Referat Retinoblastoma
Referat Retinoblastoma
Referat Retinoblastoma
“RETINOBLASTOMA”
Disusun Oleh :
Zahra Normansyah
1820221184
Pembimbing :
dr. Andi Elizar Asriyani, M. Kes, Sp.M
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Referat yang berjudul
“RETINOBLASTOMA”. Referat ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat
kepaniteraan klinis RSUD Pasar Minggu.
Penyusunan makalah ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang
turut membantu terselesaikannya makalah ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
guna perbaikan yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi
penulis sendiri, pembaca maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. DEFINISI
Retinoblastoma adalah neoplasma intraokular maligna primer yang
berkembang dari sel neuroepithelial imatur retina yang sedang berkembang
(retinoblas). Paling berkembang dalam beberapa tahun pertama kehidupan.1
Retinoblastoma diaporkan dan diakui pada tahun 1597 oleh Petrus Pawius.
Meskipun penyakit ini hanya mewakili sekitar 4% dari keganasan pada anak dan
kurang dari 1% dari kanker manusia, luasnya minat pada penyakit ini disebabkan
karena Retinoblastoma adalah penyakit keganasan pertama yang teridentifikasi
secara genetik. Enukleasi yang dilakukan untuk retinoblastoma pertama dilakukan
oleh James Wadrop pada tahun 1809. Pada tahun 1869 di Amerika meilaporkan
bahwa RB memiliki 5% survival rate, dan meningkat pada tahun 1897 menjadi
17% hanya dengan Enukleasi atau Exenterasi sebagai penatalaksanaan yang ada
saat itu. Namun pada tahun 1905 dinyatakan bahwa “tidak ada kasus pada catatan
seorang anak gliomatous (retinoblastoma) yang matanya telah diangkat, tumbuh
dan memiliki anak dengan glioma (retinoblastoma). Hingga lebih dari 70 tahun
yang lalu, Alfred Knudson dengan penelitiannya ia menyatakan bahwa
Retinoblastoma merupakan penyakit genetik berupa hilangnya gen RB1, dan
keadaan ini dapat diturunkan secara Autosomal dominan.5
Pada tahun 1903 dilaporkan bahwa H. L. Hilgartner sukses melakukan
pengobatan dengan X-ray pada retinoblastoma pertama didunia. Setelah hasil
tersebut dipublikasikan, Oftalmologis Amerika dan Eropa merekomendasikan
tindakan X-ray untuk pengobatan keganasan pada mata.6 Dengan perkembangan
teknologi dan teknik pengobatan selama 20 tahun, pada tahun 2003 melaporkan
bahwa Retinoblastoma merupakan kanker pada pediatri yang memiliki survival
rate tertinggi.5
II. EPIDEMIOLOGI
Retinoblastoma adalah keganasan intraokular primer yang paling sering pada
bayi dan anak 1,2,3,7
dan merupakan tumor neuroblastik yang secara biologi mirip
dengan Neuroblastoma dan Medulloblastoma.7
Retinoblastoma adalah tumor intraokular yang paling sering pada bayi dan
anak yang berjumlah sekitar 4% dari seluruh tumor pada anak.5 Kasus
Retinoblastoma bilateral secara khas didiagnosis pada tahun pertama kehidupan
dalam keluarga dan pada kasus sporadik unilateral di diagnosis antara umur 1–3
tahun. Onset diatas 5 tahun jarang terjadi.7 Secara singkta epidemiologi
Retinoblastoma dapat dijabarkan sebagai berikut :2
Tumor intraokular paling sering pada anak
Insiden 1:14.000 – 1:20.000 kelahiran hidup
Tumor intraokular ketiga paling sering dari seluruh tumor intraokular
setelah Melanoma dan metastasis pada seluruh populasi
90% dijumpai sebelum umur 3 tahun
Terjadi sama pada laki-laki dan perempuan
Terjadi sama pada mata kiri dan kanan
Tidak ada predileksi ras2
60%-70% unilateral (rata-rata umur saat diagnosis 24 bulan)
30%-40% bilateral (rata-rata umur saat diagnosis 14 bulan)
V. STAGING
Klasifikasi yang digunakan untuk menentukan derajat keparahan retinoblastoma
guna menentukan hasil terapi yang akan digunakan adalah menggunakan stadium
menurut Klasifikasi Reese-Ellsworth (R-E)
VI. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dari Retinoblastoma dapat tergantung dari lokasi, dan besar
tumor itu sendiri. diAmerika gejala yang paling sering muncul adalah berupa
Leukocoria (white pupillary reflex)2
Sebagian besar kasus penyakit ini baru disadari oleh orang tua dari pasien
melihat adanya refleksi pupil berwarna putih. Tumor posterior dengan diameter
sebesar 3-5mm dapat menimbulkan Leukoria. Penampakan leukoria sering
dideskripsikan seperti mata menyala (glow) atau seperti mata kucing (Cat eye)
yang cenderung terlihat jelas pada sore-malam hari ketika pupil berdilatasi.7
Pada beberapa kasus anak lainnya terdapat hilangnya penglihatan
binokular pada satu mata karena tumor yang tumbuh dimakula dapat
menimbulkan strabismus sebagai gejala pertama tumor. Massa tumor yang cukup
besar dalam rongga vitreous dapat mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik
mata tertutup akibat gangguan aliran aqueous dan menimbulkan glaukoma.
