Anda di halaman 1dari 22

RUMAH SAKIT KEPRESIDENAN

RSPAD GATOT SOEBROTO

BUKU PANDUAN

Tentang

PELAKSANAAN HANDOVER ANTAR SHIFT KEPERAWATAN


DI RS KEPRESIDENAN RSPAD GATOT SOEBROTO

DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN KEPALA RS KEPRESIDENAN


RSPAD GATOT SOEBROTO NOMOR : 328 / A / 14 / VI / 2018

1
RUMAH SAKITKEPRESIDENAN
RSPAD GATOT SOEBROTO

KEPUTUSAN KEPALA RS KEPRESIDENAN RSPAD GATOT SOEBROTO


Nomor : 328 / A / 14 /VI /2018

tentang

PANDUAN PELAKSANAAN HANDOVER ANTAR SHIFT KEPERAWATAN

DI RS KEPRESIDENAN RSPAD GATOT SOEBROTO

KEPALA RS KEPRESIDENAN RSPAD GATOT SOEBROTO

Menimbang: 1. Bahwa RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto selalu berupaya


untuk meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan dan harapan masyarakat.

2. Bahwa peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di RS Kepresidenan


RSPAD Gatot Soebroto merupakan upaya perbaikan mutu melalui
penerepan standard Sasaran Keselamatan Pasien RS Kepresidenan
RSPAD Gatot Soebroto.

3. Bahwa didalam upaya perbaikan mutu di RS Kepresidenan RSPAD


Gatot Soebroto sangat diperlukan suatu panduan yang yang menjadi
acuan agar terwujud kelancaran, ketertiban, efektivitas dan efisiensi
pelayanan sehingga dapat berdaya guna bagi tenaga kesehatan dan
memberikan kepuasan bagai masyarakat.

4. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan pada huruf a, b dan c di


atas, dipandang perlu diberlakukan Panduan Pelaksanaan Handover
Antar Shift Keperawatan di RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto
dengan Keputusan Kepala RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.

Mengingat: 1. Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 tentang


kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2014 tentang
keperawatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien.

2
5. Keputusan Kasad Nomor Kep/50/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006
tentang Organisasi dan Tugas RS Kepresidenan RSPAD Gatot
Soebroto Pusat Angkatan Darat RS Kepresidenan RSPAD Gatot
Soebroto ( Orgas RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto ).

MEMUTUSKAN

Menetapkan 1. Panduan tentang Pelaksanaan Handover Antar Shift Keperawatan di


RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto sebagaimana tercantum
dalam lampiran keputusan ini.

2. Panduan berklasifikasi biasa.

3. Kepala RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto sebagai Pembina


Materi Buku Panduan ini.

4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : Juni 2018

Kepala RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto

Dr.dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) RI


Mayor Jenderal TNI

Tembusan :
1. Ketua Komite Medik RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
2. Ketua BP RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
3. Ka SPI, Ses, Para Dirbin RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
4. Ketua Komite Riset RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
5. Para Kadep / Kainstal RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
6. Kalak YMU Paviliun RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.

3
RUMAH SAKIT KEPRESIDENAN Lampiran Keputusan Ka RS Kepresidenan
RSPAD GATOT SOEBROTO RSPAD Gatot Soebroto
Nomor: 328 /A/ 14 /VI/ 2018
Tanggal: Juni 2018

PANDUAN
Tentang
PELAKSANAAN HANDOVER ANTAR SHIFT KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi.

1. RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto merupakan institusi pelayanan


kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan tekhnologi dan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi–tingginya.

2. Definisi keselamatan pasien merupakan pengurangan dan penanggulangan


tindakan tidak amandalam sistem kesehatan, serta melalui penggunaan praktik
terbaik terbukti menyebabkan hasil pasien optimal.(Canadian Patient Safety
Dictionary (2003).

3. Serah terima antar shift (handover) menjadi momen penting dalam praktik
keperawatan yang dapat berkontribusi dalam peningkatan keselamatan pasien.
Tregunno (2009) dan Alvarado et al., (2006) juga menyatakan bahwa serah terima
keperawatan penting untuk memastikan kesinambungan perawatan dan
keselamatan pasien. Serah terima keperawatan penting dan akurat bagi asuhan
keperawatan.

