Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan sikap masyarakat terhadap
peanggalan Jawa dalam penentuan waktu pernikahan tahun 2013. Selain itu peneliti juga ingin
mengetahui bagaimana sebuah tradisi bisa bertahan sampai saat ini. persepsi dan sikap
masyarakat Desa Jonggrang terhadap penanggalan Jawa dalam penentuan waktu pernikahan
memeliki perbedaan. Masyarakat yang masih menggunakan tradisi penentuan waktu pernikahan
adalah masyarkat Jawa yang masih memegang nilai budaya. Tradisi yang menjadi warisan turun
temurun dari sesepuh menjadi sebuah pitutur yang harus dilestariakn oleh masyarakat. Dari
sebuah pitutur tersebut terkandung sebuah makna untuk menjalani kehidupan terutama dalm
sebuah pernikahn yang membutuhkan waktu yang baik. Persepsi masyarakat akan muncul ketika
melihat sebuah fenomena yang ada di lingkunagn dan persepsi akan mempengaruhi sebuah sikap
masyarakat. Jika persepsi dari masyarakat positif maka sikap masyarakat akan menerima dan
jika persepsi masyarakat negatif maka sikap yang ditunjjukan adalah menolak.
Pendahuluan
diwarisi oleh nenek moyang sesepuh.
Indonesia adalah salah satu negara
Dalam kehidupan saat ini masyarakat masih
yang memiliki berbagai macam kebudayaan,
memegang nilai-nilai dari kebudayan untuk
dari setiap daerah memilki kebudayaan
melangsungkan hidupnya. E.B Taylor
yang berbeda dengan daerah lainya.
(dalam Abraham Nurcahyodkk,2011:6)
Perbedaan dan ciri khas tersebut di
berpendapat kebudayaan diartikan sebagai
pengaruhi oleh beberapa hal antara lain
keseluruhan yang mencakup pengetahuan,
letak geografis, sistem keagaaman, sistem
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta
sosial dan masih banyak lagi yang dapat
kemampuan dan kebiaasan lainnya yang
memunculkan sebuah kebudayaan yang
diperoleh manusia sebagai anggota
baru, serta tidak lepas dari pola pikir
masyarakat. Kebudayaan menggambarkan
masyarakat dimana mereka tinggal.
tanggapan dan kebutuhan manusia sebagai
Keanekaragaman budaya tersebut tentu
makhluk hidup yang harus memenuhi
menjadi aset yang berharga bagi bangsa
kebutuhannya.
Indonesia.
Kemampuan manusia untuk
2. Sapar 8. Ruwah 1 2 3 4
3. Mulud 9. Pasa 8
Minggu 5 Kliwon
4. Bakdamulud 10. Sawal
Senin 4 Legi 5
5. Jumadilawal 11. Dulkangidah
6. Jumadilakhir 12. Besat Selasa 3 Pahing 9
a. Hari ketiga dari hari kelahiranya. Rejeb Kaya anak dan selamat
b. Jumlah naptu hari dan pasaran kelahiran.
Ruwah Baik segalanya
c. Hari meninggalnya kedua orang tua.
Puasa Celaka besar
Setelah mengetahui hari naas dari calon
kedua mempelai beserta kedua orang Sawal Kekurangan,banyak hutang
tuanya, maka hari-hari tersebut harus
Dulkaidah / Sakit-sakitan, sering
dihindaridalam menentukan hari akad bertengkar dengan teman
Sela
nikahnya (Djanudji,1999:54).
Besar Sugih nemu sukaharja
2. Menentukan Bulan untuk Akad Nikah.
( Sumber Djanudji, 1999:55)
Dalam menentukan bulan yang akan
dipakai untuk melakukan pernikahan 3. Menentukan Saat Akad Nikah
hendaknya dicari yang cocok wataknya Menurut Djanudjidalam
khusus untuk pernikahan, walaupun semua menentukan saat atau jam akad nikah dan
bulan itu baik untuk pernikahan, tetapi kalu keperluan lainnya banyak sekali antara lain
dalam bulan tidak ada hari Selasa Kliwon saat Nabi, saat awal, dan akhir manusia.
dan biasanya disebut bulan Sunya, yang Pedoman dalam menentukan saat nikah
artinya suwung atau kosong seta disebut hanyalah hari, tanpa melihat pasarannya.
