Anda di halaman 1dari 21

118 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PENANGGALAN JAWA DALAM


PENENTUAN WAKTU PERNIKAHAN (STUDI KASUS DESA JONGGRANG KECAMATAN
BARAT KABUPATEN MAGETAN TAHUN 2013)

Rohmaul Listyana & Yudi Hartono*

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan sikap masyarakat terhadap
peanggalan Jawa dalam penentuan waktu pernikahan tahun 2013. Selain itu peneliti juga ingin
mengetahui bagaimana sebuah tradisi bisa bertahan sampai saat ini. persepsi dan sikap
masyarakat Desa Jonggrang terhadap penanggalan Jawa dalam penentuan waktu pernikahan
memeliki perbedaan. Masyarakat yang masih menggunakan tradisi penentuan waktu pernikahan
adalah masyarkat Jawa yang masih memegang nilai budaya. Tradisi yang menjadi warisan turun
temurun dari sesepuh menjadi sebuah pitutur yang harus dilestariakn oleh masyarakat. Dari
sebuah pitutur tersebut terkandung sebuah makna untuk menjalani kehidupan terutama dalm
sebuah pernikahn yang membutuhkan waktu yang baik. Persepsi masyarakat akan muncul ketika
melihat sebuah fenomena yang ada di lingkunagn dan persepsi akan mempengaruhi sebuah sikap
masyarakat. Jika persepsi dari masyarakat positif maka sikap masyarakat akan menerima dan
jika persepsi masyarakat negatif maka sikap yang ditunjjukan adalah menolak.

Kata kunci: Persepsi, Sikap, Penggalan Jawa, Pernikahan

Pendahuluan
diwarisi oleh nenek moyang sesepuh.
Indonesia adalah salah satu negara
Dalam kehidupan saat ini masyarakat masih
yang memiliki berbagai macam kebudayaan,
memegang nilai-nilai dari kebudayan untuk
dari setiap daerah memilki kebudayaan
melangsungkan hidupnya. E.B Taylor
yang berbeda dengan daerah lainya.
(dalam Abraham Nurcahyodkk,2011:6)
Perbedaan dan ciri khas tersebut di
berpendapat kebudayaan diartikan sebagai
pengaruhi oleh beberapa hal antara lain
keseluruhan yang mencakup pengetahuan,
letak geografis, sistem keagaaman, sistem
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta
sosial dan masih banyak lagi yang dapat
kemampuan dan kebiaasan lainnya yang
memunculkan sebuah kebudayaan yang
diperoleh manusia sebagai anggota
baru, serta tidak lepas dari pola pikir
masyarakat. Kebudayaan menggambarkan
masyarakat dimana mereka tinggal.
tanggapan dan kebutuhan manusia sebagai
Keanekaragaman budaya tersebut tentu
makhluk hidup yang harus memenuhi
menjadi aset yang berharga bagi bangsa
kebutuhannya.
Indonesia.
Kemampuan manusia untuk

Kebudayaan yang ada di seluruh berpikir, belajar, berkomunikasi dan

wilayah Indonesia tidak lepas dari memahami obyek-obyek sekitarnya akan

tradisiturun-temurun yang diyakini dan memberikan perkembangan sebuah

* Rohmaul Listyana adalah alumni Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN


* Yudi Hartono adalah Dosen Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 119

kebudayaan. Manusia memelihara sistem penangalan ini masih sering


kebudayaan untuk menghadapi masalah digunakan dalam menentukkan hari baik,
dan persoalan yang mereka hadapi. Dalam misalnya untuk penentuan waktu
kehidupanya, manusia memilki banyak mendirikan rumah dan waktu pernikahan
kebutuhan. Kebutuhan mendorong manusia atau perkawinan. Kepercayaan masyarakat
untuk melakukan berbagai tindakan dalam Jawa yang mayoritas masih mempercayai
rangka pemenuhanya (Abraham Nurcahyo dan meyakini hal ini membuat keberadaan
dkk, 2011:7). tradisi ini masih ada dikalangan
Berawal dari pendapat di atas, dapat masyarakat. Pada umumnya semua kegiatan
dikatakan bahwa kebudayaan bukan hanya masyarakat Jawa masih berpegang pada
sebagai pelengkap dalam kehidupan suatu hukum adat. Hal ini juga yang
manusia, melainkan menjadi sebuah mengakibatkan sebuah tradisi mengenai
kebutuhan yang harus dimilki oleh manusia pertanggalan Jawa masih digunakan oleh
untuk melangsungkan kehidupannya. masayarakat. Salah satunya adalah dalam
Kebudayaan erat kaitannya dengan sebuah acara pernikahan atau perkawinan pada
tradisi atau adat istiadat di suatu kalangan masyarakat Jawa.
masyarakat, nilai-nilai yang ada dalam Di kehidupan keluarga Jawa,
tradisi atau adat istiadat tentu sama halnya perkawinan merupakan sebuah institusi
dengan nilai yang terkandung dalam yang sangat penting karena perkawinan
kebudayaan, yang mana menjadi sebuah merupakan pertanda terbentuknya keluarga
pedoman dalam masyarakat yang baru yang mandiri dan terlepas dari orang
diabstrakkan dalam kehidupanya. tua. (Hilderd Geertz dalam Sartono
Salah satu bentuk tradisi yang masih Kartodirjo dkk, 2013:92). Perkawinan atau
ada di Indonesia yaitu mengenai sistem pernikahan adalah hal yang sakral bagi
penanggalan tradisional. Dikalangan masyarakat Jawa, jadi dalam
masyarakat Jawa dan Bali sistem pelaksanaannya harus menggunakan waktu
penanggalan tradisional berupa Wariga dan yang dianggap baik. Kegiatan pernikahan
Pakuwon, dan pada masa Islam dikenal pula dalam masayarakat Jawa tentu
dalam berbagai jenis Primbon. Pengetahuan menggunakan perhitungan penanggalan
mengenai sistem pertanggalan tradisional Jawa sebagai waktu yang cocok. Dalam
ini sering pula diterapkan dalam penentuan penentuan waktu baik dalam masyarakat
hari baik dan buruk yang dikaitkan dengan Jawa harus menggunakan berbagai
peramalan atau rujum untuk berbagai perhitungan yang matang. Dilihat dari
tujuan dan kegiatan ( Muhammad Iskandar perhitungan penentuan waktu baik yang
dkk, 2009:32-34). Dalam masyarakat Jawa begitu rumit jlimet maka tidak semua
120 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

masyarakat Jawa dapat menentukan perkembangan ilmu pengetahuan dan


waktunya. Untuk itu, orang Jawa yang ingin teknologi yang semakin maju, secara
menentukan waktu atau hari baik biasanya langsung maupun tidak langsung
akan meminta pertolongan kepada orang mempengaruhi bentuk-bentuk kehidupan
yang dianggap ahli dalam hal ini, yang masyarakat dan pada akhirnya akan
biasanya disebut wong tuwo. Pada mengalami perubahan-perubahan terutama
umumnya masyarakat Jawa akan nampak pada tradisi dan pola pikir
mempercayai apa yang dikatakan atau apa tradisional menjadi rasional. Pada
yang ditunjukkan oleh orang tua wong tuwo. masyarakat desa Jonggrang masih dapat
Hal ini sebagai rasa hormat dan patuh dijumpai tradisi penentuan waktu
terhadap orang yang lebih tua. Semakin pernikahan dengan menggunakan
banyak pengalaman yang dimiliki seseorang penanggalan Jawa. Kepercayaan dan tradisi
di bidang perhitungan Jawa, semakin inilah yang mengkibatkan masyarakat desa
banyak orang yang mempercayainya. Hal Jonggrang menjalani tradisi ini. Masyarakat
inilah yang terjadi di Desa Jonggrang sebuah yang ingin mencari hari baik biasanya
desa kecil yang terletak di Kecamatan Barat datang ke rumah wong tuwo dengan
Kabupaten Magetan. membawa syarat yang ditentukan
Masyarakat Desa Jonggrang yang (wawancara dengan tokoh masyarakat, 22
hingga saai ini masih memegang teguh nilai Februari 2014).
budaya Jawa dan tradisi yang masih kental Sampai saat ini keberadaan tradisi
membuat tradisi yang diwariskan dari menentukan waktu yang tepat untuk
nenek moyang masih berjalan. Karena pernikahan menjadi tradisi yang masih
dalam petunjuk orang tua memiliki makna banyak digunakan masyarakat desa
yang dapat diambil dalam kehidupan Jonggrang. Fenomena ini terjadi karena ada
masyarakat. Jika hal itu ditinggalkan akan masyarakat yang masih mempercayai
menemui kesulitan. Menurut kepercayaan tradisi ini dan wajib dilakukan. Berdasarkan
orang Jawa, yang disebut gangguan (aral persepsi yang ada dalam masyarakat desa
melintang) atau potensi yang akan merusak Jonggrang yang pada awalnya menganggap
keselamatan hidup datangnya dari mana penentuan waktu pernikahan adalah hal
saja. Dalam ungkapan sehari-hari sering yang penting dilakukan, akan tetapi seiring
disebut sangkan-paran (Imam Budhi dengan perubahan zaman dan pandangan
Santosa, 2012:7). masyarakat hal tersebut mengalami
Sifat manusia yang dinamis akhirnya pergeseran.
akan mempengaruhi perilaku dan tradisi Salah satu contoh yang dapat
yang mereka percayai. Seiring dengan diambil tentang kasus di atas adalah hasil
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 121

penelitian Wulandari Mahanggi (2013: 5) 2. Bagaimana sikap masyarakat terhadap


yang menyoroti tentang Pergeseran penanggalan Jawa dalam penentuan
Perkawinan Secara Adat Di Desa waktu pernikahan di Desa Jonggrang
Huluduotamo, Perkembangan teknologi saat Kecamatan Barat Kabupaten Magetan
ini juga membawa pengaruh kurang baik tahun 2013?
atau negatif dalam kehidupan manusia.
Kehadiran teknologi yang begitu canggih Tinjauan Pustaka
membuat masyarakat umum begitu banyak A. Persepsi Masyarakat
pilihan untuk memilih apa yang di 1. Pengertian Persepsi
kehendakinya, perkembangan teknologi ini Sarlito W. Sarwono (2009:24)
juga merupakan salah satu faktor penyebab berpendapat persepsi secara umum
terjadinya pergeseran terhadap merupakan proses perolehan, penafsiran,
pelaksanaan adat pernikahan Gorontalo pemilihan dan pengaturan informasi
yang ada di Desa Huluduotamo. indrawi. Persepsi berlangsung pada saat
Dari contoh ilmiah diatas dapat seseorang meniram stimulus dari dunia luar
menjadi salah satu contoh bentuk yang ditangkap oleh organ-organ bantunya
pergeseran tradisi pernikahan, dimana yang kemudian masuk ke dalam
pergeseran tersebut juga terjadi di Adat otak.Persepsi merupakan proses pencarian
Pernikahan di Jawa yaitu pergeseran informasi untuk dipahami yang
penetapan penanggalan pernikahan yang menggunakan alat pengindraan (Salito W.
tentu menarik untuk dikaji lebih mendalam Sarwono 2002:94).
mengenai persepsi dan sikap masyarakat Di dalam persepsi mengandung suatu
dalam penentuan waktu pernikahan di Desa proses dalam diri untuk mengetahui dan
Jonggrang Kecamatan Barat Kabupaten mengevaluasi sejauh mana kita mengetahui
Magetan terutama di peridode tahun 2013. orang lain. Pada proses ini kepekaan dalam
Dari latar belakang masalah dan diri seseorang terhadap lingkungan sekitar
batasan masalah tersebut diatas, maka mulai terlihat. Cara pandang akan
dapat dirumuskan masalah dalam penelitian menentukan kesan yang dihasilkan dari
ini yaitu : proses persepsi.
1. Bagaimana persepsi masyarakat Proses interaksi tidak dapat dilepaskan
terhadap penanggalan Jawa dalam dari cara pandang atau persepsi satu
penentuan waktu pernikahan di Desa individu terhadap individu yang lain,
Jonggrang Kecamatan Barat Kabupaten sehingga memunculkan apa yang
Magetan tahun 2013? dinamakan persepsi masyarakat. Persepsi
masyarakat akan menghasilkan suatu
122 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

penilain terhadap sikap. Perilaku dan Menurut Robbin (dalam Fatah


tindakan seseorang di dalam kehidupan Hanurawan, 2010: 37-40) mengemukakan
bermasyrakat. bahwa beberapa faktor utama yang
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi memberi pengaruh terhadap pembentukan
Persepsi persepsi sosial seseorang dan faktor-faktor
Menurut Sarlito W. itu adalah faktor penerima (the perceiver),
Sarwono(2010:103-106) faktor-faktor yang situasi (the situation), dan objek sasaran
mempengaruhi persepsi yaitu : (the taget).
a. Perhatian, biasanya tidak menagkap 3. Teori Persepsi Masyarakat
seluruh rangsang yang ada disekitar kita Di dalam persepsi dikenal beberapa teori.
sekaligus, tetapi memfokuskan perhatian Secara lebih jelas dapat dilihat pada uraian
pada satu atau dua objek saja. Perbedaan berikut :
fokus perhatian antara satu dengan a. Teori Atribusi
orang lain akan menyebabkan perbedaan Teori atribusi yang sering dikenal
persepsi. adalah teori atribusi Kelly. Dasar teori
b. Kesiapan mental seseorang terhadap atribusi adalah suatu proses
rangsangan yang akan timbul. mempersepsikan sifat-sifat dalam
c. Kebutuhan merupakan kebutuhan sesaat menghadapi situasi-situasi di lingkungan
maupun menetap pada diri individu akan sekitar (Slamet Santoso, 2010:254). Teori
mempengaruhi persepsi orang tersebut. atribusi merupakan bidang psikologi yang
Kebutuhan yang berbeda akn mengkaji tentang kapan dan bagaimana
menyebabkan persepsi bagi tiap orang akan mengajukan pertanyaan
individu. “mengapa” atau prinsip menentukan
d. Sistem nilai, yaitu sistem nilai yang bagaimana atribusi kausal dibuat dan apa
berlaku dalam suatu masyarakat juga efeknya. Atribusi kausal pada intinya yaitu
berpengaruh pula terhadap persepsi. menjelaskan antara sebab akibat terhadap
e. Tipe kepribadian, yaitu dimana pola dua peristiwa.
kepribadian yang dimiliki oleh individu b. Teori Inferensi Koresponden
akan menghasilkan persepsi yang Teori inferensi koresponden Jones
berbeda. Sehubungan dengan itu maka dan Davis adalah sebuah teori yang
proses terbebtuknya persepsi menjelaskan bagaimana kita menyimpulkan
dipengaruhi oleh diri seseorang persepsi apakah perilaku seseorang itu berasal dari
antara satu orang dengan yang lain itu karakteristik personal ataukah dari
berbeda atau juga antara satu kelompok pengaruh situasional (Taylor, Shelly dan
dengan kelompok lain. David, terjemahan Tri Wibowo, 2009:57).
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 123

c. Teori Kovariasi mempunyai hubungan yang erat dengan


Kelley menyatakan bahwa orang kepentingan atau nilai yang dimilki individu
yang berusaha melihat suatu efek partikular dan sifatnya lebih laten dibanding dengan
dan penyebab partikular beriringan dalam trait. Oleh karena itu, sikap berhubungan
situasi yang berbeda-beda (dalam Taylor et erat dengan bagaimana individu akan
al terjemahan Tri Wibowo, 2009:59), bertingkah laku sesuai dengan situasinya.
misalnya ketika memandang di masyarakat C. Penanggalan Jawa
yang terdapat beberapa orang dengan Penanggalan Jawa adalah
keyakinannya menjalankan semua nilai adat penanggalan tradisional yang sudah ada
istiadat, sebagian masyarakat akan sejak zaman kerajaan Islam. Menurut
beranggapan apakah orang tersebut Mohammad Iskandar dkk (2009:32) di
menjalankan nilai adat istiadat karena ingin Kerajaan Mataram sistem pertanggalan ini
mewarisi budaya dari leluhur, apakah sudah mulai digunakan pertama kali oleh
karena lingkungan diman mereka tinggal Sultan Agung.
ataukah juga karena orang tersebut hanya Kalender Jawa memiliki arti dan
ikut-ikutan. fungsi tidak hanya sebagai petunjuk hari
B. Sikap Masyarakat tanggal dan hari libur atau hari keagamaan,
Sikap adalah suatu kecenderungan tetapi menjadi dasar dan ada hubunganya
berbuat ke arah orang dan objek sebagai dengan apa yang disebut Petangan Jawi
seseuatu pelaksanaan seperti menunjukkan (Purwadi dan Siti Maziyah, 2009:14).
seseorang penghargaan, mempersilahkan Sedangkan Petangan Jawi memiliki makna
dan sebagainya (dalam Thedore M. yaitu perhitungan baik buruk yang di
Newcomb terjemahan Slamet Santoso, lukiskan dalam lambang watak suatu hari,
2010:40). Sedangkan menurut (Taylor, tanggal, bulan, tahun, Pranta Mangsa, wuku
Shelly dan David terjemahan Tri dan lain-lainnya. Menurut Suwardi
Wibowo,2009:165) Sikap adalah evaluasi (2010:102) petung atau perhitungan
terhadap objek, isu, atau orang. Sikap merupakan pertimbangan memet (sungguh-
didasarkan pada informasi afektif, sungguh), memanfaatkan nalar jelas disertai
behavioral dan kognitif. laku tertentu…petung didasarkan atas
Pendapat lain mengenai sikap di peredaraan matahari, bulan, bintang, dan
kemukakan oleh S. Sttanfeld (dalam Slamet planet lain untuk meramal nasib manusia.
Santoso, 2010:41). Sikap adalah Pada masa pemerintahan Islam
kecenderungan berbuat atau bereaksi kalender Jawa disebut juga sebagai kalender
secara senang atau tidak senang terhadap Sultan Agung yang mengikuti sistem lunair
orang-orang, objek atau situasi. Sikap (Komariyah) yaitu perjalanan bulan
124 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

mengitari bumi seperti kalender Hijriyah.


Nama-nama kalender Jawa sebagai berikut : Tabel 2.1 Daftar Hari dan Pasaran

1. Sura 7. Rejeb Hari Neptu Pasaran Neptu

2. Sapar 8. Ruwah 1 2 3 4
3. Mulud 9. Pasa 8
Minggu 5 Kliwon
4. Bakdamulud 10. Sawal
Senin 4 Legi 5
5. Jumadilawal 11. Dulkangidah
6. Jumadilakhir 12. Besat Selasa 3 Pahing 9

Petangan Jawi merupakan catatan 7


Rabu 7 Pon
dari leluhur berdasarakan pengalaman baik
Kamis 8 Wage 4
buruk yang dicatat dan dihimpun dalam
Primbon. Kata primbon berasal dari kata ; Jumat 6
rimbu, berarti simpan atau menyimpan,
Sabtu 9
maka Primbon memuat bermacam-macam
(Sumber Kitab Primbon Betaljemur
catatan oleh suatu generasi diturunkan
Andamakna, 2000:89)
kepada generasi penerusnya (Purwadi dan
Dalam menentukan waktu
Siti Maziyah,2009:14). Menurut Kamajaya
pernikahan masyarakat Jawa masih
dalam Purwadi dkk primbon hendaklah
menggunakan petungan sebagai pedoman
tidak diremehkan,meskipun diketahui tidak
untuk mencari waktu yang baik. Hal ini
mengandung kebenaran mutlak.
dilakukan karena untuk mendapatkan
Hari dalam petungan Jawa
keluarga yang selamat dan banyak rejeki.
berjumlah tujuh yang disebut dina pitu dan
Dalam menentukan perhitungan orang akan
pasaran yang disebut dina lima, atau sering
berumah tangga kuncinya berada pada hari
disingkat dina lima dina pitu. Keduanya
akad nikah karena hari akad nikah harus
akan menentukan jumlah neptune dina
bisa mengatasi semua petung-petung yang
(hidupnya hari dan pasaran). Pasaran yang
jelek (Djanudji, 1999:52). Berikut adalah
dimaksud meliputi Legi, Pahing, Pon, Wage
langkah-langkah untuk mencari hari
dan Kliwon sedangkan harinya adalah
pernikahan :
seperti hari biasa yaitu Senin hingga Sabtu.
1. Mencari Naas dari kedua mempelai
Dengan menentukan perhitungan hari dan
beserta kedua orang tuanya
pasaran kemudian akan mendapatkan
Hari naas adalah hari dimana hari tersebut
jawaban atau ramalan sesuai hal yang
merupakan hari yang tidak baik atau
diinginkan (Suwardi,2010:103).
apes.Untuk mencari hari naas manusia ada
Daftar jumlah hari dan pasaran
tiga macam seperti yang diulas berikut :
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 125

a. Hari ketiga dari hari kelahiranya. Rejeb Kaya anak dan selamat
b. Jumlah naptu hari dan pasaran kelahiran.
Ruwah Baik segalanya
c. Hari meninggalnya kedua orang tua.
Puasa Celaka besar
Setelah mengetahui hari naas dari calon
kedua mempelai beserta kedua orang Sawal Kekurangan,banyak hutang
tuanya, maka hari-hari tersebut harus
Dulkaidah / Sakit-sakitan, sering
dihindaridalam menentukan hari akad bertengkar dengan teman
Sela
nikahnya (Djanudji,1999:54).
Besar Sugih nemu sukaharja
2. Menentukan Bulan untuk Akad Nikah.
( Sumber Djanudji, 1999:55)
Dalam menentukan bulan yang akan
dipakai untuk melakukan pernikahan 3. Menentukan Saat Akad Nikah
hendaknya dicari yang cocok wataknya Menurut Djanudjidalam
khusus untuk pernikahan, walaupun semua menentukan saat atau jam akad nikah dan
bulan itu baik untuk pernikahan, tetapi kalu keperluan lainnya banyak sekali antara lain
dalam bulan tidak ada hari Selasa Kliwon saat Nabi, saat awal, dan akhir manusia.
dan biasanya disebut bulan Sunya, yang Pedoman dalam menentukan saat nikah
artinya suwung atau kosong seta disebut hanyalah hari, tanpa melihat pasarannya.
juga bulan yang tidak ada Anggara Kasihnya, Daftar saat awal dan akhir manusia dapat
wataknya menjadi jelek dan perlu dihindari dilihat pada tabel dibawah ini :
(Djanudji,1999:54-55). Daftar watak bulan Tabel 2.2 Daftar Tabel Saat Awal dan Akhir
untuk ijab pengantin dapat dilihat pada Manusia
tabel di bawah ini. Hari Waktu Pelaksanaan Akad
Nikah
Tabel 2.2 Daftar Watak Bulan untuk Ijab
Pengantin Ahad 6, 7, 11, 1, 5
Bulan Watak
Senin 8, 10, 1, 3, 5
Sura Bertengkar, kesusahan
Selasa 7, 10, 12, 2, 5
Sapar Kekurangan, banyak hutang
Rabu 7, 9, 11, 2, 4
Rabiulawal Meninggal salah satu
Kamis 8, 11, 1, 3, 4,
Rabiulakhir Selalu digunjing
Jumat 8, 10, 12, 3, 4
Sering kehilangan, ditipu,
Jumadilawal dan banyak musuh Sabtu 7, 9, 12, 2, 4

Sugih mas salaka (Sumber Djanudji, 1999:62)


Jumadilakir
126 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

Misalnya, akad nikah pada hari Sabtu Legi penyusunan laporan. Penelitian ini
(yang menjadi pedoman adalah hari Sabtu dilaksanakan pada bulan Februari sampai
sebaiknya dilaksanakan pada pukul 7 dan 9 Juli tahun 2014.
pagi, pukul 12 dan 2 siang, serta pukul 4 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
sore ( bisa dipilih salah satu). Penelitian ini menggunakan metode
D. Pernikahan penalaran induktif dan sangat percaya
Menurut Undang-undang Nomor 1
bahwa banyak terdapat perspektif,
Tahun 1974 tentang Perkawinan.
penelitian ini terfokus pada fenomena sosial
Perkawinan atau pernikahan ialah ikatan
dan pada pemberian suara juga adanya
lahir batin antara seorang pria dengan
perasaan dan persepsi.
seorang wanita sebagai suami isteri dengan
Penelitian pendekatan kualitatif
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
lebih pada penekanan analisis pada proses
yang bahagia dan kekal berdasarkan
penyimpulan deduktif dan induktif serta
Ketuhanan Yang Maha Esa. Ki Ageng
analisis terhadap dinamika, hubungan
Suryomentaram berpendapat bahwa
antara yang diamati dengan menggunakan
perkawinan adalah hubungan antara
ilmiah (Saifudin Anwar,2004:5). Sedangkan
seorang pria dan wanita, untuk bersama-
menurut Nana Syaodih Sukmadinata
sama mencukupi kebutuhan bersuami isteri,
(2007:94) penelitian kualitatif ditujukan
berkeluaraga dan berkawan.Pendapat lain
untuk memahami fenomena sosial dari
mengenai definisi perkawinan yaitu,
sudut atau perspektif partisipan.
perkawinan adalah ikatan antara seorang
Penelitian ini termasuk dalam
pria dan wanita menurut hukum adat yang
penelitian deskriptif, dimana penelitian ini
bertujuan untuk hidup berkeluarga (Kamus
akan menggambarkan dalam bentuk cerita
Istilah Sosiologi, 1984:128).
tentang persepsi dan sikap masyarakat

Metode Penelitian terhadap penanggalan Jawa dalam

A. Tempat Dan Waktu Penelitian penentuan waktu pernikahan. Penelitian

Lokasi atau tempat penelitian ini deskriftip ditujukan untuk mendeskripsikan

dilaksanakan di Desa Jonggrang Kecamatan atau menggambarkan fenomena-fenomena

Barat Kabupaten Magetan. Waktu yang yang ada (Nana Syaodih Sukmadinata,

digunakan dalam penelitian ini sekitar enam 2007:73).

bulan. Adapun pengaturan jadwal penelitian C. Sumber Data

dimulai dari tahap persiapan sebelum ke Menurut Suharsimi Arikunto,

lapangan, penelitian lapangan, (2010:172) Sumber data adalah subyek dari

pengumpulan dan analisis data serta mana data dapat diperoleh. Di dalam
penelitian ini ada beberapa sumber data
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 127

yang digunakan untuk mengumpulkan data. melakukan sintesa, menyusun dalam pola,
Jenis sumber data yang digunakan dalam memillih mana yang paling penting untuk
penelitian ini adalah : dipelajari, dan membuat kesimpulan agar
1. Sumber Data Primer semua bisa faham (Sugiyono,2013:335).
Sumber data primer merupakan Analisis data dapat digunakan untuk
data yang diperoleh secara langsung dari menarik kesimpulan dari data yang
masyarakat baik yang dilakukan melalui dikumpulkan melalui wawancara, observasi,
wawancara, observasi dan alat lainnya (Joko dokumentasi. Kegiatan analisis data
Subagyo, 2004: 87).Sumber data primer dilakukan secara interaktif dan terus
yaitu data-data yang dikumpulkan dengan menerus dan berkesinambungan. Menurut
tekhnik observasi atau wawancara yang Sugiyono (2010:338-3455) model analisis
diperoleh dari pihak pertama atau data meliputi tiga komponen diantaranya:
narasumber (Husaini Usman, 2000:73). reduksi data, penyajian data, penarikan
Dalam penelitian ini menggunakan kesimpulan/verifikasi.
informan dari kalangan-kalangan sebagai
berikut: masyarakat biasa atau masyarakat
umum, perangkat desa atau aparat desa dan
sesepuh atau pujangga.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dapat
diperoleh melaui bahan-bahan sebagai
Bagan 3.2: Komponen dalam analisis data
pelengkap juga file-file yang tersedia, juga
interavtive model
adanya kepustakaan (Joko Subagyo, (Sugiyono, 2010:338)
2004:88). Sumber data sekunder berasal
Hasil Penelitian
dari foto-foto dan profil desa yang diperoleh
A. Sejarah Singkat Asal-Usul
dari pemerintah Desa Jonggrang. Foto yang
Terbentuknya Desa Jonggrang
diambil dipergunakan sebagai salah satu
Sejarah terbentuknya Desa
bukti rill di lapangan
Jonggrang tidak lepas dari legenda Candi
D. Teknik Analisa Data
Prambanan yang menceritakan kisah cinta
Analisis data merupakan proses
antara Bandung Bondowoso dan Roro
mencari dan menyusun secara sistematis
Jonggrang. Pada saat itu Roro Jonggrang
data yang diperoleh dari hasil wawancara,
mau dinikahi oleh Bandung Bondowoso
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
dengan syarat dibuatkan candi yang
cara pengorganisasian data ke dalam
berjumlah 1000 buah dalam waktu satu
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
128 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

malam. Karena Roro Jonggrang tidak suka tempat itulah Roro Jonggrang di kutuk
dengan Bandung Bondowoso beraneka cara menjadi patung untuk menggenapi candi
dilakukan agar syarat yang diajukan tidak yang hanya kurang satu. Eyang Panji Jekitut
dapat dipenuhi. Karena Bandung yang mengetahui hal tersebut kemudian
Bondowoso merasa di curangi akhirnya meletakkan patung Roro Jonggrang di dekat
beliau marah dan mengejar Roro Jonggrang pohon randu besar yang di huni ribuan
yang akan dijadikan candi yang ke-1000 kalong.
untuk menggenapi jumlah candi yang sudah Pada zaman pemerintahan Lurah
dibangun sebanyak 999 buah candi. Keprok pohon randu besar yang berada di
Menurut cerita dari sesepuh desa sendang kidul di tebang. Beliau
Jonggrang yaitu Mbah Madi, terbentuknya memerintahkan anak buahnya untuk
desa Jonggrang berawal dari pelarian Roro menebang pohon randu yang besar itu.
Jonggrang dari kejaran Bandung Setelah ditebang di dalam pohon randu
Bondowoso. Pada waktu itu wilayah desa tersebut ditemukan patung atau arca dari
Jonggrang adalah hutan belantara yang Roro Jonggrang. Secara tidak sengaja dalam
masih banyak pohon-pohon besar. Babad menebang pohon tersebut wajah dari
alas dilakukan oleh seorang yang bernama patung Roro Jonggrang tersebut terkena
Eyang Panji Jekitut. Pelarian Roro Jonggrang pecokyang mengakibatkan wajah dari
sampai lah di tempat Eyang Panji Jekitut. patung tersebut hancur separo. Lurah
Tidak begitu jelas berapa lama pelarian Keprok yang memerintah desa pada saat itu
Roro Jonggrang dari kejaran Bandung jatuh sakit dengan terdapat luka di wajah
Bondowoso. Eyang Panji Jekitut mersa dan akhirnya meninggal dunia yang di ikuti
kasihan melihat seorang perempuan yang oleh pamong desa lainnya.Berawal dari
berlari dengan penuh kecapekan dan pelarian Roro Jonggrang ke daerah inilah
akhirnya beliau menolong perempuan itu akhirnya nama Jonggrang dipakai menjadi
dengan memberikan air kelapa. nama desa. Namun patung dari Roro
Setelah dibelah menjadi dua, Jonggrang yang ada di dalam pohon randu
tempurung kelapa tersebut yang satu saat ini suda tidak ada lagi di desa
dibuang di utara dan yang satu dibuang di Jonggrang. Patung tersebut sudah di bawa
sebelah selatan. Tempurung kelapa atau ke candi Prambanan untuk melengkapi
batok kelapa yang dibuang tadi kemudian jumlah candi yang kurang satu
menjadi sebuah sendang kiduldan sendang B. Penggunaan Penanggalan Jawa dalam
lor. Pelarian Roro Jonggrang berakhir di Penentuan Waktu Pernikahan
sendang kidul, pada saat itu Bandung Dalam kehidupan sehari hari
Bondowoso berhasil menemukannya. Di masyarakat Jawa pada umumnya tidak lepas
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 129

dari sebuah tradisi dan adat istiadat, salah pengantin dan hari geblake ( hari
satunya adalah mengenai penanggalan Jawa. meninggale kedua orang tua pengantin dan
Kegiatan masyarakat Jawa yang dianggap kakek nenek jika masih hidup tidak
penting dan sakral harus menggunakan perlu).Ada dua macam cara yang biasa
perhitungan penaggalan Jawa sebagai digunakan masyarakat desa Jonggrang :
pedoman untuk menentukkan hari yang 1. Menggunakan nama kedua pasangan
baik, tetapi tidak jarang masyarakat juga pengantin.
menggunakan tanggalan umum sebagai Dalam menentukkan hari
pedomannya. pernikahan dengan cara ini yang digunakan
Kalender jawa adalah Suatu pedoman adalah nama dari kedua calon
kalender yang digunakan masyarakat Jawa pengantin.Nama calon pengantin diambil
untuk kebutuhan pernikahan, pindah rumah huruf depan dan belakang kemudian di
dan membangun rumah. Penanggalan yang hitung sesuai dengan aksara Jawa.
biasa digunakan masyarakat Jawa ada dua Contoh nama pengantin :
Heri Basuki Suparti
macam yaitu penaggalan Asopon dan
Ha= 1 Ka=5 Sa = 8 Ta = 7
penanggalan Aboge. Dari dua macam system Jumlah 6 Jumlah 15
penanggalan tersebut memilki perbedaan Jumlah keduanya adalah 21

perhitungan. Penanggalan Aboge lebih Perhitungan jumlah nama dari

sehari dari tanggalan Asopon dan kedua calon pasangan pengantin harus

pergantian waktu dalam tanggalan Jawa memliki puluhan atau ekor anagka 6,

yaitu pada saat jam 5-6 sore. contohnya 6, 16, 26, 36 dan seterusnya.

Penaggalan Jawa digunakan untuk Karena ekor atau buntut dari setiap

mencari hari baik saat pernikahan. perhitungan memiliki makna dan arti

Pernikahan dalam masyarakat Jawa adalah sendiri bagi calon penagntin saat berumah

jalan untuk menghadapi dan menjalani tangga kelak. Adapun makna dan arti dari

kehidupan bersama dengan pasangan. Oleh ekor tersebut adalah sebagai berikut :

karena itu untuk menentukkan laku 0 → Kebo Gerang Berat

tersebut harus menggunakan sebuah 1 → Banyu Mili


perhitungan yang njlimet dan setiap hasil 2 → Mantri Susah
3 → Mantri Kelangan
dari hitungan tersebut memiliki makna 4 → Songgo Bumi
sendiri dalam kehidupan berumah tangga 5 → Kebo Gerang Ringan
6 → Lakune Sumber
Perhitungan untuk menentukkan
Ekor atau buntut dari setiap
hari pernikahan dimulai dengan
perhitungan harus enam karena dari ekor
mempersiapkan nama lengkap kedua
nol sampai enam yang memilki makna dan
pasangan pengantin, weton kedua pasangan
130 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

arti yang paling bagus adalah ekor enam. 1. Jika hasil penghitungan memilki sisa 0
Perhitungan untuk pengantin diatas tidak maka harus dicarikan hari pasaran yang
memiliki ekor enam sehingga cara memiliki perhitungan dengan sisa 2.
mengatasinya dengan cara mengganti nama 2. Jika hasil penghitungan memilki sisa 1
salah satu pasangan pengantin agar memilki maka harus dicarikan hari pasaran yang
ekor enam. Penggantian nama ini hanya memiliki perhitungan dengan sisa 1.
untuk ijab khobul saja bukan untuk nama 3. Jika hasil penghitungan memilki sisa 2
seterusnya maka harus dicarikan hari pasaran yang
Contoh nama pengantin yang sudah diganti : memiliki perhitungan dengan sisa 0.
Heri Basuki Jarwati Namun dalam kenyatanya perhitungan
Ha = 1 Ka = 5 Ja = 13 Ta = 7 seperti diatas berbeda di setiap daerah
Jumlah 6 Jumlah 20
Jumlah keduanya adalah 26 maupun desa. Ada yang menggunakannya
Selanjutnya yaitu menentukkan hari tapi ada pula yang tidak menggunaknya
pernikahan yang baik, yaitu dengan 2. Menggunakkan hari pasaran kedua
mengambil hruf depan dari calon pengantin pasangan pengantin (weton)
laki-laki dan calon pengantin perempuan Penggunaan weton dalam
kemudian hasilnya dibagi dengan angka menentukkan hari pernikahan sudah umum
tiga. Berdasarkan nama pasangan pengantin digunakan masyarakat Jawa. Weton atau
diatas yaitu Ha = 1 dan Ja = 13, jadi hari kelahiran pasangan pengantin
penghitungannya memilki sisa merupakan syarat utama yang digunakan
2.Dalam mengganti namacalon pasangan dalam perhitungan ini.Berikut adalah cara
juga harus memperhatikan jumlahnya penghitungan menggunakan weton :
karena hasil pembagiannya harus memilki  Heri Basuki memiliki weton Sabtu Pahing
sisa 2.  Suparti alias Jarwati memilki weton
Seperti makna sebelumnya, 2 Senin Kliwon
memilki makna Sri Temanten. Dari Heri Basuki Suparti alias Jarwati
Sabtu = Pahing = Senin = Kliwon =
perhitungan diatas maka hari yang
9 9 4 8
digunakan dalam ijab khobul adalah hari Jumlah 18 Jumlah 12
yang memiliki sisa 2. Dengan rumus hari Jumlah keduanya adalah 30
Setelah mengetahui jumlah weton
pasaran dibagi dengan tiga. Jika ditemukan
dari kedua pasangan selanjutnya cara
penghitungan yang memilki sisa kurang dari
penghitunganya yaitu menjumlah weton
dua maka cara penyelesainya sebagai
keduanya kemudian dibagi dengan tiga.
berikut :
Sebagai perhitungan untuk pengantin diatas
adalah sebagai berikut : . Dalam
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 131

perhitungan ini sisa yang harus didapatkan adat istiadat dan tradisi yang masih kuat hal
adalah dua juga. Karena seperti penjelasan ini ditunjukkan dengan masih adanya
sebelumnya dua memilki makna Sri kegiatan yang bersifat tradisi seperti minta
Temanten. Dari perhitungan diatas hasilnya bantuan kepada sesepuh saat akan
belum mendapat nilai dua, cara untuk menentukkan waktu yang baik untuk
mengatasinya adalah menambahkan hasil pernikahan. Masyarakat yang menjujung
penjumlahan dengan hari yang bisa tinggi nilai tradisi disebabkan keyakianan
mendapatkan hasil pembagian dua. yang begitu kuat terhadap dampak jika
Contoh : memiliki sisa tidak melakukan hal tersebut. Penentuan
waktu pernikahan atau mencari hari yang
2. Hari yang memiliki sisa 2 adalah hari
baik dalam pernikahan adalah salah satu
Senin Pon, Jum’at Legi dan Selasa Kliwon.
tradisi turun temurun yang masih ada di
untuk perhitungan diatas bisa di atasi jika
Desa Jonggrang.
ada kekurangan dan masalah. Namun jika
Penanggalan Jawa adalah sebuah
dari calon kedua pasangan terdapat hal-hal
warisan dari leluhur atau sesepuh yang
seperti berikut sulit untuk di syarati :
perlu dilestarikan, berkaitan dengan
1. Anak ragil lanang gak oleh karo anak
penentuan waktu pernikahan berdasarkan
mbarep wadon.
penanggalan Jawa sebagai masyarakat Jawa
2. Anak mbarep gak oleh karo anak mbarep.
wajib mempercayainya karena pernikahan
3. Arah kanggo golek bojo gak oleh Ngalor-
adalah sebuah ikatan yang sakral dimana
ngulon lan Ngidul- Ngetan.
seseorang menjalaninya dalam hidup hanya
Dalam bahasa Indonesia dapat
satu kali dan harus disesukaian dengan hari
diterjemahkan sebagai berikut :
yang baik agar semua berjalan lancar baik
1. Anak bungsu (terakhir) laki-laki tidak
rejeki, pekerjaan, anak. Sebuah tradisi atau
boleh dengan anak sulung (pertama)
kebudayaan yang perlu dilestariakan dan
perempuan.
kultur dari nenek moyang untuk
2. Anak sulung (pertama) tidak boleh
perhitungan mencari hari baik adalah
dengan anak sulung(pertama).
sebuah nasihat dari sesepuh karena setiap
3. Arah untuk mencari suami istri tidak
hitungan memilki makna dan arti yang
boleh Utara-Barat dan Selatan-Timur
berbeda oleh sebab itu harus digunakan
C. Persepsi Masyarakat Terhadap
dalam kehidupan sehari-hari tetapi tetap
Penanggalan Jawa dalam
berpatokan ajaran agama dan tidak
Menentukkan Waktu Pernikahan
menyimpang pula
Masyarakat desa Jonggrang adalah
Petungan Jawa adalah sebuah tradisi
tipe masyarakat yang masih memegang nilai
masyarakat Jawa namun percaya atau tidak
132 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

tergantung dari diri sendiri. Masyarakat sebuah hal yang perlu dilakukan, hal ini
miliki persepsi yang berbeda-beda nampak saat seseorang masyarakat akan
mengenai penanggalan Jawa. Hal ini menikahkan anaknya mereka datang ke
ditunjukkan karena masyarakat memiliki pujangga untuk menanyakan waktu yang
pandangan dan pendapat yang berbeda. baik.
Persepsi dan pandangan akan muncul Sikap Masyarakat Desa Jonggrang
berbeda dari masyarakat tergantung dari terhadap penanggalan Jawa kebanyakan
latar belakang pendidikan , agama dan masih melakukanya untuk menentukkan
pekerjaannya. hari baik untuk pernikahan. Sikap erat
Perbedaan pandangan terhadap kaitannya dengan pandangan atau persepsi
suatu fenomena menunjukkan bahwa dari seseorang atau individu. Sebuah
kepekaan masyarakat terhadap fenomena persepsi akan mempengaruhi sikap
yang muncul dan ada di masyarakat. masyarakat dalam sebuah kasus atau
Persepsi masyarakat Desa Jonggrang yang fenomena yang ada. Persepsi yang baik atau
memandang petungan Jawa sebagai sebuah positif pada petungan Jawa tentu akan
tradisi yang harus dilestarikan dan memunculkan sikap yang mendukung atau
dilakukan karena petungan Jawa memiliki melakukanya namun sebaliknya jika
makna yang tersirat. Sesepuh memberikan persepsi kurang baik atau negatif sikap yang
nasihat melalui petungan Jawa sebagai ditunjukkan adalah menolak atau tidak
pedoman dan dasar untuk menjalani melaukannya.
kehidupan sehari-hari. Alasan yang menjadi pedoman
D. Sikap Masyarakat Terhadap menerima petungan jawa adalah karena
Penanggalan Jawa dalam merupakan sebuah perwujudan dari bentuk
Menentukkan Waktu Pernikahan. menghormati leluhur dan melestarikan
Sikap masyarakat memilki sebuah tradisi yang sudah ada. Selain itu
kecenderungan yang sama dengan masyarakat yang menerima beranggapan
masyarakat yang lainnya yang masih tinggal bahwa petungan Jawa adalah nasihat dari
dalam satu wilayah. Sikap merupakan sesepuh yang wajib dilakukan karena
perwujudan atau bentuk tingkah laku memilki makna untuk kehidupan sehari-
terhadap sebuah objek atau fenomena yang hari.
terjadi. Masyarakat yang memilki Namun juga ada sebagian
heterogenitas rendah biasanaya akan masyarakat memiliki pandangan yang
memilki sikap yang sama dalam kurang baik atu negatif, tentu persepsi
memandang sebuah objek. Masyarakat tersebut akan mempengaruhi sikap mereka
beranggapan bahwa petungan Jawa dalah yaitu dengan menolak atau tidak
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 133

mendukung. Hal ini terjadi karena agama masih memegang nilai adat istiadat dan
merupakan pedoman untuk menentukkan tradisi yang masih kuat hal ini ditunjukkan
hari baik dalam pernikahan. dengan masih adanya kegiatan atau
Pembahasan kebudayan yang bersifat tradisi seperti
A. Persepsi Masyarakat Desa Jonggrang bersih desa, metil saat akan panen padi dan
Kecamatan Barat Kabupaten Magetan tradisi menentukkan waktu yang baik untuk
Terhadap Penanggalan Jawa dalam pernikahan. Masyarakat yang masih
Menentukkan Waktu Pernikahan menjunjung tinggi nilai tradisi disebabkan
Masyarakat Indonesia khususnya di keyakinan yang begitu kuat terhadap
Jawa mempunyai kebudayan yang dampak jika tidak melakukan tradisi
beranekaragam. E. B Taylor ( dalam tersebut.
Abraham Nurcahyo dkk, 2011:6) Tradisi yang sampai saat ini masih
berpendapat kebudayaan diartikan sebagai ada dan masih melekat di masyarakat desa
keseluruhan yang mencakup pengetahuan, Jonggrang yaitu penentuan waktu
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta pernikahan dengan berpedoman pada
kemampuan dan kebiasaan lainnya yang penanggalan Jawa. Perkawinan atau
diperoleh manusia sebagai anggota pernikahan adalh hal yang sakral bagi
masyarakat. Kebudayaan yang ada tidak masyarakat Jawa, jadi dalam pelaksanaanya
lepas dari tradisi turun-temurun yang harus menggunakan waktu yang dianggap
diyakini dan diwarisi oleh nenek moyang. baik. Masyarakat yang akan menentukkan
Salah satu bentuk tradisi yang menjadi hari baik untuk pernikahan biasanya minta
warisan nenek moyang adalah penanggalan bantuan pada seorang yang mampu
tradisional. menguasai petungan Jawa atau sering
Dalam masyarakat Jawa sistem disebut dengan pujangga.Dengan membawa
penanggalan tradisional masih sering persyaratan tertentu seorang pujanggaakan
digunakan dalam menentukkan hari baik, membantu menentukkan hari baik.
misalnya untuk penentuan waktu Perhitungan untuk menentukkan
mendirikan rumah dan waktu pernikahan. hari pernikahan dimulai dengan
Kepercayaan masyarkat Jawa yang mayoritas mempersipkan nama lengkap kedua
masih mempercayai dan meyakini hal ini pasangan pengantin, wetom kedua pasangan
membuat keberadaan tradisi ini masih ada di pengantin dan hari geblake (hari
kalangan masyarkat. Pada umumnya semua meninggalnya kedua orang tua pengantin
kegiatan masyarakat Jawa masih berpegang dan kakek nenek jika masih hidup tidak
pada suatu hukum adat. Masyarakat desa perlu). Ada dua macam cara yang bisa
Jonggrang adalah tipe masyarkaat yang
134 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