Glaoukoma yang timbul pada anak dibawah usia 3 tahun akan menyebabkan
buphthalmos, gejala yang cukup sering setelah leukokoria.7
Sel-sel tumor yang terlepas dari masa tumor kedalam vitreous ( vitreous
seeding ) dalam jumlah banyak dan cukup masif akan memperlihatkan gejala
endophthalmitis atau uveitis posterior.6
Manifestasi lain yang mungkin terjadi adalah mata merah, berair, kornea
yang berawan, perubahan warna iris (disebabkan oleh neovaskularisasi), inflamasi,
hifema(darah diruangan anterior).8
Bloodborne extension Penyebaran melalui aliran darah dapat terjadi
sebelum, saat, atau setelah penyebaran lokal dan menyebarkan tumor ke lokasi
yang cukup jauh terutama tulang dan sumsum tulang. Apabila hal ini dibiarkan
atau tidak diobati akan berakibat fatal.8
Pertumbuhan tumor Endofitik akan menembus vitreus, dan akan tampak
dari permukaan retina sebagai suatu massa putih menyerupai keju, dengan
gambaran pembuluh darah pada permukaannya. Massa tumor yang tumbuh kearah
dinding bola mata ( exophyttic ) dapat menyebabkan ablasio retina.
Tumor retinoblastoma dapat bermetastasis secara cepat dengan cara
ekstensi langsung melalui nervus optikus, kiasma optikum, dan keotak, atau ke
ruang subarachnoid.Ekstensi langsung ke nervus optikus atau via pembuluh darah
koroid atau siliaris ke orbita terjadi pada stadium lanjut dengan manifestasi klinis
brupa protopsis.4
DIAGNOSIS
Diagnosis retinoblastoma ditegakkan berdasarkan gejala subyektif dan gejala
obyektif, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Riwayat penyakit
retinoblastoma keluarga juga penting untuk ditanyakan.
Pemeriksaan Fisik
a. Tampak adanya suatu massa yang menonjol dalam vitreus, dapat
disertai terlihatnya neovaskularisasi.
b. Tampak adanya Leukocoria
c. Strabismus dapat terjadi pada massa tumor yang melibatkan makula
d. Endophytic tumor dapat terlihat massa berwarna putih-krem yang
menonjol vitreus. Sedangkan Exophytic tumor dapat terlihat sebagai
massa putih kekuningan sering disertai terlihatnya pembuluh darah
yang lebih besar dan berbelit - belit. Tampilan Exsophytic tumor
sering mirip dengan penyakit coats
e. Pseudohipopyon dapat terjadi pada kasus Retinoblastoma
Endophytic.
f. Ablasio retina dapat terjadi pada eksophytic tumor
g. Pada kasus stadium lanjut, tumor yang besar dapat memperlihatkan
kedua tanda pertumbuhan endophytic dan eksophytic.
h. Apabila telah terjadi penyebara ekstraokular dapat menyebabkan
proptosis dan buftalmos
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis RB tidak sama seperti dianosis keganasan lainnya, yang
didahului dengan biopsi, karena RB terletak didalam rongga mata yang
merupakan kesatuan organ yang berisi cairan, sehingga tidak mingkin dilakukan
pengambilan cairan. Biopsi akan menyebabkan kemungkinan metastasis
ekstraokuler sehingga memperburuk prognosis.
