Anda di halaman 1dari 3

Permasalahan Sumber Daya Guru di Indonesia dan metode/

solusinya
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan yaitu guru, dana,
kurikulum, SDM non guru, fasilitas & sumber belajar. Diantara beberapa faktor tersebut faktor
guru lah yang sangat mempunyai pengaruh besar terhadap mutu pendidikan. Jika guru yang ada
dalam suatu bangsa mempunyai tingkat kualifikasi atau kompetensinya rendah, maka mutu
pendidikan dalam bangsa tersebut bisa dipastikan rendah juga. Akan tetapi sebaliknya, jika
tingkat kualifikasi atau kompetensi guru dalam suatu bangsa tinggi maka mutu pendidikan dalam
bangsa tersebut bisa dipastikan tinggi.
ada beberapa permasalahan sumber daya guru yang terjadi di Indonesia, diantaranya sebagai
berikut :

1. Distribusi guru belum merata.


Masalah ini erat kaitannya dengan kebijakan pemerintah tentang desentralisasi
pengelolaan guru serta kondisi pembangunan di Indonesia yang belum merata. Dengan
adanya desentralisasi pengelolaan guru terkait dengan kebijakan otonomi daerah yang sedang
berlangsung saat ini, menjadikan pemerintah daerah mempunyai wewenang penuh atas PNS
guru maupun non guru yang berada di wilayah kerja kota/kab. tertentu. Hal inilah yang
menyebabkan persebaran guru tidak merata. Jadi misalnya suatu daerah kekurangan tenaga
guru, mereka tidak bisa meminta bantuan guru dari daerah lain.
2. Banyak guru berkompetensi rendah.
Masalah ini lah yang benar-benar substansial, sekarang pertanyaan yang pelu
direnungkan bersama yaitu bagaimana kualitas pendidikan bisa baik kalau gurunya saja
berkompetensi rendah. Padahal guru memegang peranan yang pokok dalam meningkatkan
kualitas pendidikan.
3.Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga membutuhkan
kompetensi (ICT) bagi para guru.
Kemampuan guru dalam penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) memang
masih rendah terutama guru-guru yang sudah lanjut usia. Kebanyakan dari mereka belum
mengenal atau mengoperasikan teknologi-teknologi informasi komunikasi modern yang saat
ini seolah-olah sudah menjadi kebutuhan setiap guru dalam mengakses informasi atau
sebagai media dalam proses pembelajaran.
4. Jumlah Guru yang Masih Kurang
Jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang, apabila dikaitkan dengan
jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah murid per kelas dengan jumlah guru yag
tersedia saat ini, dirasakan masih kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas
sering di isi lebih dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk sebuah proses
belajar dan mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari 15-
20 anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar yang maksimal.

5. Masalah Kesejahteraan Guru

“Mendidik itu mengabdi dan lahir dari hati, bukan sekadar profesi apalagi semata–mata hanya
mengharapkan gaji”
Sepenggal kalimat diatas tentu benar adanya,namun setiap manusia tentu membutuhkan materi
untuk menjaga kelangsungan hidupnya dan tidak terkecuali guru itu sendiri.Sudah bukan menjadi
rahasia umum, bahwa tingkat kesejahteraan guru-guru kita sangat memprihatinkan. Penghasilan para
guru, dipandang masih jauh dari mencukupi, apalagi bagi mereka yang masih berstatus sebagai guru
bantu atau guru honorer.

Solusi yang dapat dilakukan :


