Anda di halaman 1dari 7

FRIENDSHIP

 Cyntia Wulandari sebagai Tia


 Salma Tasya Sabrina sebagai Rina
 Vannesa sebagai Vani
 Miranda Apriliandini sebagai Mira
 Roland Galang Arianto sebagai Anto
 B. Charles Edwardo sebagai Edward
 Frans Erlando sebagai Erland
 Kiara Aprilia sebagai Ara

Tia dan Rina merupakan sepasang sahabat.Mereka telah menjalin hubungan persahabatan
lebih dari 8 tahun. Keduanya memiliki satu kesamaan,yaitu suka menindas 2 anak culun yang
bernama Vani dan Mira. Setiap pulang sekolah, kedua anak culun tersebut ditarik oleh
mereka berdua ke belakang sekolah untuk ditindas.

Di belakang sekolah

Tia : “Hei,kalian berdua!Kenapa menatap kami dengan tatapan menggelikan seperti itu?

Kalian nggak suka dengan kami?Jawab!” (menggertak sambil menatap tajam Vani

dan Mira)

Vani : “Kami bukannya nggak suka dengan kalian.. Kami hanya ingin pulang sekarang..”

Rina : “Halah, nggak usah ngeles deh kamu. Bilang aja nggak suka. Ngomong-

ngomong,boleh juga tuh sepatu barumu, tapi sayangnya kamu itu nggak pantes pakai

sepatu kayak gini. Mending buat aku aja.” (mengambil paksa sepatu yang dipakai

oleh Mira)

Mira : “Jangan diambil.. Nanti aku dimarahin sama bunda..”(berusaha mengambil sepatu
itu

namun tidak berhasil)

Tia : “Uhh.. Jangan diambil. Nanti aku dimarahin sama bunda.” (mengolok-olokkan Mira)

Rina : “Uhh.Takut dimarahin sama bundamu ya. Kaciaan..Tapi akunya nggak mau balikin

ke kamu.Hehehe.. Masih untung kalian nggak dibully kayak biasanya.”

Ara menuju ke belakang sekolah dan tidak sengaja melihat mereka.


Ara : “Tia dan Rina! Kalian apakan si Mira dan Vani? Tega banget kalian kepada Mira

dan Vani.”

Rina : “Heh,mau kami tendang mereka kek, mau kami baikin mereka kek, terserah kami

dong. Kok sewot amat jadi orang.”

Tia : “Udahlah Rin,mending kita sekarang pergi ke kafe.Sekalian ngumpul dengan Erland

dan Edward. Bahaya kalo sampe berurusan dengan dia.” (menarik tangan Tia lalu

pergi)

Ara : “Tenang dulu ya. Aku bakal nyari bantuan untuk dapetin sepatu itu lagi. Aku yakin,

sepatu itu pasti bakal balik lagi ke kamu, Mir.”

Saat Ara mencari bantuan, bertemulah ia dengan Anto, orang yang disukai oleh Tia. Ara
berpikir, Anto pasti dapat membantunya untuk mendapatkan kembali sepatu milik Mira.

Ara : “Anto, kesini sebentar.”

Anto : “Ara, ada apa?”

Ara : “Tadi aku liat Mira dengan Vani ditindas sama Tia dan Rina. Bahkan sepatu Mira

diambil sama Rina. Jadi sekarang aku lagi nyari orang buat bantuin ngambil kembali

sepatu itu. Kira-kira kamu mau nggak bantuin aku?”

Anto : “Tentu. Tapi aku harus tau mereka ada dimana sekarang.”

Ara : “Tadi aku denger mereka bilang mau ke kafe.”

Anto : “Okelah. Kalo gitu, aku susul mereka sekarang.”

Anto merasa tindakan yang dilakukan oleh Tia dan Rina itu keterlaluan, sehingga Anto
memutuskan untuk menyusul Tia dan Rina untuk mengambil sepatu milik Mira.

Di depan kafe

Anto : “Tia..”(memanggil lalu menghampiri Rina dan Tia)

Tia : “Eh.. Hai Anto. Ada apa nih? Kamu mau ngumpul bareng kami?” (dengan nada

lembut)
Anto : “Sebenernya aku nemuin kalian untuk minta kembali sepatu milik Mira. Aku denger

tadi kalian menindas Mira dan Vani,bahkan mengambil sepatunya.Itu keterlaluan.”

Rina : “Kamu denger dari siapa? Pasti Ara yang bilang kan?”

Anto : “Kamu nggak perlu tau siapa yang bilang ke aku. Yang aku mau sekarang itu, kalian

kasih sepatunya Mira ke aku sekarang.”

Tia : “Berhubung Anto yang minta, aku nurut deh. Rin, mending kamu kasih aja sepatu si

Mira. Ntar kita keliling mall,cari sepatu yang jauh lebih bagus daripada sepatu ini.”

