BUKU PANDUAN
Tentang
1
RUMAH SAKITKEPRESIDENAN
RSPAD GATOT SOEBROTO
tentang
2
5. Keputusan Kasad Nomor Kep/50/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006
tentang Organisasi dan Tugas RS Kepresidenan RSPAD Gatot
Soebroto Pusat Angkatan Darat RS Kepresidenan RSPAD Gatot
Soebroto ( Orgas RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto ).
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : Juni 2018
Tembusan :
1. Ketua Komite Medik RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
2. Ketua BP RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
3. Ka SPI, Ses, Para Dirbin RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
4. Ketua Komite Riset RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
5. Para Kadep / Kainstal RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
6. Kalak YMU Paviliun RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto.
3
RUMAH SAKIT KEPRESIDENAN Lampiran Keputusan Ka RS Kepresidenan
RSPAD GATOT SOEBROTO RSPAD Gatot Soebroto
Nomor: 328 /A/ 14 /VI/ 2018
Tanggal: Juni 2018
PANDUAN
Tentang
PELAKSANAAN HANDOVER ANTAR SHIFT KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi.
3. Serah terima antar shift (handover) menjadi momen penting dalam praktik
keperawatan yang dapat berkontribusi dalam peningkatan keselamatan pasien.
Tregunno (2009) dan Alvarado et al., (2006) juga menyatakan bahwa serah terima
keperawatan penting untuk memastikan kesinambungan perawatan dan
keselamatan pasien. Serah terima keperawatan penting dan akurat bagi asuhan
keperawatan.
5
merupakan penyampaian informasi (laporan) tentang kondisi pasien selama
pergantian shift.
Serah terima (handover) merupakan proses yang terjadi pada semua transisi
pasien di rumah sakit. Serah terima (handover) terjadi pada semua transisi
perawatan pasien, mulai dari serah terima antara shift di bangsal, serah terima
antar unit di dalam institusi, atau serah terima antar unit yang berbeda ketika
transfer pasien (Arora, Johnson, Lovinger, Humphrey, & Meltzer, 2005). Serah
terima (handover) telah diidentifikasi sebagai strategi kunci untuk menjembatani
kesenjangan dalam kontinuitas perawatan pasien yang meliputi transisi seperti
pertukaran shift, transfer pasien, atau pemulangan pasien (discharge), yang akan
mempengaruhi hasil perawatan dan keselamatan pasien (Williamson et al., 2009).
Serah terima (handover) merupakan kegiatan yang meliputi transfer informasi
pasien yang terjadi antar shift untuk menjembatani kontinuitas perawatan pasien,
yang disertai pengalihan tanggung jawab perawatan pasien antar shift.
Pengalihan tanggung jawab dan informasi perawatan pasien antar penyedia
layanan merupakan proses yang terjadi saat serah terima (handover). Serah terima
(handover) didefinisikan sebagai pengalihan tanggung jawab dan / atau
pertanggungjawaban untuk perawatan pasien dari satu penyedia layanan ke
penyedia layanan lainnya atau dari tim penyedia layanan ke tim penyedia layanan
lainnya (Australian Medical Association, 2006). Serah terima (handover)
melibatkan transfer informasi, tanggung jawab, dan kontrol antara penyedia
perawatan kesehatan dan dipandang sebagai aktivitas klinis dan organisasional
(Abraham, Kannampallil, & Patel, 2012). Serah terima (handover) melibatkan
pengalihan tanggung jawab perawatan pasien dan transfer informasi pasien antar
penyedia layanan.
Serah terima (handover) dapat dilaksanakan oleh perawat pada saat
pertukaran shift untuk menstransfer informasi penting pasien untuk memastikan
kontinuitas perawatan pasien berikutnya. Serah terima (handover) keperawatan
juga meliputi proses transfer informasi penting pasien, tanggung jawab utama dan
kewenangan perawat dari perawat shift sebelumnya ke perawat shift berikutnya
(Handayawati, 2016). Serah terima (handover) keperawatan merupakan pola
komunikasi yang diterapkan dalam praktik keperawatan klinis sehari-hari, agar
dapat memenuhi tujuan organisasi, kontinuitas, konsistensi dan keamanan
perawatan yang diberikan perawat kepada pasien (Athanasakis, 2013). Serah
6
terima (handover) keperawatan merupakan proses transfer informasi perawatan
pasien serta kondisi pasien dari perawat dari shift sebelumnya kepada perawat
pada shift yang akan bertugas berikutnya.
