Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HASIL WAWANCARA

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PERKETI


TOPIK : KEWAJIBAN DALAM MENGURUS JENAZAH

OLEH :

1. Ardy Pratama Syaputra ( 05 )


2. Bachrul Hakim Hakiki ( )
3. Farrel Akbar G.S ( )
4. M. Dzaky Addhimi ( 23 )
5. M. Arryan Kinasih Gusti ( 24 )

KELAS XI IPA 4
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 JOMBANG
JL. DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO NO.1 JOMBANG
TAHUN AJARAN 2018/2019

DI JOMBANG 4 NOVEMBER 2019

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas wawancara ini dengan baik dan diberi
kelancaran. Terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam pengerjaan
tugas ini, khususnya teman-teman serta narasumber kami, yakni bapak Zainul
Abidin,S.Ag sekeluarga yang telah memberikan waktu dan kesempatan kepada
kami.
Tugas yang kami kerjakan meliputi bagaimana proses dan tahapan yang
harus dilaksanakan dalam merawat jenazah, yakni dalam proses memandikan
jenazah, mengkafani jenazah, menshalati jenazah hingga mengkuburkan
jenazah. Hal lain seperti tuntunan dan hikmah dari merawat jenazah juga kami
cantumkan sebagai referensi dan tambahan khazanah pengetahuan kita semua.
Akhir kata, semoga tugas kami ini bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman sekalian. Dan apabila terdapat kesalahan kami mohon maaf, karena kami
masih dalam proses belajar. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
kami butuhkan guna mencapai hasil yang lebih baik di kesempatan selanjutnya.
Hormat kami,

Kelompok Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………… . 2


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… 3
BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………….......................... 4
TUJUAN WAWANCARA ………………………................................ 4
DAFTAR PERTANYAAN …………………………………………………….. 4
BAB 2 : ISI WAWANCARA ………………………………………………………………. 5
BAB 3 : PENUTUP ………………………………………………………………………… 10
DOKUMENTASI ………………………………………………………………………... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN WAWANCARA


Tujuan kami melakukan wawancara tidak lain karena kami ingin menggali
lebih dalam lagi tentang bagaimana tuntunan dalam perawatan jenazah,
sehingga dengan demikian, kami berharap kami bisa terjun langsung di
masyarakat dalam proses pengurusan jenazah, sehingga terwujudlah motto
kami, yakni “Khairunnas ‘Anfauha Linnas”.

1.2 DAFTAR PERTANYAAN


Berikut adalah daftar pertanyaan yang kami ajukan dalam sesi wawancara
dengan narasumber kami :
1. Apakah bapak paham betul mengenai proses pengurusan jenazah ?
2. Bagaimana kewajiban kita dalam mengurus jenazah ?
3. Tahapan apa saja yang harus kita kerjakan dalam proses memandikan
jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah perempuan ?
4. Tahapan apa saja yang harus kita kerjakan dalam proses mengkafani
jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah perempuan ?
5. Tahapan apa saja yang harus kita kerjakan dalam proses menshalati
jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah perempuan ?
6. Tahapan apa saja yang harus kita kerjakan dalam proses
mengkuburkan jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah
perempuan ?
7. Adakah tuntunan yang berbeda dalam merawat jenazah di kalangan
NU ataupun Muhammadiyah ?
8. Menurut bapak, pelajaran apa yang bisa diambil dari kita mengurus
jenazah yang sudah meninggal ?

