Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KESEJAHTERAAN GURU DALAM FONDASI

“ PENDIDIKAN BANGSA”

DOSEN MATA KULIAH :


Evi Zulida, S.Pd, M.S / NIDN.0023018802

Disusun Oleh :
Tiara Ayumi / NIM.230403050

UNIVERSITAS SAMUDRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu


Puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT dengan rahmatnya saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu sebagai tugas pertama
yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah saya ibu Evi Zulida, S.Pd, M.S pada
pembelajaran Pengantar Pendidikan.
Pada makalah ini sudah saya susun dengan maksimal dengan berkontribusi
pada bantuan digital dan internet dengan kondisi yang memadai .Mungkin
dalam pembuatan makalah ini dapat ditemukan kesalahan dan juga berbagai
kekurangan yamg belum diketahui.Maka dari itu saya mohon saran dari ibu
Dosen dan teman-teman seperjuangan sekalian.
Kita jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah terbaik dari studi
yang sesungguhnya.Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami
maka kritik dan saran yang membangun senantiasa diharapkan semoga
makalah ini berguna bagi saya khususnya pada pihak lain yang berkepentingan
pada umumnya.

Langsa ,14 september 2023

Tiara Ayumi

2
DAFTAR ISI

BAB I..................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................................4
1.1.Latar Belakang..............................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................................13
PEMBAHASAN...............................................................................................................................13
BAB III.............................................................................................................................................15
PENUTUP.........................................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang peduli terhadap pelaksanaan
pendidikan negaranya .Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah demi
keberlangsungan pendidikan bangsa yang lebih baik.

Hal ini dapat terlihat dari UUD 1945 Pasal 31 ayat (3) dan (4), pasal
tersebut memberi penegasan bahwasanya pemerintah berkewajiban dalam
mengusahakan penyelenggaraan pengajaran nasional dalam upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-undang dengan
memprioritaskan anggaran untuk pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia) dan APBD
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).

Namun kenyataannya, Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang


masih di bawah standar. Terbukti dari Programme for International Student
Assesment yang merupakan tes tentang matematika, membaca dan sains pada
tahun 2018 menempatkan Indonesia di peringkat 10 terendah dari 78 negara
(Hewi & Shaleh, 2020). Survei dari PERC (Politic and Economic Risk
Consultant)-pun mengatakan bahwa pendidikan Indonesia memiliki kualitas
buruk dan berada di urutan paling belakang dari 12 negara di Asia (Sujarwo,
2013).

Penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia merupakan


masalah utama dikarenakan banyak guru yang tidak memiliki kompetensi yang
baik dalam menjalankan proses ajar-mengajarnya.

1.1.Latar Belakang

Pada saat ini, profesi guru masih banyak dibicarakan orang baik di
kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pendidikan. Keberadaan guru
sangatlah penting bagi suatu bangsa yang tengah membangun peradabannya,
terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa pada zaman milenial ini dengan
teknologi yang semakin canggih dan segala perubahannya serta pergeseran
nilai mampu memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni
untuk dapat senantiasa menyesuaikan diri di berbagai bidang.

4
Namun, nyatanya masih banyak guru yang memandang pekerjaannya
adalah suatu hal yang mudah dan hanya melakukan pekerjaannya sekadar
untuk mendapat penghasilan.

1.2. Rumusan Masalah

Mutu guru yang rendah dan kurang profesional dapat mengakibatkan


guru kurang peka terhadap pembaharuan yang ada atau kurang mampu
memahami instruksi, untuk dijabarkan dalam kegiatan sehari-hari, dan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Selain itu ketidak profesionalan
menyebabkan kurang mampu mengambil keputusan mana yang penting dan
yang tidak penting serta hal mana yang perlu didahulukan dan mana yang
dapat ditangguhkan, karena tidak memiliki kepekaan untuk bertindak.

Sebagai contoh (Bernas, 8 Maret 2003) ada guru yang mengeluhkan


program Broad Based Education (BBE) dan Life skills (LS), mereka
mengatakan bahwa program BBE dan LS ini sangat memberatkan guru.
Tentunya hal ini tidak akan terjadi jika guru mampu memahami apa tujuan
program tersebut dan bagaimana penjabarannya dalam kegiatan pembelajaran
di kelas. Untuk ini diperlukan kreativitas guru untuk merencanakan dan
memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik
anak serta sifat bidang studi yang menjadi bidang garapannya.

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan


guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan
tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan
penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.

Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak
mengajar. Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-
2003 di berbagai satuan pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya
21,07% (negeri) dan 28,94% (swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan
60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri) dan 64,73% (swasta), serta
untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan 58,26% (swasta).

5
Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan
guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar
1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-
Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru
38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat
sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan
S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang
berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu


keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan
dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil
sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih
rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

Kesejahteraan guru yang rendah, disebabkan gaji yang kurang memadai


untuk memenuhi keperluannya selama sebulan, akibatnya guru mengalami
defisit setiap bulannya. Untuk mengatasi hal ini guru berusaha mencari
tambahan penghasilan. Menurut Fasli Jalal & Dedi Supriadi (2001: 233) tidak
semua guru mendapat kesempatan untuk mencari tambahan penghasilan. Bagi
guru di kota ada yang mencari tambahan dengan memberi les privat, dan bagi
guru yang tinggal di desa mereka memiki kerja sambilan sebagai petani atau
buka warung/toko di rumah. Kerja sambilan yang dilakukan oleh guru
hendaknya jangan berbeda dengan tugas guru, hal ini perlu diperhatikan
supaya tidak ada benturan nilai dalam melakukan tugas pokok dan tugas
sambilan.

Kemudian pemerintah juga harus memberikan pelatiahn-pelatihan kepada


guru dalam rangka menciptakan guru yang profesional dan mampu
berkompeten di dalam dunia pendidikan, sehingga guru benar-benar siap ketika
harus memberikan pengajaran dan tauladan yang baik kepada peserta didik dan
juga masyarakat di sekitarnya.

Soal gaji juga sudah seharusnya pemerintah memberikan gaji yang


sekiranya mampu mensejahterakan kehidupan para guru sehingga tidak ada
lagi timpang sebelah, misalnya gaji guru di plosok desa sama dengan gaji guru

6
di kota bahkan ada yang lebih kecil padahal mengajar di desa lebih sulit dari
pada di kota, kalau di kota mengajar dianggap enak dan nyaman sebab semua
fasilitas sudah lengkap dan juga didukung dengan kemampuan peserta
didiknya yang sudah bagus, maka guru tidak terlalu sulit mengajar di kota.

Akan tetapi jika dibandingkan dengan mengajar di desa, sarana


prasarananya sangat terbatas, bangunan sekolah yang sudah tua dan jarang
mendapatkan perawatan yang sewaktuwaktu dapat membahayakan guru dan
juga siswanya, serta akses jalan menuju ke sekolah yang sangat jelek
mempersulit guru dan siswa untuk sampai ke sekolah. Kemampuan yang
sebenarnya sangat membutuhkan pendidik yang berkualitas.

Akan tetapi gaji yang kecil serta kurangnya perhatian dari pemerintah
membuat enggan guru-guru yang profesional untuk mengajar di pelosok desa
mereka lebih memilih mengajar di kota dengan segala fasilitasnya, dan pada
akhirnya guru-guru barulah yang harus mengajar kesana dengan pengalaman
yang kurang, akhirnya tidak mampu memberikan pengajaran yang baik di desa
yang membuat ketimpanagn itu berjalan turun-temurun.

Maka sudah seharusnya pemerintah melakukan sebuah perubahan dalam


pendidikan di Indonesia mulai dari kualitas guru, kesetaraan, dan kesejahteraan
sehingga kesalahan yang sudah terjadi turun-temurun ini dapat segera di
selesaikan. Karena itu, sudah saatnya Indonesia menjadi negara yang
berkualitas menjadi negara yang mampu mengelolah sumber daya manusianya
menjadi guru-guru yang mempunyai semangat intelektual yang tinggi serta
siap berkompentesi dengan negara-negara lain dalam membuat negara yang
berkemajuan

Kualitas tenaga pendidik atau guru di Indonesia saat ini masih rendah,
peringkat pendidikan Indonesia pun masih rendah di dunia. Ada banyak faktor
yang dapat mempengaruhi rendahnya kualitas kinerja guru di Indonesia.
Seperti gaji yang rendah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yang
berarti adanya perhatian yang sedikit terhadap guru di Indonesia oleh
pemerintah.

Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia


semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan

7
muridmuridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat
mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru saat ini kurang
kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan
lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama
mendedikasikan dirinya menjadi guru.

Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman


yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji
guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di
Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang
pensiun.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya
pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang.
Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah
ilmu terapan yang benarbenar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak
masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti
kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
.

Kemudian banyak guru yang kurang update dengan teknologi. Sekarang


adalah era Revolusi Industri 4.0, yang mana mengharuskan dunia pendidikan
untuk ikut memutakhirkan sarana prasarana, metode dan strategi belajar agar
sesuai dengan zaman. Keberadaan guru yang gagap teknologi ini, membuat
para guru sulit untuk berpikir lebih maju karena teknologi saat ini dapat
menunjang kine rja seorang guru.
Selain hal diatas, sekarang pemerintah tengah mengadakan pemerataan
guru ke seluruh daerah di Indonesia. Namun hal ini nampaknya membuat
masalah baru, yaitu ketidaksesuaian guru dalam mengajar. Misal di daerah
terpencil hanya ada beberapa guru saja yang mengajar
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya
kualitas pendidikan Indonesia.

Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada


pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan
serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan
sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah
swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja,
banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar
8
lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek,
pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan
sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).

Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru


dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan
kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat
penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan
khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang
diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.

Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi


masalah lain yang muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah
kesejahteraan masih sulit mencapai taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9
Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS di Jawa Barat dan Banten tidak
sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai dengan amanat UU
Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006).

Saat ini profesi guru masih banyak dibicarakan orang baik di kalangan
para pakar pendidikan maupun di luar pendidikan. Keberadaan guru sangatlah
penting bagi suatu bangsa yang tengah membangun peradabannya, terlebih
bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah perkembangan zaman dengan
teknologi yang semakin canggih dan segala perubahannya serta pergeseran
nilai mampu memberi nuansa kepadaa kehidupan yang menuntut ilmu dan seni
untuk dapat senantiasa menyesuaikan diri.

kehidupan yang menuntut ilmu dan seni untuk dapat senantiasa


menyesuaikan diri .Guru yang bermutu harus mampu berperan sebagai
pemimpin disetiap keadaan baik diantara siswanya maupun diantara rekan-
rekan seprofesinya. Selain itu, dia harus mampu berperan sebagai penyebar
nilai-nilai luhur sekaligus dapat menjadi teladan bagi siswa di lingkungannya.

Secara teknis, seorang guru yang bermutu harus mampu menjadi


fasilitator pengajaran yang mampu mengorganisasikan pengajaran secara
efektif dan efisien, serta memberi motivasi belajar siswanya, mampu
memberikan layanan bimbingan konseling, dan bertindak memberikan
asessment pembelajaran siswanya.
9
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia
semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan
muridmuridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat
mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru-guru saat ini kurang
kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan
lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama
mendedikasikan dirinya menjadi guru.

Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman


yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji
guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di
Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang
pensiun.

Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya


pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang.
Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah
ilmu terapan yang benarbenar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak
masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti
kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.

“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung
Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).

Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh


pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,
antara lain yaitu:

• Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan


akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia.
Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
• Langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan,
seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender.

10
• Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan
kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan
dalam ujian nasional.
• Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di
bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan
tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
• Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti
menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
• Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan.
Untuk tahun ini dianggarkan Rp 44 triliun.
• Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi
pendidikan.
• Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa
menikmati fasilitas penddikan.

Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 14 Pasal 35 Tahun 2005


mengenai beban kerja guru menyebutkan bahwa:
a. Baban kerja ialah aktivitas pokok yang mencakup merancang pendidikan,
melakukan pembelajarn, memperhitungkan hasil pendidikan, membimbing
serta melatih partisipan didik, serta melakukan tugas lainnya.

b. Beban kerja guru yang diartikan pada ayat (1) merupakan sekurang-
kurangnya 24 jam tatap muka serta sebanyak- banyaknya 40 jam tatap muka
dalam 1 minggu.

c. Syarat lebih lanjut tentang beban kerja guru sebagaimana yang diartikan
pada ayat (1) serta ayat (2) diatur dengan peraturan pemerintah.

