tingkat ibu-ibu rumah tangga dan dikelola oleh masing-masing desa, salah satu
program desa yang dikembangkan oleh ibu-ibu PKK adalah tanaman obat keluarga (TOGA).

Pengembangan TOGA bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga pengembangan TOGA


dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang bersifat menunjang maupun menghambat.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut:

Bagaimana manajemen permodalan, produksi, permintaan dan sumberdaya manusia usaha TOGA di
tiap-tiap desa dalam Kabupaten .

Bagaimana pengaruh faktor-faktor pengembangan TOGA terhadap penerimaan/pendapatan.

Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :

Untuk mengetahui kondisi manajemen permodalan dan produksi usaha Toga di tiap-tiap desa
Kabupaten .

Untuk mengetahui pengaruh faktor manajemen permodalan, produksi, permintaan, SDM terhadap
penerimaan/pendapatan tanaman usaha Toga di tiap-tiap desa Kabupaten .

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

Pada hakekatnya upaya pengobatan tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa yang
diturunkan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya, baik secara lisan maupun secara
tertulis/dibukukan. Sementara ilmu pengobatan itu sendiri ada yang berasal dari warisan nenek moyang
dalam negeri dan dari luar negeri.

Toga ialah tanaman Obat Keluarga, dahulu disebut sebagai “Apotik Hidup”. Dalam pekarangan atau
halaman rumah di tanam beberapa tanaman obat yang digunakan secara empirik oleh masyarakat untuk
mengatasi penyakit atau keluhan- keluhan yang dideritanya. Beberapa tanaman obat telah dibuktikan
efek farmakologinya pada hewan dan beberapa tanaman telah dilakukan uji klinik.

Berbeda dengan negara-negara seperti Cina, Korea, India dan Srilangka yang memberlakukan cara dan
pengobatan tradisional di dalam sistem pelayanan kesehatan formal, maka di Indonesia pada saat ini
upaya pelayanan pengobatan tradisional dengan obat tradisionalnya berperan pada tingkat rumah
tangga dan tingkat masyarakat. Sedang pada tingkat pertama fasilitas pelayanan, tingkat rujukan
pertama dan rujukan yang lebih tinggi upaya pelayanan kesehatan dilakukan melalui pelayanan
kesehatan formal.

Hingga sekarang, pengobatan tradisional masih diakui keberadaannya dikalangan masyarakat luas. Ini
sejalan dengan kebijakan pemerintah yang terus membina dan mengembangkannya. Salah satu
pengobatan tradisional yang sedang trend saat ini adalah ramuan tanaman obat secara empirik, ramuan
tradisional dengan tanaman obat paling banyak digunakan oleh masyarakat. Penggunaan ramuan
tradisonal tidak hanya untuk menyembuhkan suatu penyakit, tetapi juga untuk menjaga dan
memulihkan kesehatan (Marshall. 2006).

Hasil produksi tanaman bahan jamu merupakan bahan baku untuk industri obat tradisional baik skala
besar dan menengah-seperti Industri Jamu Ny. Meneer, Cap Jago, dan lain-lain- juga industri kecil obat
tradisional dan industri rumah tangga jamu tradisional (jamu gendong). Bahan dari tanaman yang
dipergunakan sebagai obat baik dalam bentuk bahan asli atau yang sudah dikeringkan disebut sebagai
simplisia. Selain sebagai simplisia, hasil produksi tanaman bahan obat juga digunakan sebagai bahan
bumbu masakan baik ditingkat rumah tangga atau rumah makan. Sebagai pengguna simplisia, pada
tahun 2002 terdapat sejumlah 118 Industri Obat Tradisional dan 917 Industri Kecil Obat Tradisional
(Badan POM, 2003). Perdagangan tanaman obat di Indonesia pada tahun 1990 saja menurut
Roekmiyanto, mencapai 38.230,9 ton. Berdasarkan Badan POM (2003), penggunaan simplisia untuk 20
jenis bahan baku jamu dan obat yang digunakan oleh 9 unit IOT skala besar berjumlah 1.841.802 ton.
Sebanyak 15 jenis di antara 20 jenis simplisia tersebut berjumlah 1.658.262 ton.

Beberapa jenis tanaman bahan jamu, terutama jahe dan kunyit sudah merupakan komoditi ekspor, baik
dalam bentuk rimpang (segar dan kering) maupun olahannya. Ekspor dalam bentuk segar relatif
mengalami penurunan, namun ekspor dalam bentuk hasil olahan mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Sebagai gambaran sektor hasil produksi tanaman bahan jamu Produk tanaman bahan jamu
telah diekspor ke lebih dari 24 negara, namun beberapa negara tercatat belum dilakukan secara kontinu.
Beberapa negara yang relatif kontinu sebagai pasaran ekspor produk bahan jamu adalah negara
Bangladesh, Belanda, India, Jepang, Jerman, Malaysia, Pakistan, Saudi Arabia, Singapura, Thailand, Uni
Emirat Arab dan USA. Pangsa pasar terbesar adalah ke negara Malaysia, Singapura, Jepang dan Saudi
Arabia.

Penggunaan tanaman obat tradisional hingga sekarang masih sangat diwarnai oleh penggunaan sendiri
oleh masyarakat, yakni untuk “self medication”. Bentuknya adalah yang langsung dapat diminum, seperti
jamu gendong atau jamu dari penjual. di kios-kios. Selain itu, juga jamu berbungkus yang dibuat oleh
industri rumah tangga. Diantara tumbuhan obat tradisional banyak yang hampir punah, sehingga kalau
sewaktu-waktu dibutuhkan sulit diperoleh. Padahal khusus meningkatkan penggunaan tumbuhan obat
tradisional, pemerintahan telah menggalakan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) yang telah
dimasyarakatkan oleh Lembaga Tanaman Obat Keluarga yang telah dimasyarakatkan oleh Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) dalam hal ini antara lain oleh PKK yang sekaligus berfungsi menghijaukan
lingkungan atau melestarikan sumberdaya hayati. Namun program TOGA nampaknya masih belum
berhasil, sehingga perlu ditingkatkan permasyarakatannya.

TOGA adalah singkatan dari tanaman obat keluarga, yaitu berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan
baik di halaman, pekarangan rumah, ladang atau di kebun. Tanaman tersebut sebagai Apotek Hidup yang
dapat memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Jenis tanaman yang dibudidayakan sebagai
TOGA adalah tanaman yang tidak memerlukan perawatan khusus, tidak mudah diserang hama penyakit,
bibitnya mudah didapat, mudah tumbuh dan tidak termasuk jenis tanaman terlarang dan
berbahaya/beracun. Pemanfaatan TOGA lazimnya untuk pengobatan gangguan kesehatan keluarga
menurut gejala-gejala umum seperti demam panas, batuk, sakit perut, gatal-gatal (Ridwan. 2007)

melalui instansi terkait seperti Dinas Kesehatan dengan kerjasama PKK dapat melakukan sosialisasi
terhadap program TOGA bagi menunjang upaya peningkatan kesehatan oleh masyarakat secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai