Anda di halaman 1dari 28

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKALIAN


CARA SUSUN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 KAMPUNG KOTAAGUNG
DENGAN METODE DEMONTRASI

Disusun Oleh:
NAMA : SRI LESTARI, S.Pd
NO UKG : 201500774362
JURUSAN : PGSD

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


PENDIDIKAN PROFESI GURU KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDKAN
UNIVERSITAS UNDIKSA
NOVEMBER 2023

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Allah karena berkat rakhmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan perbaikan pembelajaran ini. Dengan rasa penuh
tanggung jawab maka maka penulis menyusun laporan ini berdasarkan observasi di
Sekolah Dasar Negeri 1 Kampung Kotaagung Dalam penulisan laporan ini tentunya tidak
lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas maupun aspek kuantitas dari materi penelitian
yang disajikan. Semua ini didasarkan dari keterbatasan yang dimiliki penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan
dimasa yang akan datang. selanjutnya dalam penulisan laporan ini penulis banyak diberi
bantuan oleh berbagai pihak. Oleh karana itu penulis ingin mengucapkan ucapan
terimakasih kepada :
1. Ibu Heli Trihastuti,S.Pd. selaku kepala sekolah SDN 1 Kampung Kotaagung yang
telah memberikan izin dan bantuan terhadap penulis pada saat menulis laporan
ini.
2. Suami dan anak tercinta yang penuh pengertiannya memberikan dorongan doa
dan semangat kepada penulis selama penyusunan laporan ini.
3. Rekan-rekan yang telah memberi dorongan dan berbagi pengalaman pada proses
penyusunan laporan ini.
Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal shaleh
senantiasa mendapat Ridha Alloh Swt. Sehingga pada akhirnya laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembangunan pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu
serta kemampuan professional tenaga kependidikan guru sekolah dasar pada
khususnya.
Kotaagung, November 2023
Penulis

Sri Lestari,S.Pd

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
C. Tujuan ............................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian............................................................................. 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika ......................................... 6
B. Srtategi Belajar Mengajar .................................................................. 7
C.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian ............................................................................... 13
B. Deskripsi Per Siklus .......................................................................... 14
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 19
B. Temuan dan Refleksi ......................................................................... 20
C. Pembahasan....................................................................................... 22
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 23
B. Saran ................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Mata Pelajaran Matematika
Masalah rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan
masyarakat. Hal ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap
sangat menentukan. Dengan kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang
mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya mutu guru. Orangtua melihat
sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab mutu guru yang rendah
menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar guru dianggap
mutunya rendah.
Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh
negara-negara berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika
Serikat (AS) membelanjakan sekitar separuh dari pendapatannya untuk
pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah dari Jepang dan Jerman yang
mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam penyelenggaraan
pendidikan, AS cenderung untuk membelanjakan sebagian besar uang untuk
sarana dan administrasi, sementara untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya
Jepang dan Jerman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru,
sementara bangunan/sarana dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak
sementereng AS.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana
kebutuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif terpenuhi,
nampak bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan
(gaji) guru lebih mampu meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan
sarana. Di negara kita memang agak lain persoalannya, banyak sekolah yang
kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belum terpenuhi.
Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak pada
masih rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai pada
proses pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas

1
bawah (vertikal) maupun hubungan antarinstansi satu dengan lainnya
(horizontal).
Walaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih terasa
ganjalan-ganjalan dalam proses perencanaan, prosedur pengelolaan, dan
distribusi anggaran pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah. Namun
demikian, dengan berjalannya otonomi daerah, maka pengelolaan pendidikan
mulai beralih ke Kabupaten atau Kota.
Dengan bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat
dari segi pelakunya, persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah
kesejahteraan guru. Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial.
Yang nonmaterial misalnya kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang
sejuk, dan perlindungan hukum. Adapun yang termasuk kesejahteraan
material adalah gaji, tunjangan, dan insentif lainnya. Aspek material,
khususnya gaji inilah yang harus secara jujur diakui masih minim. Kenaikan
gaji cenderung hanya upaya mengimbangi laju inflasi. Akibatnya secara riil
daya beli para guru umumnya tidak banyak meningkat.
Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru,
tetapi gaji guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-
negara lain yang mutu pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti
tetangga kita di Malaysia, mengajarkan kepada kita bahwa memang prestasi
kerja merupakan fungsi dari imbalan. Makin tinggi imbalan, makin tinggi
kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja, serta semakin kecil tindakan
indisipliner.
Belajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu pula,
mereka berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya untuk
sektor pendidikan. Dan dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk
kesejahteraan guru. Jika gaji guru meningkat, maka akan meningkat pula
status guru, sehingga mampu menarik calon-calon guru yang berkualitas.
Bukan hanya calon kelas dua atau tiga seperti yang masuk ke pendidikan guru
sampai saat ini.
Lembaga pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon
mahasiswa atau orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat

2
kemampuan ekonomi sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang
"kurang baik" karena pendapatannya rendah. Karena itu jabatan guru tidak
menarik minat banyak orang dan juga tidak menarik bagi putra-putri terbaik
bangsa.
Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama dari
keluarga kurang mampu atau kurang mampu pula secara akademis. Mereka
memilih FKIP dengan harapan bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat
menjadi pegawai negeri sipil. Namun kenyataannya, masih banyak lulusan
FKIP yang tidak dapat diangkat lantaran kemampuannya juga rendah. Dan
lebih ironis pula karena banyak lembaga-lembaga pendidikan yang justru
mengangkat lulusan fakultas murni untuk menjadi tenaga guru lantaran
kemampuannya dianggap lebih. Semakin sempitnya kesempatan untuk
diangkat menjadi guru, menyebabkan kualitas dan kuantitas yang masuk
lembaga pendidikan guru juga merosot. Konsekuensinya mutu lulusan atau
calon guru yang dihasilkan merosot pula. Akibatnya mutu pendidikan di
negeri ini akan terus merosot pula.
Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan
dalam usaha menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan
guru selama faktor status guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan
pandangan terhadap profesi guru amat terkait dengan kemampuan keuangan
pemerintah, mengingat pada waktu ini sekolah terutama dikelola pemerintah.
Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi
Pendidikan guru seperti di atas yang menyebabkan calon guru kurang
memiliki motivasi yang kuat. Lebih parah lagi sebagian yang dididik sebagai
calon guru sekarang sebenarnya tidak ingin menjadi guru. Oleh karena mereka
tahu bahwa profesi guru tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk
menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak, kekuasaan
yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai saat ini profesi
guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru karena bidang lain
tidak bisa menampungnya. Tetapi kerja paksa juga bisa diartikan, kerja keras
tetapi gajinya kecil. Di masyarakat yang gandrung pada pemenuhan
kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan guru kurang memperoleh nilai

3
tinggi. Sebab, walaupun tugas guru itu mulia, namun tidak memberi
keuntungan materi.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka agaknya repot bagi pendidikan guru
untuk menangkis serangan atau kritik tentang mutu lulusannya. Masyarakat
mengeluh anak-anaknya diajar oleh guru yang kurang bermutu. Di sisi lain,
LPTK mengkhawatirkan semakin merosotnya minat calon mahasiswa yang
ingin menjadi guru. Keluhan masyarakat dan kekhawatiran perguruan tinggi
tersebut pada akhirnya beralamatkan kepada pemerintah juga.
Sampai sekarang jawaban yang memuaskan terhadap permasalahan guru
dan mutu pendidikan masih dicari dan diupayakan. Mungkin bisa dicoba
untuk membatasi jumlah masukan ke pendidikan guru sebatas jumlah minimal
program studi masih bisa memenuhi syarat. Jika masukan sudah amat terbatas,
maka lulusan juga amat terbatas, sehingga jumlah pencari kerja di bidang
pendidikan makin berkurang, sampai pada suatu titik di mana terdapat
kekurangan guru lagi. Sedangkan yang ada sekarang mudah-mudahan dalam
jangka waktu tertentu bisa diangkat, walaupun sebagai guru bantu.
Sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk
memperbaiki mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru
masih relatif rendah, tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu pendidikan.
Di situlah titik kelemahan pendidikan kita, sehingga mutu sekolah sulit
ditingkatkan. Oleh sebab itu, jika kita benar-benar mau meningkatkan mutu
sekolah, maka system penggajian guru secepatnya diperbaiki.
Dengan demikian untuk menciptakan potensi guru yang baik, maka harus
diadakan upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karana hal ini
sangat menunjang bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang baik. Maka dari
itu upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain kajian seorang guru agar bias
diterima siswa yang nantinya akan menciptakan suasana pembelajaran yang
baik. Apabila siswa sudah bias menerima pembelajaran yang guru sampaikan,
dengan demikian proses pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari
itu tentunya hasil belajarpun akan meningkat.