Menindaklanjuti surat dari Kementrian Pendidikan Nasional Nomor


67886/ A5.1/ HK/ 2011 tanggal 5 Agustus 2011 perihal penyampaian
salinan peraturan menteri pendidikan Nasional Nomor 30 tahun 2011.
Tentang beban kerja guru yang berlaku efektif mulai 1 januari 2012 sebagai
berikut:
a. Jam wajib mengajar guru minimum 24 jam/minggu, maksimal 40
jam/minggu.
b. Guru yang mendapat tugas tambahan:

11
1) Kepala madrasah ekuivalen dengan 18 jam, minimum harus mengajar 6
jam
2) Wakil Kepala Madrasah ekuivalen dengan 12 jam, minimum harus
mengajar
12 jam (spesial MTs dan MA)
3) Kepala perpustakaan ekuivalen dengan 12 jam, minimum harus mengajar
12 jam.
4) Kepala Laboratorium ekuivalen dengan 12 jam, sehingga minimum harus
mengajar 12 jam
c. Pemenuhan jam bagi guru bersertifikat pendidik
1) Kewajiban mengajar sesuai dengan mata pelajaran pada sertifikat pendidik.

2) Guru yang mengajar pada kejar paket A, B atau C tidak diperhitungkan jam
mengajarnya.
3) Guru mata pelajaran dengan jenis pelajaran umum tingkat MTs/ MA tidak
diperkenankan mengajar pada RA/ MI.
4) Penambahan jam pada struktur kurikulum paling banyak 4 jam/minggu
berdasarkan standar isi KTSP.
5) Program pengayaan atau remedial tidak dihitung jam mengajarnya.

6) Pembelajaran ekstrakurikuler tidak dihitung jam mengajarnya,


sekalipunsesuai dengan sertifikasi mata pelajaran.
7) Pemecahan rombongan belajar dari 1 kelas menjadi 2 kelas diperbolehkan,
dengan syarat dalam 1 kelas jumlah siswa minimal adalah 20 siswa.
8) Pembelajaran team teaching tidak diperkenankan.

9) Mata pelajaran yang serumpun adalah IPA dan IPS. Dan hanya berlaku
pada tingkat MTs.
10) Guru yang bersertifikat pendidik dengan pelajaran Biologi, Fisika, Kimia,
Sosiologi, Antropologi, Geografi dan Sejarah hanya berlaku pada tingkat
MA
11) Pengembangan diri peserta didik tidak dihitung jam mengajarnya.

12
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Guru

Guru merupakan seorang pengajar yang menyampaikan ilmu kepada


peserta didiknya. Peran seorang guru sangatlah penting dalam mencapai
keberhasilan pendidikan. Tidaklah mudah hidup menjadi seorang guru, begitu
banyak tanggung jawab yang dilakukan.

Kinerja merupakan pelaksanaan pekerjaan yang telah diselesaikan oleh


seseorang dalam batas waktu tertentu dan terukur. Kinerja merupakan jawaban
dari pertanyaan “hasil apa yang dicapai setelah seseorang selesai mengerjakan
suatu tugas/pekerjaan”.Jadi kinerja dapat diukur setelah seseorang selesai
mengerjakan tugasnya. Adapun prestasi kerja merupakan output dari pekerjaan
yang telah dicapai seseorang setelah seseorang selesai mengerjakan tugasnya
yang dapat dukur berdasarkan keterampilan.

Kesejahteraan adalah keadaan dimana seseorang merasakan adanya


kemakmuran dan ketentraman.Kesejahteraan dalam ketentraman dapat
diwujudkan dengan adanya upah/gaji, tempat tinggal yang berkualitas,sarana
liburan,transportasi dan kepemilikan aset.Sedangkan kesejahteraan
kemakmuran diwujudkan melalui kesadaran diri,interaksi positif terhadap
orang lain dan pertumbuhan pribadi.