Rina : “Iya deh. Nih sepatunya.” (memberikan sepatu Mira ke Anto)

Anto : “Makasih ya karena kalian mau ngembaliin sepatu Mira. Kalo gitu,aku pergi dulu.”

Anto pun pergi menemui Mira dan Vani yang masih berada di belakang sekolah karena takut
dimarahi oleh bunda Mira.

Anto : “Hai. Lihat nih aku bawa apa.”

Vani : “Anto.. Itu kan sepatu Mira yang diambil oleh Rina tadi. Kok bisa ada di kamu?”

Anto : “Tadi sebenernya Ara bilang kalo Rina ngambil sepatu Mira dan dia minta aku buat

buat ambil balik sepatu ini. Nih,ambil sepatunya.” (memberikan sepatu itu ke Mira)

Mira : “Aduh, makasih banget ya Anto. Kamu baik banget. Kalo nggak ada kamu dan Ara,

mungkin aku udah bener-bener dimarahi bunda.”

Anto : “Iya,sama-sama. Sepatunya kan udah balik ke kamu nih, mending sekarang kalian

pulang ke rumah.”

Mereka bertiga pun pulang ke rumah masing-masing. Keesokan harinya, saat pulang sekolah,
Tia dan Rina berjalan menuju ke tempat duduk depan kelas.Kali ini mereka tidak menindas
Mira dan Vani karena Tia takut Anto mengetahui tindakan buruknya lagi dan Anto akan
memandang buruk dirinya.

Di depan kelas

Tia : “Rin. Kamu duduk disini dulu ya. Aku mau ke toilet sebentar.”

Rina : “Okelah, jangan lama-lama di toilet.”


Tia : “Iya, tenang aja.” (pergi ke toilet)

Tidak lama kemudian, Anto pun datang menghampiri Rina.

Anto : (menghampiri Rina) “Hai Rina.”

Rina : “Hai Anto. Kamu ngapain disini? Nggak pulang?” (sambil berdiri)

Anto : “Nanti aku pulang kok. Tapi sebelum itu, sebenernya aku mau ngomong ini sama

kamu. Aku sudah lama memperhatikan kamu dari jauh. Semakin lama aku perhatiin,

semakin aku suka kamu. Aku tau kamu suka menindas orang, tapi sikapmu itu nggak

bisa ngilangin rasa suka itu. Hm..Langsung aja ke intinya, kamu mau nggak jadi

pacar aku?”

Rina : “Sebenernya diem-diem juga aku suka sama kamu. Aku mau kok jadi pacar kamu.”

Anto : “Mulai sekarang kita resmi pacaran ya. Oh ya, kamu lagi nungguin Tia kan?”

Rina : “Iya,aku nungguin Tia nih,tapi dianya lama banget.”

Anto : “Kalo gitu, aku pulang duluan ya. Sampai jumpa besok.” (pergi meninggalkan

tempat itu)

Tanpa disadari, Tia mendengar obrolan Anto dan Rina. Ia merasa kesal dan marah kepada
Rina, lalu ia menghampiri Rina.

Tia : “Wah, aku nggak nyangka banget lho ya. Sahabatku yang selama ini tau kalo aku

suka dengan Anto malah diem-diem suka juga sama Anto, bahkan sekarang kamu

berpacaran dengan Anto. Tega banget kamu ya. Sahabatku apa bukan sih kamu ini?”

(marah sambil mendorong Rina)

Rina : “Kamu denger obrolan aku dengan Anto?”

Tia : “Iya lah. Dan aku nggak nyangka kalo kamu mengkhianati aku dengan cara kayak

gini.”

Rina : “Maafin aku, Tia. Aku nggak untuk mengkhianati kamu, tapi jujur,sebelum

kamu menyukai Anto, aku sudah lebih dulu menyukai dia, namun aku cuma diem.

Dia juga kan sukanya sama aku, seharusnya kamu ngedukung dong.”
Tia : “Kamu pengen aku dukung setelah kamu mengkhianati aku? Hahaha nggak tau malu

banget sih kamu. Dah ah, aku mau pulang aja.” (pergi meninggalkan Tia)

Saat Tia menuju ke gerbang sekolah, ia tidak sengaja menabrak Ara.

Ara : “Aduh. Jalan yang bener dong. Jangan asal terobos.”

Tia tidak menghiraukan Ara pada saat itu. Ia memilih untuk pulang. Setelah Tia pulang, Rina
pun pulang. Persahabatan yang telah mereka jalin selama bertahun-tahun rusak begitu saja.
Keesokan harinya, keduanya tidak saling bertegur sapa. Hal itu membuat Anto, Mira, dan
Vani menjadi bingung. Bahkan Erland dan Edward yang berteman baik dengan Tia dan Rina
pun tidak tahu apa yang terjadi. Hal itu membuat Erland dan Edward menghampiri salah satu
dari mereka.

Di taman sekolah

Erland : “Tia, tumben kamu nggak nyapa Rina. Ada apa ?”

Edward : “Iya nih, Tia. Ada apa sih? Kok murung?”

