“ PENDIDIKAN BANGSA”
Disusun Oleh :
Tiara Ayumi / NIM.230403050
UNIVERSITAS SAMUDRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
2023
KATA PENGANTAR
Tiara Ayumi
2
DAFTAR ISI
BAB I..................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................................4
1.1.Latar Belakang..............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................................13
PEMBAHASAN...............................................................................................................................13
BAB III.............................................................................................................................................15
PENUTUP.........................................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang peduli terhadap pelaksanaan
pendidikan negaranya .Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah demi
keberlangsungan pendidikan bangsa yang lebih baik.
Hal ini dapat terlihat dari UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) dan (4), pasal
tersebut memberi penegasan bahwasanya pemerintah berkewajiban dalam
mengusahakan penyelenggaraan pengajaran nasional dalam upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-undang dengan
memprioritaskan anggaran untuk pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia) dan APBD
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
1.1.Latar Belakang
Pada saat ini, profesi guru masih banyak dibicarakan orang baik di
kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pendidikan. Keberadaan guru
sangatlah penting bagi suatu bangsa yang tengah membangun peradabannya,
terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa pada zaman milenial ini dengan
teknologi yang semakin canggih dan segala perubahannya serta pergeseran
nilai mampu memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni
untuk dapat senantiasa menyesuaikan diri di berbagai bidang.
4
Namun, nyatanya masih banyak guru yang memandang pekerjaannya
adalah suatu hal yang mudah dan hanya melakukan pekerjaannya sekadar
untuk mendapat penghasilan.
Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak
mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-
2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya
21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan
60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta
untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).
5
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan
guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar
1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-
Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru
38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat
sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan
S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang
berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).
6
di kota bahkan ada yang lebih kecil padahal mengajar di desa lebih sulit dari
pada di kota, kalau di kota mengajar dianggap enak dan nyaman sebab semua
fasilitas sudah lengkap dan juga didukung dengan kemampuan peserta
didiknya yang sudah bagus, maka guru tidak terlalu sulit mengajar di kota.
Akan tetapi gaji yang kecil serta kurangnya perhatian dari pemerintah
membuat enggan guru-guru yang profesional untuk mengajar di pelosok desa
mereka lebih memilih mengajar di kota dengan segala fasilitasnya, dan pada
akhirnya guru-guru barulah yang harus mengajar kesana dengan pengalaman
yang kurang, akhirnya tidak mampu memberikan pengajaran yang baik di desa
yang membuat ketimpanagn itu berjalan turun-temurun.
Kualitas tenaga pendidik atau guru di Indonesia saat ini masih rendah,
peringkat pendidikan Indonesia pun masih rendah di dunia. Ada banyak faktor
yang dapat mempengaruhi rendahnya kualitas kinerja guru di Indonesia.
Seperti gaji yang rendah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yang
berarti adanya perhatian yang sedikit terhadap guru di Indonesia oleh
pemerintah.
7
muridmuridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat
mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru saat ini kurang
kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan
lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama
mendedikasikan dirinya menjadi guru.
Saat ini profesi guru masih banyak dibicarakan orang baik di kalangan
para pakar pendidikan maupun di luar pendidikan. Keberadaan guru sangatlah
penting bagi suatu bangsa yang tengah membangun peradabannya, terlebih
bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah perkembangan zaman dengan
teknologi yang semakin canggih dan segala perubahannya serta pergeseran
nilai mampu memberi nuansa kepadaa kehidupan yang menuntut ilmu dan seni
untuk dapat senantiasa menyesuaikan diri.
10
• Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan
kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan
dalam ujian nasional.
• Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di
bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan
tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
• Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti
menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
• Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan.
Untuk tahun ini dianggarkan Rp 44 triliun.
• Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi
pendidikan.
• Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa
menikmati fasilitas penddikan.
b. Beban kerja guru yang diartikan pada ayat (1) merupakan sekurang-
kurangnya 24 jam tatap muka serta sebanyak- banyaknya 40 jam tatap muka
dalam 1 minggu.
c. Syarat lebih lanjut tentang beban kerja guru sebagaimana yang diartikan
pada ayat (1) serta ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.
