Secara umum orang mengenal 5S sebagai sebuah cara atau filosofi yang merupakan cara me-
manage, cara mengelola area kerja baik dari pola kerja yang efisien dan efektif, pola melakukan
perbaikan terus-menerus dengan mengikis segala bentuk pemborosan, memperbaiki alur kerja,
serta memangkas proses-proses yang tidak perlu dan tidak rasional, selain itu 5S juga
mengajarkan kepada kita tentang pola kedisiplinan yang tidak pernah mengenal lelah apalagi
menyerah.
Semangat 5S dan sekaligus target sasaran 5S adalah perubahan moralitas kerja ketika kita
berada diarea kerja kita, keselamatan kerja, dan efisiensi dalam setiap hal pekerjaan yang kita
lakukan. Sebab dengan pelaksanaan 5S, kita bisa dengan mudah melihat perbedaan setiap jenis
barang di tempat dan lokasi yang berbeda pula, lebih mudah mengakses dan menemukan
sesuatu yang kita cari karena petunjuk lokasi dan tempat yang sudah jelas, lebih hemat waktu
dalam mengerjakan sesuatu karena petunjuk yang jelas dan standar kerja yang sudah baku
disesuaikan dengan kebutuhan kerja, lebih merasa aman dan nyaman dalam bekerja karena
semua karyawan telah melakukan hal yang sama dan standar.
Berikut ini secara singkat pengertian satu persatu dari 5 kata S di atas.
a. Seiri (Pemilahan)
Pastikan setiap barang yang berbeda jenis dan keperluannya terpisah. Tidak
mencampurkan jenis produk yang sama dalam satu keranjang atau karton box yang sama
sebab hal ini berpotensi terkirim sampai ke pelanggan. Pisahkan pula produk yang
dinyatakan “OK” dengan produk yang dinyatakan “BS” demikian juga dengan produk yang
belum diperiksa, semuanya harus benar-benar jelas memiliki tanda dan terpisah. Pastikan
tools, alat-alat yang biasa digunakan untuk bekerja tidak tercampur dengan alat-alat yang
sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi.
b. Seiton (Penataan)
Setelah kita memilah barang yang berbeda jenis, berbeda keperluannya, dan berbeda
tujuan, maka langkah berikutnya adalah menata setiap barang tersebut dengan
pemberian identitas yang jelas agar benar-benar tidak tercampur, menatanya dengan
pola penyimpanan yang rapi, dari warna box yang dibedakan, misalnya warna biru untuk
box produk “OK” warna merah untuk produk “BS” dan warna kuning untuk produk yang
belum diperiksa. Atau kita tata alat ukur yang biasa digunakan di lapangan produksi
dengan gelang berwarna untuk setiap periode kalibrasi yang kita tetapkan, misalnya
gelang kuning untuk alat ukur yang sudah dikalibrasi pada periode semester genap dan
gelang warna hijau untuk alat ukur yang dikalibrasi pada periode semester ganjil. Jika
masa kerja kita telah memasuki semester ganjil sementara masih ada alat ukur yang
1
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
menggunakan gelang warna kuning, maka hal ini dengan mudah bisa dideteksi dan segera
dilakukan perbaikan dengan melakukan kalibrasi atas alat ukur tersebut.
