Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

RS. Bedah Medika Insani Palembang, didirikan pada tahun 1953 atas prakarsa
Menteri Kesehatan RI Dr.Mohammad Ali (Dr.Lee Kiat Teng) dan mulai
beroperasional sejak tanggal 3 Januari 1957 dengan fasilitas yang sederhana.
Melayani Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap dengan 78 tempat tidur
dilengkapi pelayanan Laboratorium, Apotik, Radiologi, Emergensi dan peralatan
penunjang lainnya dan pada tahun 2013 sudah mempunyai 1048 Tempat Tidur. RS.
Bedah Medika Insani Palembang ini melayani masyarakat Se-Sumatera bagian
Selatan yang meliputi Propinsi Sumatra Selatan, Lampung, Jambi, Bengkulu dan
Bangka Belitung.
RS. Bedah medika insani Palembang resmi menggunakan nama RS. Bedah
Medika Insani Palembang pada tanggal 4 Oktober 1997, berdasarkan SK Menteri
Kesehatan RI No : 1297 / Menkes / SK / XI / 1997. Dalam menjalankan misinya, RS.
Bedah Medika Insani Palembang mempunyai tujuan meningkatkan derajat kesehatan
yang senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat serta meningkatkan
citra pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang kesehatan. Untuk itulah
salah satu sasaran kegiatan yang essensial untuk dilaksanakan berupa
penyelenggaraan pelayanan rawat jalan yang profesional dan bermutu dengan
outcome meningkatnya kepuasan dan harapan pelanggan terhadap pelayanan rawat
jalan di RS. Bedah Medika Insani Palembang.
Alur layanan administrasi di RS. Bedah Medika Insani Palembang dimulai pada
saat pasien datang ke rumah sakit ini sampai pasien selesai mendapatkan layanan
diRS. Bedah Medika Insani Palembang. Agar terwujud alur layanan yang
komprehensif dan berkualitas tinggi maka dibutuhkan kerjasama antara bidang
pelayanan medik sebagai koordinasi pelayanan pasien di rumah sakit, instalasi T.U
rawat pasien sebagai pengelola administrasi, instalasi rekam medis sebagai pengelola
catatan pasien, serta mobilisasi dana sebagai pengelola keuangan.

1
Saat pasien mulai mendaftar maka mulai terjadi kontak antara pasien dan
petugas rumah sakit meliputi satpam, petugas informasi (customer service), dokter
(customer care), petugas pendaftaran (rekam medis), petugas verifikasi jaminan (TU
rawat pasien), dan petugas kasir (mobilisasi dana). Setelah melalui proses awal, maka
pasien akan mengikuti alur pelayanan berdasarkan kondisi pasien apakah emergency
atau tidak, di dalam jam kerja atau diluar jam kerja sehingga pasien dapat
didistribusikan sesuai dengan kondisi pasien maupun aturan yang berlaku di rumah
sakit.
Alur dan tatalaksana pelayanan pada pasien tidak lepas dari pelayanan rekam
medis karena semua catatan pasien yang datang berobat harus terangkum di dalam
catatan rekam medis sehingga salah satu peran instalasi rekam medis adalah membuat
formulasi bagaimana sistem administrasi klinis juga dipertimbangkan di dalam tata
laksana administrasi pasien. Rumah sakit seyogyanya mewujudkan suatu sistem alur
pelayanan yang terintegrasi, untuk menyelaraskan antara kebutuhan pasien/hak pasien
dan kewajiban pasien dengan kebutuhan petugas/hak petugas dan kewajiban petugas.
Oleh karena itu dibutuhkan pedoman pelayanan rekam medis di RS. Bedah Medika
Insani Palembang dengan sasaran terwujudnya pelayanan rekam medis yang
berkualitas sesuai dengan diinginkan oleh pasien, keluarga pasien, pemberi pelayanan
dan rumah sakit.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum pelayanan rekam medis RS. Bedah Medika Insani Palembang
adalah Tersedianya acuan dalam penyelenggaran pelayanan rekam medis di
RS. Bedah Medika Insani Palembang dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang didukung oleh suatu sistem pengelolaan rekam
medis yang cepat, tepat, bernilai dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga
terwujud good corporate governance dan good clinical governance di RS.
Bedah Medika Insani Palembang.

2
2. Tujuan khusus :
a. Sebagai alat komunikasi (antara dokter, dokter spesialis dan tenaga
kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian di dalam memberikan
pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien (communication).
b. Sebagai dasar dalam perhitungan biaya pelayanan kepada pasien (coding
INACBGs).
c. Menyediakan data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian
dan pendidikan (research & education).
d. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada seorang pasien (assessment).
e. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien (audit medis
dan keperawatan)
f. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta sebagai bahan
pertanggungjawaban dan pelaporan.
g. Sebagai bukti tertulis/terekam atas segala tindakan pelayanan,
perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien
berkunjung/dirawat di rumah sakit.
h. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter
dan tenaga kesehatan lainnya (legal documentation).

C. RUANG LINGKUP
A. Penerimaan pasien rawat jalan, unit gawat darurat dan rawat inap
(Admission)
B. Pengelolaan rekam medis (dokumen, disain, pemeliharaan indeks utama
pasien) dan pendistribusian rekam medis.
C. Menjaga mutu rekam medis (analisa berkas rekam medis)
D. Mengklasifikasi penyakit dan tindakan (kodifikasi penyakit dan pengobatan
serta tindakan medis).
E. Menjaga keamanan informasi yang ada dalam rekam medis (kerahasiaan
rekam medis).
F. Pengelolaan statistik rumah sakit dan penyusunan laporan internal dan
eksternal rumah sakit (informasi, indikator kinerja rumah sakit)
G. Retensi rekam medis dalam rangka pemusnahan rekam medis.

3
H. Riset dan pendidikan

D. Batasan Operasional

a. Managemen Rekam Medis


Adalah kegiatan penyelenggaraan rekam medis di RS. Bedah Medika Insani
Palembang yang terdiri dari koding, indeksing, assembling, penyimpanan
rekam medis, pendistribusian rekam medis dan pelaporan rekam medis.
b. Rekam Medis
Adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas,
anamnese, penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan
tindakan medik yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang
dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat
darurat.
c. Admisssion
Adalah tempat penerimaan / pendaftaran pasien rawat inap.
d. Registrasi
Adalah tempat penerimaan / pendaftaran pasien rawat jalan.
e. Tracer
Adalah pembatas rekam medis atau pengganti dari rekam medis yang sedang
di pinjam.
f. ICD X
Adalah kepanjangan dari International Classification of Disease Ten
Revision. ICD X digunakan untuk mengkode diagnosa penyakit pasien rawat
jalan maupun rawat inap.
g. Kartu berobat
Adalah kartu yang diberikan kepada pasien dimana isi kartu tersebut adaalah
nomor rekam medis dan nama pasien. Kartu tersebut digunakan untuk
mempermudah pencarian kembali rekam medis pasien yang akan berobat.

E. DASAR HUKUM

4
Landasan hukum yang mendasari penyelenggaraan rekam medis di RS. Bedah
Medika Insani Palembang adalah :
1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. PP NO. 10 Tahun 1966 Tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.269/MENKES/PER/III/2008 Tentang
Rekam Medis/Medical Records
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 585 Tahun 1989 Tentang Persetujuan
Tindakan Medik.
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tahun 2012 Tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan
8. Surat Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medik No. 78 / Yan.Med /
RS.3m.Dik /YMU/I/1991 Tentang Petunjuk Pelaksana Penyelenggaraan
Rekam Medis/Medical Record.
9. Surat Edaran Direktorat Jendral Pelayanan Medik No: HK.00.06.1.5.01160
Tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Formulir Rekam Medis Dasar dan
Pemusnahan Arsip Rekam Medis.
10. Kebijakan Direktur Umum RS. Bedah Medika Insani Palembang Tentang
Penyelenggaraan Rekam Medis

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKAS JUMLAH

5
I KEBUTU
HAN
Ka. Instalasi Rekam Medis Minimal S1 Pelatihan 1
Kesehatan Rekam Medis
Sekretaris RM Minimal DIII Pelatihan 1
Administrasi/Umu Rekam Medis
m
Wakil Sekretaris RM Minimal DIII Pelatihan 1
Kesehatan Rekam Medis
Koordinator Penyimpanan Minimal DIII Pelatihan 1
dan Distribusi Berkas RM Kesehatan Rekam Medis
Koordinator Pengolahan Data Minimal DIII Pelatihan 1
RM Kesehatan Rekam Medis
Pelaksana Pendaftaran RJ Minimal DIII RM 8
Pelaksana Pendaftaran RI Minimal DIII RM 5
Pelaksana Asembling Minimal DIII RM 4
Pelaksana Koding/Indeksing Minimal DIII RM 10
Pelaksana Penyimpanan RJ Minimal DIII RM 10
Pelaksana Penyimpana RI Minimal DIII RM 2
Pelaksana Pelaporan Minimal DIII RM 2
Pelaksana Surat Kedokteran Minimal DIII RM 1
Center For Case-Mix Minimal DIII RM -
Pelaksana Pengolahan Data Minimal DIII RM 18
Rekam Medis Minimal SLTA 1
Pekarya Umum

DIREKTUR UTAMA

DIREKTUR MEDIK & KEPERAWATAN

KA. INSTALASI REKAM MEDIS


B. STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DI INSTALASI REKAM
MEDIS

KOORDINATOR KOORDINATOR SEKRETARIS


PENYIMPANAN DAN PENGOLAHAN DATA INSTALASI
DISTRIBUSI BERKAS
RM

WAKIL
SEK. INSTALASI
6
Tugas Pokok : Tugas Pokok : Tugas Pokok :
1. Assembling 1. Coding 1. Penganti ketika Ka.
2. Filling ( aktif & - ICD 10 Instalasi tidak ditempat
inaktif ) - ICD 9 CM atau berhalangan.
3. Pendistribusian 2. Indexing / entry 2. Administrasi Instalasi
berkas RM data SIM RS Rekam Medis
4. Scanner berkas RM 3. Analisa 3. Hubungan internal &
5. Retrivel kelengkapan eksternal Instalasi Rekam
( peminjaman ) berkas Medis
6. Penelitian 4. Koding INA 4. Perencanaan dan
7. Retensi & CBGs pengembangan Instalasi
Pemusnahan Berkas 5. Veripikasi data Rekam Medis
RM BPJS dan 5. Visum et repertum &
Jamsoskes klaim asuransi
6. Reporting laporan

C. TUGAS POKOK DAN FUNGSI STAFF DI INSTALASI REKAM MEDIS

Sekretaris Instalasi, mempunyai tugas :


1. Bertanggung jawab kepada atasan langsung
2. Penganti sementara ketika Ka. Instalasi tidak ada ditempat
3. Memonitoring laporan Triwulan, Semester, dan Tahunan kegiatan di Instalasi
Rekam Medis

7
4. Membuat, menyimpan surat masuk juga keluar dan menyiapkan serta membuat
agenda ( notulen ) rapat.
5. Berkoordinasi dengan unit-unit terkait baik eksternal maupun internal
6. Memonitoring kebutuhan barang-barang agar pelayanan administrasi di Instalasi
Rekam Medis terlaksana dengan baik dan lancar ( ATK )
7. Melakukan inventarisasi barang sebagai acuan perencanaan pengembangan
Instalasi Rekam Medis
8. Mengagendakan perencanaan pengembangan Instalasi Rekam Medis sesuai
dengan kebutuhan tenaga dan kepentingan Intalasi Rekam Medis.
9. Mengkoordinir pembuatan Visum et repertum dan klaim asuransi
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan langsung.