juga bulan yang tidak ada Anggara Kasihnya, Daftar saat awal dan akhir manusia dapat
wataknya menjadi jelek dan perlu dihindari dilihat pada tabel dibawah ini :
(Djanudji,1999:54-55). Daftar watak bulan Tabel 2.2 Daftar Tabel Saat Awal dan Akhir
untuk ijab pengantin dapat dilihat pada Manusia
tabel di bawah ini. Hari Waktu Pelaksanaan Akad
Nikah
Tabel 2.2 Daftar Watak Bulan untuk Ijab
Pengantin Ahad 6, 7, 11, 1, 5
Bulan Watak
Senin 8, 10, 1, 3, 5
Sura Bertengkar, kesusahan
Selasa 7, 10, 12, 2, 5
Sapar Kekurangan, banyak hutang
Rabu 7, 9, 11, 2, 4
Rabiulawal Meninggal salah satu
Kamis 8, 11, 1, 3, 4,
Rabiulakhir Selalu digunjing
Jumat 8, 10, 12, 3, 4
Sering kehilangan, ditipu,
Jumadilawal dan banyak musuh Sabtu 7, 9, 12, 2, 4
Misalnya, akad nikah pada hari Sabtu Legi penyusunan laporan. Penelitian ini
(yang menjadi pedoman adalah hari Sabtu dilaksanakan pada bulan Februari sampai
sebaiknya dilaksanakan pada pukul 7 dan 9 Juli tahun 2014.
pagi, pukul 12 dan 2 siang, serta pukul 4 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
sore ( bisa dipilih salah satu). Penelitian ini menggunakan metode
D. Pernikahan penalaran induktif dan sangat percaya
Menurut Undang-undang Nomor 1
bahwa banyak terdapat perspektif,
Tahun 1974 tentang Perkawinan.
penelitian ini terfokus pada fenomena sosial
Perkawinan atau pernikahan ialah ikatan
dan pada pemberian suara juga adanya
lahir batin antara seorang pria dengan
perasaan dan persepsi.
seorang wanita sebagai suami isteri dengan
Penelitian pendekatan kualitatif
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
lebih pada penekanan analisis pada proses
yang bahagia dan kekal berdasarkan
penyimpulan deduktif dan induktif serta
Ketuhanan Yang Maha Esa. Ki Ageng
analisis terhadap dinamika, hubungan
Suryomentaram berpendapat bahwa
antara yang diamati dengan menggunakan
perkawinan adalah hubungan antara
ilmiah (Saifudin Anwar,2004:5). Sedangkan
seorang pria dan wanita, untuk bersama-
menurut Nana Syaodih Sukmadinata
sama mencukupi kebutuhan bersuami isteri,
(2007:94) penelitian kualitatif ditujukan
berkeluaraga dan berkawan.Pendapat lain
untuk memahami fenomena sosial dari
mengenai definisi perkawinan yaitu,
sudut atau perspektif partisipan.
perkawinan adalah ikatan antara seorang
Penelitian ini termasuk dalam
pria dan wanita menurut hukum adat yang
penelitian deskriptif, dimana penelitian ini
bertujuan untuk hidup berkeluarga (Kamus
akan menggambarkan dalam bentuk cerita
Istilah Sosiologi, 1984:128).
tentang persepsi dan sikap masyarakat
Barat Kabupaten Magetan. Waktu yang yang ada (Nana Syaodih Sukmadinata,
pengumpulan dan analisis data serta mana data dapat diperoleh. Di dalam
penelitian ini ada beberapa sumber data
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 127
yang digunakan untuk mengumpulkan data. melakukan sintesa, menyusun dalam pola,
Jenis sumber data yang digunakan dalam memillih mana yang paling penting untuk
penelitian ini adalah : dipelajari, dan membuat kesimpulan agar
1. Sumber Data Primer semua bisa faham (Sugiyono,2013:335).
Sumber data primer merupakan Analisis data dapat digunakan untuk
data yang diperoleh secara langsung dari menarik kesimpulan dari data yang
masyarakat baik yang dilakukan melalui dikumpulkan melalui wawancara, observasi,
wawancara, observasi dan alat lainnya (Joko dokumentasi. Kegiatan analisis data
Subagyo, 2004: 87).Sumber data primer dilakukan secara interaktif dan terus
yaitu data-data yang dikumpulkan dengan menerus dan berkesinambungan. Menurut
tekhnik observasi atau wawancara yang Sugiyono (2010:338-3455) model analisis
diperoleh dari pihak pertama atau data meliputi tiga komponen diantaranya:
narasumber (Husaini Usman, 2000:73). reduksi data, penyajian data, penarikan
Dalam penelitian ini menggunakan kesimpulan/verifikasi.