c. Seisou (Pembersihan)
Aktifitas bersih-bersih bukanlah merupakan aktifitas khusus dalam pekerjaan kita,
melainkan menyatu dengan keseharian jadwal kerja. Dengan seisou, kita pastikan bahwa
area kerja kita tetap bersih setelah pekerjaan selesai sama seperti ketika memulai
pekerjaan, hal ini bertujuan agar jika terjadi kesalahan atau hal-hal aneh selama bekerja
bisa terdeteksi pada saat akhir bekerja, misalnya setiap selesai bekerja semua tools
dikembalikan ke kotaknya dan dibersihkan dari kotoran jika ditemukan tools yang sudah
rompal dan tidak bisa digunakan, maka dengan segera kita tahu bahwa tools yang
dimaksud harus diganti. Selanjutnya perlu segera dilakukan order untuk penjagaan level
stock. Dalam hal lain, kita bersihkan meja kerja kita setiap selesai pekerjaan,
mengembalikan file-file yang digunakan kepada tempatnya dimana kita pertama kali
mengambil. Merapikan meja kerja dan sekelilingnya dari dokumen-dokumen yang
berceceran dan sampah-sampah lain lalu membuang sampah ke tong sampah dan
menyimpan dokumen pada tray dokumen sesuai kebutuhannya. Kegiatan ini menyatu
dalam keseharian jadwal kerja kita kapanpun dan dimanapun. Jika hal ini dilakukan maka
dengan mudah kita bisa menemukan dokumen yang kita perlukan karena tinggal
mengambil di tempat yang sudah ditetapkan bersama, demikian pula halnya dengan tools
yang kita butuhkan akan selalu pasti tersedia dalam level stock yang aman untuk
digunakan dan dalam kondisi yang bisa pakai. Dalam keseharian habits orang jepang
sering kita dengar istilah junbi (Ed: jumbi: persiapan) dan katazuke (rapi-rapi) setiap
mereka selesai bekerja, hal ini tidak lain adalah proses seisou yang telah menjadi karakter
pribadi setiap orang jepang. Dalam kondisi normal, mereka tidak akan mungkin
meninggalkan meja kerjanya berantakan tanpa berusaha melakukan katazuke sebelum
meninggalkan tempat kerjanya
d. Seiketsu (Pembiasaan)
Istilah seiketsu ini sering kali diterjemahkan sebagai pembiasaan walaupun maknanya
lebih dekat pada Standarisasi. Bahwa setiap kita dituntut untuk melaksanakan 3S di atas
dalam proses sehari-hari, bukan lagi sebagai aktifitas dadakan yang menyita waktu dan
energi tetapi tidak memberikan dampak berarti dalam pekerjaan. Rangkaian aktifitas 4S
dilaksanakan dengan konsisten dalam keseharian kerja kita, dilaksanakan oleh semua
orang tanpa kecuali sebagai sebuah standar baku yang menyatu dengan pekerjaan inti.
e. Shitsuke (Pendisiplinan)
Ini adalah fase terakhir dari rangkaian “Pilah-Tata-Bersihkan-Biasakan”. Penetapan
pendisiplinan diri merujuk pada proses panjang yang berkelanjutan. Maka Seiketsu
sebagai S ke-5 menjadi penyempurnaan dari 4S sebelumnya. Pada konsep pendisiplinan
ini diharapkan pula bukan sekedar mempertahankan kondisi yang ada tetap rapih, bersih,
dan standar saja melainkan perlu ada perbaikan berkelanjutan tanpa perubahan berhenti
berinovasi. Sebab hanya dengan cara itulah perusahaan dapat mempertahankan
kondisinya untuk tetap survive ditengah era persaingan global saat ini.
2
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
Tata Letak (Lay-Out) peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan
peralatan di bengkel/laboratorium, sehingga bengkel/laboratorium tersebut berwujud dan
memenuhi persyaratan-persyaratan untuk beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di
atas mengandung makna yang sangat luas, yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu
bengkel/laboratorium yang layak operasi diperlukan penempatan peralatan yang tersusun
rapih yang berdasar kepada proses dan langkah-langkah penggunaan / aktifitas dalam
bengkel/laboratorium yang diharapkan, begitu pula dengan daerah kerja (work stations)
harus memiliki luas yang memungkinkan pekerja/operator dapat bergerak bebas, aman dan
nyaman, di samping lalu lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai ke tempat kerja
dengan mudah/lancar.
Tata letak (lay out) peralatan di bengkel bertujuan untuk mendapatkan suatu keuntungan
yang maksimal dengan cara mengatur/penempatan peralatan semua fasilitas pada
tempat/lokasi yang strategis dan posisi yang terbaik sehingga dapat mencapai pemanfaatan
yang berimbang dari faktor-faktor manusia, bahan, peralatan/mesin dan pendanaan akan
merupakan sesuatu yang sangat dominan dan selalu harus menjadi perhatian dalam
menyelenggarakan suatu kegiatan, tidak terkecuali dalam kegiatan penataan dengan
maksud agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan perkataan lain bahwa
penataan peralatan dalam bengkel/laboratorium merupakan suatu usaha untuk
meningkatkan kelancaran di dalam berproduksi dalam hal ini adalah kelancaran kegiatan
belajar mengajar.