Koordinator Penyimpanan Berkas Rekam Medis, mempunyai uraian tugas :


1. Bertanggung jawab kepada atasan langsung
2. Mengkoordinir pelaksanaan assembling berkas Rekam Medis
3. Mengkoordinir penyimpanan / filling berkas Rekam Medis baik yang aktif
maupun yang inaktif
4. Mengkoordinir pelaksanaan scanner berkas Rekam Medis
5. Mengkoordinir peminjaman / retrivel berkas Rekam Medis
6. Mengkoordinir penelitian / research sesuai kebutuhan
7. Mengkoordinir pemilahan berkas Rekam Medis yang tidak aktif dan melakukan
pemusnahan
8. Melaksanakan tugas yang diberikan atasan.

Koordinator Pengolahan Data, mempunyai uraian tugas :


1. Bertanggung jawab kepada atasan langsung
2. Mengkoordinir dan melakukan pengkodean ( coding ) berkas Rekam Medis
dengan menggunakan :
3. ICD 10 untuk penyakit / diagnosa pasien
4. ICD 9 CM untuk tindakan / prosedur operasi
5. Mengkoordinir kegiatan pengentrian / indeks data pada program INA CBGs dan
SIM RS
6. Mengkoordinir pelaksanaan program BPJS
7. Mengkoordinir analisa berkas Rekam Medis setiap harinya
8. Mengkoordinir permintaan logistik / pengadaan untuk Instalasi Rekam Medis
9. Melaksanakan tugas yang diberikan atasan.

Dengan keadaan saat ini Instalasi Rekam Medis memang sudah baik karena sudah
berjalan dengan maksimal, akan tetapi masih perlu pembenahan agar mobilitas yang
saat ini ada akan lebih baik lagi kedepannya dan meningkatkan kwalitas hasil kerja
dan kenyamanan para petugas dengan evaluasi dari segala unsur di Instalasi Rekam
Medis dengan tidak menggangu mobilitas saat ini untuk menuju tujuan Instalasi
Rekam Medis dengan mobilitas yang lebih baik lagi dengan pemetaan tenaga dan
evaluasi sistem kerja serta penataan ruang kerja, sehingga perlu kesepakatan bersama

8
dalam mendukung proses tersebut, dengan pemilahan permasalahan yang ditemukan
dilapangan saat ini sebagai berikut :

1. Team Coder :

Keadaan saat ini :


- Petugas coder saat ini berjumlah 11 orang beserta koordinator.
- Mengentry data pasien ke SIM RS baik rawat jalan & rawat inap.
- Tenaga coder INA CBGs ada 6 orang.
- Adanya petugas coder yang merangkap pelaporan baik analisis maupun
kematian.

Keadaan kedepan :
- Untuk tenaga coder yang merangkap pelaporan akan dievaluasi dengan
mempelajari alur kerja atau sistem yang ada agar tidak terjadi permasalahan
kedepannya dikarenakan akan dibentuk team pelaporan dibawah koordinasi
sekretaris Instalasi Rekam Medis.
- Kedepannya team coder hanya terfokus untuk mengentry data pasien dan coder
(karena keterbatasan petugas coding).
- Rencana kedepan setelah gedung PH lantai 1 di benahi, maka telah disepakati
bahwa ada pendelegasian petugas coder INA CBGs ke unit pelayanan
administrasi terpadu, pendelegasian ini akan disesuaikan dengan kebutuhan
coder INA CBGs di unit pelayanan administrasi terpadu untuk menciptakan
pelayanan administrasi terpadu dan ini akan di awasi langsung oleh
Koordinator Veripikasi Data.

2. Team Assembling
Keadaan saat ini :
- Team assembling terbagi dua
1. Team assembling untuk pelayanan ( perakitan ) :
* Hj. Jurminarni
* Farida Aryani
* Rita Martini
* Hartoni Sugandi
2. Team assembling untuk berkas Rekam Medis pasien pulang rawat inap :
Trilianto, Amd PK
Andi Suparno
Trisnawati, Amd PK
- Pengadaan lembaran berkas Rekam Medis saat ini masih mengalami kendala.

Keadaan kedepannya :
- Koordinator pengolahan data mulai saat ini harus mengkoordinasikan masalah
pengadaan ini dengan bagian rumah tangga untuk kelancaran unit pelayanan
Rekam Medis dan diinformasikan selalu ke Ka. Instalasi Rekam Medis.

3. Team Pelaporan

9
Keadaan saat ini :
- Saat ini masih belum terpusatnya jadi satu petugas-petugas pelaporan.
- Belum terbentuknya team pelaporan sebagai pusat data dan informasi Instalasi
Rekam Medis.

Keadaan kedepannya :
- Sekretariatan harus segera membentuk team pelaporan agar koordinasi data dan
informasi terpusatkan dengan mempelajari terlebih dahulu sistem saat ini agar
peralihan penugasan tidak krodit dan tidak menglami hambatan kedepannya
( disarankan untuk melakukan rapat koordinasi internal ke petugas pelaporan
sebagai langkah awal ).

4. Analisa Kelengkapan Berkas Rekam Medis


Keadaan saat ini :
- Petugas analisa hanya dua orang dan merangkap tugas untuk melakukan
pemanggilan ke ruangan-ruangan dan DPJP untuk melengkapi berkas rekam
medis. Sedangkan petugas yang mendampingi dan mengevaluasi di ruangan
kelengkapan belum ada.

Keadaan kedepannya :
- Penambahan tenaga khusus untuk pelaksanaan pendampingan dan evaluasi
hasil kelengkapan berkas dari DPJP dan petugas ruangan.

5. Filling
Keadaan saat ini :
- Filling di berkas Rekam Medis rawat inap, rawat jalan sudah mulai tertata rapi.
- MAP dan keseragaman berkas Rekam Medis masih belum seutuhnya terwujud
namun dalam proses perbaikan.
- Rak penyimpanan yang saat ini tidak optimal (kekurangan 140 lemari untuk
berkas yang masih menumpang di nomor lemari lain, untuk sentralisasi data
berkas RM di Graha Spesialis dan Instalasi BHC serta sentralisasi data di unit
pelayanan lainnya (Rehab medik, Instalasi Hemodialisa, Jiwa, dan beberapa di
poli rawat jalan).
- Berkas Rekam Medis sering terjadi dibawak langsung oleh pasien untuk ke unit
pelayanan / poliklinik yang dituju.
- Sering terjadi berkas Rekam Medis pasien tidak ada di rak penyimpanan.
- Standar kebersihan ruangan penyimpanan dan debu diberkas saat ini tidak
diperhatikan.

Keadaan kedepannya :
- Optimalisas Koordinator pengolahan data untuk mengevaluasi sistem yang
berjalan saat ini di bagian filling agar bisa tertata rapi.
- Mohon koordinasi dengan petugas filling yang ada, baik MAP dan status rawat
jalan harus seragam sebagai evaluasi untuk langkah kedepan menuju perbaikan,
jangan ada perbedaan antara Graha dan poli umum. Setidaknya memperkecil
pengeluaran Rumah Sakit.

10
- Evaluasi kebutuhan rak agar kedepannya tidak ada lagi berkas yang tidak bisa
masuk ke rak penyimpanan
- Monev ke kepada petugas dilapangan agar berkas Rekam Medis jangan di
serahkan kepada pasien.
- Koordinasi ke bagian-bagian penyimpanan berkas apa yang terjadi agar bisa di
buatkan keputusan untuk pemecahan masalah dan evaluasi berkala setiap
bulannya agar tidak terjadi lagi masalah berkas tidak ada ditempat. ( setidaknya
meminimalisir kejadian ).
- Kedepannya ada jadwal piket bagi pramubakti setiap bulannya untuk
melakukan vacum cleaner debu-debu di rak penimpanan berkas Rekam Medis.

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Lokasi bagian kodifikasi penyakit (coder) Rekam Medis di Lantai


I Publik Hall

11
Tempat coder
Rekam Medis

B. Lokasi Instalasi Rekam Medis di Lantai III Publik Hall

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATALAKSANA PELAYANAN REKAM MEDIS

12
Tata laksana rekam medis mengacu pada Peraturan Pemerintah RI nomor 32
tahun 1996 Bab II tentang Jenis Tenaga Kesehatan Pasal 2 bahwa tenaga rekam
medis termasuk dalam tenaga kesehatan yang ke 7 (tujuh) termasuk pada
rumpun tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik,
teknisi transfusi darah dan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1045/MenKes/Per/XI/2006 Bab V
tentang unit-unit non struktural, bagian ketiga yang menjelaskan tentang
instalasi Pasal 20 bahwa:
1) Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas
dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian
rumah sakit.

2) Pembentukan instalasi ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit sesuai


kebutuhan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1045/MenKes/Per/XI/2006 Bab VI yang


menjelaskan tentang kelompok jabatan fungsional, pasal 21 bahwa: kelompok
jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan
fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Pada pasal 22 menjelaskan bahwa:
1) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang
terbagi atas berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang
keahliannya.

2) Masing-masing tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


berada di lingkungan unit kerja rumah sakit sesuai dengan kompetensinya.