informan dari kalangan-kalangan sebagai
berikut: masyarakat biasa atau masyarakat
umum, perangkat desa atau aparat desa dan
sesepuh atau pujangga.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder dapat
diperoleh melaui bahan-bahan sebagai
Bagan 3.2: Komponen dalam analisis data
pelengkap juga file-file yang tersedia, juga
interavtive model
adanya kepustakaan (Joko Subagyo, (Sugiyono, 2010:338)
2004:88). Sumber data sekunder berasal
Hasil Penelitian
dari foto-foto dan profil desa yang diperoleh
A. Sejarah Singkat Asal-Usul
dari pemerintah Desa Jonggrang. Foto yang
Terbentuknya Desa Jonggrang
diambil dipergunakan sebagai salah satu
Sejarah terbentuknya Desa
bukti rill di lapangan
Jonggrang tidak lepas dari legenda Candi
D. Teknik Analisa Data
Prambanan yang menceritakan kisah cinta
Analisis data merupakan proses
antara Bandung Bondowoso dan Roro
mencari dan menyusun secara sistematis
Jonggrang. Pada saat itu Roro Jonggrang
data yang diperoleh dari hasil wawancara,
mau dinikahi oleh Bandung Bondowoso
catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
dengan syarat dibuatkan candi yang
cara pengorganisasian data ke dalam
berjumlah 1000 buah dalam waktu satu
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
128 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
malam. Karena Roro Jonggrang tidak suka tempat itulah Roro Jonggrang di kutuk
dengan Bandung Bondowoso beraneka cara menjadi patung untuk menggenapi candi
dilakukan agar syarat yang diajukan tidak yang hanya kurang satu. Eyang Panji Jekitut
dapat dipenuhi. Karena Bandung yang mengetahui hal tersebut kemudian
Bondowoso merasa di curangi akhirnya meletakkan patung Roro Jonggrang di dekat
beliau marah dan mengejar Roro Jonggrang pohon randu besar yang di huni ribuan
yang akan dijadikan candi yang ke-1000 kalong.
untuk menggenapi jumlah candi yang sudah Pada zaman pemerintahan Lurah
dibangun sebanyak 999 buah candi. Keprok pohon randu besar yang berada di
Menurut cerita dari sesepuh desa sendang kidul di tebang. Beliau
Jonggrang yaitu Mbah Madi, terbentuknya memerintahkan anak buahnya untuk
desa Jonggrang berawal dari pelarian Roro menebang pohon randu yang besar itu.
Jonggrang dari kejaran Bandung Setelah ditebang di dalam pohon randu
Bondowoso. Pada waktu itu wilayah desa tersebut ditemukan patung atau arca dari
Jonggrang adalah hutan belantara yang Roro Jonggrang. Secara tidak sengaja dalam
masih banyak pohon-pohon besar. Babad menebang pohon tersebut wajah dari
alas dilakukan oleh seorang yang bernama patung Roro Jonggrang tersebut terkena
Eyang Panji Jekitut. Pelarian Roro Jonggrang pecokyang mengakibatkan wajah dari
sampai lah di tempat Eyang Panji Jekitut. patung tersebut hancur separo. Lurah
Tidak begitu jelas berapa lama pelarian Keprok yang memerintah desa pada saat itu
Roro Jonggrang dari kejaran Bandung jatuh sakit dengan terdapat luka di wajah
Bondowoso. Eyang Panji Jekitut mersa dan akhirnya meninggal dunia yang di ikuti
kasihan melihat seorang perempuan yang oleh pamong desa lainnya.Berawal dari
berlari dengan penuh kecapekan dan pelarian Roro Jonggrang ke daerah inilah
akhirnya beliau menolong perempuan itu akhirnya nama Jonggrang dipakai menjadi
