Anda di halaman 1dari 16

ASIAN BANKING FINANCE AND

INFORMATICS INSTITUTE
ABFI PERBANAS

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI BIAYA

IFRS NO. 1 FIRST TIME ADOPTION OF IFRS

Diajukan oleh :
SURYANIH
1511060013

JULI 2016

IFRS NO. 1 FIRST TIME ADOPTION OF IFRS

A. MATERI

1
2

1. Latar Belakang
Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) di Indonesia saat ini masih

belum banyak dilakukan oleh kalangan ekonomi di Indonesia. Padahal penerapan IFRS

dalam sistem akuntasi perusahaan akan menjadi salah satu tolak ukur yang menunjukkan

kesiapan bangsa Indonesia bersaingdi era perdagangan bebas. IFRS saat ini menjadi topik

hangat di kalangan ekonomi, khususnya dikalangan akuntan. IAI telah menetapkan tahun

2012 Indonesia sudah mengadopsi penuh IFRS. Di indonesia sebenarnya sebagian

perusahaan yang sudah mengacu pada IFRS, pengadopsian IFRS mestinya diikuti pula

dengan pengadopsian standar pengauditan internasional. Standar pelaporan keuangan

perusahaan tidak akan mendapatkan pengakuan tinggi, bila standar yang digunakan

untuk pengauditan masih standar lokal. International Accounting Standards, yang lebih

dikenal sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar

tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation)

profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis

transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulantertentu. Standar ini muncul akibat

tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam

bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yangberlaku sama di

semua Negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar

internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan

revaluation model, yaitu memungkinkan penilaian aset menggunakan nilai wajar, sehingga

laporan keuangan disajikan dengan basis ”true and fair”.


Bagi Perusahaan yang go international atau yang memiliki partner dari Uni Eropa,

Australia, Rusia dan beberapa negara di Timur Tengah memang tidak ada pilihan lain selain

menerapkan IFRS. Proses yang panjang tersebut akhirnya menjadi apa yang disebut IFRS,
3

yang merupakan suatu tata cara bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya

berdasarkan standar yang bisa diterima secara global. Jika sebuah negara beralih ke IFRS,

artinya negara tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan

membuat perusahaan (bisnis) bisa dimengerti oleh pasar dunia. Namun, beralih ke IFRS

bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan, tetapi mungkin

akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen di dalam perusahaan.
2. Manfaat dan Tujuan adopsi IFRS
Penyesuaian terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap keterbandingan laporan

keuangan dan peningkatan transparansi. Melalui penyesuaian maka laporan keuangan

perusahaan Indonesia akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan dari

negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik dan dapat

meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan. Selain itu, program konvergensi juga

bermanfaat untuk mengurangi biaya modal (cost of capital) dengan membuka peluang

penggalangan dana melalui pasar modal secara global, meningkatkan investasi global, dan

mengurangi beban penysusunan laporan keuangan, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan

Laporan Keuangan, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan, dan menciptakan

efisiensi penyusunan laporan keuangan. Disisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar

laporan keuangan berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan

laporan keuangan berdasarkan IFRS dan kalaupun ada diupayakan hanya relatif sedikit

sehingga pada akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian dengan IFRS.


3. Bagaimana Cara melakukan adopsi IFRS untuk pertama kalinya bagi suatu

perusahaan
Isu pelaporan keuangan adalah isu sentral yang harus diperhatikan pada saat melakukan

implementasi IFRS. Pelaporan keuangan mencangkup proses dan output pelaporan

keuangan itu sendiri. Sistem informasi akuntansi harus disesuaikan dengan IFRS, serta
4

proses pengukuran dan penilaian aktiva dan kewajiban banyak mengalami

perubahan. Penerapan IFRS pada suatu perusahaan harus dilakukan berawal dari laporan

keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi lokal, dilakukan dengan dua cara:
1) Rektaonsiliasi terhadap laporan keuangan yang disusun berdasarkan lokal GAAP

sehingga sesuai dengan IFRS.