Tenaga Perekam Medis dan Informasi Kesehatan dan Informasi Kesehatan


berdasarkan hasil kongres telah memiliki standar profesi/kompetensi rekam
medis yang dikukuhkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan nomor
377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan dan Informasi Kesehatan dengan tugas, pokok dan fungsi:

13
1) Menyelenggarakan manajemen informasi kesehatan yang dimulai sejak
dibuatnya rekam medis secara baik dan benar oleh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan, kemudian dikelola secara terencana melalui
teknologi informasi dan komunikasi berkelanjutan.

2) Mengelola rekam medis dan informasi kesehatan untuk memenuhi


kebutuhan pelayanan medis, administrasi dan kebutuhan informasi
kesehatan sebagai bahan pengambilan keputusan di bidang kesehatan.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka arah pembangunan RS. Bedah Medika
Insani Palembang telah meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan di bidang
Rekam Medis dengan dukungan sumber daya manusia dan sarana-prasarana
untuk peningkatan sistem tata laksana pencatatan dan pengolahan rekam medis
pasien diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan di RS. Bedah Medika Insani
Palembang, secara lengkap dan akurat sampai pembuatan analisis data.

B. ALUR PELAYANAN REKAM MEDIS DI RS. BEDAH MEDIKA INSANI


Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik RS. Bedah
Medika Insani Palembang, dapat dikatakan bahwa disinilah pelayanan pertama
kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di rumah sakit, maka tidaklah
berlebihan bila dikatakan bahwa di dalam tata cara penerimaan inilah seorang
pasien mendapatkan kesan baik ataupun tidak baik dari pelayanan rumah sakit.
Tata cara melayani pasien dapat dinilai baik bilamana dilaksanakan oleh petugas
dengan sikap yang ramah, sopan, tertib dan penuh tanggung jawab.

C. PELAYANAN BERKAS RM RAWAT JALAN


Tahapan yang akan dilalui pasien dalam pelayanan terpadu administrasi Rawat
Jalan adalah sebagai berikut:
1. Pendaftaran di Gedung Administrasi Rawat Jalan Terpadu (Validasi
Kepesertaan, SEP dan SJP)
- Pasien peserta BPJS baik kelas 1, 2 dan 3 (Poin 1
sampai 3) yang memulai aktifitasnya di gedung administrasi rawat jalan
terpadu setelah melalui pengambilan karcis antrian rawat jalan dan
secara serta merta sambil menunggu antrian dapat memanfaatkan sarana

14
customer service (humas) dan customer care (residen awal PPDS) untuk
informasi administrasi maupun pelayanan kesehatan. Sedangkan layanan
eksekutif di graha spesialis atau BHC (brain and heart centre) tetap
dilakukan registrasi di unit masing-masing untuk kontrol atau rujukan
dengan penyakit syaraf dan atau jantung.
- Petugas di administrasi melakukan registrasi yang
sekaligus sudah termasuk entry data pasien rawat jalan di SIMRS
(kecuali entri coding rawat jalan yang dilakukan setelah selesai
pelayanan) terhadap seluruh pasien BPJS, Jamkesda, maupun Umum
rawat jalan.
- Setelah validasi, semua pasien BPJS melakukan
pendaftaran di gedung BPJS centre itu juga hingga mendapatkan SEP
(Surat Eligibilitas Pasien), SJP (Surat Jaminan Pelayanan) dan Lembar
Diagnosa dan Tindakan.
- Prioritas registrasi mendahulukan pasien fast tract.
- Pasien Gawat Darurat baik BPJS maupun bukan,
dilayani terlebih dahulu tanpa validasi kepesertaan di Ruang IGD
(instalasi Gawat Darurat) untuk kemudian baru divalidasi apakah BPJS,
Jamsoskes atau non PBI setelah pasien tersebut mendapatkan pelayanan
resusitasi.
- Pasien BPJS akan menuju poliklinik dengan membawa
lembar NCR (duplikat) SEP, SJP dan Lembar Diagnosa dan Tindakan ke
Poliklinik.

2. Pencarian dan Pendistribusian Berkas Rekam Medis (Status Rawat


Jalan)
- Dengan teknologi printer share, dokumen SJP pasien
BPJS seluruh kelas yang diprint di lantai 1 (administrasi terpadu rawat
jalan) akan tercetak juga di lantai 3 melalui printer yang tersambung
melalui LAN (local area network).
- Dengan teknologi struck share, karcis/struk pasien
Umum di lantai 1 (administrasi terpadu rawat jalan) akan tercetak juga di
lantai 3 melalui mesin karcis yang tersambung melalui LAN (local area
network).

15
- Pasien yang datang berobat jalan dapat dikategorikan menjadi 2 bagian
yaitu :
a. Jalur reguler (non fast tract)
- Membawa surat rujukan
Rujukan dari DPJP
Rujukan dari dokter luar
- Tidak membawa surat rujukan
b. Jalur fast tract (penderita kondisi lemah, disability, manula dan
dibawah 1 tahun)
- Pasien yang dikategorikan 1.a. yang membawa surat rujukan dari DPJP
akan mendapat Surat elegibitas Pasien dan Surat Jaminan Pelayanan
(1asli untuk klaim dan 2 NCR untuk obat dan tindakan penunjang) serta
Lembar diagnosa dan Tindakan (1 lembar). Berikutnya pasien lalu
menuju ke poliklinik rawat jalan.
- Pasien yang dikategorikan 1.a. yang membawa rujukan dari dokter luar
akan diberikan pilihan oleh satpam apakah ingin mendapatkan layanan
reguler Poliklinik Rawat Jalan ataukah layanan eksekutif di Graha
Spesialis.
a. Untuk pilihan layanan reguler, maka peserta akan diberikan nomor
antrian untuk selanjutnya diarahkan ke Customer Care (untuk
penjelasan mengenai semua hal yang bersangkutan dengan
pelayanan medis) dan Customer Service (untuk penjelasan
administratif) bila pasien masih membutuhkan informasi
administratif, untuk kemudian mendapatkan Surat elegibitas Pasien
dan Surat Jaminan Pelayanan (1asli untuk klaim dan 2 NCR untuk
obat dan tindakan penunjang) serta Lembar diagnosa dan Tindakan
(1 lembar). Berikutnya pasien lalu menuju ke poliklinik rawat jalan.
b. Untuk pilihan layanan eksekutif, pasien akan dicetakan Surat
elegibitas Pasien dan Surat Jaminan Pelayanan (1asli untuk klaim
dan 2 NCR untuk obat dan tindakan penunjang) serta Lembar
diagnosa dan Tindakan (1 lembar) lalu diarahkan ke gedung Graha
Spesialis untuk melakukan pendaftaran ulang pasien khusus graha.
Selanjutnya petugas registrasi di graha akan memberikan berkas
rekam medis rawat jalan untuk mendapatkan pelayanan dari DPJP

16
yang diminta pasien (saat ini berkas rekam medis di graha spesialis
belum menjadi satu di Instalasi rekam medis karena kekurangan
lemari penyimpanan).

- Dalam semua hal yang bersifat tahapan prosedural telah dilalui namun di
akhir tahapan ternyata penderita telah melewati nomor antrian, maka
penderita dapat diprioritaskan untuk fast tract (dengan kata lain tidak
mengulang antrian dari awal lagi).
- Regulasi di Instalasi Rekam Medis setelah mendapatkan cetakan SJP dari
lantai 1 gedung administrasi rawat jalan terpadu.
Untuk Pasien Baru, kurir akan membawakan ke poliklinik rawat jalan
berupa :
1. Lembar RM 02. Lembar Data Dasar Pasien Baru Dewasa, Lembar 2A.
Data Dasar Pasien Baru Anak dan Lembar 2B. Data Dasar Pasien Baru
Neonatus.
2. Lembar RM 04. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (Integrated
Note)
3. Lembar RM 08 Lembar Pencatatan Pemeriksaan Penunjang
4. LembarRMP 03 B1 dan B2 Lembar Pengkajian Keperawatan Rawat
Jalan.
Untuk Pasien Lama yang bukan post opname, kurir akan membawakan ke
poliklinik rawat jalan berupa :
1. Lembar RM 04. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (Integrated
Note) kosong (baru)yang terletak di halaman terakhir lembar Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi Lama (ikut disertakan).
2. Lembar RM 08 Lembar Pencatatan Pemeriksaan Penunjang

3. LembarRM P 03 B1 dan B2 Lembar Pengkajian Keperawatan Rawat


Jalan.

- Untuk Pasien Lama yang post opname berupa :


1. Lembar RM 04. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (Integrated
Note) kosong (baru)yang terletak di halaman terakhir lembar Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi Lama (ikut disertakan).
2. Lembar RM 11. Resume medis Rawat Inap yang terkini.
3. Lembar RM 08 Lembar Pencatatan Pemeriksaan Penunjang

17
4. LembarRM P 03 B1 dan B2 Lembar Pengkajian Keperawatan Rawat
Jalan.
- Seluruh SEP dan SJP serta Lembar Diagnosa dan Tindakan yang asli akan
disampaikan oleh kurir kartu RM ke kurir Poliklinik Rawat Jalan masing-
masing sayap kiri dan kanan per lantai.
- Kurir Poliklinik akan mendistribusikan berkas tersebut sesuai ruangan
poliklinik yang terkait dengan berkas.
- Untuk perencanaan kedepannya, pengiriman berkas ini akan dilakukan
melalui pneumatic tube dan kurir bertugas melakukan pengaturan dan
memastikan pengiriman berkas dari Instalasi rekam medis ke bagian unit
pelayanan.

3. Pelayanan di Poliklinik Rawat Jalan


1. Semua Peserta BPJS PBI dan non PBI serta Jamsoskes dilayani oleh residen
PPDS selaku dokter di poliklinik rawat jalan yang telah ditunjuk oleh
departemen terkait untuk bertugas mewakili pelayanan medis pasien di
poliklinik.
2. Sembari menunggu berkas datang, dokter membuka paperless di SIMRS
untuk melihat data sebelumnya dan jawaban hasil konsul antar poli bila ada.
Selanjutnya pelayanan langsung dapat diberikan ke pasien tanpa harus
menunggu berkas rekam medis datang.
3. Selain memberikan pelayanan diagnostik dan terapi, dokter di poliklinik
harus melakukan fungsi manajemen berupa :
a. Mengisi berkas-berkas rekam medis untuk rawat
jalan yaitu:
- Lembar RM 04. Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi (Integrated Note)
- Lembar RM 08 Lembar Pencatatan Pemeriksaan
Penunjang
- Lembar RM P 03 B1 dan B2 Lembar Pengkajian
Keperawatan Rawat Jalan.
b. Menandatangani semua berkas dan membubuhi stempel nama DPJP
yang ditunjuk Departemen terkait untuk bertugas di poliklinik sesuai
hari itu.
c. Mengisi Lembar Diagnosa dengan lengkap dan jelas terbaca.
d. Untuk lembaran tindakan ditanda tangani juga oleh pasien.