dengan memberikan air kelapa. nama desa. Namun patung dari Roro
Setelah dibelah menjadi dua, Jonggrang yang ada di dalam pohon randu
tempurung kelapa tersebut yang satu saat ini suda tidak ada lagi di desa
dibuang di utara dan yang satu dibuang di Jonggrang. Patung tersebut sudah di bawa
sebelah selatan. Tempurung kelapa atau ke candi Prambanan untuk melengkapi
batok kelapa yang dibuang tadi kemudian jumlah candi yang kurang satu
menjadi sebuah sendang kiduldan sendang B. Penggunaan Penanggalan Jawa dalam
lor. Pelarian Roro Jonggrang berakhir di Penentuan Waktu Pernikahan
sendang kidul, pada saat itu Bandung Dalam kehidupan sehari hari
Bondowoso berhasil menemukannya. Di masyarakat Jawa pada umumnya tidak lepas
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 129
dari sebuah tradisi dan adat istiadat, salah pengantin dan hari geblake ( hari
satunya adalah mengenai penanggalan Jawa. meninggale kedua orang tua pengantin dan
Kegiatan masyarakat Jawa yang dianggap kakek nenek jika masih hidup tidak
penting dan sakral harus menggunakan perlu).Ada dua macam cara yang biasa
perhitungan penaggalan Jawa sebagai digunakan masyarakat desa Jonggrang :
pedoman untuk menentukkan hari yang 1. Menggunakan nama kedua pasangan
baik, tetapi tidak jarang masyarakat juga pengantin.
menggunakan tanggalan umum sebagai Dalam menentukkan hari
pedomannya. pernikahan dengan cara ini yang digunakan
Kalender jawa adalah Suatu pedoman adalah nama dari kedua calon
kalender yang digunakan masyarakat Jawa pengantin.Nama calon pengantin diambil
untuk kebutuhan pernikahan, pindah rumah huruf depan dan belakang kemudian di
dan membangun rumah. Penanggalan yang hitung sesuai dengan aksara Jawa.
biasa digunakan masyarakat Jawa ada dua Contoh nama pengantin :
Heri Basuki Suparti
macam yaitu penaggalan Asopon dan
Ha= 1 Ka=5 Sa = 8 Ta = 7
penanggalan Aboge. Dari dua macam system Jumlah 6 Jumlah 15
penanggalan tersebut memilki perbedaan Jumlah keduanya adalah 21
sehari dari tanggalan Asopon dan kedua calon pasangan pengantin harus
pergantian waktu dalam tanggalan Jawa memliki puluhan atau ekor anagka 6,
yaitu pada saat jam 5-6 sore. contohnya 6, 16, 26, 36 dan seterusnya.
Penaggalan Jawa digunakan untuk Karena ekor atau buntut dari setiap
mencari hari baik saat pernikahan. perhitungan memiliki makna dan arti
Pernikahan dalam masyarakat Jawa adalah sendiri bagi calon penagntin saat berumah
jalan untuk menghadapi dan menjalani tangga kelak. Adapun makna dan arti dari
kehidupan bersama dengan pasangan. Oleh ekor tersebut adalah sebagai berikut :
arti yang paling bagus adalah ekor enam. 1. Jika hasil penghitungan memilki sisa 0
Perhitungan untuk pengantin diatas tidak maka harus dicarikan hari pasaran yang
memiliki ekor enam sehingga cara memiliki perhitungan dengan sisa 2.
mengatasinya dengan cara mengganti nama 2. Jika hasil penghitungan memilki sisa 1
salah satu pasangan pengantin agar memilki maka harus dicarikan hari pasaran yang
ekor enam. Penggantian nama ini hanya memiliki perhitungan dengan sisa 1.
untuk ijab khobul saja bukan untuk nama 3. Jika hasil penghitungan memilki sisa 2
seterusnya maka harus dicarikan hari pasaran yang
Contoh nama pengantin yang sudah diganti : memiliki perhitungan dengan sisa 0.