2) Menyusun laporan keuangan secara terpisah dengan langsung mengacu kepada

IFRS.
Penerapan IFRS berdampak terhadap perusahaan dalam banyak hal. Aspek pelaporan

interim dan basis penilaian adalah hal yang paling banyak terkena dampak. Penerapan

IFRS dengan cara adopsi penuh, hal yang paling signifikan yang harus

diperhatikan adalah koreksi laba ditahan sebagai akibat penerapan pertama dari IFRS.

Efeknya bisa mengurangi laba atau sebaliknya justru bisa menambah laba. Sasaran

konvergensi IFRS tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan

IFRS versi 1 Januari 2009, yang berlaku efektif tahun 2011-2012. Kovergensi IFRS di

Indonesia dilakukan secara bertahap. Sepanjang tahun 2009, DSAK-IAI telah

mengesahkan 10 PSAK baru, 5 ISAK, dan mencabut 9 PSAK berbasis industri dan

mencabut 1 ISAK. Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012. Dengan

mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak

memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS.

Namun, perubahan tersebut akan memberikan efek di berbagai bidang, terutama dari segi

pendidikan dan bisnis. Beberapa kendala dalam adopsi IFRS ke PSAK:


1) Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya
2) IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih

dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut.


5

3) Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak

metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan. Kesiapan

perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS.


4. Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari pelaporan keuangan perusahaan

perusahaan yang ada di Indonesia.Adopsi standar internasional juga sangat penting dalam

rangka stabilitasperekonomian. Manfaat dari program konvergensi IFRS diharapkan akan

mengurangi hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan,

mengurangi biaya yang terkait denganpenyusunan laporan keuangan, dan mengurangi cost

of capital. Sementara tujuan akhirnya laporankeuangan yang disusun berdasarkan Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) hanya akan memerlukan sedikitrekonsiliasi untuk menghasilkan

laporan keuangan berdasarkan IFRS. Banyaknya standar yang harusdilaksanakan dalam

program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi publik untuk sedari dini

mengantisipasi implementasi program konvergensi IFRS.Beberapa


dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian Pelaporan

Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif:


1) Perubahan konsep dari rule based ke principle based
Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat

atau rigid, melainkanhanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi

yang harus diikuti untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang

relevan, dapat diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung

makna bahwa untuk mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan,

dapatdiperbandingkan, dan objektif, standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid.
2) Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan
Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang

akan kita gunakanmenjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail

sudah disederhanakan kedalambeberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari


6

IFRS inilah yang menjadikan peran professional judgement lebih dibutuhkan baik

dalam hal mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam halpengauditan. Dan hal

terpenting yang harus kita lakukan adalah bahwa semua dokumen serta proses

Profesional Judgement itu harus didokumentasikan.


3) Penggunaan Fair Value Accounting
Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu

transaksi yangdipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan

keuangan. Nilai adalah nilai yangwajar mencerminkan kualitas kredit suatu

instrumen.Sehingga dengan adanya fair value accounting maka penyajian atas

pelaporan keuangan untuk nilai aset dan instrumen keuangan tercatat pada

nilaisebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi pasar. Sehingga kualitas yang

dihasilkan atas laporankeuangan menjadi dapat diandalkan.


4) Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan

dengan penilaian danpengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya

pihak ketiga didalam penyusunan laporankeuangan sangat besar. Karena laporan

keuangan mewajibkan untuk diungkapkan secara menyeluruhagar transparansi

menjadi suatu hal penting bagi pengguna laporan keuangan.

B. Contoh

1. Penerapan IFRS pertama kalinya di Tahun 2011 Pada PT. Telkom

Perubahan yang cukup besar terkait pelaporan keuangan tahun 2011 adalah

berkaitan dengan penerapan standar pelaporan keuangan International Financial

Reporting Standard (“IFRS”).

Mengingat pelaporan keuangan di Telkom telah menerapkan pengendalian

internal sebagaimana ketentuan SOX Section 404, maka rancangan dan penerapan
7

pengendalian internal atas pelaporan keuangan perlu mengalami penyesuaian yang cukup

besar agar sesuai dengan ketentuan standar akuntansi yang berlaku. Hal tersebut meliputi

kebijakan akuntansi, organisasi dan aplikasi TI, termasuk perubahan rancangan dan

penerapan pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang diikuti dengan

pengembangan kompetensi pengetahuan IFRS kepada karyawan yang terlibat.

