Anda di halaman 1dari 10

Nama / NIM : 1.

Madhu Reahilda / 20011045


2. Maulana Aziz N. / 20011048
3. Salma Salimul Aqidah / 20011066
4. Wahyu Sugiarti / 20011086
5. Kufita Riska K. / 20011098
Prodi/ Kelas : PGSD / 7A
Dosen Pengampu : Ririn Setyowati, M.Pd.

PROBLEMATIKA PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIKAN SD

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, pendidik adalah orang
yang mendidik. Pengertian tersebut memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang
yang melakukan kegiatan dalam dunia pendidikan. Menurut Dri Atmaka (2004:17),
pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan
kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual. Menurut UU No. 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen, pengertian guru adalah tenaga pendidik profesional
yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui
jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Menurut UU No. 20 Tahun2013 pasal 1 Bab 1 (Ketentuan Umum),tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan. Tenaga pendidik merupakan tenaga yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan administrasi,pengolaan, pengawasan, dan pelayanan
teknis unntuk menunjang proses Pendidikan pada satuan pendidikan. Termasuk tenaga
kependidikan diantaranya kepala satuan pendidik, pendidik, dan tenaga pendidik
lainnya.
Kepala satuan pendidik yaitu orang yang diberi kewenangan dan tanggung
jawab untuk memimpin satuan Pendidikan tersebut. Kepala satuan Pendidikan harus
mampu melaksanakan peran dan tugasnya sebagai educator, manajer, administrator,
supervisor, leader, inovator, motivator, figur, dan mediator. Istilah lain untuk kepala
satuan adalah Kepala Sekolah, Rektor, Direktur, Tenaga Kependidikan lainnya ialah
orang yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pendidikan di satuan pendidik,
walaupun secara tidak langsung terlibat dalam proses pendidik diantaranya : kepala
urusan pendidik, Tata Usaha, dan Laboran.

Persoalan Mendalam dalam Pendidik dan Tenaga Pendidik SD


A. Kurangnya Guru Jadi Masalah Pendidikan di Indonesia

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian


Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nunuk
Suryani mengemukakan kurangnya ketersediaan guru di Indonesia menjadi salah
satu permasalahan pendidikan di Tanah Air. Beliau juga mengemukakan bahwa
kurangnya ketersediaan guru saat ini, karena banyaknya guru yang akan pensiun.
Berdasarkan data tahun 2022, menunjukkan kekurangan guru di Indonesia
mencapai 781 ribu. Tingginya jumlahnya guru honorer bukti sekolah kekurangan
guru. Banyak guru telah mengabdi belasan bahkan puluhan tahun tetapi statusnya
masih honorer. Selain menjadi PNS, guru-guru yang sudah mengabdi dan
dianggap kompeten bisa diangkat menjadi guru kontrak.
Beberapa faktor penyebab kurangnya guru yang menjadi masalah
pendidikan di Indonesia yaitu:
1. Banyaknya guru yang akan pensiun, Indonesia memiliki sebanyak 3,3 juta
guru di sekolah negeri, namun dari jumlah tersebut akan banyak yang pensiun,
bahkan rata-rata jumlah yang pensiun mencapai 70.000 guru per tahun. Saat ini
profesi menjadi seorang guru kurang digemari oleh generasi muda, sehingga
berpotensi menyebabkan Indonesia darurat kekurangan guru.
2. Kompetensi guru yang masih rendah, Masih banyak guru di sekolah yang
mengajar mata pelajaran yang bukan bidang studi yang dipelajarinya. Hal ini
terjadi karena persoalan kurangnya guru pada bidang studi tertentu. Serta
kualifikasi guru yang belum setara dengan sarjana.
3. Daya saing perguruan tinggi Indonesia yang masih lemah, Menurut Direktur
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbudristek
Dirjen Nunuk Suryani Indonesia memerlukan transformasi baru terkait
pendidikan, bukan hanya untuk calon guru saja, namun juga untuk membuka
cara pandang para guru, sehingga bisa menjawab target Sustainable
Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dalam menyiapkan guru profesional di
era digital ini juga memiliki peran penting.
4. Pemerataan guru, Bukan hanya kekurangan guru PNS dan guru tetap atau
kontrak, Indonesia mengalami mismanajemen distribusi guru. Satu sekolah, satu
kecamatan, atau satu kabupaten/kota kelebihan guru, sementara yang lainnya
kekurangan guru. Perekrutan, penempatan, dan mutasi guru tidak profesional.