Heri Basuki Jarwati Namun dalam kenyatanya perhitungan
Ha = 1 Ka = 5 Ja = 13 Ta = 7 seperti diatas berbeda di setiap daerah
Jumlah 6 Jumlah 20
Jumlah keduanya adalah 26 maupun desa. Ada yang menggunakannya
Selanjutnya yaitu menentukkan hari tapi ada pula yang tidak menggunaknya
pernikahan yang baik, yaitu dengan 2. Menggunakkan hari pasaran kedua
mengambil hruf depan dari calon pengantin pasangan pengantin (weton)
laki-laki dan calon pengantin perempuan Penggunaan weton dalam
kemudian hasilnya dibagi dengan angka menentukkan hari pernikahan sudah umum
tiga. Berdasarkan nama pasangan pengantin digunakan masyarakat Jawa. Weton atau
diatas yaitu Ha = 1 dan Ja = 13, jadi hari kelahiran pasangan pengantin
penghitungannya memilki sisa merupakan syarat utama yang digunakan
2.Dalam mengganti namacalon pasangan dalam perhitungan ini.Berikut adalah cara
juga harus memperhatikan jumlahnya penghitungan menggunakan weton :
karena hasil pembagiannya harus memilki Heri Basuki memiliki weton Sabtu Pahing
sisa 2. Suparti alias Jarwati memilki weton
Seperti makna sebelumnya, 2 Senin Kliwon
memilki makna Sri Temanten. Dari Heri Basuki Suparti alias Jarwati
Sabtu = Pahing = Senin = Kliwon =
perhitungan diatas maka hari yang
9 9 4 8
digunakan dalam ijab khobul adalah hari Jumlah 18 Jumlah 12
yang memiliki sisa 2. Dengan rumus hari Jumlah keduanya adalah 30
Setelah mengetahui jumlah weton
pasaran dibagi dengan tiga. Jika ditemukan
dari kedua pasangan selanjutnya cara
penghitungan yang memilki sisa kurang dari
penghitunganya yaitu menjumlah weton
dua maka cara penyelesainya sebagai
keduanya kemudian dibagi dengan tiga.
berikut :
Sebagai perhitungan untuk pengantin diatas
adalah sebagai berikut : . Dalam
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 131
perhitungan ini sisa yang harus didapatkan adat istiadat dan tradisi yang masih kuat hal
adalah dua juga. Karena seperti penjelasan ini ditunjukkan dengan masih adanya
sebelumnya dua memilki makna Sri kegiatan yang bersifat tradisi seperti minta
Temanten. Dari perhitungan diatas hasilnya bantuan kepada sesepuh saat akan
belum mendapat nilai dua, cara untuk menentukkan waktu yang baik untuk
mengatasinya adalah menambahkan hasil pernikahan. Masyarakat yang menjujung
penjumlahan dengan hari yang bisa tinggi nilai tradisi disebabkan keyakianan
mendapatkan hasil pembagian dua. yang begitu kuat terhadap dampak jika
Contoh : memiliki sisa tidak melakukan hal tersebut. Penentuan
waktu pernikahan atau mencari hari yang
2. Hari yang memiliki sisa 2 adalah hari
baik dalam pernikahan adalah salah satu
Senin Pon, Jum’at Legi dan Selasa Kliwon.
tradisi turun temurun yang masih ada di
untuk perhitungan diatas bisa di atasi jika
Desa Jonggrang.
ada kekurangan dan masalah. Namun jika
Penanggalan Jawa adalah sebuah
dari calon kedua pasangan terdapat hal-hal
warisan dari leluhur atau sesepuh yang
seperti berikut sulit untuk di syarati :
perlu dilestarikan, berkaitan dengan
1. Anak ragil lanang gak oleh karo anak
penentuan waktu pernikahan berdasarkan
mbarep wadon.
penanggalan Jawa sebagai masyarakat Jawa
2. Anak mbarep gak oleh karo anak mbarep.
wajib mempercayainya karena pernikahan
3. Arah kanggo golek bojo gak oleh Ngalor-
adalah sebuah ikatan yang sakral dimana
ngulon lan Ngidul- Ngetan.
seseorang menjalaninya dalam hidup hanya
Dalam bahasa Indonesia dapat
satu kali dan harus disesukaian dengan hari
diterjemahkan sebagai berikut :
yang baik agar semua berjalan lancar baik
1. Anak bungsu (terakhir) laki-laki tidak
rejeki, pekerjaan, anak. Sebuah tradisi atau
boleh dengan anak sulung (pertama)
kebudayaan yang perlu dilestariakan dan
perempuan.
kultur dari nenek moyang untuk
2. Anak sulung (pertama) tidak boleh
perhitungan mencari hari baik adalah
dengan anak sulung(pertama).