3
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
Prinsip pertama dengan prinsip yang kedua sangat erat hubungannya, mungkin dapat
direncanakan secara bersamaan. Berikut ini akan dijelaskan prinsip pengaturan daerah kerja
dan lalulintas atau biasa disebut work station (daerah kerja) dan garis kerja. Peralatan yang
ditata di bengkel/laboratorium meliputi alat-alat utama, alat-alat kelengkapan, alat-alat
penunjang, bahan praktek dan sebagainya. Penyusunan tata letak peralatan tidak ada
ketentuan yang baku, tapi disarankan agar hal-hal berikut diperhatikan :
Memberikan kemudahan untuk bergerak
Menjamin keselamatan kerja
Mempertimbangkan alur atau proses produksi atau pengerjaan produk
Memberikan peluang untuk pemeliharaan
Memanfaatkan penerangan alami semaksimal mungkin
Peralatan atau mesin terlihat rapi dalam penataan letak peralatan atau mesin ada
beberapa sistem antara lain penataan berdasarkan alur proses kerja atau pengerjaan
suatu jenis pearalatan
Penataan berdasarkan jenis, ukuran, maupun keseragaman peralatan
Disamping itu penempatan ruang alat (tool room) agar mudah dan dekat dijangkau dari
segala penjuru bengkel/laboratorium , misalnya tool room agak ditengah-tengah bengkel,
laboratorium, demikian juga gudang bahan perlu ditempatkan dilokasi yang aman tetapi
mudah dijangkau.
Berdasarkan hal di atas maka sebagai pengelola bengkel/laboratorium dituntut untuk selalu
mengetahui dengan pasti semua peralatan, yang berada dalam tanggung jawabnya tanpa
harus melihat dulu dokumen -dokumennya terutama peralatan portable dan peralatan multi
fungsi yang dalam pemakainnya bisa dipindah-pindah, sesuai keinginan si pemakai. Agar
semua peralatan mudah dideteksi banyak cara yang dapat dilakukan. Salah satu diantaranya
ialah dengan menata semua peralatan pada tempat-tempat tertentu, dengan prinsip :
Mudah dilihat
4
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
Mudah dijangkau
Aman untuk alatnya
Aman untuk pemakainya
Disamping cara penataan di atas, ada beberapa hal yang perlu juga diperhatikan bagi
pengelola peralatan di bengkel/laboratorium :
a. Semua peralatan dipusatkan di suatu ruang dan semua siswa tahu kemana mereka
harus mencari untuk mendapatkannya.
b. Bengkel, laboratorium/ tempat alat harus selalu dikunci, tetapi jangan sampai
kuncinya hilang/ lupa sehingga terpaksa harus didobrak.
c. Setiap pelajaran praktek bengkel, perlu ditunjuk salah satu siswa secara bergantian
sesuai (dengan jadwal pembagian tugas) untuk menjadi toolman, yang diberi tanggung
jawab melayani dan pengembalian alat sehingga selesai jam praktek.
d. Dalam situasi sehari –hari , ruang alat juga berfungsi melindungi peralatan yang
dipinjam/diambilsecara tidak sah oleh staf bengkel/ laboratorium (staf pemeliharaan).
e. Ruang alat hanya digunakan untuk menyimpan peralatan untuk keperluan kegiatan
belajar mengajar praktek.
f. Pengecekan extra perlu dilakukan untuk peralatan khusus yang dilakukan sewaktu –
waktu , untuk pekerjaan tertentu seperti alat – alat instrumen.
g. Bila diperlukan dapat mengangkat orang seperti penjaga ruang (toolman) yang
bertanggung jawab tidak hanya dalam hal pelayanan keluar masuk peralatan tetapi
juga untuk perawatan.
h. Sebaiknya peralatan ditata secara kelompok menurut jenis dan fungsinya.
i. Brosur – brosur atau katalog sebaiknya disimpan baik diruang alat pada tempat
khusus.