Solusi yang dapat di usulkan atas problematika kekurangan guru adalah


dengan seleksi Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (P3K). Dengan demikian akan dapat diketahui kualifikasi guru
yang sesuai serta penyejahteraan guru dengan perjanjian kerja yang telah di
setujui tersebut. Itu juga akan berdampak pada ketertarikan kawula muda untuk
semakin giat menjadi pendidik. Guru PNS di jenjang SMP yang jumlahnya
surplus atau berlebih dapat dialihkan sebagai guru SD. Alangkah baiknya jika
Pemkab/Pemkot mengambil inisiatif agar para guru tadi dapat dialihkan ke
jenjang SD. Tentu, harus melalui uji kompetensi serta lolos sertifikasi sebagai
guru SD. Untuk kompetensi guru yang masih rendah adalah melanjutkan
pendidikan di tingkat lanjut, melaksanakan pelatihan yang mengasah kompetensi
guru, melaksanakan observasi terhadap lingkungan sekolah yang mana point-
point tersebut sangat mempengaruhi pada kenaikan kompetensi guru. Untuk
daya saing perguruan tinggi Indonesia, di karenakan banyak nya problematika
yang terjadi di dunia pendidikan salah satunya adalah upah dan kesejahteraan
pendidik membuat minimnya minat mahasiswa untuk menjadi pendidik, oleh
karena itu kenaikan gaji tenaga honorer tahun 2023 ini diterbitkan Menkeu Sri
Mulyani, melalui Permenkeu atau PMK nomor 83/PKM.02 tahun 2022 tentang
standar biaya masukan tahun anggaran 2023. Sebelumnya upah para guru
honorer yang masih sangat jauh dibawah upah minimum regional (UMR) kini
sudah dinaikan, ini dinilai karena para guru honorer yang notabene nya para
mahasiswa fresh graduate sudah banyak berjasa dalam instansi di pusat maupun
daerah. Untuk pemerataan guru yang masih kurang di perlukan komitmen dari
pemerintah pusat dan daerah seperti pengiriman putra terbaik daerah untuk
menjadi calon mahasiswa guru, pengangkatan CPNS yang sebelumnya sarjana
pendidikan maupun non-pendidikan diundang untuk mengikuti seleksi CPNS,
pemanggilan atau penarikan guru putra daerah yang tersebar di luar daerah.
B. Kurangnya Tenaga Pendidik di Pedalaman