6. Komponen serah terima (handover)
a. Lokasi
Pada unit medical atau unit bedah, serah terima (handover) dilakukan
di samping pasien, hindari mendiskusikan diagnosis pasien saat itu.
Sebaliknya di ruang jiwa serah terima (handover) dilakukan di sebuah
ruangan dimana akses terhadap pasien tidak diperbolehkan (Johnson,
Jefferies, & Nicholls, 2012). Proses serah terima (handover) terjadi dalam
dua tahap: pertama di ruang tertutup (ruang pribadi) lalu di tempat tidur
pasien (bedside), koridor atau nurse station (ruang publik) (Liu, Manias, &
Gerdtz, 2012)
Serah terima (handover) yang berlangsung di ruangan perawat,
kemungkinan terjadinya gangguan sedikit sekali. Serah terima (Handover) di
samping pasien lebih rentan terhadap jenis gangguan apapun. Kehadiran
perawat yang berkompeten sangat dibutuhkan untuk mengurangi terjadinya
interupsi atau gangguan (Evans, A, Pereira, & Parker, 2008). Serah terima
(handover) di samping bed pasien lebih rentan terjadi interupsi atau
gangguan, oleh karena itu dibutuhkan keikutsertaan perawat yang
berkompeten untuk meminimalkan dan mengantisipasi terjadi gangguan.
b. Partisipasi
Serah terima (handover) keperawatan harus dihadiri oleh semua staf
perawat (termasuk siswa) terutama perawat yang akan memulai shift nya.
Serah terima (handover) keperawatan harus dihadiri oleh semua perawat
dari shift yang akan berdinas dan seorang koordinator perawat/
penanggung jawab shift dari shift sebelumnya (Chaboyer, McMurray, &
Wallis, 2010). Khusus serah terima (handover) di samping pasien, yang
ikut serta adalah ketua tim (penanggung jawab shift) dari shift sebelumnya
dan tiga anggota tim dari shift yang akan berdinas selanjutnya (Chaboyer et
al., 2010). Seorang koordinator perawat (kepala ruangan) sebaiknya ikut
serta saat pelaksanaan serah terima, karena kepala ruangan memiliki peran
sebagai mediator dalam komunikasi yang berfokus pada kebutuhan khusus
pasien (Liu et al., 2012). Sebuah penelitian yang dilakukan di beberapa
7
bangsal, anggota keluarga diizinkan untuk tinggal atau pergi keluar sebelum
proses serah terima (handover) berlangsung sesuai dengan keputusan
pasien. Pasien dan anggota keluarganya didorong untuk mengajukan
pertanyaan pada akhir proses serah terima (handover) (Chaboyer et al.,
2010).
c. Struktur/ tahapan
Chaboyer et al., (2010) menyatakan bahwa, proses serah terima
disamping pasien (bedside handover) memiliki 3 tahapan yaitu tahap
sebelum handover, selama handover dan setelah handover, berikut
penjelasan setiap tahapnya:
1) Sebelum handover
3) Setelah Handover
9
9. Perawat Profesional adalah perawat yang bertanggung jawab dan
berwenang memberikan pelayanan keperwatan secara mandiri dan atau
berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya
10. Kepala Ruang adalah seorang tenaga perawatan professional yang diberi
tanggung jawab dan wewenaang dalam mengelola kegiatan pelayanan
keperawatan di satu ruang rawat
11. Metode Tim adalah metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat professional memimpin sekelompok tenaga perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif
12. Ketua TIM adalah seorang perawat yang bertugas mengepalai sekelompok
tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan diruang rawat dan
bertanggung jawab langsung kepada kepala ruang.
13. Penanggung jawab shift adalah Seorang perawat professional yang diberi
wewenang dan tanggung jawab oleh kepala ruangan dalam mengelola kegiatan
pelayanan keperawatan diruang perawatan pada shift pagi/sore/malam
14. Dinas Pagi adalah Pelaksanaan jaga perawat mulai dari jam 07.00 - 14.00
15. Dinas Siang adalah Pelaksanaan jaga perawat mulai dari jam 14.00 - 21.00
16. Dinas malam adalah Pelaksanaan jaga perawat mulai dari jam21.00- 07.00
17. Perawat Pelaksana adalah pelaksana peran perawat yang menyangkut
pemberian pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, atau masyarakat
berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi asuhan pencegahan pada
tingkat satu, dua, dan tiga baik langsung maupun tidak langsung.