digunakan masyarakat desa Jonggrang dalam hal-hal ini adalah pantangan dari orang
mentukan waktu pernikahan : Jawa untuk mencari jodoh, karena dipercaya
1. Menggunakan nama kedua calon akan ada masalah dikemudian hari. Hal-hal
pasngan pengantin. tersebut antara lain :
Dalam menentukkan hari pernikhan 1. Anak bungsu (terakhir) laki-laki tidak
dengan cara ini yang digunkan pedoman boleh dengan anak sulung(pertama)
adalah nama dari kedua calon pengantin. perempuan.
Nama calon pengantin diambil huruf depan 2. Anak sulung (pertama) tidak boleh
dan belakang kemudian di hitung sesuai dengan anak sulung(pertama).
dengan Aksara Jawa. 3. Arah untuk mencari suami istri tidak
2. Menggunakan hari pasaran kedua calon boleh Utara-Barat dan Selatan-Timur.
pengantin (weton). Masyarkat desa Jonggrang yang
Penggunaan weton dalam sebagian besar adalah masyarakat Jawa yang
menentukkan hari pernikhan sudah umum masih memegang teguh warisan budaya dan
digunakan masyarakat Jawa. Weton atau tradisi adat meyakini bahwa mencari hari
hari kelahiran pasangan pengantin baik dalam pernikahan adalah sebuah tradisi
merupakan syarat utama yang digunakan yang harus dijlankan, karena tardisi tersebut
dalam perhitungan ini. merupakan warisan nenek moyang yang
Dalam setiap hasil perhitungan akan memiliki makna. Mereka juga meyakini jika
memendapatkan nilai dan dari nilai tersebut tidak menjalankan tradsisi ini akan
akan memilki makna yang bisa menjadi mengalami sebuah kesulitn nantinya di suatu
pedoman dalam menentukkan hari yang hari.
cocok dan baik dalam melakukan Masyarakat desa Jonggrang memilki
pernikahan. Namun dalam kenyatannya anggapan bahwa tradisi ini bukan merupakan
dalam perhitungan diatas memiliki hasil bentuk musrik, dalam kenyataanya mereka
yang tidak sesuai harapan. Jalan keluar dari juga percaya dengan kekuasaan Tuhan.
permasalahan ini adalah dengan cara Petungan Jawa adalah sebuah tradisi atau
mengganti nama dari salah asatu calon kebudayan yang perlu dilestarikan dari
pengantin, tetapi nama yang diganti tidak nenek moyang untuk perhitungan mencari
untuk selamanya melainkan digunakn saat hari baik adalah sebuah nasihat dari sesepuh
pada waktu ijab khobul. karena setiap hitungan memiliki makna dan
Dari perhitungan diatas bisa diatsi arti yang berbeda oleh sebab itu harus
jika ada kekurngan dan masalah. Namun digunakan dalm kehidupan sehari-hari tetapi
jika dari calon kedua pasangan terdapat hal- tetap berpatokan dengan ajaran agama dan
hal seperti berikut sulit untuk di syarati dan tidak menyimpang pula.
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 135

Penanggalan Jawa adalah sebuah B. SikapMasyarakat Desa Jonggrang


warisan dari leluhur atau sesepu yang perlu Kecamatan Barat Kabupaten Magetan
dilestarikan, berkaitan dengan penentuan Terhadap Penanggalan Jawa dalam
waktu pernikahan berdasarkan penanggalan Menentukkan Waktu Pernikahan
Jawa sebagai masyarakat Jawa perlu untuk Sikap masyarakat memiliki
mempercayainya karena pernikahan adalah kecenderungan yang sama dengan
sebuah ikatan yang sakral dimana seseorang masyarakat yang lainnya yang masih tinggal
menjalaninya dalam hidup hanya satu kali dalam satu wilayah. Sikap merupakan
dan harus disesukaian dengan hari yang baik perwujudan atau bentuk tingkah laku
agar semua berjalan lancar baik rejeki, terhadap sebuah objek atau fenomena yang
pekerjaan, anak dan lain-lain. terjadi. Masyarakat yang memilki
Menurut Robbin (dalam Fatah heterogenitas rendah biasanaya akan
Hanurawan, 2010: 37-40) mengemukakan memilki sikap yang sama dalam
bahwa beberapa faktor utama yang memberi memandang sebuah objek.
pengaruh terhadap pembentukan persepsi Sikap adalah suatu kecenderungan
sosial seseorang dan faktor-faktor itu adalah berbuat ke arah orang dan objek sebagai
faktor penerima (the perceiver), situasi (the seseuatu pelaksanaan seperti menunjukkan
situation), dan objek sasaran (the taget). seseorang penghargaan, mempersilahkan
Perbedaan dalam memandang sebuah tradisi dan sebagainya (dalam Thedore M.
menunjukkan kepekaan masyarakat terhadap Newcomb terjemahan Slamet Santoso,
sebuah fenomena yang ada. Persepsi dan 2010:40).Sikap adalah wujud dari sebuah
pandangan akan muncul berbeda dari persepsi atau pandangan, persepsi akan
masyarakat tergantung dari latar belakang mempengaruhi sikap masyarakat dalam
pendidikan, agama dan pekerjaannya. memaknai sebuah fenomena atau kejadian.
Persepsi masayarakat desa Sebuah persepsi tentu juga akn
Jonggrang yang memandang petungan Jawa mempengaruhi pola pikir masayarakat.
sebagai sebuah tradisi yang harus Hasil dari temuan di lapangan
dilestarikan dan dilakukan karena petungan menunjukkan ada masyarakat yang
Jawa memiliki makna tersirat. Sesepuh menerima dan mendukung petungan Jawa .
memberikan nasihat melalui petungan Jawa Alasan yang menjadi pedoman menerima
sebagi pedoaman dan dasar untuk menjalani petungan jawa adalah karena merupakan
kehidupan sehari-hari. sebuah perwujudan dari bentuk
menghormati leluhur dan melestarikan
sebuah tradisi yang sudah ada. Selain itu
masyarakat yang menerima beranggapan
136 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