4
Dengan melihat paparan yang sudah dijelaskan tersebut di atas, serta
melihat perolehan hasil belajar matematika SDN Kampung Kotaagung Kec.
Kotaagung Kab. Tanggamus di Kelas IV yang masih jauh dari hasil belajar
yang sesuai dengan apa yang diharapkan yaitu dengan perolehan hamper 60
% siswa mendapatkan hasil belajar yang masih kurang. Dengan demikian,
penulis mencoba melakukan penelitian terhadap siswa terhadap mekanisme
belajar mengajar yaitu dengan menggunakan kajian meningkatkan
kemampuan memahami perkalian cara susun pada siswa kelas IV SDN 1
Kmapung Kotaagung dengan metode demontrasi .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis
dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimana cara meningkatkan kemampuan memahami perkalian pada
siswa ?
2) Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran matematika ?
3) Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
matematika?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan penguasaan perkalian pada siswa.
2) Meningkatkan proses pembelajaran Mata Pelajaran Matematika.
3) Meningkatkan hasil pembelajaran siswa.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
1) Memberikan pengalaman baru bagi penulis, serta dapat meningkatkan
pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya
Matematika, sehingga pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa
sehingga dapat diterapkan pada Mata Pelajaran lain.
2) Bagi Kepala Sekolah dan Guru, dapat dijadikan media motivasi untuk
dapat dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja dalam rangka
meningkatkan kualitas pembelajaran.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika


Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara
matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu adanya desain khusus untuk
mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika.
“Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships)
dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu dengan yang
lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan
strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui
dalam masalah sehari-hari, (3). Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya
urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan
secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan
kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika
itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam
menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian matematika
sekolah.” (Reyt.,et al, 1998 :4 )
“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih
antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-
pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan
sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para
siswa.” (Soedjadi 199 : 1).
Berdasarkan paparan tersebut di atas jelas terlihat bahwa konsep pembelajaran
matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual siswa. Hal ini didasarkan
pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf
kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru dituntut untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran
khususnya pemblajaram matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak
dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang
dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna

6
untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang
menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.
“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar
mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang
perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh
karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode
mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika
hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-
kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak
boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell dan Eison, 1991:1).
Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan
penjelasan yaitu untuk menciftakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa
dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus terjun dalam
aktivitas pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus
didesain sedemikian rupa agar supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan
cepat oleh siswa.
Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang hendak
dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah: Menumbuhkan dan
mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam
kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan
melalui kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
.
B. Srtategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan
dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan
guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan.

7
Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and
Central Management(1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup
keempat hal sbb :
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti apa
yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan aspirasi dan
selera Masyarakat.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang
dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan
ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang harus
dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut.

Melihat paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar dapat


disimpulkan sebagi suatu proses upaya untuk melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik. Dengan demikian tidak lepas dari peran serta guru dan siswa dalam
proses belajar mengajar. Guru harus mampu memberikan suatu metode yang cepat
dan tepat sehingga dengan cepat siswa akan menangkap hasil pembelajaran yang
disampaikan.

Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian
sebagai berikut :
1) Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik
minat dan penting bagi peneliti.
2) Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk
siswa.
3) Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

8
Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan
praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung
dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan
pembelajaran di sekolah
2) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah
pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas
3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
4) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga
tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan
pembelajaran secara berkelanjutan.

Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang
penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi.
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :
1) Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena
jika penelitian dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat
dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak
dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan
waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.
2) Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka dengan hal-hal
yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri
untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai,
tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk
lebih baik yang datang susul menyusul. Penelitian tindakan sifatnya bukan

9
menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan. Penelitian
tindakan bukan menyangkut materi atau topik bahasan itu sendiri, tetapi
menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi,
pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan
uji coba atau eksperimen.
3) SWOT sebagai dasar pijakan
PTK harus dimulai dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih sebuah
tindakan peneliti harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan
subyek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir
tentang “bahaya” di luar diri dan subyeknya sehingga dapat mendatangkan resiko.
Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh
mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengudang resiko.
4) Upaya empiris dan sistemik
Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakannya analisis
SWOT, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan
sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang
terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem,
yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait.
5) Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
SMART merupakan akronim dari Spesific (khusus, tidak terlalu umum),
Managable (dapat dikelola, dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat
diterima lingkungan, dapat dicapai, dijangkau), Realistic (operasional, tidak di
luar jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu, terencana).

Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable adalah yang paling terkait dengan
subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh karena itu, sebelum guru menentukan lebih
lanjut tindakan yang akan diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan
diberikan oleh guru dan akan mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan
demikian, guru dapat mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas
kesadaran dan kemauan penuh. Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau
kegairahan yang tinggi.

10
Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :
1) Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan
secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakn dan pihak yang
mengamati proses yang dijalankan.
2) Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan
isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3) Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat. Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang
terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4) Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal
yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan
secar cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi
terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila
dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan
dalam kesempatan lain. Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :
1) Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2) Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan
sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan
tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti
3) Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4) Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti
tidak mengubah jadwal yang berlaku.
5) Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak
yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan
dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

11
6) Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran
tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas,
bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan
sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4)
peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa
secara perseorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang
disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil pembelajaran, (6)
lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan
misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas,
pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan
peralatan milik siswa, dan lain-lain.
Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian
tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru
melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas
hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas
dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila
sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar
tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK, tujuan, prinsip,
model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai Tindakan.

12
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Adapun kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas IV SDN 1
Kampung Kotaagung , mulai tanggal 8 Agustus 2022 sampai dengan tanggal 15
Agustus 2022. Jadwal pelaksanaan perbaikan untuk setiap pelajaran adalah sebagai
berikut :
1) Siklus I, Tanggal 8 Agustus 2022
2) Siklus II, Tanggal 15 Agustus 2022

Data siswa

No Nama Peserta Didik Jenis Kelamin


1. Febri Alvino L
2. M. Naufal L
3. Sefti Aulia P
4. Risma Elina Putri P
5. Arinda Saputri P
6. Sasha Puan Maharani P
7. Mardalena P
8. Dava L
9. Hendi L
10. Hengki L
11. Febrian Alvino L
12. Minoza Alfazar L
13. Hasbi Alifi L
14. Mutiara Oktavia P
15. Nefa Sakira P
16. Visya Citra Khairunnisa P
17. Denata P
18. Dira Hinjia P
19. Fatih Yusuf L
20. Radisa P

13
Adapun karakteristik siswa kelas IV SDN Kampung Kotaagung diantaranya
adalah jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang
perempuan usia siswa rata-rata 9 – 10 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian
besar tergolong ekonomi menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya
kebanyakan petani dan tempat tinggal tidak jauh dari sekolah.

B. Deskripsi Per Siklus


1) Rencana Penelitian
Berdassarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah bekerjasama
dengan teman sejawat dan supervisor, kemudian diadakan rancangan perbaikan
pembelajaran sesuai dengan tujuan perbaikan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian penulis akan melaksanakan perbaikan pembelajaran Matematika
dengan kompetensi dasar penggunaan perkalian cara susun untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami perkalian dalam mata pelajaran matematika.
Untuk melaksanakan penelitian, maka disusunlah penelitian secara umum yaitu :
a) Menetapkan perencanaan, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan
perbaikan pembelajaran.
b) Merancang lembar observasi dan menyampaikan materi tindak lanjut.
c) Menyusun kegiatan yang terdiri dari :
d) Memilih bahan yang relevan untuk perbaikan
e) Menentukan langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan
akhir).

f) Memilih metode pembelajaran


g) Memilih alat peraga atau media yang sesuai dengan materi pembelajaran.
h) Menyusun alat evaluasi untuk mencapai tujuan perbaikan.
Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :
a) Siklus I
- Mengkondisikan siswa
- Melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran
- Mengajukan pertanyaan
- Melakukan evaluasi

14
- Memeriksa hasil evaluasi
- Memberikan tindak lanjut

b) Siklus II
- Penyampaian tujuan pembelajaran
- Mengkondisikan siswa untuk melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran melalui tanya jawab
- Memberi kesempatan untuk bertanya
- Memberi penguatan
- Melaksanakan evaluasi
- Memberikan tindak lanjut.

2) Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian ini masing-masing dilaksanakan sebanyak dua
siklus, dimana sekenario pembelajaran antara siklus I dan II terdapat
kesinambungan yang baik. Adapun sekenario perbaikan pembelajaran adalah
sebagai berikut :
a. Siklus I
- Mengkondisikan siswa : Guru mengucapkan salam, mengabsen
siswa dan mengkondisikan siswa agar mengikuti proses
pembelajaran yang aktif.
- Melaksanakan apresiasi : Guru memberikan pertanyaan yang ada
hubungannya dengan materi pembelajaran yang dilaksanakan.
- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan
memberi penjelasan tentang metode perkalian dengan cara susun.
- Melaksanakan evaluasi : Guru memberikan lembar evaluasi kepada
siswa secara individu sebanyak 5 soal berbentuk isian.
- Memeriksa hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap
siswa dan diberi nilai.
- Tindak lanjut : Sebelum pelajaran selesai guru menyimpulkan materi
dan memberikan soal untuk pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut.

15
b. Siklus II
- Pengkondisian siswa : Mata pelajaran Matematika dilaksanakan pada
jam ke tiga, guru mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa.
Sebelum pelajaran dimulai, guru mengabsen siswa selanjutnya guru
langsung menarik perhatian siswa agar mengikuti proses
pembelajaran yang aktif.
- Melaksanakan apresiasi : Guru mengajukan pertanyaan secara
klasikal dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan materi yang
disampaikan.
- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang
cara dan teknik perkalian susun dengan cara menggunakan korek api
yang kemudian dijadikan sebagai pecahan jumlahan berulang
sebagai operasi perkalian.
- Memberikan evaluasi : Setelah penjelasan materi dan siswa dianggap
sudah memahami materi, guru guru memberikan lembar evaluasi
secara individu sebanyak 5 soal berbentuik isian.
- Hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan
ditemukan nilai dan hasilnya dan selanjutnya guru memberikan
pekerjaan rumah terhadap siswa sebagai tindak lanjut.
3) Pengamatan dan Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan
pengamatan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi sebagai
berikut :
Tabel 3.3
Lembar Observasi Siklus I Mata Pelajaran Matematika

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
1. Guru menyampaikan Kurang
tujuan pembelajaran
2. Guru melaksanakan Baik
apresiasi

16
3. Guru menjelaskan materi Kurang
dengan memberi contoh
pengerjaan soal
4. Guru mengajukan Baik
pertanyaan kepada siswa
5. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk bertanya
6. Siswa diberi kesempatan Kurang
untuk berpikir
7. Guru memberi motivasi Baik
8. Guru melaksanakan Baik
evaluasi
9. Guru memberikan tindak Baik
lanjut

Adapun saran yang diberikan adalah harus mampu menguasai materi serta
memberikan penjelasan yang simple terhadap siswa siswa agar supaya proses
pembelajaran berjalan dengan kondusif. Selanjutnya lembar observasi yang digunakan
teman sejawat untuk mengamati proses perbaikan pembelajaran pada siklus II pada mata
pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Lembar Observasi Siklus II Mata Pelajaran Matematika

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
1. Guru menyampaikan Baik
tujuan pembelajaran
2. Guru menjelaskan materi Baik
dengan tanya jawab
3. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk bertanya

17
4. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk berpikir
5. Guru memberikan motivasi Baik
6. Guru memberikan Baik
penguatan

Adapun saran-saran yang diberikan adalah guru harus mampu memberikan


berbagai media, hal ini dengan pemberian teknik berbagai media yang didesain
guru, maka siswa akan mudah meningat apa yang sudah diberikan dalam proses
pembelajaran.

4) Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat setelah
proses perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran Matematika selesai. Sesuai
dengan hasil yang diperoleh siswa ternyata masih ada sebagian siswa yang belum
mampu mamahami materi sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah
dengan kualifikasi dibawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi
guru yang terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan guru.
Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada
siklus II.
Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta pemberian diskusi
tanya jawab antara siswa dengan guru sehingga terjadi komunikasi yang baik
antara siswa dan guru. Guru juga memberikan media sederhana yaitu media korak
api yang dapat membantui siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian
pada siklus II terdapat hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak
terdapat nilai yang kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan berhasil
membangkitkan semangat siswa sehingga tidak diperlukan tahapan siklus
selanjutnya.

18
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN P Siantar, maka diperoleh
data yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain dari itu
terdapat beberapa hasil pembelajaran yang diperoleh setelah penulis melakukan
penelitian.

Tabel 4.2

Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran Matematika

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )

1. Baik 3 orang 2/20 x 100 = 10

2. Sedang 8 orang 8/20 x 100 = 35

3. Kurang 13 orang 10/20 x 100 = 50

Tampak pada ananalisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru
mencapai 10 %. Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari
pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran.

Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam poses


terbanyak yaitu sebesar 50 % dan yang berkategori sedang sebanyak 35%. Itu
akhirnya pada siklus ke II jumlah siswa yang berkategori sedang dan kurang harus
mengalami penurunan.

1) Setelah permasalahan utama yang menjadi focus perbaikan dalam mata pelajaran
Matematika, penulis mencoba memperbaiki terhadap proses pembelajaran serta
meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi factor penyebab
rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Dan
akhirnya dari hasil refleksi dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa
penyebab, antara lain adalah sebagai berikut :

19
1) Guru terlalu cepat dalam mencapaikan pembelajaran.
2) Guru kurang menguasai dalam penggunaan alat peraga.
3) Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.
5) Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru.
Tabel 4.4

Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran Matematika

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )

1. Baik 17 orang 17/20 x 100 = 85

2. Sedang 3 orang 3/20 x 100 = 15

3. Kurang - -

Tampak pada analisis kategori diatas bahwa nilai yang berkategori baik jauh
lebih banyak dan mengalami kenaikan prestasi yang cukup signifikanyaitu mencapai
85%. Itu artinya pada siklus ke II sudah menunjukan tingkat keberhasilan proses
pembelajaran dengan hal ini maka cukup hanya sampai siklus II karena sampai tahap
ini tingkat keberhasilan belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa yang mendapatkan
kategori sedang terdapat 15%. Hal ini jel;as terliha bahwa prestasi siswa sedang
mengalami penurunan yang signifikan.

Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II


dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa pada
pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat dari kategori sedang
yang mengalami penurunan serta tidak terdapatnya siswa yang mendapat nilai kurang.

B. Temuan dan Refleksi


Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, pembelajaran yang sudah
dilaksanakan sudah ada kemajuan. Adapun temuan dan refleksi dari hasil penelitian
adalah sebagai berikut :

20
1) Siklus I
Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar dari evaluasi sebelumnya, hal ini
terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :

- Nilai 100 : Tidak ada

- Nilai 95 : 3 orang siswa

- Nilai 90 : Tidak ada

- Nilai 85 : 8 orang siswa

- Nilai 80 : Tidak ada

- Nilai 75 : Tidak ada

- Nilai 70 : Tidak ada

- Nilai 60 : 13 orang siswa

Dengan demikian bisa terlihat pada tahapan siklus I yang menunjukan bahwa
kenaikan hasil evaluasi siswa belum terlalu terlihat signifikan, tetapi apabila
dibandingkan pada sebelum ada perbaikan masih dapat dikategorikan lebih baik dari
sebelumnya karena pada siklus I tidak terdapat nilai dibawah 60 ke bawah. Dengan
demikian menunjukan bahwa perbaikan pembelajaran belum signifikan tetapi sudah
menunjukan sedikit perubahan kearah yang lebih baik dengan kualifikasi baik 10 %,
sedang 35 % dan kurang 50 %. Dengan demikian penulis mencoba pada tahapan
selanjutnya yaitu di tahap siklus II.