Tia : “Gimana aku nggak murung coba. Rina kan tau kalo aku suka Anto, tapi dia malah

pacaran dengan Anto.”

Erland : “Hah?! Yang bener ?! Masa Rina jadian sama Anto sih. Ah, ga asik banget.”

Edward : “Yah keduluan.. Kasian bener kalian. Yang sabar ya.”

Edward berusaha menghibur kedua temannya yang sedang bersedih hati. Dan semenjak saat
itu, Tia mulai mengajak Vani untuk berteman, sedangkan Rina mengajak Mira untuk menjadi
temannya. Tia pun mulai menceritakan masalahnya dan menanyakan solusinya dengan Vani.

Tia : “Jadi menurutmu, aku harus gimana sekarang?”

Vani : “Aku tau perasaanmu, tapi menurutku, kamu sebaiknya minta maaf ke dia karena

sudah marah-marah. Lagipula, kita kan nggak bisa maksain orang yang kita suka

itu harus suka ke kita, bukan ke orang lain.”

Tia : “Tapi kenapa harus sahabatku sih?”

Vani : “Namanya juga rasa suka, munculnya tiba-tiba ke orang yang nggak diduga

juga. Mereka juga kan saling suka. Kamu coba untuk ikhlas deh. Kamu juga bisa

kok dapetin yang lebih baik dari Anto.”


Tia : “Bener juga sih yang kamu bilang. Kalo gitu, aku harus mulai berubah dan segera

minta maaf ke Rina.”

Rina juga melakukan hal yang sama seperti Tia. Dan mereka berdua tersadar akan kesalahan
mereka sendiri. Keesokan harinya, Rina yang ditemani oleh Mira menemui Tia dan Vani di
taman sekolah.

Rina : “Tia..”

Tia : “Eh Rina. Kebetulan nih. Aku mau minta maaf karena aku udah marah-marah ke

kamu. Harusnya aku seneng karena orang yang aku suka bisa bahagia dengan

sahabatku. Sekali lagi, aku minta maaf. Kamu mau kan maafin aku?”

Rina : “Udah pasti kumaafin. Toh ini sebenernya salahku juga karena nggak mikirin

perasaan kamu lagi. Aku minta maaf juga soal itu. Aku sadar kalo aku udah nyakitin

kamu banget. Bener nih nggak apa-apa kalo aku pacaran dengan Anto?”

Tia : “Iya, gapapa kok. Aku ikhlas soal itu. Aku yakin pasti ada yang bisa gantiin dia.”

Erland dan Edward datang.

Edward : “Tia aku bisa jadi pengganti Anto. Kamu mau nggak buka hati kamu buat aku?”

Tia : “Hahaha.. Jangan bercanda kamu.”

Edward : “Aku serius. Kamu mau nggak pacaran denganku? Kamu bisa buka hati pelan-pelan

kok.”

Tia : “Hm..Aku mau. Aku bakal nyoba buat buka hati untuk kamu. Jadi mulai sekarang

kita pacaran.”

Erland : “Ehem.. Ciee yang baru pacaran. PJ dong.”

Edward : “Elah kamu ini.Gaada PJ PJ an. Kamu tuh yang harusnya PJ. Pajak Jomblo.”

Erland : “Tega kamu mas..”

Edward : “Idih..”

Erland : “Bercanda. Aku nggak segitunya kok.”

Tia : “Oh iya, hampir lupa. Vani, Mira, makasih banyak ya. Kalo nggak ada kalian,

mungkin sampe sekarang kami belum baikan. Kalian berdua mau nggak bergabung

jadi sahabat kami?”


Rina : “Aku harap kalian berdua mau jadi sahabat kami. Tenang aja, kami bakal berubah

kok.”

Vani : “Hm.. Aku mau jadi sahabat kalian. Kalo kamu gimana, Mir?”

Mira : “Aku juga mau. Aku harap hubungan persahabatan ini akan terus berlanjut sampai

maut memisahkan.”

Anto dan Ara datang.

Anto : “Halo semuanya. Aku denger pembicaraan kalian. Selamat ya untuk semuanya.

Semoga pada langgeng ya.”

Ara : “Aku seneng karena kalian mau berubah. Aku harap kalian berdua bisa menjadi

lebih baik. Oh iya, nggak masalah kan kalo aku gabung kesini?”

Mira : “Nggak masalah kok. Malahan makin ramai, makin seru.”

Anto : “Iya, bener tuh kata Mira.”

Rina : “Berhubung kita semua udah berkumpul disini dengan damai, kita ke kantin yuk.

Udah laper nih..”

Mereka pun pergi ke kantin, lalu makan bersama. Persahabatan yang telah dijalin oleh
mereka terus berlangsung. Suka dan duka mereka hadapi bersama. Disaat mereka memiliki
masalah, mereka menyelesaikan masalah tersebut dengan kepala dingin. Selesai.

Anda mungkin juga menyukai