4
BAB 2
ISI WAWANCARA
Berikut adalah isi dari wawancara kami dengan narasumber kami, bapak
Zainul Arifin, S.Ag, yang telah kami susun sedemikian rupa sehingga nyaman
untuk dibaca dan dipelajari.
Narasumber kami telah berpengalaman dalam proses mengurus jenazah,
beliau telah dipercaya di lingkungannya selama 10 tahun untuk mengurus
jenazah. Meskipun saat ini beliau sudah tidak mengurus jenazah karena
keperluan beliau dalam bekerja, namun beliau masih memberikan sumbangsih
dan siap mengeluarkan tenaga jika dibutuhkan oleh masyarakat dalam
mengurus jenazah.
Bapak Zainul menjelaskan, jika kewajiban kita terhadap jenazah itu ada
empat, yakni memandikan, mengkafani, menshalati hingga mengantarkan
jenazah itu ke kuburan. Yang beliau tekankan kepada kami yakni jika kita
mengurus jenazah, kita harus mengurusnya dengan serius dan tidak main-main,
sebab selama jenazah belum dikuburkan, maka ruh dari jenazah itu masih
mengikuti jasadnya, sehingga ruh jenazah itu masih bisa melihat dan merasakan
bagaimana jasadnya diurus oleh orang-orang.
Hal berikutnya mengenai pengurusan jenazah yang terpenting adalah
bahwasannya kita harus segera mengurus jenazah, jangan sampai jenazah
dibiarkan begitu saja dalam waktu yang lama, apalagi memperlakukannya
secara kasar. Dan hal yang terpenting ketiga adalah, bahwasannya kematian itu
pasti menghampiri kita, sehingga perlu adanya pengurusan jenazah agar kita
selalu teringat akan kematian.
Tahapan apa saja yang harus kita kerjakan dalam proses memandikan
jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah perempuan ?
Mengenai proses memandikan, bapak Zainul menjelaskan bahwasannya
dalam memandikan jenazah, yang perlu kita lakukan pertama kali adalah
mempersiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam memandikan
jenazah.

5
Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain :
a) Tong Air ( cukup untuk kebutuhan air selama memandikan )
b) Baying atau tempat mayit dibaringkan
c) Minyak wewangian untuk mengurangi bau jenazah
d) Daun bidara atau bisa diganti daun kelor jika tidak ada
e) Kapas secukupnya untuk menutup lubang lubang tubuh mayyit
f) Sabun
g) Shampoo
h) Kain penutup untuk menutupi aurat mayyit selama proses
memandikan mayyit
Dalam proses memandikan mayyit, bapak Zainul menjelaskan tentang
tahapan yang harus dijalankan, yakni sebagai berikut :
1) Berniat memandikan mayyit. Niatnya adalah “Nawaitu Ghusla ‘Ala
hadzal mayyiti (laki-laki) / hadzihil mayyitati (perempuan)”
2) Menunggu si mayyit selama 2 jam setelah dinyatakan meninggal,
sebab setelah 2 jam maka otot-otot si mayyit akan menjadi lemas
sehingga mudah dimandikan
3) Mewudhukan si mayyit
4) Meratakan air ke seluruh tubuh si mayyit sambil digosokkan
dengan sabun, shampo, wewangian dan daun bidara/kelor
5) Kepala mayyit diangkat sampai posisi mayyit setengah duduk, lalu
perutnya ditekan-tekan sampai kotorannya keluar dari dubur si
mayyit. Sedangkan duburnya, terus diguyur air dengan selang.
6) Setelah dubur si mayyit kira kira sudah mongering, diyakini jika
semua kotoran yang ada di tubuh mayyit sudah hilang, maka mayyit
dimiringkan ke sebelah kanan
7) Seluruh tubuh mayyit terus diguyur air, setelah dirasa bersih, tubuh
si mayyit dikembalikan ke posisi semula
8) Mayyit dikeringkan dengan diusap dengan handuk yang lembut,
lalu aurat si mayyit ditutupi dengan kain sambil menunggu
persiapan mengkafani mayyit.
Bapak Zainul juga mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam memandikan mayyit, yakni sebagai berikut :