18
e. Memberikan cap Poliklinik pada SEP, SJP dan Lembar Diagnosa dan
Tindakan.
f. Memberikan terapi yang jelas terbaca serta memberikan tandatangan
oleh dokter residen di poliklinik, stempel DPJP poliklinik serta cap
Poliklinik tersebut.
g. Mengisi kembali paperless di SIMRS secara ringkas sebagai data yang
dapat dijadikan dasar pemberian pelayanan kepada pasien saat kontrol
kembali.

D. PELAYANAN ADMINISTRASI PELAYANAN IGD (AMBULATORY)


1) Admisi dan Entry data
1. Setelah pasien tiba di IGD (turun dari ambulance dan dijemput 2 orang
perawat beserta dokter triage dapat dibantu petugas satpam) diantar ke
ruang triage untuk dilakukan triage atau pemilahan. Sementara itu, keluarga
pasien mengurus administrasi pasien pada petugas admistrasi/ rekam medik
untuk diregistrasi dan mendapatkan informasi pelayanan oleh petugas
informasi.
2. Selain dibuat lembar registrasi, keluarga pasien akan mendapatkan status
triage, status emergensi dan askep IGD. Untuk pasien yang datang di jam
kerja (07.00-14.00 wib) dan ditriage P3 (ATS5) maka pasien diarahkan
menuju pelayanan di rawat jalan / poliklinik. Untuk pasien tergolong P3
(ATS5) yang datang di jam (14.00 21.00) maka pasien yang tergolong
BPJS PBI akan dilayani dengan pengobatan 1 hari dan dianjurkan kontrol
esok paginya, sedangkan pasien BPJS non PBI, BPJS Mandiri dan non
BPJS akan diarahkan ke Graha Spesialis atau BHC sesuai dengan penyakit
yang dideritanya. Sedangkan untuk pasien yang tergolong P3 (ATS5) di
triage yang datang di jam (21.00-07.00) akan dilayani dengan pengobatan 1
hari dan dianjurkan kontrol esok paginya.
3. Entry data SIMRS langsung dilakukan di Pendaftaran IGD.
4. Saat ini belum dilakukan pembuatan SEP dan SJP bila pasien tergolong
BPJS, tetapi akan dibuatkan besok harinya di coder rawat jalan Instalasi
Rekam Medis.

19
5. Bila di shift malam (pukul 21.00 07.00 wib) penderita yang telah pesen
kamar di poliklinik rawat jalan/Graha Spesialis/BHC, maka penderita dapat
diberikan registrasi di IGD dan masuk dengan status pasien rawat inap.
Penderita tersebut tidak masuk dalam buku administrasi kunjungan pasien
di IGD.
2) Pelayanan Pasien yang berkunjung di IGD
1. Pelayanan pasien di P1 maksimal 4 jam dan setelah stabil bisa juga
dirawat di ruangan atau akan diarahkan ke :
Observasi / High care /Kamar Operasi/ Instalasi Intensif
(NICU/PICU/GICU)
atau dapat ke
Ruang P2
Pelayanan pasien di P2 maksimal 6 jam dan setelah stabil akan diarahkan ke
:
Observasi / High care / Kamar Operasi
Di rawat di ruangan atau
Dipulangkan
2. Untuk perawatan pasien P1 dan P2 dokter yang bertugas di IGD harus
membuat surat Masuk Rumah Sakit (MRS) yang didalamnya menentukan
DPJP yang akan merawat, Diagnosa awal dan identitas nama serta
tandatangan dokter yang bertugas saat itu.
3. Pelayanan pasien di P3 maksimal 4 jam dan setelah stabil akan diputuskan
akan di rawat di ruangan atau dipulangkan.
4. Pelayanan pasien di ruang observasi maksimal 2 jam dan berikutnya
diputuskan rawat inap, rawat jalan atau rujuk.
5. Observasi di ruang isolasi maksimal 8 jam untuk kemudian diputuskan di
rawat inap atau dipulangkan.
Selama pelayanan pasien di IGD, catatan medis yang diberikan hanya
berupa status IGD, Askep IGD dan Status IGD khusus untuk pasien Obgin
yang disudah disediakan di ruangan khusus P2 obgin.
Bila pasien yang datang ke IGD dianggap P3 (ATS5) oleh triage,
kemudian dinilai tidak gawat dan tidak darurat oleh dokter yang
bertugas, maka penderita akan diarahkan sebagai berikut:
1. Pada jam kerja (pukul 07.00 14.00 WIB)

20
a. Penderita yang datang dalam keadaan sadar (kompos mentis),
Keadaan umum baik, dan datang berjalan sendiri dengan atau tanpa
surat pengantar dari dokter sebelumnya maka penderita diarahkan
1. Menuju ke gedung poliklinik umum untuk pasien BPJS maupun
Jamkesda.
2. Menuju ke gedung Graha spesialis atau gedung BHC untuk
pasien BPJS non PBI yang bersedia iur bayar, pasien BPJS
mandiri atau pasien non BPJS.
b. Penderita yang datang dirujuk dengan ambulance dan ada surat
pengantar dari dokter sebelumnya, maka penderita yang masuk P1/P2
dan telah diresusitasi, dapat diberikan pelayanan rawat inap oleh
dokter residen PPDS dengan mengisi form MRS (Masuk Rumah
Sakit) yang didalamnya berisi DPJP yang akan merawat pasien,
diagnosa awal, tandatangan serta identitas residen tersebut di bagian
bawah form bercap Instalasi IGD.
c. Penderita yang datang dirujuk dengan ambulance dan ada surat
pengantar dari dokter sebelumnya, maka penderita yang dinilai P3
yang sadar penuh (kompos mentis) dengan keadaan umum baik dapat
diarahkan oleh dokter IGD ke pelayanan poliklinik rawat jalan
dengan diantar dengan brankar, didampingi perawat, portir dan
keluarga pasien. Pelayanan rawat inap akan diberikan dengan form
MRS dari dokter yang bertugas di poliklinik rawat jalan disertai cap
poliklinik terkait.

2. Pada shift sore (pukul 14.00 21.00 WIB)


a. Penderita yang datang dalam keadaan sadar (kompos mentis),
keadaan umum baik, dan datang berjalan sendiri dengan atau tanpa
surat pengantar dari dokter luar (dokter yang bukan bekerja di
RSMH) sebelumnya maka dapat diberikan terapi 1 hari,untuk
diarahkan datang ke poliklinik keesokan harinya sesuai jam kerja.
Bila penderita masih dalam wilayah kota Palembang, dianjurkan
pulang dan bila penderita datang dari luar kota dapat dianjurkan
bermalam di rumah singgah.

21
b. Penderita yang datang dalam keadaan sadar (kompos mentis),
keadaan umum baik, dan datang berjalan sendiri dengan surat
pengantar opname dari dokter intern (dokter yang bekerja di RSMH)
sebelumnya maka dapat diberikan pelayanan rawat inap dengan
mengarahkan pasien dan keluarga ke pendaftaran di Loket 1 (Loket
pendaftaran rawat inap di lantai dasar gedung Public hall). Petugas di
loket pendaftaran akan menghubungi petugas ruangan tempat pasien
dirawat untuk menjemput pasien dan menjemput berkas rekam
medis / status rawat inap yang dibutuhkan untuk di ruangan opname.
Dalam hal ini, surat MRS (Masuk Rumah Sakit) sudah diberikan
kepada petugas ruangan untuk dilakukan pengisian form oleh residen
yang jaga di ruangan berupa DPJP yang merawat pasien dan diagnosa
awal masuk dan keesokan harinya melengkapi surat MRS tersebut
dengan :
1. tanda tangan dokter yang bertugas di poliklinik + cap poliklinik
yang berkaitan dengan penyakit penderita.
2. Surat rujukan dari puskesmas lingkungan domisili penderita untuk
pengurusan SEP dan SJP bila pasien menyatakan kepesertaan atau
mau menjadi peserta BPJS di gedung BPJS centre.

c. Penderita yang datang dirujuk dengan ambulance dan ada surat


pengantar dari dokter sebelumnya, maka penderita yang masuk P1/P2
dan telah dilakukan resusitasi, dapat diberikan pelayanan rawat inap
oleh dokter residen PPDS dengan mengisi form MRS (Masuk Rumah
Sakit) yang didalamnya berisi DPJP yang akan merawat pasien,
diagnosa awal, tandatangan serta identitas residen tersebut di bagian
bawah form bercap IGD.
d. Penderita yang datang dirujuk dengan ambulance dengan atau tanpa
surat pengantar dari dokter sebelumnya, maka penderita yang dinilai
P3 yang sadar penuh (kompos mentis) dengan keadaan umum baik
dapat dilakukan perawatan inap oleh dokter IGD dengan mengisi
surat MRS berupa DPJP yang akan merawat pasien, identitas pasien

22
dan diagnosa awal pasien, sedangkan keesokan harinya melengkapi
surat MRS tersebut dengan :
1. tanda tangan dokter yang bertugas di poliklinik + cap poliklinik
yang berkaitan dengan penyakit penderita.
2. Surat rujukan dari puskesmas lingkungan domisili penderita
untuk pengurusan SEP dan SJP bila pasien menyatakan
kepesertaan atau mau menjadi peserta BPJS di gedung BPJS
centre.