3. Pemakaian Peralatan
Salah satu prinsip pokok dari keberadaan peralatan di bengkel/laboratorium sekolah,
dimana peralatan tersebut harus siap atau dapat digunakan pada saat diperlukan dalam
proses pembelajaran. Pemakai utama dari peralatan ini adalah siswa dan guru yang sedang
melaksanakan proses pembelajaran. Namun juga tidak tertutup kemungkinan bahwa
peralatan tersebut juga dipakai oleh siswa dan guru atau pihak lain diluar jam proses
pembelajaran.
Oleh karena itu, pemakaian peralatan ini perlu dikendalikan oleh pengelola
bengkel/laboratorium. Pengelola bengkel/laboratorium perlu tahu atau punya data tentang
peralatan apa dipakai oleh siapa dan untuk keperluan apa. Data ini diperlukan untuk
pengecekan bilamana terjadi kerusakan atau kehilangan. Disamping itu, data tentang
5
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
pemakaian peralatan ini juga bisa digunakan untuk pengaturan agar memastikan peralatan
selalu siap dan ada saat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Hasil dari tugas tersebut di atas akan menjadi salah satu dokumen atau evidence (bukti fisik
yang otentik) terhadap keberadaan sebuah bengkel/laboratorium yang dikelola dengan baik.
6
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
Kalimat diatas memiliki makna bahwa bahan yang akan diproses didalam kegiatan belajar mengajar
terdiri dari bermacam – macam jenisnya , dan dalam jumlah yang bervariasi. Agar bahan tersebut
dapat diproses dan dapat menghasilkan sesuatu yang berguna diperlukan.
suatu penanganan yang sungguh – sungguh dalam penempatannya. Untuk penempatan bahan
dipilih satu lokasi yang sekiranya dapat menjamin bahwa bahan yang disimpan / ditata dalam
gudang tidak berubah kualitas maupun kuantitasnya.
Beberapa faktor penting yang dapat dijadikan dalam penentuan lokasi gudang yaitu :
Tempat mudah dicapai oleh alat pengangkut.
Penentuan Jenis Barang (Kering/Basah/Liquid).
Tempat bebas dari banjir dan tidak mudah terbakar.
Memungkin tersedia fasilitas yang diperlukan seperti : Listrik , air dan telepon.
Penempatan bahan praktek di dalam gudang bahan pada dasarnya perlu memperhatikan
karakteristik dari bahan itu sendiri. Ada beberapa cara dalam penyimpanan bahan praktek yang
biasa dilakukan di bengkel, yaitu:
a. Menggunakan rak bahan
Bahan praktek yang berukuran panjang dan berat sebaiknya disimpan menggunakan rak
penyimpanan bahan. Bahan yang berukuran lebih panjang dan lebih berat disimpan dibagian
bawah. Disamping itu, bahan-bahan lainnya dengan aneka bentuk dan berat juga bisa ditata
berkelompok dengan rapi di atas rak bahan. Setiap jenis bahan diberi nomor atau nama agar
mudah ditemukan saat dibutuhkan.
b. Menggunakan kotak bahan
Bahan praktek yang berukuran kecil seperti komponen elektronika, baut, paku dll. sebaiknya
disimpan dalam wadah berbentuk kotak/bok. Setiap kotak juga perlu diberi label dalam bentuk
nomor atau nama bahan. Kemudian kotak/bok bahan ini bisa ditempatkan dengan rapi di atas rak
atau lemari bahan.
c. Menggunakan lemari bahan
7
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
Disamping rak dan kotak, bahan praktek juga bisa disimpan di dalam lemari bahan. Biasanya
bahan yang disimpan dalam lemari ini adalah bahan yang dari segi ukuran relatif kecil dan tidak
terlalu berat, serta dari sisi harga relatif mahal. Bahan semacam ini memang lebih aman untuk
disimpan dalam lemari yang bisa dikunci.
d. Menggunakan Tempat Khusus
Penggunaan Tempat Khusus diperlukan apabila bahan memerlukan tempat / perlakuan Khusus
sehingga tidak akan mengurangi kualitas dan kuantitas dari barang tersebut apabila di simpan
lama.