Peran guru dapat dijabarkan dari pekerjaan / tugas yang dilakukan oleh
guru. Tugas guru dapat dilihat dari seperangkat kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru, terutama kompetensi profesional dan dihubungkan dengan strategi
umum yang digunakan dalam pembaharuan pendidikan. Strategi umum dalam
pembaharuan pendidikan meliputi:
a) penyiapan desentralisasi pendidikan
b) pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan
c) pemberdayaan sistem pendidikan nasionaL
d) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan
e) mengefektifkan sistem jaminan mutu pendidikan

13
Peran guru dalam otonomi pendidikan adalah sebagai:
(l) informator:memberi informasi bagi para pelajar
(2) motivator:memberi motivasi penting
(3) organisator:menyusun dan mengatur jalannya sistem pembelajaran
(4) katalisator :dapat menimbulkan menjadikan baru yang lebih baik
(5) evaluator :memberi penilaian sesuai standar penilaian yang berlaku

Peran tersebut sebenar merupakan peran lama guru dalam melakukan


kegiatan pembelajaran, yaitu guru menstransfer pengetahuan pada peserta
didik. Peran guru ini berhubungan dengan tugas guru. Adapun tugas guru
dalam proses pembelajaran adalah mengajar yang mendidik (Dwi Siswoyo;
1995: 99), yaitu selain mentransfer pengetahuan juga mengembangkan nilai-
nilai hidup untuk membentuk manusia seutuhnya.

Upaya untuk mengoptimalkan peran guru tidak dapat dilepaskan dengan


gambaran kondisi guru serta permasalahan yang dihadapinya. Usaha
meningkatkan kesejahteraan guru yang diusulkan oleh Kelompok Kerja
Pemberdayaan Guru dan Tenaga Kependidikan (Fasli Jalal & Dedi
Supriadi; 2001) memberikan rekomendasi sebagai berikut:
(l) Gaji guru perlu dinaikan, dan dibayar melalui anggaran pemerintah dałam
APBN.;
(2) Peningkatan kesejahteraan guru didasarkan atas kinerja guru dałam
melaksanakan tugas yang diukur dari profesionalismenya;
(3) Pemberian błock grant bagi sekolah swasta yang tidak mampu
meningkatkan kesejahteraan;
(4) pemberian tunjangan khusus bagi guru di daerah terpencil.

14
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut


perubahan kepasa sistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu
bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di
lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-
negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih
dahulu.

Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia


yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa
ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nurhuda, H. (2022). Masalah-Masalah Pendidikan Nasional; Faktor-Faktor Dan Solusi Yang


Ditawarkan. Dirasah: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Dasar Islam, 5(2), 127-137.

Supartini, E. (2003). Peran Guru Dalam Pembaharuan Pendidikan. Dinamika Pendidikan, 10(1).

Sitanggang, A. S., Irwansyah, I., Nurwicaksono, M. A., Choir, M. M., Bolkiah, S. M., & Novansa, Y. S.
(2022). Rancangan Sistem Penilaian Kinerja Guru (Pkg) Dalam Rangka Penyelarasan
Kesejahteraan Guru Dengan Kualitas Pendidikan Yang Diberikan. Jurnal Wahana
Pendidikan, 9(2), 115-128.

Al-Jawi, M. S. (2006, May). Pendidikan di Indonesia: Masalah dan Solusinya. In Makalah dalam
Seminar Nasional Potret Pendidikan Indonesia: Antara Konsep Realiti dan Solusi,
diselenggarakan oleh Forum Ukhwah dan Studi Islam (FUSI) Universitas Negeri
Malang (Vol. 7).

Agustang, A., Mutiara, I. A., & Asrifan, A. (2021). Masalah Pendidikan di Indonesia.

Wahyudin, D. (2020). Pengaruh tingkat kesejahteraan guru dan beban kerja guru terhadap kinerja
guru. An-Nidhom: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 135-148.

Mansir, F. (2020). Kesejahteraan Dan Kualitas Guru Sebagai Ujung Tombak Pendidikan Nasional
Era Digital. Jurnal IKA PGSD (Ikatan Alumni PGSD) Unars, 8(2), 293-303.

16

Anda mungkin juga menyukai