Anda di halaman 1dari 25

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERKALIAN


CARA SUSUN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 PRAYA
DENGAN METODE DEMONTRASI

OLEH :

NAMA : GUNAWAN, S.Pd.


NIP : 198610022023211007
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Allah karena berkat rakhmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan perbaikan pembelajaran ini.
Dengan rasa penuh tanggung jawab maka maka penulis menyusun laporan ini
berdasarkan observasi di Sekolah Dasar Negeri Rarung
Dalam penulisan laporan ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas
maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari
keterbatasan yang dimiliki penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa
yang akan datang. selanjutnya dalam penulisan laporan ini penulis banyak diberi bantuan oleh
berbagai pihak. Oleh karana itu penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak MAHRIP, S.Pd. selaku kepala sekolah SDN RARUNG yang telah memberikan
izin dan bantuan terhadap penulis pada saat menulis laporan ini.
2. keluarga tercinta yang penuh pengertiannya memberikan dorongan doa dan semangat
kepada penulis selama penyusunan laporan ini.
3. Rekan-rekan yang telah memberi dorongan dan berbagi pengalaman pada proses
penyusunan laporan ini.
Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal shaleh
senantiasa mendapat Ridha Alloh Swt. Sehingga pada akhirnya laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembangunan pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu serta kemampuan
professional tenaga kependidikan guru sekolah dasar pada khususnya.
Rarung, 5 Agustus 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Mata Pelajaran Matematika
Masalah rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan masyarakat. Hal
ini peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan. Dengan
kata lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan langsung dengan
rendahnya mutu guru. Orangtua melihat sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab
mutu guru yang rendah menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar
guru dianggap mutunya rendah.
Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika Serikat (AS) membelanjakan
sekitar separuh dari pendapatannya untuk pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah
dari Jepang dan Jerman yang mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam
penyelenggaraan pendidikan, AS cenderung untuk membelanjakan sebagian besar uang
untuk sarana dan administrasi, sementara untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya
Jepang dan Jerman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru, sementara
bangunan/sarana dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak sementereng AS.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana
kebutuhan minimal sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif terpenuhi, nampak
bahwa investasi biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan (gaji) guru lebih
mampu meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Di negara kita
memang agak lain persoalannya, banyak sekolah yang kebutuhan minimal sarana
pendidikan saja juga belum terpenuhi.
Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak pada masih
rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai pada proses
pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas-bawah (vertikal)
maupun hubungan antarinstansi satu dengan lainnya (horizontal).
Walaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih terasa ganjalan-
ganjalan dalam proses perencanaan, prosedur pengelolaan, dan distribusi anggaran
pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah. Namun demikian, dengan berjalannya
otonomi daerah, maka pengelolaan pendidikan mulai beralih ke Kabupaten atau Kota.
Dengan bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat dari segi
pelakunya, persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru.
Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. Yang nonmaterial misalnya
kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan perlindungan hukum.
Adapun yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan, dan insentif
lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus secara jujur diakui masih
minim. Kenaikan gaji cenderung hanya upaya mengimbangi laju inflasi. Akibatnya
secara riil daya beli para guru umumnya tidak banyak meningkat.
Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji
guru dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-negara lain yang mutu
pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti tetangga kita di Malaysia,
mengajarkan kepada kita bahwa memang prestasi kerja merupakan fungsi dari imbalan.
Makin tinggi imbalan, makin tinggi kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja,
serta semakin kecil tindakan indisipliner.
Belajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu pula, mereka
berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya untuk sektor pendidikan. Dan
dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk kesejahteraan guru. Jika gaji guru
meningkat, maka akan meningkat pula status guru, sehingga mampu menarik calon-
calon guru yang berkualitas. Bukan hanya calon kelas dua atau tiga seperti yang masuk
ke pendidikan guru sampai saat ini.
Lembaga pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon mahasiswa atau
orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi
sebagai ukuran status sosial, status guru dipandang "kurang baik" karena pendapatannya
rendah. Karena itu jabatan guru tidak menarik minat banyak orang dan juga tidak