4. Komunikasi efektif dalam serah terima (handover) keperawatan sangat


penting untuk mengidentifikasi kesalahan yang terjadi dalam perawatan pasien dan
memastikan kesinambungan perawatan pasien. Komunikasi dianggap efektif bila
tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua (ambiguous), dan diterima oleh
4
penerima informasi yang bertujuan mengurangi kesalahan-kesalahan dan
meningkatkan keselamatan pasien (Joint Commission International, 2010). Serah
terima (handover) yang dilaksanakan dengan baik dapat membantu
mengidentifikasi kesalahan serta memfasilitasi kesinambungan perawatan pasien
(Fadilah & Yusianto, 2016). Perawat memerlukan suatu teknik atau alat komunikasi
efektif yang terstruktur agar pelaksanaan serah terima (handover) menjadi optimal
dan informasi yang disampaikan lebih akurat. Perawat memerlukan suatu teknik
untuk digunakan saat proses serah terima (handover) menjadi lebih optimal dan
dapat meningkatkan kualitas perawatan dan mencegah terjadinya potensial bahaya
bagi pasien (Groene, Orrego, Suñol, Barach, & Groene, 2012). Teknik komunikasi
efektif saat serah terima (handover) keperawatan penting digunakan oleh perawat
agar informasi yang disampaikan lebih tepat dan akurat sehingga mencegah
potensial bahaya bagi pasien.

5. Definisi Serah terima (handover) merupakan kegiatan pemindahan informasi


pasien dari salah satu tenaga kesehatan ke tenaga kesehatan yang lain secara
bertanggung jawab. Menurut The Joint Comission (2006) National Patient Safety
Goals dalam Groene et al., (2012) menyebutkan bahwa serah terima (handover)
merupakan pemindahan informasi dan tanggung jawab pasien dari salah satu
profesional kesehatan ke profesional kesehatan lainnya yang bertujuan untuk
meningkatkan layanan kesehatan. Serah terima (handover) merupakan istilah yang
biasa digunakan untuk menggambarkan komunikasi informasi pasien yang relevan
antara penyedia layanan kesehatan untuk memudahkan kontinuitas perawatan
pasien (D. Kerr, Lu, & Mckinlay, 2013). Serah terima (handover) merupakan
kegiatan transfer informasi pasien yang relevan antara profesional pemberi layanan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kontinuitas layanan.

Serah terima (handover) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan


dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien
(Nursalam, 2013). Friesen, Mary, White, Susan, & Byers, Jacqueline, (2008)
menyebutkan tentang definisi dari serah terima (handover) adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama perpindahan
perawatan (pergantian shift) yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang
pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Serah terima (handover)

5
merupakan penyampaian informasi (laporan) tentang kondisi pasien selama
pergantian shift.

Serah terima (handover) merupakan proses yang terjadi pada semua transisi
pasien di rumah sakit. Serah terima (handover) terjadi pada semua transisi
perawatan pasien, mulai dari serah terima antara shift di bangsal, serah terima
antar unit di dalam institusi, atau serah terima antar unit yang berbeda ketika
transfer pasien (Arora, Johnson, Lovinger, Humphrey, & Meltzer, 2005). Serah
terima (handover) telah diidentifikasi sebagai strategi kunci untuk menjembatani
kesenjangan dalam kontinuitas perawatan pasien yang meliputi transisi seperti
pertukaran shift, transfer pasien, atau pemulangan pasien (discharge), yang akan
mempengaruhi hasil perawatan dan keselamatan pasien (Williamson et al., 2009).
Serah terima (handover) merupakan kegiatan yang meliputi transfer informasi
pasien yang terjadi antar shift untuk menjembatani kontinuitas perawatan pasien,
yang disertai pengalihan tanggung jawab perawatan pasien antar shift.
Pengalihan tanggung jawab dan informasi perawatan pasien antar penyedia
layanan merupakan proses yang terjadi saat serah terima (handover). Serah terima
(handover) didefinisikan sebagai pengalihan tanggung jawab dan / atau
pertanggungjawaban untuk perawatan pasien dari satu penyedia layanan ke
penyedia layanan lainnya atau dari tim penyedia layanan ke tim penyedia layanan
lainnya (Australian Medical Association, 2006). Serah terima (handover)
melibatkan transfer informasi, tanggung jawab, dan kontrol antara penyedia
perawatan kesehatan dan dipandang sebagai aktivitas klinis dan organisasional
(Abraham, Kannampallil, & Patel, 2012). Serah terima (handover) melibatkan
pengalihan tanggung jawab perawatan pasien dan transfer informasi pasien antar
penyedia layanan.
Serah terima (handover) dapat dilaksanakan oleh perawat pada saat
pertukaran shift untuk menstransfer informasi penting pasien untuk memastikan
kontinuitas perawatan pasien berikutnya. Serah terima (handover) keperawatan
juga meliputi proses transfer informasi penting pasien, tanggung jawab utama dan
kewenangan perawat dari perawat shift sebelumnya ke perawat shift berikutnya
(Handayawati, 2016). Serah terima (handover) keperawatan merupakan pola
komunikasi yang diterapkan dalam praktik keperawatan klinis sehari-hari, agar
dapat memenuhi tujuan organisasi, kontinuitas, konsistensi dan keamanan
perawatan yang diberikan perawat kepada pasien (Athanasakis, 2013). Serah
6
terima (handover) keperawatan merupakan proses transfer informasi perawatan
pasien serta kondisi pasien dari perawat dari shift sebelumnya kepada perawat
pada shift yang akan bertugas berikutnya.
6. Komponen serah terima (handover)
a. Lokasi
Pada unit medical atau unit bedah, serah terima (handover) dilakukan
di samping pasien, hindari mendiskusikan diagnosis pasien saat itu.
Sebaliknya di ruang jiwa serah terima (handover) dilakukan di sebuah
ruangan dimana akses terhadap pasien tidak diperbolehkan (Johnson,
Jefferies, & Nicholls, 2012). Proses serah terima (handover) terjadi dalam
dua tahap: pertama di ruang tertutup (ruang pribadi) lalu di tempat tidur
pasien (bedside), koridor atau nurse station (ruang publik) (Liu, Manias, &
Gerdtz, 2012)
Serah terima (handover) yang berlangsung di ruangan perawat,
kemungkinan terjadinya gangguan sedikit sekali. Serah terima (Handover) di
samping pasien lebih rentan terhadap jenis gangguan apapun. Kehadiran
perawat yang berkompeten sangat dibutuhkan untuk mengurangi terjadinya
interupsi atau gangguan (Evans, A, Pereira, & Parker, 2008). Serah terima
(handover) di samping bed pasien lebih rentan terjadi interupsi atau
gangguan, oleh karena itu dibutuhkan keikutsertaan perawat yang
berkompeten untuk meminimalkan dan mengantisipasi terjadi gangguan.