sebuah nasihat dari sesepuh karena setiap
3. Arah untuk mencari suami istri tidak
hitungan memilki makna dan arti yang
boleh Utara-Barat dan Selatan-Timur
berbeda oleh sebab itu harus digunakan
C. Persepsi Masyarakat Terhadap
dalam kehidupan sehari-hari tetapi tetap
Penanggalan Jawa dalam
berpatokan ajaran agama dan tidak
Menentukkan Waktu Pernikahan
menyimpang pula
Masyarakat desa Jonggrang adalah
Petungan Jawa adalah sebuah tradisi
tipe masyarakat yang masih memegang nilai
masyarakat Jawa namun percaya atau tidak
132 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
tergantung dari diri sendiri. Masyarakat sebuah hal yang perlu dilakukan, hal ini
miliki persepsi yang berbeda-beda nampak saat seseorang masyarakat akan
mengenai penanggalan Jawa. Hal ini menikahkan anaknya mereka datang ke
ditunjukkan karena masyarakat memiliki pujangga untuk menanyakan waktu yang
pandangan dan pendapat yang berbeda. baik.
Persepsi dan pandangan akan muncul Sikap Masyarakat Desa Jonggrang
berbeda dari masyarakat tergantung dari terhadap penanggalan Jawa kebanyakan
latar belakang pendidikan , agama dan masih melakukanya untuk menentukkan
pekerjaannya. hari baik untuk pernikahan. Sikap erat
Perbedaan pandangan terhadap kaitannya dengan pandangan atau persepsi
suatu fenomena menunjukkan bahwa dari seseorang atau individu. Sebuah
kepekaan masyarakat terhadap fenomena persepsi akan mempengaruhi sikap
yang muncul dan ada di masyarakat. masyarakat dalam sebuah kasus atau
Persepsi masyarakat Desa Jonggrang yang fenomena yang ada. Persepsi yang baik atau
memandang petungan Jawa sebagai sebuah positif pada petungan Jawa tentu akan
tradisi yang harus dilestarikan dan memunculkan sikap yang mendukung atau
dilakukan karena petungan Jawa memiliki melakukanya namun sebaliknya jika
makna yang tersirat. Sesepuh memberikan persepsi kurang baik atau negatif sikap yang
nasihat melalui petungan Jawa sebagai ditunjukkan adalah menolak atau tidak
pedoman dan dasar untuk menjalani melaukannya.
kehidupan sehari-hari. Alasan yang menjadi pedoman
D. Sikap Masyarakat Terhadap menerima petungan jawa adalah karena
Penanggalan Jawa dalam merupakan sebuah perwujudan dari bentuk
Menentukkan Waktu Pernikahan. menghormati leluhur dan melestarikan
Sikap masyarakat memilki sebuah tradisi yang sudah ada. Selain itu
kecenderungan yang sama dengan masyarakat yang menerima beranggapan
masyarakat yang lainnya yang masih tinggal bahwa petungan Jawa adalah nasihat dari
dalam satu wilayah. Sikap merupakan sesepuh yang wajib dilakukan karena
perwujudan atau bentuk tingkah laku memilki makna untuk kehidupan sehari-
terhadap sebuah objek atau fenomena yang hari.
terjadi. Masyarakat yang memilki Namun juga ada sebagian
heterogenitas rendah biasanaya akan masyarakat memiliki pandangan yang
memilki sikap yang sama dalam kurang baik atu negatif, tentu persepsi
memandang sebuah objek. Masyarakat tersebut akan mempengaruhi sikap mereka
beranggapan bahwa petungan Jawa dalah yaitu dengan menolak atau tidak
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 133
mendukung. Hal ini terjadi karena agama masih memegang nilai adat istiadat dan
merupakan pedoman untuk menentukkan tradisi yang masih kuat hal ini ditunjukkan
hari baik dalam pernikahan. dengan masih adanya kegiatan atau
Pembahasan kebudayan yang bersifat tradisi seperti
A. Persepsi Masyarakat Desa Jonggrang bersih desa, metil saat akan panen padi dan
Kecamatan Barat Kabupaten Magetan tradisi menentukkan waktu yang baik untuk
Terhadap Penanggalan Jawa dalam pernikahan. Masyarakat yang masih
Menentukkan Waktu Pernikahan menjunjung tinggi nilai tradisi disebabkan
Masyarakat Indonesia khususnya di keyakinan yang begitu kuat terhadap
Jawa mempunyai kebudayan yang dampak jika tidak melakukan tradisi
beranekaragam. E. B Taylor ( dalam tersebut.