bahwa petungan Jawa adalah nasihat dari pendidikan, agama dan pekerjaannya.
sesepuh yang wajib dilakukan karena Persepsi masyarakat desa Jonggrang
memilki makna untuk kehidupan sehari- terhadap tradisi menentukkan waktu yang
hari. baik untuk pernikahan ialah menerima dan
Namun juga ada sebagian memiliki persepsi positif karena masyarakat
masyarakat memilki pandangan yang beranggapan bahwa tradisi adalah sebuah
kurang baik atu negatif, tentu persepsi warisan yang memiliki pesan dari sesepuh
tersebut akan mempengaruhi sikap mereka yang harus dilakukan. Persepsi masayarakat
yaitu dengan menolak atau tidak desa Jonggrang yang memandang petungan
mendukung.Menurut masyarakat yang Jawa sebagai sebuah tradisi yang harus
menolak mengatakan bahwa agama dilestarikan dan dilakukan karena petungan
merupakan pedoman untuk menentukkan Jawa memiliki makna tersirat. Sesepuh
hari baik dalam pernikahan. memberikan nasihat melalui petungan Jawa
Simpulan sebagi pedoaman dan dasar untuk
Penanggalan Jawa adalah sebuah menjalani kehidupan sehari-hari.
tradisi turuntemurun yang di wariskan Sedangkan sikap akan terbentuk
sesepuh pada zaman dahulu. Dari tradisi ini ketika persepsi masyarakat terbangun,
terkandung sebuah makna dimana sebuah persepsi akan mempengaruhi sikap
masyarakat menghormati pitutur yang masyarakat. Sikap dari masyarakat desa
disampkaikan melalui pengggalan Jawa. Jonggrang adalah melakukan kegiatan
Agar masyarakat Desa Jonggrang tersebut hal itu di buktikan ketika
mendapatkan keselamtan dan kebahagian masyarakat ingin mencari hari baik datang
dalam urusan rumah tangga, maka keseseorang yang dianggap mampu dalam
pengggalan Jawa dipakai saat menentukkan urusan penanggalan Jawa yaitu pujangga
waktu pernikahan. Penggunaan penggalan .Sikap masyarkat yang mempercayai tradisi
Jawa sebagai pedoman hari pernikahan akan menjadi positif tetapi jika tidak
menjadi sebuah bukti bahwa sebuah mempercayainya akan bersifat negatife
kebudayan Jawa masih melekat di yaitu tidak melakukan tradisi tersebut
masayarkat Desa Jonggrang. Saran
Sebuah persepsi akan muncul ketika 1. Bagi Masyarkat Desa Jonggrang
masyarakat peka dengan keadaan Hendaknya tumbuh kesadaran
lingkungan atau peka terhadap fenomena pada individu masyarakat untuk
sosial yang terjadi di masyarakat. Persepsi menghormati sebuah tradisi dan
dan pandangan akan muncul berbeda dari kebudayan. Walaupun memilki pandangan
masyarakat tergantung dari latar belakang yang berbeda namun keberadaan sebuah
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 137

tradisi sebaiknya menjadi perhatian Anidal Hasyir, dkk.1984.Kamus Istilah


Sosiologi. Jakarta:Pusat Pembinaan
masyarakat untuk melestarikannya. Sebuah
dan Pengembangan Bahasa
tradisi akan tetap berjalan di masyarkat jika Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
masyarkat menjaga tradisi tersebut dengan
Bimo Walgito. 2008. Psikologi Kelompok .
menjalankan dan melakukan secara baik. Yogyakarta: Andi Offset
Burhan Bungin. 2005. Analisis Data
2. Bagi Pemerintah Desa Jonggrang
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja
Mengadakan sebuah sarasehan bagi Grafindo
Djanudji. 1999. Primbon: Empat Macam
masyarkat desa Jonggrang untuk mengenal
Petung. Surabaya : PT. Trubus
lebih dalam mengenai sejarah lokal desa Agrisarana
Emzir. 2012. Metode Penelitian Kualitatif
Jonggrang mulai dari sejarah terbentuknya
Analisis Data. Jakarta: Grafindo
desa Jonggrang dan tradisi-tadisi yang ada Fattah Hanurawan. 2010. Psikologi Sosial
:Suatu Pengantar . Bandung: PT
di desa Jonggrang agar masyarakat bisa
Remaja Rosdakarya
mengerti dan memahami sebuah tradisi Gerungan.2010.Psikologi Sosial . Bandung:
PT Refika Aditama
yang ada di desa. Karena tidak sedikit
H B Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian
masyarakat yang mengerti dan paham Kualitatif. Surakarta : Universitas
Sebelas Maret
tentang sejarah lokal yang ada di daerahnya
Hadari Nawawi. 2005. Metode Penelitian
masing-masing. Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
3. Bagi Pemerintah Daerah
Husaini Usman. 2000. Metode Penelitian
Khususnya instansi terkait yaitu Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Imam Budhi Santoso. 2012. Spiritualisme
dinas kebudayaan agar bisa mendata semua
Jawa : Sejarah, Laku, dan Intisari
tradisi dan kebudayaan yang ada di lingkup Ajaran. Yogyakarta: Memayu
Publhising
Kabupaten Magetan, hal ini untuk
Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian
memunculkan kembali dan menjadikan (Dalam Teori dan Praktek). Jakarta:
Rineka Cipta
sejarah lokal sebagai pembelajaran bagi
Kangjeng Pangeran Harya Cakraningrat._.
siswa. Selain itu sejarah lokal juga menjadi Kitab Primbon Betaljemur
Andamakna :Bahasa Indonesia.
sebuah aset yang penting bagi sebuah
Ngayogyakarta: CV. Buana Karya
daerah sebagai promosi mengenai kekayaan Ki Ageng Suryomentaram. 2003. Falsafah
Hidup Bahagia. Jakarta : PT.
budaya yang terkandung di daerah tersebut.
Grasindo
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar
Daftar Pustaka Antropologi. Jakarta: PT Asdi
Abdul Rahman Saleh. 2009. Psikologi Suatu Mahasatya
Pengantar dalam Perspektif Islam. Lexy J Meoleong. 2004. Metodologi
Jakarta: Kencana Penelitian Kualitatif. Bandung:
Abraham Nurcahyo dkk. 2011. Ilmu Sosial Pemaja Rosdakarya
Budaya Dasar. Magetan: LE Muhammad Iskandar dkk. 2009. Sejarah
Swastika Pres Kebudayaan Indonesia: Sistem
Pengetahuan. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada
138 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015

Nana Syaodih Sukmadinata. 2007. Metode


Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Poerwadarminto. 2007. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai
Pustaka
Purwadi dan Siti Maziyah. 2009. Kitab
Primbon Ramalan Jawa. Yogyakarta:
Mitra Sejati
Saifuddin Anwar. 2002. Metodologi
Penelitan. Surakarta: Pustaka Belajar
Sarlito W Sarwono . 2010. Pengantar
Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali
Pers
Sartono Kartodirjdo dkk. 2013. Sejarah
Sosial:Konseptualisai, Model dan
Tantanganya. Yoyakarta: Penerbit
Ombak
Slamet Santoso. 2010. Psikologi Sosial .
Bandung: PT Refika Aditama
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Pendidikan ( Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung : Alfabeta
Suharsimi Arikunto.2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Suwardi Endraswara. 2010. Falsafah Hidup
Jawa .Yogyakarta : Cakrawala
Taylor, Shelley, E. dkk 2009. Psikologi Sosial
. Jakarta: PT. Kencana
Undang-undang Perkawinan No 1 Tahun
1994.Jakarta: Politea
Wulandari Mahanggi. 2013. Pergeseran
Perkawinan Secara Adat di Desa
Huluduotomo (Suatu Penelitian di
Desa Huluodotomo Kecamatan
Suwana Induk Kabupaten Bone-
Bolango . Jurnal Mahasiswa. (Di
akses Senin, 4 Maret 2014)

DOKUMEN
Badan Pusat Statistik. Pendataan Potensi
Desa/ Kelurahan Tahun 2014
Profil Desa Jonggrang Kecamatan Barat
Kabupaten Magetan Ttahun 2013
Risalah dan Monografi Desa Jonggrang
Kecamatan Barat Kabupaten
Magetan Tahun 1984

Anda mungkin juga menyukai