b. Partisipasi
Serah terima (handover) keperawatan harus dihadiri oleh semua staf
perawat (termasuk siswa) terutama perawat yang akan memulai shift nya.
Serah terima (handover) keperawatan harus dihadiri oleh semua perawat
dari shift yang akan berdinas dan seorang koordinator perawat/
penanggung jawab shift dari shift sebelumnya (Chaboyer, McMurray, &
Wallis, 2010). Khusus serah terima (handover) di samping pasien, yang
ikut serta adalah ketua tim (penanggung jawab shift) dari shift sebelumnya
dan tiga anggota tim dari shift yang akan berdinas selanjutnya (Chaboyer et
al., 2010). Seorang koordinator perawat (kepala ruangan) sebaiknya ikut
serta saat pelaksanaan serah terima, karena kepala ruangan memiliki peran
sebagai mediator dalam komunikasi yang berfokus pada kebutuhan khusus
pasien (Liu et al., 2012). Sebuah penelitian yang dilakukan di beberapa

7
bangsal, anggota keluarga diizinkan untuk tinggal atau pergi keluar sebelum
proses serah terima (handover) berlangsung sesuai dengan keputusan
pasien. Pasien dan anggota keluarganya didorong untuk mengajukan
pertanyaan pada akhir proses serah terima (handover) (Chaboyer et al.,
2010).
c. Struktur/ tahapan
Chaboyer et al., (2010) menyatakan bahwa, proses serah terima
disamping pasien (bedside handover) memiliki 3 tahapan yaitu tahap
sebelum handover, selama handover dan setelah handover, berikut
penjelasan setiap tahapnya:
1) Sebelum handover

a) Alokasi pasien lengkap.


b) Lembar handover diperbarui dan dicetak untuk staf.
c) Pasien diberitahu bahwa serah terima akan segera dimulai.
d) Pengunjung diminta kembali ke ruang tunggu.
e) Dengan izin dari pasien, keluarga tetap berada di samping tempat
tidur.
2) Selama Handover

a) Pasien diperkenalkan oleh perawat dari shift sebelumnya.


b) Informasi yang dipertukarkan kadang-kadang
menggunakan SBAR/ISBAR3.
c) Pasien diminta untuk berkontribusi.
d) Melakukan cek keselamatan.
e) Lembar obat diperiksa.
f) Informasi sensitif disampaikan jauh dari samping tempat
tidur atau tertulis di lembar serah terima.