3. Pada shift malam (pukul 14.00 21.00 WIB)


a) Penderita yang datang dalam keadaan sadar (kompos mentis),
keadaan umum baik, dan datang berjalan sendiri dengan atau tanpa
surat pengantar dari dokter luar (dokter yang bukan bekerja di
RSMH) sebelumnya maka dapat diberikan terapi 1 hari, untuk
diarahkan datang ke poliklinik keesokan harinya sesuai jam kerja.
Bila penderita masih dalam wilayah kota Palembang, dianjurkan
pulang dan bila penderita datang dari luar kota dapat dianjurkan
bermalam di rumah singgah
b) Penderita yang datang dalam keadaan sadar (kompos mentis),
keadaan umum baik, dan datang berjalan sendiri dengan surat
pengantar opname dari dokter intern (dokter yang bekerja di RS)
sebelumnya serta telah memiliki nomor bed maka dapat diberikan
pelayanan rawat inap, dilakukan registrasi oleh pendaftaran di IGD
tetapi tidak masuk dalam buku daftar kunjungan IGD. Tetapi bila
belum memiliki nomor bed atau nomor bed yang tidak lagi berlaku
(melewati 3 jam dari pesenan) maka penderita dianjurkan untuk
datang lagi keesokan harinya melalui pelayanan poliklinik rawat
jalan. Hal ini dikarenakan pada shift malam ini, kepentingan
perawatan inap untuk pasien IGD harus lebih diutamakan.
c) Penderita yang datang dirujuk dengan ambulance dan ada surat
pengantar dari dokter sebelumnya, maka penderita yang masuk P1/P2
dan telah dilakukan resusitasi, dapat diberikan pelayanan rawat inap

23
oleh dokter residen PPDS dengan mengisi form MRS (Masuk Rumah
Sakit) yang didalamnya berisi DPJP yang akan merawat pasien,
diagnosa awal, tandatangan serta identitas residen tersebut di bagian
bawah form bercap Instalasi IGD.
d) Penderita yang datang dirujuk dengan ambulance dengan atau tanpa
surat pengantar dari dokter sebelumnya, maka penderita yang dinilai
P3 yang sadar penuh (kompos mentis) dengan keadaan umum baik
dapat dilakukan perawatan inap oleh dokter IGD dengan mengisi
surat MRS berupa DPJP yang akan merawat pasien, identitas pasien
dan diagnosa awal pasien, sedangkan keesokan harinya melengkapi
surat MRS tersebut dengan :
1. tanda tangan dokter yang bertugas di poliklinik + cap poliklinik
yang berkaitan dengan penyakit penderita.
2. Surat rujukan dari puskesmas lingkungan domisili penderita
untuk pengurusan SEP dan SJP bila pasien menyatakan
kepesertaan atau mau menjadi peserta BPJS di gedung BPJS
centre.

E. PELAYANAN ADMINISTRASI PELAYANAN RAWAT INAP


Instalasi rawat inap merupakan unit pelayanan non struktural yang menyediakan
fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat inap.Pelayanan rawat
inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit
yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan.Kategori pasien yang
masuk rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi
ketat karena penyakitnya.
Tata laksana pelayanan yang diberikan mengacu dan berpedoman pada Standar
Prosedur Operasional dan Standar Asuhan yang berlaku yang dibuat oleh komite
keperawatan dan disyahkan oleh direktur pelayanan medik dan keperawatan.
Pelayanan yang ada Meliputi beberapa pelayanan : Instalasi Rawat Inap
merupakan salah satu bagian dari RS. Bedah Medika Insani Palembang yang
berfungsi memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien yang dirawat dengan
fasilitas Utama, Kelas I.A, Kelas I.B, Kelas II.A, Kelas II.B dan Kelas III dari 10

24
ruangan yang tersedia. Adapun kegiatan pelayanan rawat inap tersebut
diantaranya : Penyakit Dalam, Penyakit Syaraf, Penyakit Kulit dan Kelamin,
Rehabilitasi Medis, Kardiovaskular. proses tata laksana pelayanan disesuaikan
dengan karakteristik pelayanan yang diberikan di unit masing-masing dengan
tetap mengacuh kepada standar prosedur operasional (SPO) dan Standar asuhan
baik medis maupun keperawatan.
Dalam proses tatalaksana pelayanan ada beberapa prosedur yang dilakukan,
berikut tatalaksana saat pasien masuk ruang rawat inap :
1. Petugas informasi menghubungi petugas ruangan, akan ada pasien baru sesuai
Nomor Bed yang kosong pada SIM RS Rawat Inap.
2. Petugas ruangan menyiapkan bed yang dimaksud / bed siap pakai,
3. Pasien dan Keluarga datang keruangan perawatan dengan membawa surat
perintah masuk Rumah Sakit / surat perawatan, status, KIM, kendali dan
kelengkapan administrasi lain,
4. Perawat ruangan menerima dan menempatkan pasien sesuai dengan tempat
tidur yang telah disiapkan,
5. Perawat memperkenalkan diri
6. Lakukan pengkajian keperawatan dan implementasi keperawatan mandiri
sesuai masalah keperawatan utama.
7. Perawat menjelaskan tata tertib dan mengorientasikan lingkungan ruangan
pada pasien dan keluarga
8. Lapor Dokter Jaga,
Bagi pasien yang memilih Dokter harus menandatangani perjanjian pernyataan
pilih Dokter ( lapor dokter yang pilih )Perawat mendampingi dokter visite dan
mencatat semua program terapi
9. Perawat melaksanakan asuhan keperawatan dan program terapi medis.

Petugas TU Rawat Ruangan mengurus jaminan pasien :


- Jaminan BPJS 3x24 jam
- Jamsoskes, dan Muba Semesta dalam waktu 2x24 jam

25
- Untuk pasien umum dimintakan DP ( Down Payment ) sesuai peraturan
RSMH.

F. TATA LAKSANA PELAYANAN PASIEN KELUARINSTALASI RAWAT


INAP
1. Pasien yang datang untuk rawat inap dapat dikategorikan menjadi 2 bagian
yaitu
a. Pasien yang datang ke RS dengan kondisi bisa berjalan.
b. Pasien dengan kondisi perlu jalur fast tract (penderita kondisi lemah,
disability, manula dan dibawah 1 tahun)
c. Pasien dari Emergensi (instalasi gawat darurat)

2. Pasien dengan kondisi 1.a. mengikuti alur pelayanan pasien rawat jalan
untuk mendapatkan surat MRS dari poliklinik rawat jalan, Graha Spesialis
atau BHC.
3. Pasien dengan kondisi 1.b. mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pasien diarahkan untuk menunggu di gedung Admission (Gedung
Pelayanan administratif Rawat Inap), sedangkan keluarga pasien
diberikan nomor antrian di pelayanan administratif rawat inap.
b. Keluarga pasien akan mendapatkan konfirmasi tempat tidur (manajemen
bed) di meja Humas (paling sebelah kiri dari pintu masuk).
c. Bila memungkinkan rawat inap (bed tersedia) maka keluarga akan
mendapatkan informasi di counter informasi terintegrasi (Humas, Gizi
klinis dan Farmasi klinis) mengenai :
- General Consent mengenai Tata tertib rawat inap, Hak dan
kewajiban pasien dan keluarga, Fasilitas & tarif akomodasi
perawatan dan Pelepasan informasi pasien untuk berbagai keperluan.
Selanjutnya keluarga pasien melakukan penandatanganan formulir
general consent RM 00.
- Edukasi Pasien dan keluarga terintegrasi (dibidang PKRS, Ahli
Gizi dan Farmasi Klinis) untuk selanjutnya pasien menandatangani
form edukasi RM 09.
- Catatan Pengobatan untuk rekonsiliasi obat (daftar obat yang
dibawa dari rumah) untuk selanjutnya apoteker menandatangani
form catatan pengobatan RM 05A.

26
- Edukasi fungsi dan tata tertib penggunaan Kartu Jaga (tetapi
penyerahan Kartu Jaga dilakukan di counter registrasi).

d. Pasien lalu diarahkan oleh petugas di counter informasi terintegrasi


beserta form yang sudah ditandatangani keluarga pasien ke counter
registrasi untuk dicetakan SEP, lembar registrasi, Lembar masuk keluar
pasien RM 01A dan pemberian status (data dasar pasien baru), gelang
pasien sesuai ketentuan dan Kartu jaga yang sudah dijelaskan di counter
informasi terintegrasi.
e. Pasien bersama berkas Rekam Medis kemudian diserahkan ke portir untuk
dibawa ke ruangan rawat inap sesuai dengan yang telah ditentukan.

4. Pasien dengan kondisi 1.c. mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

a. Petugas pendaftaran mengikuti petunjuk prioritas klinis pasien dari


triage dalam hal pasien yang mana harus dilakukan registrasi lebih dulu.
b. Setelah mendapatkan Bed, keluarga pasien diberikan lembar registrasi,
lembar masuk keluar pasien (RM.01A) dan pemberian status (data dasar
pasien baru), gelang pasien, sesuai ketentuan dan kartu jaga.
c. Pasien diantar portir emergency ke ruang rawat inap bersama dengan
berkas Rekam Medis rawat inap.
d. Pasien yang datang berobat di atas jam 21.00 akan diedukasi oleh petugas
humas keesokan harinya dan pasien yang berobat di atas jam 14.00 akan
diedukasi oleh ahli gizi dan apoteker keesokan paginya dengan
melakukan pemanggilan keluarga pasien untuk datang sebentar di
counter informasi terintegrasi (dibidang PKRS, Ahli Gizi dan Farmasi
Klinis).
e. Pasien yang datang berobat di atas jam 14.00 akan dicetakkan SEP
keesokan paginya di counter admission.
Dalam proses tatalaksana pelayanan ada beberapa prosedur yang dilakukan,
berikut tatalaksana saat pasien keluar ruang rawat inap :
a) Dokter
1. Kategori Pasien Pulang / Keluar Rumah Sakit :

27
a. Pasien Pulang Sembuh / kontrol atas instruksi dokter yang merawat
- Membuatkan surat kontrol
- Resep pulang
- Kelengkapan status / resume pasien pulang

b. Pasien Pulang Paksa atau pasien pulang atas permintaan sendiri


- Ada pernyataan pulang paksa ditangatangani oleh keluarga pasien
dan dokter yang merawat.
- Jika diperlukan dibuatkan surat kontrol dan resep pulang.
- Status lengkap / resume lengkap

c. Pulang Meninggal
- Keterangan meninggal ditandatangani oleh dokter yang merawat /
dokter jaga
- Resume pasien / status lengkap

d. Dirujuk ke Rumah Sakit Vertikal


- Surat rujukan : Surat pengantar lengkap dengan data yang
dibutuhkan.

b). Perawat
1. Perawat ruangan / zaal menyiapkan berkas administrasi :
a. Kartu kendali
b. Semua slip tindakan dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien.
c. Formulir obat-obatan / alat kesehatan.
d. Surat perawatan (status pasien).
e. Resume Keperawatan dan Discharge Planing.
2. Perawat ruangan bila sudah melengkapi berkas administrasi melimpahkan
ke TU Ruangan (untuk seluruh pasien) ke Unit Dose untuk menutup
formulir SPH (surat pengakuan hutang), pemakaian obat dan alat
kesehatan.
3. Perawat ruangan menerima faktur bahwa urusan administrasi selesai /
surat pernyataan dari bagian mobilisasi dana, kemudian pasien dapat
dipulangkan.

