Anda di halaman 1dari 13

FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT JIWA GRHASIA DIY


SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat vital bagi kehidupan

seseorang. Berbagai upaya perlu dilakukan agar setiap individu dapat

merasakan sehat secara lahir dan batin. Untuk mewujudkan pelayanan

secara maksimal, sarana pelayanan kesehatan harus memperhatikan

pelayanan medis dan non medis kepada pasien.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan semakin meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit merupakan

suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional dan terorganisir serta

sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan

kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta

pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.

Kualitas mutu pelayanan, baik pelayanan medis maupun non medis

menunjukan baik atau buruknya kualitas suatu rumah sakit. Mutu pelayanan

kesehatan rumah sakit akan terjamin jika didukung oleh data dan informasi

yang akurat dalam bentuk laporan kegiatan rumah sakit. Pelaporan rumah

sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk dapat

menghasilkan laporan secar cepat, tepat, dan akurat.

Contoh pengumpulan data yaitu berupa sensus harian pasien rawat

inap. WHO (2006) menyatakan bahwa pada tingkat rumah sakit,statistik yang

1
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

diperoleh dari sensus harian pasien rawat inap dan rekam medis digunakan

untuk menaksir penggunaan pelayanan dan memungkinkan rumah sakit

membuat anggaran dan perencanaan administrasi yang tepat. Sensus harian

pasien rawat inap tersebut memuat informasi semua pasien masuk,

pindahan, dipindahkan dan keluar baik dalam keadaan hidup maupun

meninggal.

Pengumpulan data sensus harian di rumah sakit merupakan data

yang harus dikumpulkan setiap hari. Data tersebut berguna untuk memantau

perawatan pasien setiap hari, minggu, dan bulan (Hatta, 2008). Dalam

pembuatan sensus harian pasien rawat inap tersebut harus dilakukan

dengan cermat, tepat dan akurat. Selanjutnya data yang terdapat pada

sensus harian tersebut akan diolah dalam satu rekapitulasi dan akan

menghasilkan pelaporan. Sensus berguna untuk mengetahui jumlah pasien

masuk, pasien keluar, dan pasien meninggal. Selain itu untuk mengetahui

tingkat penggunanan tempat tidur dan menghitung penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan.

Pada studi pendahuluan bulan Maret 2013, peneliti mengetahui

bahwa pengumpulan data sensus harian rawat inap di Rumah Sakit Grhasia

DIY masih dilakukan secara manual dan sedang dalam proses perubahan

menjadi komputerisasi, selain itu peneliti juga menemukan ketidakakuratan

dalam sensus harian pasien rawat inap seperti adanya perbedaan dalam

jumlah sisa pasien akhir hari kemarin dengan jumlah pasien awal pada hari

ini.Hal terseut tentunya nanti akan sangat berpengaruh pada kualitas

2
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pelaporan di rumah sakit. Berdasar latar belakang di atas maka peneliti

tertarik untuk mengambil penelitian tentang faktor – faktor yang

menyebabkan sensus harian rawat inap tersebut tidak akurat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ditulis di atas maka rumusan

masalah yang didapat adalah apa yang menyebabkan ketidakakuratan

sensus harian rawat inap yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor penyebab ketidakakuratan sensus harian pasien rawat

inap di Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui proses pembuatan sensus harian pasien rawat inap di

bangsal perawatan.

b. Analisis penyebab ketidakakuratan data sensus harian pasien rawat

inap

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat digunakan rumah sakit untuk meningkatkan


pelayanan di masa mendatang.
3
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk menambah wawasan

serta pengalaman peneliti.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain dapat menjadikan karya ilmiah ini sebagai acuan untuk

penelitian lebih lanjut.

b. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam

mempelajari pelaksanaan sensus harian pasien rawat inap.