3) Setelah Handover

a) Perawat yang akan berdinas ditugaskan ke dalam tim yang


sudah dibentuk.
b) Lembar handover digunakan sebagai panduan.
c) Perawat yang akan berdinas melakukan tugas di dalam
timnya sampai serah terima (handover) berikutnya terjadi.
d. Konten informasi yang disampaikan
8
Johnson, Jefferies, & Nichols, (2012) menyebutkan lima kategori
utama informasi yang dibahas pada saat serah terima (handover) yang
disingkatnya sebagai ICCCO yaitu identifikasi pasien (identification), riwayat
klinis (clinical history), status klinis (clinical status) yaitu tanda dan gejala,
rencana perawatan (care plan) yaitu tes atau prosedur diagnostik dan
tingkat perawatan diri, serta hasil perawatan (outcomes of care) yaitu tujuan
perawatan pada akhir shift, serta perencanaan pemulangan (discharge
planning). Hal-hal kritikal diinformasikan pada shift berikutnya dan
disokumentasikan dalam formulir handover antar shift dan dievaluasi
pelaksanaannya.

e. Karakteristik waktu serah terima


Frekuensi pelaksanaan serah terima (handover) dilaksanakan dalam
3 kali per hari (3 kali pergantian shift) yaitu shift pagi, shift sore dan shift
malam. Frekuensi handover adalah 3 kali / 24 jam (07:30, 14:00, 21:00 WIB).
Durasi pelaksanaan serah terima (handover) bervariasi tergantung
kebutuhan unit atau ruangan. Perawat melaksanakan proses serah terima di
unit gawat darurat dengan durasi keseluruhan 30 menit, dengan rata-rata 2
menit diskusi per pasien (Randell et al., 2010). Durasi waktu serah terima di
samping tempat tidur pasien (bedside handover) yang dihabiskan di tempat
lain (medical, surgical, medical-surgical, rehabilitasi) masing-masing pasien
rata-rata satu menit (Chaboyer et al., 2010). Durasi waktu pelaksanaan
serah terima di samping pasien (bedside handover) setiap unit berbeda
tergantung situasi, kondisi dan kebutuhan

f. Dokumen tambahan dan catatan keperawatan


Dalam pelaksanaan Handover, perawat akan melihat pesanan pada
CPPT yang diberikan oleh PPA yang akan dodokumentasikan pada formulir
handover dan akan dievaluasi pelaksanaannya oleh kepala ruangan / ketua
tim / penanggung jawab shift.

7. Shift adalah pembagian waktu kerja berdasarkan waktu tertentu.


8. Rawat inap adalah Suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat dan
tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu tertentu.

9
9. Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan
berwenang memberikan pelayanan keperwatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya
10. Kepala Ruang adalah seorang tenaga perawatan professional yang diberi
tanggung jawab dan wewenaang dalam mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan di satu ruang rawat
11. Metode Tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif
12. Ketua TIM adalah seorang perawat yang bertugas mengepalai sekelompok
tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan diruang rawat dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala ruang.
13. Penanggung jawab shift adalah Seorang perawat professional yang diberi
wewenang dan tanggung jawab oleh kepala ruangan dalam mengelola kegiatan
pelayanan keperawatan diruang perawatan pada shift pagi/sore/malam
14. Dinas Pagi adalah Pelaksanaan jaga perawat mulai dari jam 07.00 - 14.00
15. Dinas Siang adalah Pelaksanaan jaga perawat mulai dari jam 14.00 - 21.00
16. Dinas malam adalah Pelaksanaan jaga perawat mulai dari jam21.00- 07.00
17. Perawat Pelaksana adalah pelaksana peran perawat yang menyangkut
pemberian pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, atau masyarakat
berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi asuhan pencegahan pada
tingkat satu, dua, dan tiga baik langsung maupun tidak langsung.
18. Pasien adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat, atau komunitas
dengan kemungkinan kebutuhan fisik, psikologis, atau social didalam konteks
budaya mereka, yang merupakan penerima asuhan keperawatan
19. Nurse station adalah sebuah area di rumah sakit, klinik dimana perawat
berkumpuldan melaksanakan tugas administrative atau tugas lainnya.
20. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berusaha memilih cara yang
tepat agar gambaran dalam benak dan isi kesadaran dari komunikator dapat
dimengerti, disadari. Diterima bahkan dilakukan oleh komunikan
21. ISBAR3 (Identify, Situation, Background, Assesment, Recommendation,
Read Back,Risk) adalah suatu teknik komunikasi efektif yang merupakan variasi
SBAR yang digunakan untuk menyampaikan informasi penting pasien untuk
meningkatkan keamanan pasien.
10
22. Pendokumentasian adalah bagian dari kegiatan yangharus dilakukan oleh
perawat setelah memberiasuhan kepada pasien.
23. Pre conference adalah Komunikasi ketua Tim dan perawat pelaksana
setelah selesai serah terima untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
24. Post Conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.
25. Bedside handover adalah pelaksanaan serah terima disamping tempat tidur
pasien

B. Maksud dan Tujuan.

1. Maksud. Maksud dari panduan pelakasanaan Handover antar shift


keperawatan di RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto adalah untuk memberikan
gambaran tentang pelaksanaan Handover antar shift keperawatan di lingkungan RS
Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.