2) Siklus II
Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan hasil
evaluasi dengan rincian sebagai berikut :

- Nilai 100 : Tidak ada

- Nilai 95 : 3 orang siswa

- Nilai 90 : 6 orang siswa

- Nilai 85 : 3 orang siswa

21
- Nilai 80 :4 orang siswa

- Nilai 75 : 1 orang siswa

- Nilai 70 : Tidak ada

- Nilai 60 : 3 orang siswa

Dengan demikian terjadi perubahan yang sangat signifikan antara hasil


dari penelitian siklus II, dimana pada siklus II terdapat hasil evaluasi yang
dapat dikategorikan baik. Dengan demikian penelitian sudah dapat dikatakan
berhasil pada siklus II serta tidak ada tahapan siklus selanjutnya karena pada
siklus II sudah dapat dikategorikan baik dengan hasil evaluasi 85 % siswa
dengan hasil kategori baik dan 15 % siswa dengan kategori hasil evaluasi
sedang.

C. Pembahasan
Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan terbukti menunjukan ada perubahan belajar siswa yang signifikan dari
perkembangan siswa dengan adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran
yang diupayakan pada setiap siklusnya.
Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang dialami oleh
masing-masing siswa yang semakin meningkat dilihat dari rekapitulasi nilai
perbaikan pembelajaran.
Pelaksanaan proses perbaikan yang telah dilaksanakan pada Mata Pelajaran
Matematika tentang penggunaan perkalian cara susun untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap perkalian. Dengan demikian penulis menggunakan
metode cara susun dengan menggunakan media korek api yang dijadikan alat Bantu
untuk proses penjumlahan bilangan dalam teknik perkalian cara susun.
Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal ini
didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya system
diskusi antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu tahapan pertama yaitu pada siklus I
hanya sedikit mengalami kenaikan serta belum begitui signifikan.

22
Setelah melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka penulis
mencoba mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu disamping
menggunakan media teknik cara susun dalam penyampaian materi perkalian dalam
proses pembelajaran, penulis juga menggunakan system diskusi tanya jawab dengan
mencoba uji keberanian terhadap siswa. Dengan demikian penulis mendapatkan hasil
temuan yaitu meningkatnya tingkat hasil belajar siswa, maka dari itu proses penelitian
penulis cukupkan pada siklus II karena pada siklus ini hasil belajar siswa sudah
didapatkan dengan hasil yang baik.

23
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan pembelajaran
telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut : Proses
penyamapain pembelajaran matematika harus didasarkan pada penguasaan konsep
serta pemberian alat Bantu bagi siswa. Dengan demikian alat Bantu tersebut bisa
digunakan pada saat proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan bahan untuk
meningkatkan frekuensi hasil belajar. Maka dari itu guru harus mampu menciptakan
desain pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa.
B. Saran
Dengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis dapat memberikan
saran yaitu sebagai berikut : Pada program perbaikan Matematika Dalam
menyampaikan proses pembelajaran guru sebaiknya tidak terlalu cepat dalam
menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya harus memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Dengan demikian siswa bisa lebih berani dan mampu untuk
menerima materi yang disajikan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Syamsi Arif. (2011). Pengaruh Pendekatan Cooperative Learning Tipe Number Head
Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Kota Gede
V Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi Tidak Diterbitkan. Universitas
Negeri Yogyakarta
Vera Yuli Ervina. (2012). Meningkatkan Hasil Belajar IPS Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together Bagi Siswa Kelas IV SD
Negeri Sompokan. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahyu Nur Cahyani. (2012). Meningkatkan Hasil Elajar Matematika Siswa Kelas IV
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together Di SD
Negeri 2 Sumampir. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta
Yulandari Biki. (2011). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran
Matematika Pada Sub Pokok Bahasan Pengurangan Pecahan Melalui Pendekatan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Di Kelas IV A SD
Negeri Kota Gede I. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif Konsep, Landasan
Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Group.
Wena, M. (2008). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Malang: Bumi Aksara
Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.
Bandung: Kencana.
. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Winataputra, Udin S. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Wina Sanjaya. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana
Zaenal Aqib. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya.

25

Anda mungkin juga menyukai