Komitmen untuk menerapkan IFRS merupakan keputusan manajemen, bahwa

Telkom akan melakukan adopsi lebih awal dari roadmap DSAK IAI atas Standar

Pelaporan Keuangan IFRS. Untuk itu sejak tahun 2010 dibentuk tim khusus disebut

dengan Gugus Tugas IFRS yang bertanggung jawab mempersiapkan implementasi IFRS

mulai dari fase penilaian, desain, implementasi sampai tahap kestabilan yang

direncanakan akan tercapai pada tahun 2012.

Untuk lebih detailnya berikut tahapan perancangan dan penerapan IFRS:

Tahun Fase Kegiatan


Penilaian proses bisnis dan TI di Telkom

Penilaian accounting gap dan practical gap

2010 Penilaian Menentukan dan memilih opsi IFRS 1 untuk penerapan pertama IFRS

Penilaian TI dan proses bisnis yang terpengaruh implementasi IFRS

Pembuatan Mock-up laporan keuangan IFRS (31 Maret 2010)


2010-2011 Desain Pembuatan kerangka dan detail Chart of Account (”COA”)

Pembuatan BRDs untuk aplikasi TI yang terpengaruh

Pembuatan Mock-up laporan keuangan IFRS (30 Juni 2010)

Pembuatan position paper IFRS untuk topik-topik akuntansi penting

Pembuatan group reporting package IFRS

Penyusunan proses pengakuan dan pengukuran untuk transaksi


8

transisional.
Akuntansi dan Pelaporan – pembuatan panduan group reporting package,

penyusunan laporan keuangan IFRS , kebijakan akuntansi IFRS, dan blank

template keuangan IFRS

Data danTeknologi – implementasi aplikasi TI baru (modifikasi)

2011 Implementasi Proses dan Kontrol – mengupdate dan menyesuaikan proses bisnis SOA &

SOP Manajemen Perubahan – melakukan sosialisasi dan pelatihan atas

akuntansi dan pelaporan, data dan teknologi, serta proses dan kontrol

Overall Project Monitoring – memonitor progres dari implementasi IFRS

dan mengidentifikasi serta memitigasi risiko.


Membuat dan mengoperasikan sistem pendukung implementasi IFRS

Mengidentifikasi, memprioritisasi serta menyelesaikan masalah yang

muncul dalam proses bisnis, kontrol, serta aplikasi TI

2012 Sustain Mengelola tes ulang dan aktivasi aplikasi TI dan perubahan proses bisnis

Melakukan pengecekan proses dan kualitas data

Membuat daftar aktivitas dan roadmap untuk melakukan perbaikan

Menyusun proses transisi dari fase sustain ke fase bisnis sehari-hari

Bagi Telkom, implementasi IFRS memiliki tantangan tersendiri, selain harus

menyampaikan Laporan Keuangan dalam standar IFRS ke US SEC, Telkom pun harus

menyampaikan Laporan Keuangannya dengan SAK Indonesia ke Bapepam-LK dengan

tetap memperhatikan norma-norma pengendalian internal.

Terkait dengan penerapan IFRS, Telkom juga berperan aktif mendukung

implementasi IFRS di BUMN lainnya dan terlibat sebagai narasumber, berikut beberapa

kegiatan yang telah dilakukan:


9

Telkom terlibat aktif menjadi Tim Kerja Koordinasi BUMN untuk Antisipasi Penerapan

IFRS ke dalam SAK Indonesia, salah satu wujudnya adalah menjadi narasumber dan

pengajar untuk workshop penerapan SAK Indonesia Baru (IFRS) untuk BUMN; Telkom

memberikan jasa pendampingan konvergensi SAK Indonesia-IFRS kepada salah satu

BUMN di Indonesia dan ini merupakan langkah awal untuk membantu proses

konvergensi di BUMN-BUMN lainnya; Telkom menjadi pembicara utama dalam

Seminar IFRS untuk Auditor dengan tema ”Internal Auditors Need to Know IFRS

Conversion” pada tanggal 11-13 April 2011 di Bandung; dan Secara rutin melakukan

sosialisasi dan workshop atas implementasi IFRS ke Anak Perusahaan Telkom.