2. Tujuan.
a. Tujuan Umum.
Mengoptimalkan, menstandarisasikan dan membudayakan proses
serah terima (handover) pada seluruh tenaga perawat di Rumah Sakit
Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto
b. Tujuan Khusus.
Perawat mampu:
1) Melaksanakan program komunikasi efektif dalam kegiatan
serah terima pasien
2) Mendorong pemahaman perawat terhadap pentingnya
pelakasanaan serah terima (Handover) terhadap kontinuitas
perawatan dan keselamatan pasien (Patient Safety).
3) Melaksanakan serah terima antar shift (Handover)
keperawatan dengan menggunakan Formulir Handover
4) Mengurangi kejadian pengulangan informasi saat serah
terima,menghindari penyampaian informasi yang tidak relevan,
menghindariinterupsi dan memfasilitasi perawat untuk
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
11
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang lingkup panduan penerapan teknik komunikasi ISBAR3 saat pelaksanaan serah
terima (handover) antar shift yaitu :
1. Sasaran dari panduan ini meliputi kepala ruangan, ketua Tim, penanggung
jawab shift dan perawat pelaksana diseluruh rawat inap
2. Teknik komunikasi ISBAR3 ( Identify, Situation, Background, Assesment,
Recommendation, Read Back, Risk) digunakan oleh seluruh perawat pada proses
serah terima antar shift diseluruh rawat inap
3. Kepala ruangan sebaiknya ikut serta saat pelaksanaan serah terima,karena
kepala ruangan memiliki peran sebagai mediator dalam komunikasi yang berfokus
pada kebutuhan khusus pasien
4. Pasien dilibatkan dalam komunikasi saat serah terima disamping tempat
tidur pasien (Bedside handover).
5. Waktu pelaksanaan serah dilakukan saat pertukaran shift

B. Pelaksanaan handover antar shift di Instalasi Rawat Inap di RSPAD Gatot Soebroto yang
meliputi:

1. Sub Instalasi Rawat Inap A


a. Ruang Perawatan Umum lantai 1
b. Ruang Perawatan Umum lantai 2
c. Ruang Perawatan Umum lantai 3
d. Ruang Perawatan Umum lantai 4
e. Ruang Perawatan Umum lantai 5
f. Ruang Perawatan Umum lantai 6

2. Sub Instalasi Rawat Inap B


a. Unit Stroke
b. Lantai 3 Bedah
c. Lantai 4 Bedah
d. Lantai 5 Bedah

12
3. Sub Instalasi Rawat Inap C
a. Lantai 1 IKA
b. Lantai 2 IKA
c. Unit PERISTI
d. Lantai 1 Obstetri
e. Lantai 2 Ginekologi
f. R. Tindakan & Persalinan

4. Sub Instalasi Rawat Inap D


a. Lantai 1 Paru
b. Lantai 2 Jantung
c. Lantai 4 Paru
d. Paviliun Amino

5. Unit DOKMIL lantai 6 Bedah


6. Intensive Care Unit
7. Instalasi Gawat Darurat

13
BAB III
TATA LAKSANA

A. TataLaksana Serah Terima (Handover)


Proses pelaksanaan serah terima (Handover) dalam panduan ini adalah sebagai
berikut:

Kebijakan Proses komunikasi antara perawat saat pergantian shift dan harus
berdasarkan standar yang telah ditetapkan

Perawat Pastikan perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien telah


memperbaharui informasi mengenai status, pengobatan, rencana asuhan
keperawatan, dan perubahan status signifikan

Libatkan pasien dan anggota keluarga dalam keputusan tentang perawatan


Pasien mereka pada tingkat keterlibatan yang mereka pilih. Berikan pasien informasi
tentang kondisi medis dan rencana asuhan keperawatan dengan cara yang
dapat dimengerti pasien

 Lakukan proses serah terima (Handover)sesuai dengan standard


Serah Terima dan gunakan komunikasi dengan teknik ISBAR3(Identify, Situation,
(Handover) Background, Assesmnent, Recommendation, Read back, Risk)
Shift Ke Shift  Alokasi waktu yang cukup bagi staf untuk bertanya dan menanggapi
pertanyaan
 Masukan proses pembacaan ulang (read back) sebagai bagian dari
proses serah terima

Serah terima Berikan informasi kepada pasien dan penyedia perawatan berikutnya terkait
(Handover)
Komunikasi diagnosis pemulangan, rencana perawatan, pengobatan dan hasil tes
Discharge

Sumber : The Joint Commission, Patient safety Solution, Communication during handover