6
 Dilarang bergurau apalagi membicarakan si mayyit selama proses
memandikan
 Bagi yang memandikan, apapun keadaan atau kejadian selama
proses memandikan mayyit, haram hukumnya untuk diceritakan
kepada orang lain.
 Proses memandikan mayyit hendaknya dilaksanakan secara
tertutup, tidak perlu banyak orang yang memandikan. Dan
dianjurkan yang memandikan adalah mahram dari si mayyit atau
jika tidak ada maka yang sejenis kelaminnya dengan kelamin si
mayyit.
Tahapan apa saja yang harus kita kerjakan dalam proses mengkafani
jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah perempuan ?
Dalam proses mengkafani, bapak Zainul menjelaskan bahwasannya kain
kaffan atau kain mori yang diharuskan adalah 1 lembar untuk mayyit laki-laki
dan 3 lembar untuk mayyit perempuan. Itu jumlah minimal, tapi bisa juga lebih
dari itu, yakni laki-laki sebanyak 3 lapis dan perempuan sebanyak 5 lapis.
Jika dalam 1 lapis itu kain tidak cukup, maka dijahitkan setengah lapis lagi
untuk menutupi kekurangan bagian mayyit yang belum tertutup kain kaffan.
Ukurannya adalah diberi lebihan satu jengkal masing masing dari bawah kaki
mayyit dan atas kepala dari mayyit.
Yang terpenting kata bapak Zainul adalah kain kaffan tidak boleh terlalu
tipis, dan biaya pembelian kain kaffan berasal dari harta sisa si mayyit, atau jika
tidak ada maka keluarga si mayyit lah yang membelikan si mayyit kain kaffan
atau mori. Jika tidak ada, maka dibolehkan kepada pihak lain untuk membelikan
si mayyit kain kaffan atau kain mori.
Tahapan apa saja yang harus kita kerjakan dalam proses menshalati
jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah perempuan ?
Bapak Zainul menjelaskan, jika dalam menshalati jenazah sama seperti
mekanisme pada umumnya. Yang pertama adalah niat sebelum takbir, lalu
dilaksanakan empat kali takbir dan diakhiri dengan salam. Setelah takbir
pertama, imam membaca surah al-fatihah. Lalu setelah takbir kedua, imam
membaca shalawat. Setelah takbir ketiga dan keempat, imam membaca doa
yang intinya adalah memohonkan ampunan kepada si mayyit.
7
Yang membedakan antara mayyit laki-laki dan mayyit perempuan adalah
posisi imam saat memimpin sholat. Jika mayyitnya laki-laki, maka imam berdiri
sejajar dengan kepala si mayyit. Dan jika mayyitnya perempuan, maka imam
berdiri sejajar dengan perut si mayyit.
Tahapan apa saja yang harus kita kerjakan dalam proses menguburkan
jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah perempuan ?
Bapak Zainul menjelaskan, sebelum dikuburkan, maka biasanya
dilaksanakan upacara pemberangkatan mayyit yang dipimpin oleh mudin
setempat seperti bapak Zainul. Setelah upacara, maka dengan menggunakan
kereta atau keranda, mayyit diantarkan menuju pemakaman. Dianjurkan bagi
pengantar untuk membaca kalimat tayyibah, bukan menghibahkan si mayyit.
Proses penurunan si mayyit ke dalam liang ada dua macam, yakni yang
pertama adalah dari arah kaki dahulu yang diturunkan baru kepala. Yang kedua
adalah dengan menurunkan si mayyit secara menyamping. Yang perlu
diperhatikan adalah, orang yang menurunkan si mayyit hendaknya merangkul si
mayyit dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya bertugas menopang
si mayyit.
Setelah diturunkan, mayyit dimiringkan ke kanan menghadap kiblat,
dimana posisi kepala si mayyit harus diganjal dengan bantalan pasir agar posisi
mayyit tidak tertelungkup atau malah mengadah. Baru kemudian tali pocong si
mayyit di buka, dan bagian kaki si mayyit ditempelkan ke tanah. Untuk bagian
pipi si mayyit ditempelkan ke tanah juga yang sudah dibentuk bantalan. Setelah
itu diatas si mayyit ditutup papan dan tanahnya diurug menutupi papan itu.
Setelah semua selesai, maka pengantar bisa pulang. Dan setelah 7 langkah
orang yang paling terakhir yang mengantar mayyit, maka malaikat Mungkar dan
malaikat Nakir mendatangi mayyit dan memberi pertanyaan.
Adakah tuntunan yang berbeda dalam merawat jenazah di kalangan NU
ataupun Muhammadiyah ?
Bapak Zainul mengatakan, banyak sekali perbedaannya, tapi beliau
menegaskan jika perbedaan ini tidak perlu dibesar-besarkan atau diributkan.
Perbedaan pertama, yakni saat proses menshalati. Untuk orang NU,
setelah disholati, maka mayyit akan dibacakan surah al-ikhlas, al-falaq dan an-