18. Pasien adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat, atau komunitas
dengan kemungkinan kebutuhan fisik, psikologis, atau social didalam konteks
budaya mereka, yang merupakan penerima asuhan keperawatan
19. Nurse station adalah sebuah area di rumah sakit, klinik dimana perawat
berkumpuldan melaksanakan tugas administrative atau tugas lainnya.
20. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berusaha memilih cara yang
tepat agar gambaran dalam benak dan isi kesadaran dari komunikator dapat
dimengerti, disadari. Diterima bahkan dilakukan oleh komunikan
21. ISBAR3 (Identify, Situation, Background, Assesment, Recommendation,
Read Back,Risk) adalah suatu teknik komunikasi efektif yang merupakan variasi
SBAR yang digunakan untuk menyampaikan informasi penting pasien untuk
meningkatkan keamanan pasien.
10
22. Pendokumentasian adalah bagian dari kegiatan yangharus dilakukan oleh
perawat setelah memberiasuhan kepada pasien.
23. Pre conference adalah Komunikasi ketua Tim dan perawat pelaksana
setelah selesai serah terima untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim
24. Post Conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien.
25. Bedside handover adalah pelaksanaan serah terima disamping tempat tidur
pasien
2. Tujuan.
a. Tujuan Umum.
Mengoptimalkan, menstandarisasikan dan membudayakan proses
serah terima (handover) pada seluruh tenaga perawat di Rumah Sakit
Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto
b. Tujuan Khusus.
Perawat mampu:
1) Melaksanakan program komunikasi efektif dalam kegiatan
serah terima pasien
2) Mendorong pemahaman perawat terhadap pentingnya
pelakasanaan serah terima (Handover) terhadap kontinuitas
perawatan dan keselamatan pasien (Patient Safety).
3) Melaksanakan serah terima antar shift (Handover)
keperawatan dengan menggunakan Formulir Handover
4) Mengurangi kejadian pengulangan informasi saat serah
terima,menghindari penyampaian informasi yang tidak relevan,
menghindariinterupsi dan memfasilitasi perawat untuk
menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
11
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang lingkup panduan penerapan teknik komunikasi ISBAR3 saat pelaksanaan serah
terima (handover) antar shift yaitu :
1. Sasaran dari panduan ini meliputi kepala ruangan, ketua Tim, penanggung
jawab shift dan perawat pelaksana diseluruh rawat inap
2. Teknik komunikasi ISBAR3 ( Identify, Situation, Background, Assesment,
Recommendation, Read Back, Risk) digunakan oleh seluruh perawat pada proses
serah terima antar shift diseluruh rawat inap
3. Kepala ruangan sebaiknya ikut serta saat pelaksanaan serah terima,karena
kepala ruangan memiliki peran sebagai mediator dalam komunikasi yang berfokus
pada kebutuhan khusus pasien
4. Pasien dilibatkan dalam komunikasi saat serah terima disamping tempat
tidur pasien (Bedside handover).
5. Waktu pelaksanaan serah dilakukan saat pertukaran shift
B. Pelaksanaan handover antar shift di Instalasi Rawat Inap di RSPAD Gatot Soebroto yang
meliputi:
12
3. Sub Instalasi Rawat Inap C
a. Lantai 1 IKA
b. Lantai 2 IKA
c. Unit PERISTI
d. Lantai 1 Obstetri
e. Lantai 2 Ginekologi
f. R. Tindakan & Persalinan
13
BAB III
TATA LAKSANA
Kebijakan Proses komunikasi antara perawat saat pergantian shift dan harus
berdasarkan standar yang telah ditetapkan
Serah terima Berikan informasi kepada pasien dan penyedia perawatan berikutnya terkait
(Handover)
Komunikasi diagnosis pemulangan, rencana perawatan, pengobatan dan hasil tes
Discharge
Sumber : The Joint Commission, Patient safety Solution, Communication during handover
14
B. Penerapan Teknik ISBAR3 saat serah terima (handover) keperawatan
ISBAR3 adalah suatu teknik komunikasi efektif yang merupakan variasi dari SBAR
yang digunkan untuk menyampaikan informasi penting pasienuntuk meningkatkan
keamanan pasien. ISBAR3berasal dari SBAR yaitu teknik yang diciptakan untuk
meningkatkan keamanan dalam komunikasi untuk menyampaikan infomasi penting
dengan menyediakan kerangka untuk komunikasi efektif (Vinu &Kane, 2016). SBAR telah
dianjurkan dalam komunikasi perawat ke perawat terutama selama laporan shift untuk
menyampaikan informasi penting pasien (Lee et al., 2010). Penambahan “I” di
ISBAR3adlah untukmemastikan identifikasiyang akurat (Vinu & Kane, 2016). ISBAR3
merupakan variasidari SBAR sebagai teknik komunikasiefektif yang digunkan saat serah
terima pasien antar shift.