14
B. Penerapan Teknik ISBAR3 saat serah terima (handover) keperawatan

ISBAR3 adalah suatu teknik komunikasi efektif yang merupakan variasi dari SBAR
yang digunkan untuk menyampaikan informasi penting pasienuntuk meningkatkan
keamanan pasien. ISBAR3berasal dari SBAR yaitu teknik yang diciptakan untuk
meningkatkan keamanan dalam komunikasi untuk menyampaikan infomasi penting
dengan menyediakan kerangka untuk komunikasi efektif (Vinu &Kane, 2016). SBAR telah
dianjurkan dalam komunikasi perawat ke perawat terutama selama laporan shift untuk
menyampaikan informasi penting pasien (Lee et al., 2010). Penambahan “I” di
ISBAR3adlah untukmemastikan identifikasiyang akurat (Vinu & Kane, 2016). ISBAR3
merupakan variasidari SBAR sebagai teknik komunikasiefektif yang digunkan saat serah
terima pasien antar shift.

ISBAR3 merupakan kerangka kerja terstruktur yang digunakan dalam serah terima
untuk menyampaikan informasi penting terkait kondisi pasien. ISBAR3merupakan
kerangka kerja terstruktur yang menguraikan informasi yang akan ditransfer sangat
diperlukan untuk peningkatan keselamatan pasien (National Clinicsl Effectiveness
Committee, 2015). ISBAR3adalah salah satu kerangka kerja yang digunakan untuk
langkah-langkah untuk mengklarifikasi dan mengkomunikasikan informasi penting yang
diperlukan untuk laporan serah terima (Enlow, Shanks, Guhde, & Perkins, 2010).
ISBAR3merupakan kerangka kerja terstruktur yang digunakan untuk mengklarifikasi dan
mengkomunikasikan informasi penting pasien saat serah terima untuk meningkatkan
keselamatan pasien.

Pelaksanaan serah terima (handover) dengan menggunakan teknik ISBAR3 yang


dijelaskan dalam panduan ini adalah sebagai berikut :

Penerapan teknik komunikasi ISBAR3 saat serah terima (handover) antar shift
keperawatan

I Identifikasi :
 Penanggung jawab pelaksanaan handover
(Identify)
 Nama Perawatyang menyampaikan informasi (perawat
dari shift sebelumnya)
 Tim penerima informasi (shift yang berdinas selanjutnya)
 Nama Pasien, Tanggal lahir/ usia
 tanggal masuk
15
S Situasi :
 Lokasi pasien (Nomor kamar dan nomor Bed)
(Situation)
 Alasan masuk rumah sakit
 Keluhan saat ini
 Diagnosa medis
 Masalah keperawatan
B Latar Belakang :
 Riwayat medis (perkembangan penyakit selama
(Banckground)
perawatan)
 Riwayat bedah (surgical)
 Riwayat alergi
 Asuhan keperawatan yang telah diberikan

A Penilaian
 Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu,
(Assesment)
saturasi oksigen, waktu capillary refill)
 Hasil pemeriksaan lab
 Penilaian klinis perawat saat ini (apakah masalah
keperawatan sudah tercapai, tercapai sebagian atau
belum tercapai)
 Penilaian klinis lainnya selama perawat berdinas
termasuk semua informasi atau tugas yang sudah
dilaksanakan
R3 Rekomendasi
 Sebutkan tugas apa yang harus diselesaikan atau di
Recommendation
follow up oleh perawat dishift berikutnya
Read – Back (jenis tindakan/ tes/ prosedur yang direncanakan)
Risk  Rekomendasi tindakan keperawatan yang harus
dilakukan oleh perawat pada shift berikutnya.

Pembacaan ulang (read- back)


 Perawat shift yang akan bertugas selanjutnya (yang
menerima informasi) secara verbal mengulangi kembali
informasi penting terkait pasien yang disampaikan oleh
perawat (yang menyampaikan informasi) dari shift
sebelumnya.
Risiko
 Menyampaikan informasi terkait masalah/ isu
keselamatan pasien yang berdampak bagi pasien atau
staf
 Pasien: risiko jatuh, pasien dengan nama yang sama,
risiko membahayakan diri sendiri, pasien dengan
keadaan yang memburuk
 Profesi : ada perawat baru yang belum familiar dengan
lingkungan atau prosedur
 Proses : ada peralatan baru (apakah semua perawat
familiar dengan alat tersebut)
 Patient feedback : tekait complain pasien
Sumber : Summary of Toolsto assist in implementation of National Clinical Guideline,
National Clinical Effectiveness Committee, (2015)
16
C. Proses Pelaksanaan Bedside Handover
Proses pelaksanaan bedside serah terima (bedside handover) adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan  Pasien nyaman dengan kegiatan
• Alokasi Pasien serah terima.
• Update formulir serah terima  Keluarga atau orang pendamping
• Menginformasikan kepada pasien ada atas persetujuan pasien.
• Meminta pengunjung selain keluarganya  Privacy pasien dijaga
untuk meninggalkan ruangan