Kurangnya tenaga pendidik di pedalaman karena sulitnya mencari


pengajar yang mau mengajar di daerah terpencil dan sangat jarang sekali seorang
sarjana mau menyumbangkan jasanya untuk mengajar didaerah pedalaman.
Padahal masing-masing orang mempunyai hak untuk berpendidikan, akan tetapi
pemerintah tidak membagi rata tenaga pendidikan yang baru lulusan sarjana
sehingga banyak lulusan SMA terpaksa diangkat menjadi pengajar didaerah
tersebut walaupun belum menempuh pendidikan didalam perkuliahan dikarnakan
lulusan sarjana tidak ada yang ingin mendidik di daerah terpencil karna dari itu
dapat disimpulkan bahwa diindonesia banyak yang pengangguran dikarnakan
pendidikannya sangat minim.
Bisa dikatakan faktanya saat ini penugasan guru, ke wilayah pelosok
masih sangat minim. Apalagi mereka yang memang berstatus sebagai ASN yang
terkadang hanya ada satu dalam satu sekolah. Memang dari informasi yang ada
di lapangan, masih banyak sekolah yang kekurangan tenaga pendidik. Hal ini
harus menjadi perhatian dari pemprov khususnya Dinas Pendidikan.
Beberapa faktor penyebab kurangnya guru di daerah terpencil yang
menjadi masalah Pendidikan di Indonesia yaitu :
1. Guru sangatlah sulit di cari di daerah pelosok atau daerah terpencil dan
mungkin sangatlah kurang, karena banyak anak yang masih muda tidak mau
meneruskan sekolah atau malah memilih untuk bekerja sedang kan yang ingin
bersekolah sangat lah sulit untuk mencari seorang guru. Walaupun ingin
meneruskan sekolah mereka harus rela pergi keluar daerah nya untuk mencari
ilmu dan itu sangat lah jauh. Berbagai rintangan iya rela lakukan dengan sekuat
kuatnya.
2. Kurangnya informasi dan transparasi tentang kriteria,mekanisme,dan
pembayaran tunjangan untuk guru yang bekerja di daerah terpencil.
3. Kurangnya sarana dan prasarana fisik maupun sosial yang terbatas. Hal ini
menjadikan kendala yang sangat pokok dan perlu segera mendapatkan respon
yang cepat dan akurat
4. Kurangnya informasi dan transparansi tentang kriteria, mekanisme, dan
pembayaran
5. Tunjangan untuk guru yang bekerja di daerah terpencil.
6. Studi literatur, telaah data, dan temuan lapangan yang dilakukan TNP2K
menunjukkan beberapa
7. Permasalahan terkait tunjangan khusus, dari penetapan target penerima,
transparansi kriteria
8. Penerima, dan ketepatan waktu, jumlah, dan regularitas pembayarannya.
Solusi yang dapat diusulkan atas problematika kekurangan guru di daerah
terpencil adalah dengan solusi kurangnya tenaga pendidik di daerah terpencil
langkah untuk mengurangi kekurangan guru yang pertama kali adalah
mengurangi jumlah kepala sekolah khususnya di tingkat sekolah dasar. Jadi,
setiap sekolah belum tentu ada kepala sekolahnya. Aturannya dibuat satu kepala
sekolah bisa memimpin 3, 4, 5 sekolah atau satu kepala sekolah memimpin satu
gugus sekolah. Setiap sekolah diurus oleh bagian tata usaha dan seorang
koordinator guru dan siswa yang tugas utamanya adalah full mengajar.
Sedangkan, sisa waktunya untuk mengurus manajemen guru dan siswa. Yang
kedua guna menutupi kekurangan guru, pemerintah daerah bisa membuka
lowongan kerja baru untuk guru profesional yang bisa diambil dari guru yang
sudah pensiun, anggota TNI dan Polri yang sudah pensiun, terutama yang
pernah bertugas sebagai Babinsa dan Bhabinkamtibmas untuk mengajar olah
raga dan pendidikan karakter, guru-guru bimbel, anggota masyarakat yang
berpendidikan dan peduli dengan pendidikan. Yang ketiga penyediaan dan
peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan yaitu : pendirian SD kecil
dan fasilitas sarana di daerah-daerah terpencil yang secara geografis sulit di
jangkau.

C. Marketplace Guru Dinilai Tak Menyelesaikan Akar Persoalan

Gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi


(Mendikbudristek) Nadiem Makarim tentang marketplace guru dinilai tidak
menyelesaikan akar persoalan tenaga pendidikan di Indonesia. Marketplace
Guru dinilai membantu menyelesaikan masalah distribusi guru yang hanya
menjadi salah satu dari banyak permasalahan pengelolaan tenaga pendidikan di
Tanah Air.

Menurut Syaiful Huda, beliau mengatakan bahwa, Marketplace guru ini


hanya akan memudahkan sekolah yang membutuhkan tenaga pendidik sesuai
formasi yang dibutuhkan. Marketplace ini tidak menjawab bagaimana agar
tenaga guru honorer bisa secepatnya diangkat menjadi ASN sehingga mereka
mendapatkan kelayakan penghidupan. Gagasan marketplace guru ini diklaim
Nadiem Makarim untuk mengatasi tenaga guru honorer yang terjadi selama
bertahun-tahun. Marketplace guru sendiri merupakan database di mana semua
sekolah dapat mencari siapa saja orang yang bisa menjadi pendidik atau
diundang ke sekolah tersebut.