Disamping menata dan menyimpan bahan praktek dari hasil pengadaan bahan, pengelola
bengkel/Lab juga perlu menyediakan tempat penyimpanan bahan-bahan sisa berupa potongan-
potongan yang masih bisa dimanfaatkan. Penyimpanan bahan sisa ini biasa berupa bok/kotak bahan
yang khusus diperuntukan untuk bermacam-macam bahan sisa.
4. Pemakaian Bahan
Keberadaan bahan dalam jumlah yang cukup baik jenis maupun jumlahnya ikut mempengaruhi
ketercapaian kompetensi yang dipelajari siswa. Untuk itu, disamping perencanaan kebutuhan, dan
proses pengadaannya, maka pemakaiannyapun perlu dikendalikan oleh pengelola bengkel/
laboratorium.
Dalam kontek pengelolaan pemakaian bahan untuk keperluan proses pembelajaran, minimal
pengelola bengkel perlu melakukan atau menyiapkan hal-hal sebagai berikut:
Hasil dari tugas tersebut di atas akan menjadi salah satu dokumen atau evidence (bukti fisik yang
otentik) terhadap keberadaan sebuah bengkel/laboratorium yang dikelola dengan baik.
8
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
Pemeliharaan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sengaja dan sistematis terhadap peralatan
hingga mencapai hasil/kondisi yang dapat diterima dan diinginkan. Yang dimaksud dengan
pemeliharaan disini meliputi kegiatan perawatan (service) dan perbaikan (repair). Dari pengertian di
atas jelas bahwa kegiatan pemeliharaan itu adalah kegiatan yang terprogram mengikuti cara
tertentu untuk mendapatkan hasil/kondisi yang disepakati.
Pemeliharaan hendaknya merupakan usaha/kegiatan yang dilakukan secara rutin/terus menerus
agar peralatan atau sistem selalu dalam keadaan siap pakai.
Kegiatan pemeliharaan dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu pemeliharaan berencana
dan pemeliharaan tak terencana (darurat).
Beberapa istilah tentang pemeliharaan, antara lain :
Pemeliharaan pencegahan (preventive)
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap peralatan untuk mencegah terjadinya kerusakan.
Pemeliharaan dengan cara perbaikan (corrective)
pemeliharaan yang dilakukan dengan cara memperbaiki dari peralatan (mengganti, menyetel)
untuk memenuhi kondisi standard peralatan tersebut.
Pemeliharaan jalan (running)
Pemeliharaan yang dilakukan selama peralatan dipakai
Pemeliharaa dalam keadaan berhenti (shut-down)
Pemeliharaan yang dilakukan pada saat peralatan tidak sedang dipakai.
Kegiatan pemeliharaan pada suatu alat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: pengadaan,
pemakaian dan pemeliharaan alat tersebut yang didukung oleh organisasi pengelolaan dan
mekanisme kerja pemeliharaan. Unsur-unsur di atas satu sama lain saling berkaitan, seperti
ditunjukkan pada diagram berikut ini.
PENGHAPUSAN KEBUTUHAN
PERBAIKAN
PENGADAAN
KERUSAKAN PERAWATAN
PEMAKAIAN
Dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dapat mengikuti sistematika seperti digambarkan berikut
ini.
9
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN PEMELIHARAAN
TERPROGRAM TAK TERPROGRAM
Kegiatan pemeliharaan pencegahan dilaksanakan secara terencana dan periodik dalam bentuk
penjadwalan. Hal ini bertujuan untuk mengatasi gangguan, mengurangi kemungkinan terjadinya
kerusakan, dan menjaga fasilitas dalam kondisi standar.
Kegiatan pemeliharaan (perbaikan) akan membawa fasilitas ke kondisi standar melalui pelaksanaan
perbaikan dari keadaan rusak sebelumnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam pemeliharaan
terprogram maupun pemeliharaan tak terprogram.
Kegiatan pemeliharaan tak terprogram dilakukan pada saat terjadi kerusakan di luar perencanaan
(tidak terduga) dan tidak termasuk dalam anggaran biaya. Dengan demikian kegiatan pemeliharaan
ini masuk dalam kategori pemeliharaan perbaikan darurat.
b. Pemeliharaan Pencegahan.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa pemeliharaan pencegahan bertujuan untuk mencegah
terjadinya kerusakan yang lebih serius. Tentu saja tidak semata-mata mencegah terjadinya
10
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
kerusakan, tetapi pemeliharaan pencegahan ini justru merupakan kegiatan rutin dalam
pelaksanaan perawatan agar peralatan senantiasa siap pakai.