2. pengenalan Petugas yang mengikuti serah


• Perawat yang menyerahkan tugas terima :
menyapa pasien  Penanggung Jawab dinas yang
• Perawat yang menyerahkan tugas menyerahkan tugas.
mengenalkan perawat yang akan  Petugas yang menerima tugas
menerima tugas  Pasien dan Keluarga
 Kepala Ruangan

3. pertukaran informasi
• Kondisi klinis Informasi yang disampaikan :
• Hasil pemeriksaan dan prosedur  Perubahan kondisi pasien
• ADL yang dibantu  Perubahan dalam perencanan
• Rencana yang telah dilakukan dan yang pelayanan perawatan
akan dilakukan  Mengenalkan petugas baru yang
• Pertanyaan dari perawat yang belum dikenal pasien
menerima serah terima

4. Libatkan Pasien Kerahasian :


• Tanyakan apakah pasien memiliki  Bila perlu ada informasi yang
pertanyaan atau komentar tidak disampaikan langsung di
• Menanyakan pasien untuk depan pasien.
mengkonfirmasi atau memperjelas  Informasi yang sensitive
informasi yang disampaikan disampaikan di lokasi tertentu
 Informasi yang sensitive di
cantumkan di formulir serah
terima

5. Pemeriksaan keamanan pasien


• Bell pasien dalam jangkauan
• Peralatan kesehatan berfungsi
• Lingkungan tidak ada yang PERTANYAN TERAKHIR
menimbulkan bahaya
• Tempat dan alat tindakan invasive
sudah di periksa dan dirawat
• Formulir pemberian obat sudah ditinjau
• Bedside grafik sudah di tinjauan

PASIEN SELANJUTNYA

17
Tahapan kegiatan dapat dibagi dalam kegiatan sebelum, selama dan setelah
Handover :

Sebelum handover :
 Alokasi pasien lengkap
 Laporan handover pergantian shift
tersedia
 Pasien diberitahu bahwa serah terima
akan segera dimulai
 Pengunjung diminta kembali ke ruang
tunggu
 Dengan izin dari pasien keluarga
tetap berada di samping tempat tidur

Selama handover :
 Pasien diperkenalkan oleh perawat
dari shift sebelumnya
 Informasi yang ditrasnfer
Setelah handover : menggunakan ISBAR3
 Perawat yang akan  Pasien diminta untuk berkontribusi
berdinas ditugaskan ke  Melakukan cek keselamatan
dalam tim yang sudah  Lembar obat diperiksa
dibentuk  Informasi sensitive disampaikan jauh
 Laporan handover dari samping tempat tidur atau tertulis
pergantian shift dilembar serah terima Pasien
digunakan sebagai diberitahu bahwa serah terima akan
panduan segera dimulai
 Perawat yang akan  Pengunjung diminta kembali ke ruang
berdinas melakukan tunggu
tugas sesuai dengan tim  Dengan izin dari pasien keluarga tetap
yang sudah dibagi berada di samping tempat tidur
sampai pelaksanaan 
serah terima (handover) 
berikutnya
Sumber: Summary of the bedside handover process (Chaboyer et al., 2010)

18
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi pelaksanaan handover keperawatan


Pelaksanaan handover didokumentasikan ke dalam formulir Handover antar shift
yang telah tersedia di rumah sakit. Bentuk formulir tersebut terbagi dalam 5 kolom
(tanggal, jam, hal kritikal yang diserahterimakan, petugas yang menyerahkan, petugas yg
menerima dan evaluasi, dikerjakan dalam 3 shift (pagi, sore dan malam). Perawat
melaporkan semua informasi tentang kondisi pasien yang dikomunikasikan dengan teknik
ISBAR3 saat serah terima (handover) ke dalam catatan tersebut. Selain catatan
pergantian shift perawat mendokumentasikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) dengan menuliskan SOAP sesuai
dengan informasi yang disampaikan saat handover dengan teknik ISBAR3. Laporan
pelaksanaan handover antar keperawatan ditandatangani oleh ketua tim atau penanggung
jawab shift.