Beberapa faktor penyebab marketplace untuk guru yaitu:


1. Mulai dari keengganan pemerintah daerah dalam mengajukan formasi
2. Kendala administrasi  banyaknya kendala administrasi sehingga guru
yang lolos seleksi tidak segera mendapatkan SK pengangkatan sebagai ASN
hingga proses penempatan yang memicu konflik di lapangan.
3. Tindakan nepotisme  marketplace guru menjadikan tindakan nepotisme
yang rentan tumbuh subur di sekolah-sekolah
Solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah program marketplace
guru adalah konsistensi dari sikap pemerintah untuk menuntaskan rekrutmen
satu juta guru honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(P3K/PPPK). Hal tersebut, berarti pemerintah harus menuntaskan berbagai
kendala mulai dari proses rekrutmen, proses penerbitan surat pengangkatan,
hingga penempatan guru yang lolos seleksi.
D. Krisis Adab Guru dan Siswa di Era Globalisasi

Pendidikan di era globalisasi ini menjadi salah satu kunci untuk


mencetak generasi yang baik. Tantangan pendidikan di era keterbukaan sistem
informasi dan komunikasi menjadi faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan proses pendidikan, baik yang dilakukan oleh orang tua dan guru di
sekolah. Setiap proses pendidikan adalah untuk melahirkan sumber daya
manusia yang cerdas, berakhlak dll, serta mampu bersaing di era global saat ini.
Kita perlu sadari, kebangkitan sebuah peradaban sangatlah ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusianya.
Sistem pendidikan Nasional di Indonesia telah memberikan arah dan
tujuan yang jelas, proses pendidikan untuk menjadikan manusia beriman,
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, memiliki akhlak mulia dan beradab,
berilmu, mandiri serta bertanggung jawab. Namun faktanya, pada proses
pelaksanaan pendidikan terjadi begitu banyak krisis, baik terjadi kepada siswa
dan guru. Kasus kekerasan, pemerkosaan, pergaulan bebas, tawuran antar
pelajar, dan menjamurnya remaja geng motor dalam lembaga pendidikan
menjadi kabar duka bagi pendidikan di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan
adanya krisis moral yang terjadi, bukan hanya kepada siswa tetapi juga guru.
Beberapa faktor yang menyebabkan krisis adab antara guru dan siswa,
yaitu:
1. Psikologis  Secara garis besar yang menyebabkan murid menganiaya
gurunya ialah masalah psikologis. Hal ini cenderung karena sifat emosional
yang belum matang sehingga tidak dapat mengontrol emosi pada diri. Faktor
psikologis ini dapat dibentuk oleh kebiasaan kekerasan yang terus menerus
terjadi di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Merasa harga diri lebih
tinggi juga dapat memicu diri untuk menganggap orang lain sepele dan tidak
segan dengan orang lain.
2. Hubungan guru dengan siswa  Banyak sekali guru yang ingin
memosisikan dirinya sebagai guru yang asyik terhadap siswanya sehingga
mereka bisa dicap sebagai guru yang “gaul”. Hal ini juga baik sehingga
murid bisa lebih dekat dan tidak takut dalam menanyakan suatu hal sehingga
pemikiran muridnya pun dapat bebas untuk bereksplorasi. Namun kedekatan
tidak menutup kemungkinan akan berdampak negatif, yakni murid tidak lagi
merasa segan dan tidak lagi memandang gurunya sebagai sosok yang perlu ia
patuhi.
3. Faktor keluarga  Faktor lingkungan keluarga juga memberikan pengaruh.
Murid yang sudah terbiasa memberontak dan melakukan perlawanan kepada
orang tuanya tentu di sekolah dia akan bersikap demikian. Selain itu ada juga
kasus yang kerap terjadi para orang tua bersikeras membela anaknya jika
terjadi problem di sekolah. Meskipun itu jelas salah anaknya, namun orang
tua tetap bersikeras menyalahkan pihak sekolah. Dengan begitu sang anak
akan semakin berani melawan gurunya.
4. Kurangnya pengetahuan guru  Kurangnya pengetahuan yang dimiliki
sebagian guru bahwa kekerasan fisik maupun psikis tidaklah efektif untuk
mendisiplinkan perilaku siswa, malah hal tersebut beresiko menimbulkan
trauma psikologis dan menyinggung perasaan siswa. Oleh karenanya
pembinaan dan pelatihan guru sangatlah diperlukan untuk memberikan
gambaran bagaimana suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif dan baik.
5. Adanya beban target guru  Adanya beban kerja dengan target yang
harus dipenuhi oleh guru, baik dari segi kurikulum, pembelajaran juga
prestasi sebagai output, namun kendala yang dihadapi cukup besar sehingga
terasa sulit untuk mencapai target dan hasil yang maksimal. Guru banyak
dituntut untuk menghasilkan murid yang berprestasi, sedangkan hal tersebt
sulit diwujudkan ketika pembelajaran di kelas. Maka dari itu, guru lebih
memilih sistem punishment dengan harapan siswa dapat kembali disiplin.
Solusi yang dapat diberikan dalam krisis adab yang dialami oleh pendidik
dan peserta didik yaitu ditanamkan dan di ajarkan di kampus-kampus dan di
sekolah-sekolah. Tugas besar bagi para orang tua dan pendidik adalah
memberikan arahan terhadap murid tentang kalsifikasi ilmu yang dipelajari.
Lebih mendahulukan ilmu yang sifatnya wajib daripada ilmu yang sifatnya
sunnah.
Referensi :