1. Distribusi guru belum merata.
Solusi untuk permasalahan distribusi guru yang tidak merata ini yaitu, pertama
sistem desentralisasi pengelolaan guru ini harus dikembalikan pada sistem sentralisasi.
Jadi pengelolaan guru memang menjadi wewenang penuh pemerintah pusat, kalau
semisal suatu daerah banyak membutuhkan tenaga guru sedangkan daerah lain kelebihan
guru bisa dengan mudah untuk melakukan pemerataan tenaga guru tanpa terkendala
birokrasi pemerintah daerah. Berikutnya pemerintah juga harus memperhatikan wilayah-
wilayah di luar pulau Jawa yang masih tertinggal, proses pembangunan jangan hanya
terpusat di Jawa saja akan tetapi wilayah-wilayah lain juga sangat memerlukan
pembangunan untuk mengejar ketertinggalan. Selain itu perlu adanya pemberian motivasi
dan mindset kepada para guru agar mempunyai kesadaran untuk memajukan dunia
pendidikan bersama di wilayah-wilayah terpencil yang masih sangat memerlukan
pendidikan bisa melalui forum seminar, workshop atau sejenisnya.
2. Banyak guru berkompetensi rendah.
Solusi untuk permasalahan ini, saat ini pemerintah membuat progam Pendidikan
dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) serta Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk mengatasi
permasalahan kualitas guru. Akan tetapi menurut saya pelaksanaan UKG dinilai bukanlah
cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah kualitas dan profesionalisme guru yang
rendah. Pemerintah justru harus memperbaiki LPTK sebagai penghasil guru. Untuk itu
reformasi dalam penyelenggaraan pendidikan di LPTK harus dilaksanakan dengan baik.
Dari proses seleksi sampai proses pembelajaran di kampus harus benar-benar
dilaksanakan dengan sebaik mungkin serta penuh rasa tanggungjawab karena output yang
dihasilkan harus memiliki kualitas serta kompetensi yang unggul.
3. Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga membutuhkan
kompetensi (ICT) bagi para guru.
Solusi untuk masalah ini yaitu pihak sekolah maupun pemerintah harus memberi
pelatihan kepada para guru tentang pemanfaatan TIK dalam pendidikan bisa melalui
workshop atau lokakarya yang dilaksanakan secara berkala. Penguasaan TIK ini memang
sangat penting sekali karena guru harus bisa mengikuti perkembangan jaman, dimana
arus informasi dan komunikasi bejalan sangat cepat sekali tanpa mengenal batas ruang
dan waktu di era globalisasi seperti sekarang ini.
4. Jumlah Guru yang Masih Kurang
Solusi untuk masalah jumlah guru yang masih kurang yaitu Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyiapkan lima program afirmasi untuk
mengatasi kekurangan guru di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).
Program SM3T adalah program pengabdian sarjana pendidikan untuk berpartisipasi dalam
percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T selama satu tahun. Program tersebut
dilakukan sebagai penyiapan pendidik professional yang akan dilanjutkan dengan program
Pendidikan Profesi Guru. Selanjutnya Program GGD dilakukan sebagai upaya untuk
memeratakan akses pendidikan dengan meningkatkan ketersediaan tenaga pendidik di
daerah 3T. Program GGD angkatan pertama telah mengirimkan 798 guru profesional ke 28
kabupaten di daerah 3T yang tersebar di empat provinsi. Keempat provinsi tujuan program
GGD tersebut yaitu Provinsi Aceh, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat.
5. Masalah Kesejahteraan Guru

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mendefinisikan


bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.
untuk meningkatkan kesejahteraan guru pemerintah telah memprogramkan
pemberian tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok yang diberikan kepada guru
yang telah memiliki sertifikat pendidik dan untuk mendapatkan sertifikat pendidik
tersebutdapat dilakukan melalui jalur (1). Pemberian sertifikasi secara langsung (PSPL).
(2). Penilaian PortoFolio (PF) (3). Pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) dan (4).
Pendidikan Profesi Guru (PPG).
dengan adanya tambahan penghasilan melalui sertifikasi ini diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan sekaligus profesionalisme guru yang tentunya akan
bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia yang mempunyai daya saing global.

Sumber:
https://www.wartaekonomi.co.id/read162596/ini-solusi-pemerintah-untuk-atasi-kekurangan-
guru.html
http://bagusbudhiarti.blogspot.com/2012/09/upaya-mengatasi-permasalahan-guru-di_7.html
https://www.kompasiana.com/fatwa/55121f31a333117156ba7df0/sertifikasi-guru-upaya-
meningkatkan-kesejahteraan-dan-profesionalisme-guru
https://www.kompasiana.com/gusrilkhalik/56a073f7ae7a6139077d45b0/guru-
permasalahannya?page=all

Anda mungkin juga menyukai