28
c). TU Ruangan
1. TU Ruangan mengentry semua tindakan pelayanan yang sudah dilakukan
terhadap pasien selama di rawat.
2. TU Ruangan ke Petugas Unit Dose untuk menutup biaya pemakaian obat,
alat kesehatan. Petugas Unit Dose menandatangani dan memberikan
stempel pada lembar rincian biaya obat.
3. TU Ruangan membawa berkas yang sudah lengkap (rincian biaya obat, slip-
slip tindakan) kecentral billing untuk dilakukan cetak faktur serta verifikasi
dan ditandatangani petugas verifikasi.
4. Untuk pasien BPJS, Jamsoskes, Muba Semesta ke rekam medik guna
dilakukan coding.
5. Selanjutnya untuk pasien umum, perusahaan, muba semesta selisih bayar,
BPJS & Askes in health kemudian diserahkan kepada petugas mobilisasi
dana.
6. Petugas Mobilisasi Dana memanggil pasien/keluarga berdasarkan faktur
yang ada dan diberikan penjelasan tentang biaya yang timbul selama
dirawat.
7. Petugas Mobilisasi Dana memberikan slip pembayaran TU Rawat inap/TU
Ruangan untuk pembayaran di Bank Mandiri cabang RS.
8. Pasien/Keluarga Pasien membawa kembali faktur satu lembar dan perintah
pulang dari Mob. Dana untuk ruangan sedangkan kwitansi asli diambil oleh
Pasien/Keluarga Pasien.

Dalam tata pelayanan di unit kerja Instalasi berlaku juga prosedur komunikasi tim
antara perawat dan dokter, berikut prosedur dan mekanisme komunikasi perawat
dan dokter dalam tatalaksana pelayanan pasien :
1. Perawat ruangan melakukan pengkajian keperawatan dan mendokumentasikan
: keluhan dan pemeriksaan fisik.
2. Perawat melakukan implementasi keperawatan mandiri sesuai keluhan utama.
3. Perawat menginformasikan kepada tim medis (situation, basic, action.
recomendation) :
- Identitas Pasien

29
- Keluhan dan pemeriksaan fisik
- Tindakan mandiri yang telah dilakukan
- Konfirmasi visite/advis selanjutnya.
4. Perawat mengingatkan tim medis untuk membuat catatan program teraphy
pada status pasien.
5. Perawat ruangan mencatat program terapy tim medis pada catatan
perawat/bidan, menuliskan nama dokter, perawat, waktu dan cara
dilaksanakannya komunikasi (komunikasi via telpon).
6. Perawat melaksanakan program terapi sesuai kolaborasi.
7. Perawat mengevaluasi dan membuat catatan perkembangan terhadap asuhan
dan program terapi medis yang telah diberikan.
8. Perawat mengkomunikasikan kembali perkembangan pasien kepada tim
medis.

Dalam tata pelayanan juga dilakukan tertib administrasi dalam hal dokumentasi,
berikut hal-hal yang perlu dilakukan petugas dalam dokumentasian :
Dokter, perawat, bidan mendokumentasikan :
- Hasil pengkajian
- pemulangan pasien.
- Diagnosa yang dirumuskan
- Rencana asuhan yang akan dilakukan,
- Tindakan yang telah dilakukan
- Hasil evaluasi dan catatan perkembangan
- Resume dan rencana

G. ALUR VERIFIKASI BERKAS REKAM MEDIS UNTUK PENGAJUAN


KLAIM
A) PASIEN RAWAT JALAN
1. Setelah selesai dilakukan pelayanan di poliklinik rawat jalan dan
poliklinik tindakan penunjang, maka petugas TU Rawat (kurir) mengambil
seluruh berkas yang berisikan tindakan yang dilakukan di masing-masing
unit pelayanan rawat jalan.

30
2. Berkas dikirim ke bagian verifikasi TU Rawat untuk disatukan dengan
arsip pertinggal pada saat pasien pendaftar seperti Surat Eligibilitas
Peserta (SEP) dan Surat Jaminan Pelayanan (SJP) dengan bukti slip
tindakan di poliklinik rawat jalan dan poliklinik penunjang untuk pasien
yang sama.
3. Petugas TU Rawat memeriksa kelengkapan slip tindakan dan memberi
nilai tarif RS untuk masing-masing tindakan.
4. Berkas yang sudah selesai diverifikasi dikirim ke Rekam Medik untuk
dilakukan pengcoderan sesuai dengan tarif INACbGs.
5. Setelah selesai dilakukan pengcoderan berkas di kirim lagi ke TU Rawat
untuk diperiksa kembali apakah berkas yang ada sesuai dengan data di
komputer.
6. Selanjutnya berkas di ekspedisikan ke Bagian BPJS center cabang RS
untuk pengajuan klaim.

B) PASIEN RAWAT INAP


1. Petugas TU Ruangan mengumpulkan dan menyatukan seluruh slip
tindakan yang dilakukan selama pasien di rawat.
2. Petugas TU Ruangan membawa KIM dan status pasien ke billing untuk
dilakukan akumulasi biaya biaya dan pencetakan faktur.
3. Untuk pasien yang naik kelas dan ada selisih biaya maka berkas akan di
kirim ke petugas coder Rekam Medik untuk dilakukan grouping tarif
INACbGs
4. Setelah selesai dilakukan grouping, berkas dikirim ke bagian Mobilisai
Dana untuk dilakukan pencetakan kwitansi dan dilakukan pembayaran,
kemudian berkas di kirim ke TU Rawat untuk dilakukan verifikasi
kelengkapan berkas.
5. Berkas Rekam Medis pasien selisih bayar diekspedisikan langsung ke
bagian Analisa berkas di Instalasi Rekam Medis.
6. Untuk pasien yang tidak ada selisih biaya berkas langsung di kirim ke TU
Rawat untuk di. lakukan verifikasi kelengkapan berkas. Setelah selesai
diverifikasi berkas dikirim ke Rekam Medik untuk dilakukan grouping
tarif INACbGs.
7. Berkas RM pasien yang tidak ada selisih bayar dari TU Rawat Pasien
setelah dilakukan grouping INACbGS baru di Analisa kelengkapan di
Instalasi Rekam Medis, kemudian di assembling (pemberian map RM).

31
8. Setelah selesai digrouping, berkas dikirim lagi ke TU Rawat untuk di chek
kembali kelengkapan berkas dan di rapikan.
9. Untuk pasien dengan kasus SL3, dibuatkan lembaran klarifikasi SL3 dan
berkas di kirim ke Komite Medik untuk dilakukan pengesahan verifikasi
klinis dan di tanda tangani oleh ketua komite medik. Setelah itu berkas
kembali lagi ke TU Rawat untuk di rapikan.
10. Selanjutnya berkas di ekspedisikan ke Bagian BPJS center cabang RS
untuk pengajuan klaim.
11. Setelah itu dilakukan pembuatan Berita acara Penyerahan Berkas yang
telah melewati verifikasi BPJS disampaikan tiap tgl 10 bulan berikutnya.

H. PROSEDUR ADMINISTRASI PENGURUSAN ASURANSI


a. Asuransi Kecelakaan
- Pasien atau kel pasien membawa surat pengantar dari
kepolisian
- Membawa bukti faktur rincian biaya perawatan dan
kwitansi bermaterai
- Melampirkan form dari pihak Asuransi Kecelakan (Jasa
Raharja) untuk diisikan perjalanan perawatan pasien di RS. Bedah
Medika Insani Palembang di Instalasi Rekam Medis.
- Setelah diisi oleh petugas di Instalasi rekam Medis,
form tersebut kemudian ditandatangani oleh dokter yang merawat
pasien tersebut.
- Pasien atau Keluarga pasien membayar administrasi
utnuk pembuatan Asuransi Kecelakaan di subbag mobilisasi dana.

b. Asuransi Klaim perusahaan


- Pasien membawa surat pengantar dari asuransi perusahaan yang ada
kerjasama dengan pihak RS
- Membawa bukti faktur rincian biaya perawatan dan
kwitansi bermaterai
- Melampirkan form dari pihak Asuransi Perusahaan
untuk diisikan perjalanan perawatan pasien di RS. Bedah Medika
Insani Palembang di Instalasi Rekam Medis.

32
- Setelah diisi oleh petugas di Instalasi rekam Medis,
form tersebut kemudian ditandatangani oleh dokter yang merawat
pasien tersebut.
- Pasien atau Keluarga pasien membayar administrasi
untuk pembuatan Asuransi Perusahaan di subbag mobilisasi dan

I. PROSEDUR JALUR CEPAT (FAST TRACK)


- Pemberian fasilitas fast track diberikan sejak pasien
mulai mendatangi rumah sakit, baik yang berobat di rawat jalan maupun
melalui IGD, sampai dengan pasien meninggalkan rumah sakit.
- Ciri-ciri pasien Jalur Cepat ( Fast Track ), sebagai berikut :
a. Anak-anak umur dibawah 1 tahun.
b. Individu yang cacat fisik dan mental
c. Manula
d. Kelompok lain (kondisi fisik yang lemah)
- Jalur cepat (Fast Track) diberikan dalam hal pelayanan :
a. Layanan rawat jalan
b. Layanan IGD
c. Layanan penunjang
- Petugas front office (petugas informasi, petugas
keamanan, petugas pendaftaran) mengidentifikasi pasien yang akan berobat
sebagai kelompok pasien beresiko.
- Petugas informasi mengarahkan pasien ke tempat
khusus pendaftaran fast track yang dibantu oleh petugas keamanan.
- Untuk memudahkan petugas mengenali pasien yang
beresiko disediakan stiker yang berbentuk segiempat berwarna orange,
bertuliskan Fast Track dikeluarkan oleh tim HPK.
- Berkas rekam medis dan kartu berobat pasien
ditempel sticker fast track di sudut kiri bagian atas.
- Tempat pelayanan yang dituju memproritaskan pasien
dengan kartu / berkas rekam medik yang ada sticker fast track.
- Petugas informasi memberikan penjelasan kepada
pasien/keluarga tentang kegunaan dari sticker fast track.
- Untuk kelompok pasien manula, cacat fisik sticker
berlaku seumur hidup.
- Untuk kelompok bayi hanya berlaku sampai berumur
1 tahun, dan wanita hamil berlaku dari kehamilan diatas 32 minggu sampai
dengan melahirkan.