19
BAB V
PENUTUP

Buku panduan pelaksanaan handover antar shift RS Kepresidenan RSPAD Gatot


Soebroto disusun sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Serah terima (Handover) yang baik merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
proses komunikasi keperawatan yang efektif dan berdampak langsung pada kontinuitas
perawatan dan keselamatan pasien. Dengan menggunkan pendekatan terstruktur dan
terstandarisasi dan menggabungkan teknik komunikasi khusus seperti ISBAR3 dalam
pelaksanaan serah terima (handover) keperawatan memungkinkan pencapaian tujuan
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kondisi kesehatan pasien yang lebih bauk
2. Mengurangi insiden nyaris cedera/ kejadian tidak diharapkan
3. Mengurangi pengulangan informasi akibat tidak akurat penyampaian
4. Peningkatan kepuasan pasien
5. Meningkatkan keselamatan dan efektivitas dalam pemberian perawatan
6. Peningkatan mutu informasi yang disampaikan dalam serah terima
7. Menghemat waktu serah terima sehingga meningkatkan pemberian asuhan
keperawatan langsung kepada pasien.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Juni 2018

Kepala RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto

Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K) RI


Mayor Jenderal TNI

20
DAFTAR PUSTAKA

Abraham, J., Kannampallil, T. G., & Patel, V. L. (2012). Bridging gaps in handoffs : A
continuity of care based approach. Journal of Biomedical Informatics, 45(2), 240–254.
https://doi.org/10.1016/j.jbi.2011.10.011

Arora, V., Johnson, J., Lovinger, D., Humphrey, H. J., & Meltzer, D. O. (2005).
Communication failures in patient sign-out and suggestions for improvement: a critical
incident analysis. Quality and Safety in Health Care, 14(6), 401–408.
https://doi.org/10.1136/qshc.2005.015107

Athanasakis, E. (2013). Synthesizing knowledge about nursing shift handovers : overview


and reflections from bvidence-Based literature. International Journal of Caring
Sciences, 6(3), 300–313. Retrieved from
http://www.internationaljournalofcaringsciences.org/docs/2. Athanasakis.pdf

Australian Medical Association. (2006). Safe handover : safe patients, guidance on clinical
handover for clinicians and managers. Australia: Kingston Act. Retrieved from
https://ama.com.au/sites/default/files/documents/Clinical_Handover_0.pdf

Fadilah, A., & Yusianto, W. (2016). Perbedaan pelaksanaan timbang terima sebelum dan
sesudah menggunakan komunikasi SBAR terhadap penerapan patient safety oleh
perawat pelaksana di RS. Siti Khodijah sepangjang Sidoarjo Jawa Timur. Jurnal
Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat, 1(5). Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/

Friesen, Mary, A., White, Susan, V., & Byers, Jacqueline, F. (2008). Patient safety and
quality: an evidence based handbook for nurses. Agency for Healthcare Research
and Quality. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/

Groene, R. O., Orrego, C., Suñol, R., Barach, P., & Groene, O. (2012). “ It ’ s like two
worlds apart ” : an analysis of vulnerable patient handover practices at discharge from
hospital. British Medical Journal Quality Safety, 21, 67–75.
https://doi.org/10.1136/bmjqs-2012-001174

Handayawati, S. (2016). Pengalaman perawat terhadap operan jaga di ruang rawat inap
RSUD karanganyar. Stikes Kusuma Husada.

Johnson, M., Jefferies, D., & Nicholls, D. (2012). Developing a minimum data set for
electronic nursing handover. Journal of Clinical Nursing, 21(3–4), 331–343.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2011.03891.x

Joint Commission. (2015). Sentinel event statistics released for 2014. Retrieved from
http://www.jointcommission.org/assets/1/23/jconline_April_29_15.pdf

Joint Commission International. (2010). Joint Commission International Acreditation


Standards for Clinical Laboratories. USA: A Division of Joint Commission Resources
Inc.
21
Kerr, D., Lu, S., & Mckinlay, L. (2013). Bedside Handover Enhances Completion of
Nursing Care and Documentation, 28(3), 217–225.
https://doi.org/10.1097/NCQ.0b013e31828aa6e0

Kerr, M. (2002). A qualitative study of shift handover practice and function from a socio-
technical perspective. Nursing and Health Care Management Issues, 37(2), 125–134.
https://doi.org/10.1046/j.1365-2648.2002.02066.x

Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2017).
Indonesia.

Liu, W., Manias, E., & Gerdtz, M. (2012). Medication communication between nurses and
patients during nursing handovers on medical wards : A critical ethnographic study.
International Journal of Nursing Studies, 49(8), 941–952.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2012.02.008

Nursalam. (2013). Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan


profesional (3rd ed.). Jakarta: Salemba Medika.

The Joint Commission; Joint Commission International; World Health Organization. (2007).
Communication during patient hand-overs. Patient Safety Solutions, 1(3). Retrieved
from www.who.int/patientsafety/patientsafety/PS-Solution3.pdf

Tregunno, D. (2009). Transferring clients safely : know your client and know your team.
Toronto. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/113221-ID-
hubungan-pengetahuan-dan-sikap-perawat-d.pdf

Williamson, G., Showell, C., & Hancock, E. (2009). A Guide for the Safe Use of Electronic
Clinical Handover Tools Department of Health. South Australia: South Australian
Departement of Health.

22

Anda mungkin juga menyukai