11
1) Kepala madrasah ekuivalen dengan 18 jam, minimum harus mengajar 6
jam
2) Wakil Kepala Madrasah ekuivalen dengan 12 jam, minimum harus
mengajar
12 jam (spesial MTs dan MA)
3) Kepala perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, minimum harus mengajar
12 jam.
4) Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimum harus
mengajar 12 jam
c. Pemenuhan jam bagi guru bersertifikat pendidik
1) Kewajiban mengajar sesuai dengan mata pelajaran pada sertifikat pendidik.
2) Guru yang mengajar pada kejar paket A, B atau C tidak diperhitungkan jam
mengajarnya.
3) Guru mata pelajaran dengan jenis pelajaran umum tingkat MTs/ MA tidak
diperkenankan mengajar pada RA/ MI.
4) Penambahan jam pada struktur kurikulum paling banyak 4 jam/minggu
berdasarkan standar isi KTSP.
5) Program pengayaan atau remedial tidak dihitung jam mengajarnya.
9) Mata pelajaran yang serumpun adalah IPA dan IPS. Dan hanya berlaku
pada tingkat MTs.
10) Guru yang bersertifikat pendidik dengan pelajaran Biologi, Fisika, Kimia,
Sosiologi, Antropologi, Geografi dan Sejarah hanya berlaku pada tingkat
MA
11) Pengembangan diri peserta didik tidak dihitung jam mengajarnya.
12
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Guru
Peran guru dapat dijabarkan dari pekerjaan / tugas yang dilakukan oleh
guru. Tugas guru dapat dilihat dari seperangkat kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru, terutama kompetensi profesional dan dihubungkan dengan strategi
umum yang digunakan dalam pembaharuan pendidikan. Strategi umum dalam
pembaharuan pendidikan meliputi:
a) penyiapan desentralisasi pendidikan
b) pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan
c) pemberdayaan sistem pendidikan nasionaL
d) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan
e) mengefektifkan sistem jaminan mutu pendidikan
13
Peran guru dalam otonomi pendidikan adalah sebagai:
(l) informator:memberi informasi bagi para pelajar
(2) motivator:memberi motivasi penting
(3) organisator:menyusun dan mengatur jalannya sistem pembelajaran
(4) katalisator :dapat menimbulkan menjadikan baru yang lebih baik
(5) evaluator :memberi penilaian sesuai standar penilaian yang berlaku
14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Supartini, E. (2003). Peran Guru Dalam Pembaharuan Pendidikan. Dinamika Pendidikan, 10(1).
Sitanggang, A. S., Irwansyah, I., Nurwicaksono, M. A., Choir, M. M., Bolkiah, S. M., & Novansa, Y. S.
(2022). Rancangan Sistem Penilaian Kinerja Guru (Pkg) Dalam Rangka Penyelarasan
Kesejahteraan Guru Dengan Kualitas Pendidikan Yang Diberikan. Jurnal Wahana
Pendidikan, 9(2), 115-128.
Al-Jawi, M. S. (2006, May). Pendidikan di Indonesia: Masalah dan Solusinya. In Makalah dalam
Seminar Nasional Potret Pendidikan Indonesia: Antara Konsep Realiti dan Solusi,
diselenggarakan oleh Forum Ukhwah dan Studi Islam (FUSI) Universitas Negeri
Malang (Vol. 7).
Agustang, A., Mutiara, I. A., & Asrifan, A. (2021). Masalah Pendidikan di Indonesia.
Wahyudin, D. (2020). Pengaruh tingkat kesejahteraan guru dan beban kerja guru terhadap kinerja
guru. An-Nidhom: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 135-148.
Mansir, F. (2020). Kesejahteraan Dan Kualitas Guru Sebagai Ujung Tombak Pendidikan Nasional
Era Digital. Jurnal IKA PGSD (Ikatan Alumni PGSD) Unars, 8(2), 293-303.
16