33
BAB V

LOGISTIK

A. LOGISTIK REKAM MEDIS

RS. Bedah Medika Insani Palembang menggunakan sistem permintaan dengan


menggunakan blanko ke bagian gudang logistik yang dapat mempermudah
pendataan dan pembuatan laporan dari sub kelompok barang medis dan non
medis milik masing-masing bagian di unit kerja logistik. Salah satu unit yang
terkait dengan keberadaan logistik Rumah Sakit adalah logistik rekam medis.
Di Instalasi PPATRS /Rekam Medis mempunyai logistik transit terintegrasi
dengan Gudang Rumah Tangga yang bertujuan :
1. Operasional : yaitu tersedianya barang (ATK dan Form Rekam Medis) dalam
jumlah yang tepat dan kualitas form RM yang baik pada waktu yang
dibutuhkan
2. Keuangan : yaitu agar tujuan operasional tersebut di atas tercapai. dengan
biaya yang rendah dan tidak pemborosan dalam penggunaan formulir RM
3. Keutuhan : yaitu agar persediaan dan distribusi cetakan form RM tidak
terganggu oleh gangguan yang menyebabkan hilang / kurang , rusak,
pemborosan dalam penggunaan barang tanpa hak yang jelas sehingga dapat
mempengaruhi pelayanan, pembukuan atau sistem akuntansi.
B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN LOGISTIK REKAM MEDIS

Tidak terlepas pada kaidah- kaidah manajemen umum : Perencanaan ,


pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan TANGGUNG JAWAB :
manajerial mendisain form rekam medis dan mengurus sesuatu sistem untuk
mengawasi arus dan penyimpnan strategis bagi : ATK, form rekam medis rawat
jalan, form rekam medis rawat inap dan form-form penunjang serta material,
suku cadang dan barang jadi. Agar diperoleh manfaat maksimum bagi pelayanan
rekam medis di rumah sakit.

C. FUNGSI LOGISTIK REKAM MEDIS

34
Fungsi Logistik Instalasi Rekam Medis sebagai transit Gudang Rumah Tangga RS
tentang form rekam medis yang akan di distribusikan ke bagian-bagian /
Poliklink, jenis kebutuhan barang / form cetakan tersebut antara lain :

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. PENGERTIAN KESELAMATAN PASIEN


Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Pasal 43 UU Kesehatan No 36 tahun 2009 yang dimaksud tentang :
Keselamatan pasien ialah ;
Proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien lebih
aman, termasuk didalamnya asesmen resiko, identifikasi dan manajemen
resiko terhadap pasien, pelaporan, dan analisis insiden, kemampuan untuk
belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir timbulnya resiko.
Insiden keselamatan pasien adalah ;
Keselamatan medis (medical errors), kejadian yang tidak diharapkan
(adverse event) dan nyaris terjadi (near miss).
Keselamatan pasien (safety patient) didefinisikan sebagai freedom of injury,
accidental injury disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu
perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental
injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission). Accidental injury dalam
prakteknya berupa kejadian tidak diinginkan/KTD (Adverse Event) atau hampir
terjadi kejadian tidak dinginkan (near miss).
Near miss dapat disebabkan oleh :
1. Keberuntungan (misal : pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak
timbul reaksi)
2. Pencegahan (suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara
dini lalu diberikan antodotenya)

35
3. Peringanan (suatu obat dengan over dosis lethal diberikan, diketahui secara
dini lalu diberikan antidotenya)

B. TUUJUAN
Tujuan sistem keselamatan pasien rumah sakit :
Terciptanya budaya keselamatan pasien rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit (KTD)
Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD)
Koreksi dientifikasi pasien (Identify patients corectly)
Meningkatkan komunikasi yang efektif (efektif Improve effective
communication)
Meningkatkan keamanan pengobatan (Improve safety of high alert
medications)
Meminimalisir kesalahan tindakan (Eliminate wrong site, wrong site, wrong
procedure surgery)
Menurunkan risiko perawatan kesehatan yang berkaitan dengan infeksi
(Reduce the risk of health care associated infections)
Menurunkan resiko pasien jatuh (Reduce the risk of patient harm from falls)

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN REKAM MEDIS PASIEN


Tata laksana keselamatan Rekam Medis Pasien, meliputi :
1. Pencatatan identifikasi pasien secara lengkap (nomor
rekam medis, register, nama pasien, umur, alamat lengkap, jenis kelamin, dll)
2. Penggunaan tanda bahaya/peringatan tentang alergi
terhadap pemakaian obat ditulis diatas dengan warna merah pada lembar
pertama.
3. Penggunaan simbol-simbol yang ditetapkan oleh sub
komite rekam medis.
4. Penggunaan warna pada sampul dokumen rekam medis
rawat jalan/inap/gawat darurat yang terletak sebelah kanan, dipakai angka 0 s/d
9 dengan rincian warna ( 0 = ungu tua, 1 = orange, 2 = hijau muda, 3 = ungu
muda, 4 = biru muda, 5 = coklat, 6 hijau muda, 7 = kuning, 8 = biru tua, 9
merah)

36
5. Pengisian dokumen rekam medis secara lengkap dan
benar
6. Bagi pasien yang memerlukan tindakan medis, wajib
menanda tangani lembar persetujuan tindakan medis (informed consent) yang
memuat keterangan mengenai penyakit, tindakan yang diperlukan dan resiko
serta persetujuan/penolakan terhadap tindakan medis yang disertai tanda
tangan petugas/perawat sebagai saksi.
7. Dokter yang melakukan tindakan operasi harus membuat laporan operasi,
meliputi Diagnosis pre-operatif, Diagnosis post-operatif, Jaringan yang
dieksisi/insisi, Nama/macam operasi, Macam pembedahan (besar, sedang,
kecil, elective, emergensi), Tanggal operasi, jam operasi dimulai, jam operasi
selesai dan lama operasi berlangsung, Rincian pelaksanaan operasi, Nama dan
tanda tangan dokter bedah.
8. Dokter anesthesi membuat catatan anesthesi yang meliputi : Catatan penilaian
pre-operatif oleh dokter anaesthesi, Obat, darah, dan dosis pemberian,
Pemantauan tanda vital, Terapi cairan, Instruksi paska anaesthesi, Nama dan
tanda tangan dokter anaesthesi, dan Hal lain yang sesuai dengan peraturan
formal yang berlaku
9. Penggunaan dokumen rekam medis oleh orang atau badan yang berhak
terhadap isi rekam medis
a. Ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat, dicopy oleh pasien, atau
orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga
pasien yang berhak untuk itu (bila pasien tidak melakukan kegiatan
hukum).
b. Rekam medis dapat dibawa keluar rumah sakit hanya untuk kebutuhan
pengadilan dan atas ijin Direktur.
c. Peminjaman rekam medis untuk keperluan pembuatan makalah, riset dan
lain- lain oleh dokter/tenaga kesehatan lain, harus ada surat pengantar dan
ijin tertulis dari Direktur yang ditujukan kepada Kepala Instalasi Rekam
Medis, dan hanya dapat dikerjakan di Instalasi PPATRS (Rekam Medis).
d. Dalam hal pasien mendapat perawatan lanjutan di rumah sakit/instansi
lain, dokumen rekam medis tidak boleh dikirimkan, cukup diberikan surat
rujukan pasien.

37
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. MANAJEMEN DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT

Pelayanan rumah sakit sebagai industri jasa merupakan bentuk upaya pelayanan
kesehatan yang bersifat sosioekonomi, yaitu suatu usaha yang bersifat sosial
namun diusahakan agar bisa memperoleh surplus dengan cara pengelolaan yang
professional. Rumah sakit merupakan institusi yang kompleks dan sifat
organisasinya majemuk, maka perlu pole manajemen yang jelas dan majemuk.
Resiko bahaya kegiatan rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja berasal dari
sarana kegiatan di poliklinik, laboratorium, kamar roentgen penyimpanan rekam
medis dan lain-lain. Dalam GBHN 1993, ditegaskan bahwa perlindungan tenaga
kerja meliputi hak Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), serta jaminan sosial
tenaga kerja yang mencakup jaminan hari tua, jaminan pemeliharaan kesehatan,
jaminan terhadap kematian, serta syarat-syarat kerja klainnya. Amanat GBHN ini
menuntut dukungan dan komitmen untuk perwujudnya melalui penerapan K3.
mengacu pada peraturan perundangan yang diterbitkan sebagai landasannya.
Disamping UU No. 1/1970 tentang keselamatan kerja, upaya K3 telah
dimantapkan dengan UU No. 23/1992 tentang kesehatan yang eksplisif mengatur
kesehatan kerja.
Rumah sakit wajib menerapkan Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit (K3RS) Upaya tersebut mendesak mengingat beberapa perkembangan
tersebut antara lain dengan meningkatnya pendayagunaan obat atau alat dengan
resiko bahaya kesehatan tertentu untuk tindakan diagnosa, terapi maupun
rehabilitasi kesehatan. Bahkan masuknya IPTEK canggih menuntut tenaga kerja
ahli dan terampil.
Program Ocuppational Safety Health and Environment (OSHE) bertujuan
melindungi karyawan, pimpinan, dan masyarakat dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menjaga agar alat dan bahan yang
dipergunakan dalam proses kegiatan yang hasilnya dapat dipakai dan
dimanfaatkan secara benar, efisien dan produktif.