2. Penyesuaian Penyesuaian yang terjadi atas laporan keuangan untuk mengadopsi

IFRS pertama kali Pada PT. Telkom

Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi IFRS dan

membandingkan laporan keuangan PT Telkom Indonesia yang telah mengadopsi IFRS

dengan laporan keuangan PT Telkom Indonesia konvergensian IFRS. Makalah ini

didasari perubahan adopsi standar yang ditetapkan oleh Dewan Standar Akuntansi

Keuangan dari sebelumnya U.S. GAAP menjadi IFRS yang mulai diimplementasikan

dalam laporan keuangan perusahaan pada tahun 2011. Makalah ini berfokus pada proses

penerapan konvergensi IFRS dan perbandingan dua pedoman standar akuntansi yang

dilaksanakan PT Telkom Indonesia dalam laporan keuangan perusahaan selama periode

2010 - 2013. Berdasarkan data laporan keuangan menunjukkan terdapat beberapa

pedoman standar akuntansi yang berpengaruh signifikan dan tidak signifikan akibat

pelaksanaan proses konvergensi IFRS pada laporan keuangan perusahaan. Pedoman


10

standar akuntansi yang berpengaruh signifikan dalam laporan keuangan PT Telkom

Indonesia adalah sebagai berikut:

1. PSAK 1 (Revisi 2009), "Penyajian Laporan Keuangan"

2. PSAK 22 (Revisi 2010), "Kombinasi Bisnis"

3. PSAK 60, "Instrumen Keuangan: Pengungkapan"

4. PSAK 7 (Revisi 2010), "Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi"

5. ISAK 25, "Hak Atas Tanah"

6. PSAK 38 (Revisi 2012), "Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali"

7. ISAK 16 "Perjanjian Konsesi Jasa"

Beberapa standar IFRS yang menjadi perhatian utama pada perbandingan dua

pedoman standar yang dilaksanakan dalam laporan keuangan PT Telkom Indonesia.

Standar-standar tersebut menjadi perhatian utama dikarenakan menghasilkan

rekonsiliasi antara laporan keuangan PT Telkom Indonesia berdasarkan IFRS dan

PSAK yang dapat dilihat pada catatan atas laporan keuangan. Standar IFRS menjadi

tolok ukur dalam perbandingan ini dikarenakan proses pengadopsian IFRS secara

penuh yang ditetapkan oleh DSAK IAI. Standar-standar IFRS yang menjadi perhatian

utama adalah sebagai berikut:

1. IFRIC 12 "Service concession arrangements" Standar ini berperan pada rekonsiliasi

beberapa akun laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011 -2013. Akun-
11

akun laporan keuangan tersebut adalah piutang usaha, aset tetap, pendapatan, beban

operasi dan beban depresiasi. Standar ini memberikan penjelasan pedoman perjanjian

konsesi jasa. Pada perjanjian konsesi jasa untuk setiap aset konsesi dianggap oleh

perusahaan tidak sebagai aset tetap perusahaan. Aset konsesi dimaksudkan sebagai

aset yang digunakan untuk kepentingan publik. Pengakuan pendapatan dan beban

pada perjanjian ini merujuk pada IAS 11 dan IAS 18. Perbedaan pengakuan

pendapatan dan beban antara laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS dan

PSAK terjadi pada periode 2011 dan 2012 dikarenakan belum diterapkannya SAK

yang sama dengan IFRS pada laporan keuangan perusahaan.

2. IAS 17 "Land rights" Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan

keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011 - 2013. Akun-akun yang terpengaruh

adalah aset tetap dan beban depresiasi perusahaan. Standar ini memberikan

penjelasan bahwa untuk hak atas tanah diakui sebagai bagian penyusutan aset tetap

perusahaan. PT Telkom Indonesia pada laporan keuangan berdasarkan IFRS

mengakui hak atas tanah sebagai sewa pembiayaan dan diamortisasi selama masa

sewa hak atas tanah. Pada SAK hak atas tanah diakui sebagai aset tetap dan tidak

diamortisasi kecuali dapat diprediksi bahwa tak mungkin atau kecil kemungkinan

bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak dapat diperoleh.