Abraham Nurcahyo dkk, 2011:6) Tradisi yang sampai saat ini masih
berpendapat kebudayaan diartikan sebagai ada dan masih melekat di masyarakat desa
keseluruhan yang mencakup pengetahuan, Jonggrang yaitu penentuan waktu
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat serta pernikahan dengan berpedoman pada
kemampuan dan kebiasaan lainnya yang penanggalan Jawa. Perkawinan atau
diperoleh manusia sebagai anggota pernikahan adalh hal yang sakral bagi
masyarakat. Kebudayaan yang ada tidak masyarakat Jawa, jadi dalam pelaksanaanya
lepas dari tradisi turun-temurun yang harus menggunakan waktu yang dianggap
diyakini dan diwarisi oleh nenek moyang. baik. Masyarakat yang akan menentukkan
Salah satu bentuk tradisi yang menjadi hari baik untuk pernikahan biasanya minta
warisan nenek moyang adalah penanggalan bantuan pada seorang yang mampu
tradisional. menguasai petungan Jawa atau sering
Dalam masyarakat Jawa sistem disebut dengan pujangga.Dengan membawa
penanggalan tradisional masih sering persyaratan tertentu seorang pujanggaakan
digunakan dalam menentukkan hari baik, membantu menentukkan hari baik.
misalnya untuk penentuan waktu Perhitungan untuk menentukkan
mendirikan rumah dan waktu pernikahan. hari pernikahan dimulai dengan
Kepercayaan masyarkat Jawa yang mayoritas mempersipkan nama lengkap kedua
masih mempercayai dan meyakini hal ini pasangan pengantin, wetom kedua pasangan
membuat keberadaan tradisi ini masih ada di pengantin dan hari geblake (hari
kalangan masyarkat. Pada umumnya semua meninggalnya kedua orang tua pengantin
kegiatan masyarakat Jawa masih berpegang dan kakek nenek jika masih hidup tidak
pada suatu hukum adat. Masyarakat desa perlu). Ada dua macam cara yang bisa
Jonggrang adalah tipe masyarkaat yang
134 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 1 JANUARI 2015
digunakan masyarakat desa Jonggrang dalam hal-hal ini adalah pantangan dari orang
mentukan waktu pernikahan : Jawa untuk mencari jodoh, karena dipercaya
1. Menggunakan nama kedua calon akan ada masalah dikemudian hari. Hal-hal
pasngan pengantin. tersebut antara lain :
Dalam menentukkan hari pernikhan 1. Anak bungsu (terakhir) laki-laki tidak
dengan cara ini yang digunkan pedoman boleh dengan anak sulung(pertama)
adalah nama dari kedua calon pengantin. perempuan.
Nama calon pengantin diambil huruf depan 2. Anak sulung (pertama) tidak boleh
dan belakang kemudian di hitung sesuai dengan anak sulung(pertama).
dengan Aksara Jawa. 3. Arah untuk mencari suami istri tidak
2. Menggunakan hari pasaran kedua calon boleh Utara-Barat dan Selatan-Timur.
pengantin (weton). Masyarkat desa Jonggrang yang
Penggunaan weton dalam sebagian besar adalah masyarakat Jawa yang
menentukkan hari pernikhan sudah umum masih memegang teguh warisan budaya dan
digunakan masyarakat Jawa. Weton atau tradisi adat meyakini bahwa mencari hari
hari kelahiran pasangan pengantin baik dalam pernikahan adalah sebuah tradisi
merupakan syarat utama yang digunakan yang harus dijlankan, karena tardisi tersebut
dalam perhitungan ini. merupakan warisan nenek moyang yang
Dalam setiap hasil perhitungan akan memiliki makna. Mereka juga meyakini jika
memendapatkan nilai dan dari nilai tersebut tidak menjalankan tradsisi ini akan
akan memilki makna yang bisa menjadi mengalami sebuah kesulitn nantinya di suatu
pedoman dalam menentukkan hari yang hari.
cocok dan baik dalam melakukan Masyarakat desa Jonggrang memilki
pernikahan. Namun dalam kenyatannya anggapan bahwa tradisi ini bukan merupakan
dalam perhitungan diatas memiliki hasil bentuk musrik, dalam kenyataanya mereka
yang tidak sesuai harapan. Jalan keluar dari juga percaya dengan kekuasaan Tuhan.