38
B. RESIKO BAHAYA POTENSIAL KERJA DI RUMAH SAKIT
Penyakit akibat kerja di Rumah Sakit umumnya berhubungan dengan berbagai
faktor biologi (kuman pathogen, pyogenic, colli, bacilli, staphylococci yang
umumnya berasal dari pasien). Begitu besar resiko yang dihadapi apabila masalah
sanitasi, lingkungan kurang diperhatikan. Perawatan pasien semakin meningkat,
tenaga medis, para medis dan tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit
mempunyai resiko terkena infeksi 2-3 kali lebih besar daripada yang berpraktek
pribadi.
Rumah sakit merupakan penghasil sampah medis dan klinis terbesar, yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, parasit bahan kimia
beracun dan parasit. Hal ini dapat membahayakan dan menimbulkan gangguan
kesehatan baik pada petugas, pasien maupun pengunjung rumah sakit.
Pengelolaan yang tidak baik dapat menjadi sumber pencemaran terhadap
lingkungan yang pada akhir mengangu kesehatan masyarakat.
Peraturan pemerintah RI No 19/1994 menetapkan bahwa limbah dalam kegiatan
Rumah Sakit dan laboratorium termasuk dalam limbah V3 dan sumber spesifik
dari limbah diberi kode D227. Sesuai dengan peraturan Permenkes No. 986
Menkes/Per/XI/1992, tanggal 14 bovember tentang persyaratab kesehatan
lingkungan rumah sakit

C. PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KESELAMATAN KERJA DI


RUMAH SAKIT.
1. Tahapan pencegahan kecelakaan akibat kerja yakni :
a) Pencegahan pencegahan primer meliputi, pengenalan Hazard (potensi
bahaya),
pembuatan pedoman alur kerja,
monitoring kerja,
pengendalian kerja,
pengendalian teknik administrasi.
b) Pencegahan sekunder meliputi :
screening penyakit,
pemeriksaan kesehatan berkala,
pemeriksaan bagi pekerja yang berpotens resiko.
2. Pengendalian keselamatan kerja di Rumah Sakit meliputi :
a) Legislatife control seperti peraturan perundangan, persyaratan-persyaratan
teknis dan lain-lain.

39
b) Administratife control seperti seleksi karyawan, pengaturan jam kerja dan
lain-lain.
c) Engenering control seperti substusi/isolasi/perbaikan system dan lain-lain.
d) Medical control seperti pengaturan jadwal control kesehatan secara
berkala untuk karyawan

D. PELAKSANAAN MENEJEMEN KESELAMATAN KERJA.

Pelaksanaan manajemen Keselamatan Kerja di Rumah Sakit berupaya


meminimalisasi kerugian yang timbul akibat kerja, perlindungan tenaga serta
pemenuhan peraturan perundangan K3 yang berlaku. Fungsi perencanaan dalam
menejemen K3RS , merupakan bagian integral dari perencanaan menejamen
Rumah Sakit secara menyeluruh , yang dilandasi oleh komitmen tertulis atau
kesepakatan menejemen puncak. Fungsi pengawasan atau pengendalian didalam
menejemen K3 RS merupakan fungsi untuk mengetahui sejauh mana pekerja dan
pengawas atau penyela mematuhi kebijakan K3RS yang telah di tetapkan oleh
pimpinan serta dijadikan dasar.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A PENINGKATAN MUTU
Pembangunan kesehatan dibidang pelayanan rekam medis di rumah sakit,
bertujuan untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan pencatatn
rujukan medik dan rujukan kesehatan secara terpadu serta meningkatkan dan
memantapkan manajemen pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan, rekam
medis, perawatan dan pengobatan pasien yang perlu peren-canaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian dan penilaian. Didalam mencapai mutu tersebut diatas,
maka upaya peningkatan mutu pelayanan rekam medis rumah sakit disusun
berupa kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangkut struktur,
proses dan Out Put/Out Come secara objektif, sistematik dan berlanjut,
memantau dan menilai mutu serta kewajaran pelayanan pencataan kesehatan
tehadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien dan

40
memecah-kan masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di
rumah sakit berdaya guna dan berhasil guna sebaik baiknya kepada pasien.

Adapun strategi upaya pengendalian dan peningkatan mutu pencatatan


rekam medis rumah sakit adalah sebagai berikut :
1) Rumah Sakit harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan perekam medis pasien di rumah sakit sehingga dapat
menyusun langkah langkah upaya peningkatan mutu masing masing
pelayanan yang ada rumah sakit.
2) Memberi prioritas pada peningkatan sumberdaya manusia di rumah sakit
termasuk kesejahteraan karyawan, memberikan imbalan yang layak, program
keselamatan dan kesehatan kerja, program pendidikan dan pelatihan , dll.
3) Menciptakan budaya mutu di rumah sakit, termasuk didalamnya menyusun
program mutu rekam medis rumah sakit, menyusun tema pelanggan yang
akan dipakai sebagai pedoman pelayanan pasien, memilih pendekatan yang
akan dipakai dalam penggunaan standar prosedur (SOP) serta menetapkan
mekanisme monitoring dan evaluasi kegiatan.

B PENGENDALIAN MUTU
Persaingan global dan perubahan yang terjadi pada setiap pelanggan merupakan
alasan perlunya dilakukan pengendalian mutu yang berkesinambungan. Untuk
mencapai pengendalian yang berkesinambungan, para manajer rumah sakit tidak
cukup hanya menerima ide perbaikan, akan tetapi juga secara aktif mendorong
setiap orang untuk mengidentifikasi dan menggunakan kesempatan perbaikan dan
pengendalian mutu. Pelaksanaan proses berke-sinambungan ini meliputi
penentuan dan pemecahan masalah yang memungkinkan, pemilihan dan imple-
mentasi pemecahan yang paling efektif dan efisien, serta evaluasi ulang,
standarisasi dan pengulangan proses.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merancang sistem pengendalian dan


perbaikan mutu antara lain:
Pendidikan dan pelatihan
Keteladanan manajer,
Tanggung jawab yang jelas,
Perbaikan diidentifikasi sebagai strategi yang penting,

41
Identifikasi dan prioritas tindakan perbaikan, metode sistematis untuk
perbaikan, dll.

Pengandalian dan perbaikan terhadap mutu yang berkesinambungan


memerlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan diantaranya
adalah :
1) Perbaikan tersebut haruslah berdasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
Didalam implementasi jaminan mutu di rumah sakit, visi dan misi harus
ditentukan dan merupakan dasar serta sentra yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan seluruh kegiatan. Visi dan Misi rumah sakit harus diinformasikan
kepada semua karyawan mulai dari tingkat Manajer puncak sampai dengan
pelaksana ditingkat front line. Dengan harapan apabila setiap orang yang
terlibat di rumah sakit sudah mengetahui visi dan misi rumah sakit maka
mereka akan bekerja dengan suatu arah yang dan terencana dengan baik.
2) Mengikuti Tahap Strategi Pengendalian dan Perbaikan.
Didalam menerapkan pengendalian dan perbaikan, dikenal berbagai proses.
Tidak ada satupun cara yang paling tepat untuk memperbaiki proses
pengandalian dan perbaikan, baik itu dalam bidang manufaktur ataupun dalam
bidang jasa. Meskipun demikian ada beberapa strategi standar yang biasanya
digunakan. Strategi tersebut antara lain :

Menggambarkan proses yang ada


Membakukan proses
Menghilangkan kesalahan pada proses
Merampingkan proses
Mengurangi sumber sumber terjadinya variasi
Menerapkan pengendalian proses statistic
Memperbaiki rancangan

BAB IX
PENUTUP

42
Pelayanan Rekam Medis Instalasi PPATRS adalah pelayanan Administrasi Umum,
Administrasi klain pasien, juga pelayanan dalam hal pencatatan, pengolahan dan
pelaporan data yang merupakan bagian integral dari pelayanan rekam medis, untuk itu
perlu mendapat perhatian karena selain bermanfaat dalam hal informasi kesehatan
juga bermanfaat untuk pengambilan keputusan pimpinan rumah sakit.

Pedoman pelayanan Rekam Medis Instalasi PPATRS ini diharapkan menjadi acuan
dan panduan teknis dalam mengembangkan dan mengelola rekam medis sehingga
tercapai pelayanan yang efisien, efektif, aman dan informatif.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak berpartisipasi
sehingga Pedoman Pelayanan Rekam Medis Instalasi PPATRS ini dapat diselesaikan.
Demi kesempurnaan dari Pedoman Pelayanan Rekam Medis Instalasi PPATRS ini di
masa mendatang, sangat diharapkan saran dan masukan serta solusi dari berbagai
pihak yang berkepentingan dalam penyelenggaraan Rekam Medis Instalasi PPATRS
dan informasi kesehatan di RS. Bedah Medika Insani Palembang , dalam memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pasien.

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN.........................................................................................................i

43
KATA SAMBUTAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT.................................ii
KATA PENGANTAR DARI KA. INSTALASI INTENSIF........................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Tujuan ....................................................................................................2
C. Ruang lingkup ....................................................................................... 3
D. Batasan Operasional...............................................................................4
E. Dasar Hukum ......................................................................................5

BAB II STANDAR KETENAGAAN


A. Pola ketenagaan dan kualifikasi personil .............................................6
B. Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Instalasi Rekam Medis.............7
C. Tugas Pokok dan Fungsi Staff di Instalasi Rekam Medis .................8

BAB III STANDAR FASILITAS


A. Lokasi bagian kodifikasi penyakit RM di lt 1 Public Hall..................13
B. Lokasi bagian kodifikasi penyakit RM di lt 3 Public Hall..................14

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN


A. Tata Laksana Pelayanan Rekam Medis .............................................15
B. Alur Pelayanan Rekam Medis RS. Palembang ...........................16
C. Pelayanan Berkas Rekam Medis Rawat Jalan ..................................17
D. Administrasi Pelayanan IGD (Ambulatory) ......................................18
E. Administrasi Pelayanan Rawat Inap ..................................................19
F. Tata Laksana Pelayanan pasien keluar Instalasi Rawat Inap ............20
G. Alur Verifikasi Berkas Rekam Medis untuk Pengajuan Klaim .........21
H. Prosedur Administrasi Pengurusan Asuransi .....................................22
I. Prosedur Jalur cepat (Fast Track) ........................................................23

BAB V LOGISTIK
A. Logistik Rekam Medis.......................................................................24
B. Tanggung Jawab Manajemen Logistik..............................................25
C. Fungsi Logistik .................................................................................26
D. Target kegiatan .................................................................................27

BAB VI KESELAMATAN PASIEN


A. Pengertian..........................................................................................28
B. Tujuan ...............................................................................................29
C.Tata Laksana Keselamatan Rekam Medis .........................................30

44
BAB VII KESELAMATAN KERJA
A. Manajemen dan Keselamatan Kerja..................................................31
B. Resiko Bahaya Potensial ...................................................................32
C. Pengendalian dan keselamatan kerja .................................................33
D. Pelaksanaan Manajemen Keselamatan Kerja ...................................34

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU


A. Peningkatan Mutu...............................................................................35
B. Pengendalian Mutu ............................................................................36

BAB IX PENUTUP ...............................................................................................37

45
46

Anda mungkin juga menyukai