3. IAS 19 "Employee benefits - actuarial gains and losses" Standar ini berperan pada

rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011 -

2013. Akun-akun tersebut adalah yait ubeban pensiun, liabilitas diestimasi imbalan

kesehatan pasca kerja, beban karyawan dan rugi/laba aktuaria program pensiun
12

manfaat pasti. Standar ini menjelaskan pedoman pengakuan keuntungan dan kerugian

aktuaria. Telkom Indonesia berdasarkan laporan keuangan berdasarkan IFRS

langsung mengakui laba atau rugi aktuaria pada penghasilan komprehensif lainnya

periode tahun berjalam. Pada laporan keuangan berdasarkan PSAK mengakui

keuntungan dan kerugian aktuaria pada penghasilan atau beban dengan kondisi

akumulasi keuntungan dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui pada akhir

tahun pelaporan sebelumnya melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti.

4. IFRS 1 "First-time Adoption of International Financial Reporting Standards"

Standar ini berperan pada rekonsiliasi beberapa akun laporan keuangan PT Telkom

Indonesia periode 2011-2013. Akun-akun tersebut adalah selisih kurs karena

penjabaran laporan keuangan dan aset pensiun. Standar ini memberikan beberapa

pengecualian dalam pencatatan akuntansi perusahaan kepada perusahaan yang

pertama kali mengadopsi IFRS. Pada akun selisih kurs karena penjabaran laporan

keuangan dan aset pensiun dianggap menjadi nihil dikarenakan pengecualian yang

diberikan oleh IFRS 1 untuk laporan keuangan perusahaan yang bertransisi ke IFRS

pertama kali.

5. IFRS 3 "Business Combination" Standar ini berperan pada rekonsiliasi akun aset

tak berwujud PT Telkom Indonesia pada tahun 2011. Pada standar ini menetapkan

bahwa untuk perusahaan yang pertama kali mengadopsi IFRS ini maka amortisasi

goodwill dari kombinasi bisnis sebelumnya dihentikan dan menguji penurunan

goodwill sesuai dengan IAS 36.


13

6. IAS 1 "Presentation of Financial Statement" Standar ini menjelaskan pedoman

dasar dalam mempresentasikan laporan keuangan perusahaan bagi perusahaan yang

pertama kali mengadopsi IFRS. Standar ini berperan pada akun cadangan lainnya

(other reserves) laporan keuangan PT Telkom Indonesia periode 2011-2013. Pada

laporan keuangan perusahaan periode 2011-2013 berdasarkan IFRS terdapat

pencatatan cadangan lainnya perusahaan beserta sifat dan tujuannya. Pada laporan

keuangan perusahaan tahun 2011 berdasarkan PSAK tidak terdapat pencatatan

cadangan lainnya. Pada laporan keuangan perusahaan tahun 2012 dan 2013 akun

cadangan lainnya dicatat sebagai komponen ekuitas lainnya pada pos ekuitas

perusahaan. Penjelasan sifat dan tujuan komponen ekuitas lainnya tidak terdapat pada

catatan laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK. Pada catatan atas laporan

keuangan ini juga menemukan bahwa selama proses konvergensi IFRS yang

dilaksanakan, laporan keuangan PT Telkom Indonesia menunjukkan peningkatan

untuk nilai aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan dan laba komprehensif selama periode

2011-2013. Hasil analisis rasio yang dilaksanakan pada penelitian ini juga

menunjukkan tren positif selama periode laporan keuangan PT Telkom Indonesia

mengaplikasikan standar akuntansi konvergensian IFRS. Hal ini ditunjukkan pada

meningkatnya angka analisis rasio pengukuran likuiditas, solvabilitas, profitabilitas

dan kinerja operasi PT Telkom Indonesia dari periode tahun 2010-2013. Terdapat

dampak diaplikasikannya beberapa standar IFRS dalam jumlah saldo beberapa akun

laporan keuangan PT Telkom Indonesia. Standar IFRS dan akun perusahaan yang

dipengaruhi adalah sebagai berikut


14

1. IFRIC 12 "Service concession arrangements" Pada pengaplikasian IFRIC 12 dalam

laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS, untuk akun aset tetap, pendapatan,

biaya operasi dan biaya amortisasi menunjukkan jumlah saldo yang lebih kecil

dibandingkan dengan jumlah saldo akun yang sama dalam laporan keuangan

perusahaan berdasarkan PSAK selama periode belum diaplikasikannya ISAK yang

sama dengan IFRIC 12. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan pengakuan aset tetap

sebagai aset konsesi antara laporan keuangan berdasarkan PSAK dan IFRS. Pada

laporan keuangan berdasarkan PSAK masih menganggap aset konsesi sebagai aset

tetap perusahaan. Beban dan pendapatan yang terkait dengan aset konsesi masih

diakui di dalam laporan keuangan berdasarkan PSAK.