ISBAR3 merupakan kerangka kerja terstruktur yang digunakan dalam serah terima
untuk menyampaikan informasi penting terkait kondisi pasien. ISBAR3merupakan
kerangka kerja terstruktur yang menguraikan informasi yang akan ditransfer sangat
diperlukan untuk peningkatan keselamatan pasien (National Clinicsl Effectiveness
Committee, 2015). ISBAR3adalah salah satu kerangka kerja yang digunakan untuk
langkah-langkah untuk mengklarifikasi dan mengkomunikasikan informasi penting yang
diperlukan untuk laporan serah terima (Enlow, Shanks, Guhde, & Perkins, 2010).
ISBAR3merupakan kerangka kerja terstruktur yang digunakan untuk mengklarifikasi dan
mengkomunikasikan informasi penting pasien saat serah terima untuk meningkatkan
keselamatan pasien.
Penerapan teknik komunikasi ISBAR3 saat serah terima (handover) antar shift
keperawatan
I Identifikasi :
Penanggung jawab pelaksanaan handover
(Identify)
Nama Perawatyang menyampaikan informasi (perawat
dari shift sebelumnya)
Tim penerima informasi (shift yang berdinas selanjutnya)
Nama Pasien, Tanggal lahir/ usia
tanggal masuk
15
S Situasi :
Lokasi pasien (Nomor kamar dan nomor Bed)
(Situation)
Alasan masuk rumah sakit
Keluhan saat ini
Diagnosa medis
Masalah keperawatan
B Latar Belakang :
Riwayat medis (perkembangan penyakit selama
(Banckground)
perawatan)
Riwayat bedah (surgical)
Riwayat alergi
Asuhan keperawatan yang telah diberikan
A Penilaian
Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu,
(Assesment)
saturasi oksigen, waktu capillary refill)
Hasil pemeriksaan lab
Penilaian klinis perawat saat ini (apakah masalah
keperawatan sudah tercapai, tercapai sebagian atau
belum tercapai)
Penilaian klinis lainnya selama perawat berdinas
termasuk semua informasi atau tugas yang sudah
dilaksanakan
R3 Rekomendasi
Sebutkan tugas apa yang harus diselesaikan atau di
Recommendation
follow up oleh perawat dishift berikutnya
Read – Back (jenis tindakan/ tes/ prosedur yang direncanakan)
Risk Rekomendasi tindakan keperawatan yang harus
dilakukan oleh perawat pada shift berikutnya.