E. Keaslian Peneltian

Terdapat beberapa penelitian serupa seperti yang dilakukan oleh peneliti,

berikut beberapa diantaranya :

1. Arinta (2007) melakukan penelitian dengan judul “Kualitas Sensus Harian

Rawat Inap dalam menunjang pelaporan Rumah Sakit di RSD

Panembahan Senopati Bantul”

a. Hasil : pengaruh kebenaran pembuatan laporan dan laporan yang

valid tepat waktu berbanding lurus . Artinya dalam meningkatkan

kualitas sensus harian harus diikuti peningkatan kebenaran laporan

kinerja rumah saki dan laporan yang valid dan tepat waktu

b. Perbedaan : pada penelitian tersebut lokasi penelitian, pendekatan

dan metode yang dilakukan berbeda dengan yang peneliti lakukan.

4
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Peneliti menggunakn pendekatan kulaitaif sedangkan Arint

menggunakan kuantitatif.

c. Persamaan : Sama – sama membahas tentang sensus harian rawat

inap

2. Tarmizhi (2004) melakukan penelitian dengan judul “Peran Sensus

Harian Rawat Inap dalam meningkatkan mutu Laporan Pasien Rawat

Inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul”

a. Hasil : Ketidak lengkapan sensus harian mencapai 72,32 %.

Kemudian sensus tidak dikirim oleh petugas bangsal ke UKRM selain

itu kegiatan pengolahan sensus harian tidak sesuai dnegan prosedur

tetap yang ada.

b. Perbedaan : Pada penelitian ini lokasi dan pendekatan yang

dilakukan oleh Tarmizhi berbeda dengan yang peneliti lakukan.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan penelitian

tersebut menggunakan kualitatif kuantitatif

c. Persamaan : Sama - sama membahas tentang sensus harian rawat

inap dan menggunakan jenis penelitian deskriptif.

3. Rahmawati (2004) dengan judul “Tinjauan Sensus Harian Rawat Inap di

RSU Islam Kustati Surakarta”

a. Hasil : Perubahan dalam perhitungan jumlah pasien yang dirawat

pada hari ini karena pengisian yang tidak sesuai yang dilakukan

petugas sensus bagian bangsal dengan petugas di sub bagian

pengolahan data.

5
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

b. Perbedaan : Pada lokasi dan tujuan penelitian. Penelitian sekarang

terletak di Rumah sakit Jiwa Grhasia DIY dengan tujuan mengetahui

faktor penyebab ketidakakuratan sensus harian pasien rawat inap.

c. Persamaan : Sama – sama mengkaji tentang sensus harian pasien

rawat inap, sama – sama menggunakan teknik pengumpulan data

observasi dan wawancara.

F. Gambaran Umum Rumah Sakit

1. Profil Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY

Berdasarkan Buku Data dan Informasi Layanan RS Grhasia

Tahun 2012, Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta

merupakan Rumah Sakit Khusus Jiwa Kelas A Non Pendidikan

berkapasitas 210 tempat tidur milik Pemerintah DIY yang berlokasi di

Jalan Kaliurang Km. 17, Pakembinangun, Pakem, Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Pada awalnya Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa

Yogyakarta mempunyai lahan seluas 104.250m2. Namun pada tahun

2006 sebagian lahan dipergunakan untuk lokasi Lapas Narkotika seluas

47.860m2 sehingga luas tanah saat ini menjadi 56.390m2 sesuai

keputusan Bupati Sleman No. 20.IL/Kep. KDH/A/2010 dengan pemakaian

total bangunan seluas 13.446,5m2. Selain itu terdapat makam pasien di

tempat yang berbeda seluas 15.015m2 di desa Umbulharjo, Ngemplak,

Sleman.

6
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki

sejarah panjang sebelum menjadi rumah sakit. Diawali dengan berdirina

Rumah Perawatan atau Koloni Orang Sakit Jiwa (KOSJ) Lalijiwo

bentukan Hindia Belanda pada tahun 1938 di bawah pengawasan Rumah

Sakit Jiwa Pusat Kramat Magelang dengan status kepemilikan

Kasultanan Ngayokjakarta Hadiningrat (Sultan Ground). Setelah

berkembang menjadi rumah sakit jiwa, KOSJ Lalijiwo mengalami

beberapa kali perubahan nama yaitu Rumah Sakit Lalijiwo Pakem pada

tahun 1971, kemudian menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD)

Provinsi DIY melalui peraturan daerah Provinsi DIY No. 14 Tahun 1989.

Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta melewati

tiga masa dengan proses yang sangat panjang yaitu masa perjuangan

(periode 1938-1945), masa perintisan (periode 1945-1981), dan masa

pengembangan (periode 1981-sekarang). Pada tanggal 30 Oktober 2003

dilakukan perubahan nama dan logo menjadi RS Grhasia melalui Surat

Keputusan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X No. 142 tahun

2003. Nama Grhasia diperoleh melalui sayembara nama dan logo rumah

sakit yang mempunyai arti grha tumbuh kembang dan penyelaras jiwa

manusia dengan segala aspeknya dan tempat bagi siapa saja dengan

pelayanan yang ramah dan luwes/fleksibel sesuai dengan kultur/budaya

masyarakat DIY.

Berdasarkan SK Gubernur DIY No. 7 tahun 2012 tanggal 11

Januari 2012 tentang Pergantian Nama dan Logo Rumah Sakit, dilakukan

7
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

perubahan nama dari Rumah Sakit Grhasia menjadi Rumah Sakit Jiwa

Grhasia dengan tugas pokok dan fungsi tetap. Perubahan berdasarkan

Permenkes No. 340/Menkes/PER/III/2012 tentang Klasifikasi Rumah Sakit

pasa 30 yaitu Penamaan RS Khusus harus mencantumkan

kekhususannya. Pencapaian yang diperoleh Rumah Sakit Jiwa Grhasia

DIY sampai saat ini adalah:

a. Memperoleh Piala Citra Pelayanan Prima (CPP) tingkat Nasional tahun

2004;

b. Akreitasi penuh tingkat dasar: SK Dirjen Yanmed No. YM 0003.2.2.5164

tanggal 19 Desember 2000;

c. Mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000 No. QS 2181 pada tanggal 18

Oktober 2008, dari badan sertifikat WQA (d.h.i Worldwide Quality

Assurance) untuk MENTAL HEALTH SERVICES. Selanjutnya migrasi ke

Sertifikat Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001-1008 pada tanggal 19

Oktober 2010 dengan seryifikat No. QS 6544, dan setiap tahun harus di-

assement. Resertifikasi terakhir No. QSJ.1833 tenggal 10 januari 2013;

d. Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) Badan Layanan Umum

Daerah secara bertahap: SK Gubernur DIY No. 89/KEP/2009;

e. Memperoleh Penetapan Rumah Sakit Jiwa Kelas A: SK Menteri Kesehatan

RI No. HK 03.05/1/7875/2010 tanggal 18 Oktober 2010;

f. Memperoleh Izin Operasional tetap Rumah sakit Jiwa Grhasia: SK Menteri

Kesehatan RI No. 10/Menkes/SK/1/2012 tanggal 18 Januari 2012 (berlaku

sampai tahun 2016);

8
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

g. Ditunjuk oleh Kementrian Kesehatan RI sebagai Institusi Penerima wajib

Lapor (IPWL) berdasarkan Kepmenkes No. 1305 tahun 2011 dan PP No.

25 tahun 2011 Tentang Wajib Lapor bagi pengguna narkotika;

h. Mendapat sertifikasi akrediatasi RS tingkat lanjut 12 Pelayanan dari Komisi

Akreditasi Rumah Sakit (KARS): Sertifikat No. KARS-SERT/436/II/2012

tanggal 28 Februari 2012 (berlaku sampai tahun 2015); dan

i. Mendapatkan penetapan BLUD secara penuh: Keputusan Gubernur DIY

No. 287/KEP/2012 tanggal 6 Agustus 2012 tentang penetapan RSJ

Grhasia untuk melaksanakan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) Badan

Layanan Umum Daerah secara penuh.

2. Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY

a. Visi

Visi Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY adalah Menjadi Rumah Sakit Badan

Layanan Umum Daerah Unggulan Khusus Pelayanan Psikiatri dan Napza

di DIY dan Jawa Tengah pada Tahun 2013.

b. Misi

Misi Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY adalah:

1) Mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa dan Napza paripurna;

2) Mewujudkan rumah sakit sebagai pusat pembelajaran, penelitian, dan

pengembangan kesehatan jiwa dan Napza;

3) Mewujudkan pelayanan yang berkualitas; dan

4) Mewujudkan pelayanan yang beretika.

9
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

c. Motto

Motto Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY adalah Siap, Empati, Nalar, Yakin,

Upayakan pelanggan diperhatikan, dan Mengucapkan terima kasih

(SENYUM).

3. Jenis Pelayanan

a. Instalasi Gawat Darurat (24 jam)

1) Kegawatdaruratan Psikiatri dan Napza;

2) Kegawatdaruratan Umum;

3) Pelayanan Pemeriksaan Umum (False Emergency); dan

4) Pelayanan Ambulans 118

b. Instalasi Rawat Jalan

1) Rawat jalan jiwa:

A. Klinik Psikiarti/Jiwa

a) Konsultasi kasus jiwa

b) KIR bebas narkoba

c) KIR kesehatan jiwa

d) Visum et Repertum

e) Test psikometri

B. Klinik psikologi;

C. Klinik keperawatan jiwa;

D. Pelayanan surat keterangan sehat/KIR jasmani;

E. Klinik akupuntur;

2) Rawat jalan non-jiwa

10
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

A. Klinik Umum

B. Klinik gigi dan mulut;

C. Klinik penyakit dalam;

D. Klinik saraf;

E. Klinik kulit dan kelamin;

F. Klinik anakan dan tumbuh kembang dan

G. Klinik pendukungnya (okupasi terapi, terapi wicara, fisioterapi,

tumbuh kembang anak dan pijat bayi)

c. Instalasi Rawat Inap (Psikiatri)

1) Unit Perawatan Psikiatri Intensif; dan

2) Unit Perawatan Psikiatri: bangsal tenang

d. Instalasi Penanganan Korban Napza

1) Klinik Napza;

2) Klini Metadon;

3) Hipnoterapi; dan

4) Rawat Inap Napza;

e. Layanan Pendukung

1) Instalasi Laboratorium

a) Laboratorium Rawat jalan;

b) Laboratorium Rawat Inap; dan

c) General Check Up (GCU)

2) Instalasi Radiologi

a) Foto Rontgen; dan

11
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

b) USG 4 dimensi

3) Instalasi Farmasi

4) Instalasi Elektromedik

a) Elektro Enchepalografi (EEG);

b) Elektro Myografi (EMG);

c) Elektro Kardiografi (EKG);

d) Treadmil; dan

e) Brainsteam Evoked Response Auditory (BERA)/test pendengaran

5) Instalasi Rehabilitasi Mental

a) Rehabilitasi keterampilan;

b) Rehabilitasi pertukangan/las; dan

c) Rehabilitasi pertanian

6) Instalasi Kesehatan Jiwa Masyarakat

7) Jaminan khusus kesehatan jiwa

a) Jamkesmas;

b) Jamkesda;

c) Jamkesos; dan

d) Askes sosial

12
FAKTOR PENYEBAB KETIDAAKURATAN SENSUS HARIAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH
SAKIT JIWA GRHASIA DIY
SAGITA ARDIANTO NUGROHO
Universitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4. Performance Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY

Tabel 1.
Performance Rumah Sakit Jiwa Grhasia DIY
Tahun
No. Indikator Kerja Keterangan
2010 2011 2012
BOR (Bed
1 74,98 76,21 78,10 %
Occupation Ratio)
LOS (Lenght Of
2 34,16 38,43 44,25 Hari
Stay)

3 BTO (Bed Turn Over) 5,59 6,19 7,01 Kali


TOI (Turn Over
4 16,34 13,85 11,40 Hari
Interval)
NDR (Net Death
5 0 0,002 0 ‰
Rate)
GDR (Gross Death
6 0 0,003 0 ‰
Rate)
Sumber: Data dan Informasi Layanan RS Grhasia Tahun 2012

13

Anda mungkin juga menyukai