2. IAS 17 "Land Rights" Pada pengaplikasian IAS 17 dalam laporan keuangan

perusahaan berdasarkan IFRS untuk akun aset tetap dan biaya amortisasi perusahaan

menunjukkan jumlah saldo yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah saldo akun

yang sama dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK selama periode

2011-2013. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan pengakuan hak atas tanah sebagai

biaya amortisasi dalam laporan keuangan PT Telkom Indonesia. Pada laporan

keuangan perusahaan berdasarkan IFRS mencatat hak atas tanah sebagai bagian biaya

penyusutan aset tetap. Pada laporan keuangan perusahaan berdasarkan PSAK tidak

mencatat hak atas tanah sebagai bagian biaya penyusutan aset tetap

3. IAS 19 "Employee benefits - actuarial gains and losses" Pada pengaplikasian IAS

19 dalam laporan keuangan perusahaan berdasarkan IFRS untuk akun liabilitas

diestimasian imbalan kesehatan pasca kerja dan liabilitas diestimasian pensiun dan
15

imbalan pasca kerja lainnya menunjukkan jumlah saldo yang lebih besar

dibandingkan dengan jumlah saldo akun yang sama dalam laporan keuangan

perusahaan berdasarkan PSAK selama periode 2011-2013. Perbedaan ini dikarenakan

perbedaan pencatatan rugi (laba) aktuaria yang belum diakui dalam laporan keuangan

perusahaan. Pada laporan keuangan berdasarkan PSAK mencatat rugi (laba) aktuaria

yang belum diakui dalam laporan keuangan perusahaan sebagai bagian dari biaya

sedangkan pada laporan keuangan berdasarkan IFRS tidak mencatat rugi (laba)

aktuaria yang belum diakui dalam laporan keuangan perusahaan sebagai bagian dari

3. Kesimpulan

Standar Pelaporan Keuangan Internasional Internasional atau Financial Reporting

Standard (IFRS) rupanya bukan hal yang asing bagi lembaga keuangan Tanah Air.

Indonesia sudah mengadopsi tahap pertama dari konversi IFRS pada 1 Januari 2012,

yang secara material sama dengan IFRS versi tanggal 1 Januari 2009. Guna

menyempurnakan penerapannya secara utuh pada standar pelaporan keuangan di

Indonesia, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-

IAI) tengah bersiap melanjutkan tahap dua guna melakukan adopsi penuh IFRS.

Menurut Ketua DSAK-IAI, Rosita Uli Sinaga pada tanggal 6 Maret 2013, “Dengan

keberhasilan pertama, IAI siap untuk melanjutkan ke tahap dua guna melakukan

adopsi penuh IFRS”.

Hal tersebut menunjukkan bahwa saat ini pola adopsi yang dilakukan oleh PSAK

Indonesia adalah gradual strategy, dimana adopsi IFRS dilakukan secara bertahap.

Adopsi secara penuh IFRS akan meningkatkan keandalan dan daya banding informasi
16

laporan keuangan secara internasional, namun adopsi seutuhnya akan bertentangan

dengan sistem pajak pemerintahan Indonesia atau kondisi ekonomi dan politik

lainnya. Hal ini merupakan rintangan dalam adopsi sepenuhnya IFRS di Indonesia.

Adopsi seutuhnya terhadap IFRS, berarti merubah prinsip-prinsip akuntansi yang

selama ini telah dipakai menjadi suatu standar akuntansi berlaku secara internasional.

Jadi dapat disimpulkan bahwa saat ini PSAK di Indonesia masih berupa pola yang

mengacu kepada IAS yang artinya PSAK di Indonesia tidak seratus persen sama

dengan IAS. Karena penerapan adopsi IFRS belum dilakukan secara utuh pada

standar pelaporan keuangan di Indonesia dan masih harus dilakukan secara bertahap

guna melakukan adopsi penuh IFRS.

Anda mungkin juga menyukai