8
nas masing masing tiga kali. (3x). Lalu biasanya imam akan membacakan tahlil
kepada si mayyit. Sedangkan di dalam budaya Muhammadiyah, tidak perlu
melaksanakan tahlil, namun ini juga boleh dipakai.
Perbedaan kedua yakni pada prosesi upacara pemberangkatan mayyit,
untuk warga NU adalah sepanjang jalan menuju pemakaman, maka para
pengantar akan membacakan shalawat di sepanjang jalan, sedangkan di
muhammadiyah tidak ada.
Lalu perbedaan yang ketiga, yakni setelah mayyit ditidurkan di dalam
liang, biasanya oleh warga NU dilakukan adzan, sedangkan di muhammadiyah
tidak ada adzzan.
Tetapi, bapak Zainul meminta agar kita tidak sibuk meributkan hal ini,
karena perbedaan dalam syariat itu wajar dan saling melengkapi.
Menurut bapak, pelajaran apa yang bisa diambil dari kita mengurus
jenazah yang sudah meninggal ?
Bapak Zainul menjelaskan, ada beberapa hal penting yang bisa diambil
hikmah dari pengususan jenazah. Yang pertama, yakni bisa mengingatkan kita
akan kematian. Ada 2 cara ruh kita dicabut, yakni dari bawah ke atas dan dari
atas ke bawah. Untuk yang dari bawah, maka akan menimbulkan sakit yang luar
biasa, sedangkan untuk yang dari atas, itulah yang dipanggil dengan lembut.
Pelajaran yang kedua adalah yakni dalam mengurus jenazah, hendaknya
kita jangan bergurau, bercanda dan bergumam tentamg si mayyit. Sebab selama
mayyit belum dikuburkan, maka ruhnya masih menyertai di atas jasadnya,
sehingga si mayyit bisa mengetahui dan merasakan meskipun alamnya sudah
berbeda.
Dan pelajaran ketiga adalah kita harus menambah porsi latihan untuk
melancarkan lisan kita agar nanti di waktu sangkaratul maut, kalimat yang
terakhir kita ucapkan adalah laa ila ha ilallah. Dan pelajaran keempat kata bapak
Zainul adalah kalau melihat luasnya liang kubur, maka secara akal itu sangat
sempit sekali. Namun setelah tanahnya ditutup, kita tidak akan tahu jika luas di
dalamnya bisa berubah, entah lebih luas ataupun semakin sempit. Semuanya
tergantung dengan amalan kita selama hidup di dunia.

9
BAB 3
PENUTUP
Sebagai umat islam, kita memiliki beberapa kewajiban dalam mengurus
jenazah, yakni memandikan, mengkafani, menshalatkan dan mengkuburkan.
Semua proses itu harus dijalankan dengan sungguh sungguh dan serius, tidak
dilakukan dengan main-main apalagi bercanda. Sudah ada tuntunan dan
tahapan yang harus dijalankan sesuai syariat islam yang ada dalam mengurus
jenazah, namun ada kalanya terdapat perbedaan tuntunan di setiap daerah
sesuai dengan adat dan budaya yang ada. Akan tetapi, hal ini tidak menimbulkan
masalah selama perbedaan itu tidak menyimpang dari syariat yang ada.
Dan pelajaran yang terpenting dari proses mengurus jenazah ini adalah
mengingat akan datangnya kematian dan pedinya sangkaratul maut. Sehingga
nanti kita bisa melakukan persiapan-persiapan untuk menyambut datangnya
kematian. Semoga kita semua bisa meninggal dalam keadaan khusnul khatimah
dan dimudahkan dalam proses sangkaratul maut nanti. Aamiin yaa rabbal
‘alamin.

10
DOKUMENTASI

11

Anda mungkin juga menyukai