Diagnosis hanya dapat ditegakkan berdasarkan klinis dan hasil
pemeriksaan penunjang sebagai berikut:
a. Imajing 4
Pemeriksaan penunjang, seperti ultrasonography ( USG ) dan CT-Scan sangat
membantu menegakkan diagnosa, walaupun kesalahan diagnosa dapat
dijumpai.
1. Ultrasonografi. Digunakan terutama untuk menilai ukuran tumor,
mendeteksi klasifikasi dalam tumor, lesi lain seperti penyakit coats
dan toksokariasis.
2. CT scan dapat menilai keterlibatan saraf optik, orbita, sistem saraf
pusat, adanya pineoblastoma dan kalsifikasi.
3. MRI : dibandingkan dengan CT scan, MRI kurang baik dalam
menilai kalsifikasi, tetapi lebih unggul dalam mengevaluasi saraf
optik dan mendeteksi adanya pineoblastoma.
b. Pemeriksaan lain :
Pemeriksaan punsi sumsum tulang ( BMP ) bila ada protopsis dan
pemeriksaan pungsi lumbal ( LP ) bila terdapat gejala peninggian tekanan
intrakranial atau penyebaran tumor ke N.II pasca operasi.
c. Pemeriksaan menggunakan kamera digital retina/wide field digital camera
sangat membantu untuk menvisualisasi lesi secara menyeluruh
PENATALAKSANAAN
Saat Retinoblastoma pertama di terapi yang paling penting dipahami
bahwa Retinoblastoma adalah suatu keganasan. Pentalaksanaan penyakit ini
sebaiknya dilakukan sesegera munkin setelah diagnosis ditegakkan, Keputusan
pasien untuk menolak tindakan operasi dapat menyebabkan pertumbuhan tumor
ke stage yang parah.9 Saat penyakit ditemukan pada mata, angka harapan hidup
melebihi 95% di negara barat. Walaupun dengan penyebaran ekstraokular, angka
harapan hidup menurun sampai kurang dari 50%. Selanjutnya dalam memutuskan
strategi terapi, sasaran pertama yang harus adalah menyelamatkan kehidupan,
kemudian menyelamatkan mata, dan akhirnya menyelamatkan visus. Managemen
modern Retinoblastoma Intraokular sekarang ini dengan menggabungkan
kemampuan terapi yang berbeda mencakup Enukleasi, Eksenterasi,Kemoterapi,
Photocoagulasi, Krioterapi, External-Beam Radiation dan Plaque Radiotherapy.2
1. Enukleasi
2. Kemoterapi
Xenon dan Argon Laser (532 nm) secara tradisional digunakan untuk
terapi Retinoblastoma yang tinggi apek kurang dari 3mm dengan dimensi
basal kurang dari 10 mm, 2-3 siklus putaran Photocoagulation merusak suplai
darah tumor, selanjutnya mengalami regresi. Laser yang lebih berat
digunakan untuk terapi langsung pada permukaan tumor. Laser diode
(8-10mm) digunakan sebagai hyperthermia. Penggunaan langsung pada
o
permukaan tumor menjadikan temperatur tumor sampai 45-60 C dan
mempunyai pengaruh sitotoksik langsung yang dapat bertambah dengan
Kemoterapi dan Radioterapi.2
4. Krioterapi
Juga efektif untuk tumor dengan ukuran dimensi basal kurang dari 10mm
dan ketebalan apical 3mm. Krioterapi digunakan dengan visualisasi langsung
dengan Triple Freeze-Thaw Technique. Khususnya Laser Photoablation
dipilih untuk tumor pada lokasi posterior dan cryoablation untuk tumor yang
terletak lebih anterior.Terapi tumor yang berulang sering memerlukan kedua
tekhnik tersebut. Selanjut di follow up pertumbuhan tumor atau komplikasi
terapi. 2