permasalahan ini adalah dengan cara Petungan Jawa adalah sebuah tradisi atau
mengganti nama dari salah asatu calon kebudayan yang perlu dilestarikan dari
pengantin, tetapi nama yang diganti tidak nenek moyang untuk perhitungan mencari
untuk selamanya melainkan digunakn saat hari baik adalah sebuah nasihat dari sesepuh
pada waktu ijab khobul. karena setiap hitungan memiliki makna dan
Dari perhitungan diatas bisa diatsi arti yang berbeda oleh sebab itu harus
jika ada kekurngan dan masalah. Namun digunakan dalm kehidupan sehari-hari tetapi
jika dari calon kedua pasangan terdapat hal- tetap berpatokan dengan ajaran agama dan
hal seperti berikut sulit untuk di syarati dan tidak menyimpang pula.
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 135
bahwa petungan Jawa adalah nasihat dari pendidikan, agama dan pekerjaannya.
sesepuh yang wajib dilakukan karena Persepsi masyarakat desa Jonggrang
memilki makna untuk kehidupan sehari- terhadap tradisi menentukkan waktu yang
hari. baik untuk pernikahan ialah menerima dan
Namun juga ada sebagian memiliki persepsi positif karena masyarakat
masyarakat memilki pandangan yang beranggapan bahwa tradisi adalah sebuah
kurang baik atu negatif, tentu persepsi warisan yang memiliki pesan dari sesepuh
tersebut akan mempengaruhi sikap mereka yang harus dilakukan. Persepsi masayarakat
yaitu dengan menolak atau tidak desa Jonggrang yang memandang petungan
mendukung.Menurut masyarakat yang Jawa sebagai sebuah tradisi yang harus
menolak mengatakan bahwa agama dilestarikan dan dilakukan karena petungan
merupakan pedoman untuk menentukkan Jawa memiliki makna tersirat. Sesepuh
hari baik dalam pernikahan. memberikan nasihat melalui petungan Jawa
Simpulan sebagi pedoaman dan dasar untuk
Penanggalan Jawa adalah sebuah menjalani kehidupan sehari-hari.
tradisi turuntemurun yang di wariskan Sedangkan sikap akan terbentuk
sesepuh pada zaman dahulu. Dari tradisi ini ketika persepsi masyarakat terbangun,
terkandung sebuah makna dimana sebuah persepsi akan mempengaruhi sikap
masyarakat menghormati pitutur yang masyarakat. Sikap dari masyarakat desa
disampkaikan melalui pengggalan Jawa. Jonggrang adalah melakukan kegiatan
Agar masyarakat Desa Jonggrang tersebut hal itu di buktikan ketika
mendapatkan keselamtan dan kebahagian masyarakat ingin mencari hari baik datang
dalam urusan rumah tangga, maka keseseorang yang dianggap mampu dalam
pengggalan Jawa dipakai saat menentukkan urusan penanggalan Jawa yaitu pujangga
waktu pernikahan. Penggunaan penggalan .Sikap masyarkat yang mempercayai tradisi
Jawa sebagai pedoman hari pernikahan akan menjadi positif tetapi jika tidak
menjadi sebuah bukti bahwa sebuah mempercayainya akan bersifat negatife
kebudayan Jawa masih melekat di yaitu tidak melakukan tradisi tersebut
masayarkat Desa Jonggrang. Saran
Sebuah persepsi akan muncul ketika 1. Bagi Masyarkat Desa Jonggrang
masyarakat peka dengan keadaan Hendaknya tumbuh kesadaran
lingkungan atau peka terhadap fenomena pada individu masyarakat untuk
sosial yang terjadi di masyarakat. Persepsi menghormati sebuah tradisi dan
dan pandangan akan muncul berbeda dari kebudayan. Walaupun memilki pandangan
masyarakat tergantung dari latar belakang yang berbeda namun keberadaan sebuah
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP ………| 137
DOKUMEN
Badan Pusat Statistik. Pendataan Potensi
Desa/ Kelurahan Tahun 2014
Profil Desa Jonggrang Kecamatan Barat
Kabupaten Magetan Ttahun 2013
Risalah dan Monografi Desa Jonggrang
Kecamatan Barat Kabupaten
Magetan Tahun 1984