3. pertukaran informasi
• Kondisi klinis Informasi yang disampaikan :
• Hasil pemeriksaan dan prosedur Perubahan kondisi pasien
• ADL yang dibantu Perubahan dalam perencanan
• Rencana yang telah dilakukan dan yang pelayanan perawatan
akan dilakukan Mengenalkan petugas baru yang
• Pertanyaan dari perawat yang belum dikenal pasien
menerima serah terima
PASIEN SELANJUTNYA
17
Tahapan kegiatan dapat dibagi dalam kegiatan sebelum, selama dan setelah
Handover :
Sebelum handover :
Alokasi pasien lengkap
Laporan handover pergantian shift
tersedia
Pasien diberitahu bahwa serah terima
akan segera dimulai
Pengunjung diminta kembali ke ruang
tunggu
Dengan izin dari pasien keluarga
tetap berada di samping tempat tidur
Selama handover :
Pasien diperkenalkan oleh perawat
dari shift sebelumnya
Informasi yang ditrasnfer
Setelah handover : menggunakan ISBAR3
Perawat yang akan Pasien diminta untuk berkontribusi
berdinas ditugaskan ke Melakukan cek keselamatan
dalam tim yang sudah Lembar obat diperiksa
dibentuk Informasi sensitive disampaikan jauh
Laporan handover dari samping tempat tidur atau tertulis
pergantian shift dilembar serah terima Pasien
digunakan sebagai diberitahu bahwa serah terima akan
panduan segera dimulai
Perawat yang akan Pengunjung diminta kembali ke ruang
berdinas melakukan tunggu
tugas sesuai dengan tim Dengan izin dari pasien keluarga tetap
yang sudah dibagi berada di samping tempat tidur
sampai pelaksanaan
serah terima (handover)
berikutnya
Sumber: Summary of the bedside handover process (Chaboyer et al., 2010)
18
BAB IV
DOKUMENTASI
19
BAB V
PENUTUP
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Juni 2018
20
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, J., Kannampallil, T. G., & Patel, V. L. (2012). Bridging gaps in handoffs : A
continuity of care based approach. Journal of Biomedical Informatics, 45(2), 240–254.
https://doi.org/10.1016/j.jbi.2011.10.011
Arora, V., Johnson, J., Lovinger, D., Humphrey, H. J., & Meltzer, D. O. (2005).
Communication failures in patient sign-out and suggestions for improvement: a critical
incident analysis. Quality and Safety in Health Care, 14(6), 401–408.
https://doi.org/10.1136/qshc.2005.015107
Australian Medical Association. (2006). Safe handover : safe patients, guidance on clinical
handover for clinicians and managers. Australia: Kingston Act. Retrieved from
https://ama.com.au/sites/default/files/documents/Clinical_Handover_0.pdf
Fadilah, A., & Yusianto, W. (2016). Perbedaan pelaksanaan timbang terima sebelum dan
sesudah menggunakan komunikasi SBAR terhadap penerapan patient safety oleh
perawat pelaksana di RS. Siti Khodijah sepangjang Sidoarjo Jawa Timur. Jurnal
Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat, 1(5). Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/
Friesen, Mary, A., White, Susan, V., & Byers, Jacqueline, F. (2008). Patient safety and
quality: an evidence based handbook for nurses. Agency for Healthcare Research
and Quality. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2649/
Groene, R. O., Orrego, C., Suñol, R., Barach, P., & Groene, O. (2012). “ It ’ s like two
worlds apart ” : an analysis of vulnerable patient handover practices at discharge from
hospital. British Medical Journal Quality Safety, 21, 67–75.
https://doi.org/10.1136/bmjqs-2012-001174
Handayawati, S. (2016). Pengalaman perawat terhadap operan jaga di ruang rawat inap
RSUD karanganyar. Stikes Kusuma Husada.
Johnson, M., Jefferies, D., & Nicholls, D. (2012). Developing a minimum data set for
electronic nursing handover. Journal of Clinical Nursing, 21(3–4), 331–343.
https://doi.org/10.1111/j.1365-2702.2011.03891.x
Joint Commission. (2015). Sentinel event statistics released for 2014. Retrieved from
http://www.jointcommission.org/assets/1/23/jconline_April_29_15.pdf
Kerr, M. (2002). A qualitative study of shift handover practice and function from a socio-
technical perspective. Nursing and Health Care Management Issues, 37(2), 125–134.
https://doi.org/10.1046/j.1365-2648.2002.02066.x
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (2017).
Indonesia.
Liu, W., Manias, E., & Gerdtz, M. (2012). Medication communication between nurses and
patients during nursing handovers on medical wards : A critical ethnographic study.
International Journal of Nursing Studies, 49(8), 941–952.
https://doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2012.02.008
The Joint Commission; Joint Commission International; World Health Organization. (2007).
Communication during patient hand-overs. Patient Safety Solutions, 1(3). Retrieved
from www.who.int/patientsafety/patientsafety/PS-Solution3.pdf
Tregunno, D. (2009). Transferring clients safely : know your client and know your team.
Toronto. Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/113221-ID-
hubungan-pengetahuan-dan-sikap-perawat-d.pdf
Williamson, G., Showell, C., & Hancock, E. (2009). A Guide for the Safe Use of Electronic
Clinical Handover Tools Department of Health. South Australia: South Australian
Departement of Health.
22