Ahmad F. (2018). Problematika Pendidikan di Indonesia. Retrieved from


https://www.researchgate.net/publication/328925930_PROBLEMATIKA_
PENDIDIKAN_DI_DAERAH_TERPENCIL . (Diakses pada 07 Oktober
2023, pukul 20:14 WIB)

Ahmad. (2019). Krisis Adab Guru dan Murid di Era Globalisasi. Retrieved from
https://www.simpulrakyat.co.id/2019/07/krisis-adab-guru-dan-murid-di-
era-globalisasi.html. (Diakses pada 07 Oktober 2023, pukul 22:00 WIB)

Alamil H. (2023). Marketplace Guru Dinilai Tak Menyelesaikan Akar Persoalan.


Retrieved from
https://news.republika.co.id/berita/rvm6bo487/marketplace-guru-dinilai-
tak-menyelesaikan-akar-persoalan. (Diakses pada 07 Oktober 2023, pukul
21:14 WIB)

Asmi, Yulia Nur. (2019). Pentingnya Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Bogor :
STKIP Muhammadiyah Bogor
Astrid. (2023). Kemendikburistek : Indonesia Kekurangan 1,3 juta Guru pada 2024.
Retrieved from
https://www.antaranews.com/berita/3707871/kemendikbudristek-
indonesia-kekurangan-13-juta-guru-pada-2024 (Diakses 04 Oktober
2023, pukul 18.15 WIB)
Detik. (2023). Video Dibentak-dimaki Siswa Viral, Guru di Sumbar disalahkan.
Retrieved from
https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/sumut/berita/d-6831171/
video-dibentak-dimaki-siswa-viral-guru-sd-di-sumbar-disalahkan.
(Diakses pada 07 Oktober 2023, pukul 22:00 WIB)

Dicky P. (2023). Tembus Rp. 5,6 Juta, Ini Daftar Lengkap Kenaikan Gaji Tenaga
Honorer. Retrieved from
https://radarkepahiang.disway.id/amp/657931/tembus-rp-56-juta-ini-
daftar-lengkap-kenaikan-gaji-tenaga-honorer-tahun-2023/ (Diakses pada
04 Oktober 2023, pukul 18.15 WIB).
Ichsan. (2019). Krisis Adab Guru dan Murid. Retrieved from
https://republika.co.id/berita/pvi7rr349/krisis-adab-guru-dan-murid-part1.
(Diakses pada 07 Oktober 2023, pukul 22:00 WIB)

Ike Y. (2020). Kurangnya Seorang Guru di Daerah Terpencil. Retrieved from


https://www.kompasiana.com/ikeyulianingsih/5e9fc7a7097f366e7d2751f4
/kurangnya-seorang-guru-di-daerah-terpencil. (Diakses pada 07 Oktober
2023, pukul 20:14 WIB)

Riko T. (2011). Kurangnya Tenaga Pendidik di Daerah Terpencil dan Solusinya.


Retrieved from
http://news.upmk.ac.id/home/post/kurangnya.tenaga.pendidik.di.daerah.ter
pencil.dan.solusinya. (Diakses pada 07 Oktober 2023, pukul 20:14 WIB)

Sudaryanto. (2013). Solusi Jitu Atasi Kekurangan Guru. Retrieved from


hhttps://uad.ac.id/id/solusi-jitu-atasi-kekurangan-guru/ (Diakses pada 04
Oktober 2023, pukul 18.15 WIB)

UIN Jakarta. (2018). Permasalahan Guru di Indonesia. Retrieved from:


https://mattanews.co/diduga-oknum-guru-di-palembang-aniaya-siswa-
hanya-karena-rusak-prakarya/ (Diakses pada 04 Oktober 2023, pukul
18.15 WIB)

Anda mungkin juga menyukai