Pemeliharaan pencegahan ini meliputi :
1) Perawatan harian
Perawatan harian ialah kegiatan perawatan yang dilaksanakan setiap/selama peralatan
dioperasikan. Kegiatan ini umumnya dilaksanakan oleh pemakai peralatan.
Jenis-jenis kegiatan perawatan harian diuraikan sebagai berikut:
a) Selama peralatan bekerja maka pemakai harus selalu memeriksa/mengganti situasi kerjanya,
bahkan sejak peralatan mulai bekerja.
Cara memeriksa/mengamati yaitu dengan cara :
Lihat, maksudnya memperhatikan cara kerja peralatan dari kemungkinan adanya sesuatu yang
kelihatan tidak semestinya.
Rasa, maksudnya selama mesin bekerja perlu dirasakan dari kemungkinan adanya getaran
abnormal, suhu meningkat, bau yang aneh dan sebagainya.
Dengar, maksudnya selama mesin atau peralatan bekerja, dengarkan dari kemungkinan adanya
suara-suara asing yang menandakan kelainan.
b) Pencegahan Beban Lebih
Setiap peralatan yang dioperasikan harus dijaga agar bebannya tidak melebihi
kapasitas/kemampuan dari peralatan tersebut.
Misalnya : Putaran peralatan terlalu tinggi, muatan terlalu berat, suhu terlalu tinggi, dan
sebagainya.
c) Pelumasan
Semua peralatan yang berputar atau bergerak bergesekan perlu diberi pelumas. Pelumasan ini
berfungsi untuk mengurangi gesekan, mencegah keausan dan berfungsi juga untuk
mendinginkan.
Dalam kegiatan pelumasan ini perlu dipilih bahan pelumas yang cocok dengan komponen yang
dilumas.
d) Pendinginan.
Umumnya peralatan yang bekerja pada suhu tinggi dan bergerak memerlukan pendinginan,
dengan pendinginan berarti suhu terkendali hingga laju kerusakan terkendali pula.
e) Pencegahan Korosi.
Pada umumnya peralatan yang bagian-bagiannya terbuat dari logam/baja ada kecenderungan
berkarat (korosi). Proses korosi akan terjadi bila logam bereaksi dengan oksigen, air atau
bermacam-macam asam. Korosi sangat merugikan karena cepat merusak peralatan. Oleh sebab
itu korosi harus dicegah.
Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan cara :
Kebersihan, yaitu menjaga peralatan tetap bersih, oleh karena itu peralatan harus selalu
dibersihkan sehabis dipakai.
Melindungi logam agar tidak terkena zat-zat penyebab korosi antara lain dengan mengoleskan
oli, mengecat, atau melapisi dengan anti karat.
2) Perawatan Berkala
Yang dimaksud dengan perawatan berkala adalah perawatan yang dilaksanakan secara berkala
sesuai dengan jadwal yang diprogramkan.
Jenis-jenis kegiatan perawatan berkala antara lain :
a) Pemeriksaan secara periodik
Maksudnya ialah memeriksa peralatan terhadap bagian-bagiannya untuk dilakukan perawatan
pencegahan. Pemeriksaan dapat dilakukan tiap bulan, 6 bulanan atau tahunan.
b) Penyetelan bagian-bagian/komponen.
Selama peralatan beroperasi, dimungkinkan komponen-komponen berubah posisi karena adanya
getaran, perubahan suhu, keausan dan sebagainya, sehingga baut-baut kendor atau posisi
11
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
komponen bergeser. Untuk itu perlu dilakukan penyetelan agar kondisi alat kembali seperti
semula.
c) Penggantian komponen
Dari hasil inspeksi, mungkin ditemukan ada komponen-komponen yang perlu diganti karena aus,
patah atau bengkok hingga tak dapat berfungsi dengan baik. Untuk itu perlu penggantian
komponen. Kegiatan perawatan berkala harus dilaksanakan berdasarkan petunjuk perawatan.
12
Diklat Manajemen Bengkel/Lab 2019
13