Anda di halaman 1dari 2

ALASAN PERMOHONAN

Dalam pengujian pasal 127 ayat (1) huruf a Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan,yaitu “Upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan
oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan: a. hasil pembuahan sperma dan
ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum
berasal”. Bahwasanya dalam pasal tersebut yang diperbolehkan hanyalah melakukan
upaya kehamilan diluar secara alamiah jika hasil pembuahan sperma dan ovum
ditanamkan di tempat dari mana ovum berasal. Sedangkan dalam hal sewa rahim,
hasil pembuahan ditanamkan diluar dimana ovum berasal yaitu pada (surrogate
mother) atau ibu pengganti. kami selaku pemohon memiliki beberapa argumentasi
yuridis diantaranya :

1. Pasal 28 B ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945


Di dalam pasal 28 B ayat (1) dijelaskan bahwa tiap orang berhak
membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah. Berkeluarga dan melanjutkan keturunan merupakan sesuatu yang
sangat dianjurkan oleh agama. Namun dalam konteks ini, perkawinan
yang dimaksud tentunya bukan hanya perkawinan yang sah.

2. Pasal 28 I ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945


Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang
bersifat diskriminatif itu. Pemohon bebas dari diskrimintaif dan berhak
mendapatkan perlindungan hukum.

3. Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945


Bahwa Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
Dalam hal ini pihak pemohon berhak mendapatkan jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum.

4. Undang-Undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


Dalam Pasal 3 dinyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas jaminan,
perlindungan, dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian
hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum”
Dalam Pasal 17 dinyatakan bahwa “Setiap orang. tanpa diskiriminasi,
berhak untuk memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan.
pengaduan, dan gugatan,...” Undang-undang ini merupakan
pengejawantahan semangat Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,
yang menyatakan bahwa hak atas keadilan merupakan hak asasi yang
melekat kepada setiap manusia. Pasal ini juga menggunakan istilah
“setiap orang” yang menunjukkan bahwa tidak ada diskriminasi apapun,
termasuk gender untuk memperoleh keadilan melalui hukum.
Selain itu, dalam pasal 29 ayat (2) dinyatakan bahwa “Setiap orang
berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana
saja ia berada.” Yang dimaksud setiap orang disini berarti setiap insan
manusia yang tidak dibatasi oleh sekat-sekat apapun, termasuk gender.
Hal ini dipertegas dalam UU HAM ini, yang menyebutkan bahwa “Hak
wanita dalam Undang-undang ini adalah hak asasi manusia.” Pasal ini
memperjelas kedudukan wanita yang dijamin haknya secara penuh dalam
undang-undang ini, termasuk haknya untuk memperoleh kesamaan di
depan hukum.

6. Universal Declaration of Human Rights


Terdapat dalam Pasal 7 yang menyebutkan bahwa “Semua orang sama di
depan hukum dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap
bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Pernyataan ini dan
terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam
itu[3]” Ketentuan tersebut menggunakan istilah “semua orang atau all
human beings” tanpa pembedaan jenis kelamin, yang menggambarkan
bahwa hak asasi manusia melekat pada setiap orang, baik pria maupun
wanita.

7. Family Code Of Ukraine


Clause 1,2,3,(Pasal 1,2,3) menyebutkan bahwa “jika sebuah ovum yang
dikandung oleh (pasangan suami-istri) ditanamkan ke wanita lain,
pssangan yang menikah itu adalah orang tua anak tersebut.” Kalusul ini
menggambarkan bahwa status hukum anak yang lahir dari seorang ibu
pengganti adalah anak dari pasangan orangtua genetiknya, bukan dari ibu
pengganti.

Anda mungkin juga menyukai