menarik bagi putra-putri terbaik bangsa.
Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama dari keluarga
kurang mampu atau kurang mampu pula secara akademis. Mereka memilih FKIP
dengan harapan bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil.
Namun kenyataannya, masih banyak lulusan FKIP yang tidak dapat diangkat lantaran
kemampuannya juga rendah. Dan lebih ironis pula karena banyak lembaga-lembaga
pendidikan yang justru mengangkat lulusan fakultas murni untuk menjadi tenaga guru
lantaran kemampuannya dianggap lebih.
Semakin sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru, menyebabkan
kualitas dan kuantitas yang masuk lembaga pendidikan guru juga merosot.
Konsekuensinya mutu lulusan atau calon guru yang dihasilkan merosot pula. Akibatnya
mutu pendidikan di negeri ini akan terus merosot pula.
Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan dalam usaha
menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan guru selama faktor status
guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan terhadap profesi guru
amat terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, mengingat pada waktu ini
sekolah terutama dikelola pemerintah.
Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi pendidikan guru
seperti di atas yang menyebabkan calon guru kurang memiliki motivasi yang kuat.
Lebih parah lagi sebagian yang dididik sebagai calon guru sekarang sebenarnya tidak
ingin menjadi guru. Oleh karena mereka tahu bahwa profesi guru tidak memberikan
kesempatan kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang
banyak, kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai saat ini
profesi guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru karena bidang lain
tidak bisa menampungnya. Tetapi kerja paksa juga bisa diartikan, kerja keras tetapi
gajinya kecil. Di masyarakat yang gandrung pada pemenuhan kebutuhan materi,
kedudukan atau pekerjaan guru kurang memperoleh nilai tinggi. Sebab, walaupun tugas
guru itu mulia, namun tidak memberi keuntungan materi.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka agaknya repot bagi pendidikan guru untuk
menangkis serangan atau kritik tentang mutu lulusannya. Masyarakat mengeluh anak-
anaknya diajar oleh guru yang kurang bermutu. Di sisi lain, LPTK mengkhawatirkan
semakin merosotnya minat calon mahasiswa yang ingin menjadi guru. Keluhan
masyarakat dan kekhawatiran perguruan tinggi tersebut pada akhirnya beralamatkan
kepada pemerintah juga.
Sampai sekarang jawaban yang memuaskan terhadap permasalahan guru dan mutu
pendidikan masih dicari dan diupayakan. Mungkin bisa dicoba untuk membatasi jumlah
masukan ke pendidikan guru sebatas jumlah minimal program studi masih bisa
memenuhi syarat. Jika masukan sudah amat terbatas, maka lulusan juga amat terbatas,
sehingga jumlah pencari kerja di bidang pendidikan makin berkurang, sampai pada
suatu titik di mana terdapat kekurangan guru lagi. Sedangkan yang ada sekarang mudah-
mudahan dalam jangka waktu tertentu bisa diangkat, walaupun sebagai guru bantu.
Sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk memperbaiki
mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru masih relatif rendah,
tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu pendidikan. Di situlah titik kelemahan
pendidikan kita, sehingga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu, jika kita
benar-benar mau meningkatkan mutu sekolah, maka system penggajian guru secepatnya
diperbaiki.
Dengan demikian untuk menciptakan potensi guru yang baik, maka harus diadakan
upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karana hal ini sangat menunjang
bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang baik. Maka dari itu upaya yang dilakukan
adalah dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada
desain kajian seorang guru agar bias diterima siswa yang nantinya akan menciptakan
suasana pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bias menerima pembelajaran
yang guru sampaikan, dengan demikian proses pembelajaranpun akan diikuti dengan
baik. Maka dari itu tentunya hasil belajarpun akan meningkat.
Dengan melihat paparan yang sudah dijelaskan tersebut di atas, serta melihat
perolehan hasil belajar matematika SDN Sukamulya II Kec. Pangatikan Kab. Garut di
Kelas IV yang masih jauh dari hasil belajar yang sesuai dengan apa yang diharapkan
yaitu dengan perolehan hamper 60 % siswa mendapatkan hasil belajar yang masih
kurang. Dengan demikian, penulis mencoba melakukan penelitian terhadap siswa
terhadap mekanisme belajar mengajar yaitu dengan menggunakan kajian meningkatkan
kemampuan memahami perkalian cara susun pada siswa kelas IV SD Negeri Rarung
dengan metode demontrasi .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis
dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Mata Pelajaran Matematika
1). Bagaimana cara meningkatkan kemampuan memahami perkalian pada siswa ?
2). Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran matematika ?
3). Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mata Pelajaran Matematika
a. Meningkatkan penguasaan perkalian pada siswa.
b. Meningkatkan proses pembelajaran Mata Pelajaran Matematika.
c. Meningkatkan hasil pembelajaran siswa.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru
bagi penulis, serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah
pembelajaran khususnya Matematika, sehingga pengalaman ini dapat didesain
sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan pada Mata Pelajaran lain.
b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru, dapat dijadikan media motivasi untuk dapat
dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika


Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara
matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu adanya desain khusus untuk
mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika
terutama menurut gagne anak usia kelas empat masih dalam masa oprasional kongkreet
dimana lebih cepat mengerti dengan benda benda nyata.
“Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and
relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu
dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way of thinking) yaitu
memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang
ditemui dalam masalah sehari-hari, (3). Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya
urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara
hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan
untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta
(5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi
kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian matematika sekolah.” (Reyt.,et al,
1998 :4 )

“Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara
lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan
disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah
satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa.” (Soedjadi 199 :
1).

Berdasarkan paparan tersebut di atas jelas terlihat bahwa konsep pembelajaran


matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual siswa. Hal ini didasarkan
pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf
kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru dituntut untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran
khususnya pemblajaram matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap
sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat menggugah
siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan
bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit untuk
dipelajari.

“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar
mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang
perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu
dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang
dapat menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut
kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah
diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell
dan Eison, 1991:1).

Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan penjelasan
yaitu untuk menciftakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses
pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus terjun dalam aktivitas pembelajaran
yang disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa
agar supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa.
Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang hendak
dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah:
Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan)
sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat
dialihgunakan melalui kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
.
C. Srtategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan
belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak
didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
digariskan.

Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and
Central Management(1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat
hal sbb :

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti apa yang
harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan aspirasi dan selera
masyarakat.

b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang dipandang


paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.

c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh


untuk mencapai sasaran tersebut.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang harus
dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut.

Melihat paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar dapat disimpulkan
sebagi suatu proses upaya untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dengan
demikian tidak lepas dari peran serta guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru
harus mampu memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat
siswa akan menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.

D. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian
sebagai berikut :

1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan


menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat
dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.

Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau
dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis
dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi
antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di
sekolah
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran
dan pendidikan di dalam dan luar kelas

3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan

4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta


sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran
secara berkelanjutan.

Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang
penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi.
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah :

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika
penelitian dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi
dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar.
Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak
mengubah jadwal yang sudah ada.

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka dengan hal-hal yang
statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal
yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya
hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang
datang susul menyusul. Penelitian tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis,
tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan. Penelitian tindakan bukan menyangkut materi
atau topik bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang
bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil
melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.

3. SWOT sebagai dasar pijakan

PTK harus dimulai dengan analisis SWOT strengths (kekuatan), weaknesses


(kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman), sehingga dalam memilih
sebuah tindakan peneliti harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan
subyek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang
“bahaya” di luar diri dan subyeknya sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini
terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh mengubah
situasi asli, yang biasanya tidak mengudang resiko.

4. Upaya empiris dan sistemik

Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakannya analisis SWOT,


berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik,
berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan
objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang
keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait.

5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan

SMART merupakan akronim dari Spesific (khusus, tidak terlalu umum), Managable
(dapat dikelola, dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat diterima lingkungan,
dapat dicapai, dijangkau), Realistic (operasional, tidak di luar jangkauan), dan Time
bound (diikat oleh waktu, terencana).

Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable adalah yang paling terkait
dengan subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh karena itu, sebelum guru menentukan
lebih lanjut tindakan yang akan diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang
akan diberikan oleh guru dan akan mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela.
Dengan demikian, guru dapat mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa
dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh. Dampaknya adalah akan menghasilkan
semangat atau kegairahan yang tinggi.

Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :

1. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti


menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara
berpasangan antara pihak yang melakukan tindakn dan pihak yang mengamati proses
yang dijalankan.
2. Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.


Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar
memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

4. Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang


sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang
sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secar
cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi
terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia
menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam
kesempatan lain.
Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis.


Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang
harus diambil segera oleh peneliti

3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.

4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak
mengubah jadwal yang berlaku.

5. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak


yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan
dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.

6. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran


tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.
Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan
objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek
PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4) peralatan atau sarana
pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan,
peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan
di kelas dan di laboratorium, (5) hasil pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan,
hal yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu
mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan
tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lain-
lain.

Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan
kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan
penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
dan yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas
guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK
akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus
sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari
pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai
tindakan.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Adapun kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri
Rarung, mulai tanggal 3 Agustus sampai dengan tanggal 15 Agustus 2023. Jadwal
pelaksanaan perbaikan untuk setiap pelajaran adalah sebagai berikut :
1. Siklus I, Tanggal 1 Agustus 2023
2. Siklus II, Tanggal 4 Agustus 2023

Adapun karakteristik siswa kelas V SDN Rarung diantaranya adalah jumlah siswa
21 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 11orang perempuan usia siswa rata-rata 9
– 10 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi menengah
kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan petani dan tempat tinggal tidak jauh
dari sekolah.

B. Deskripsi Per Siklus


1. Rencana Penelitian
Berdassarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah bekerjasama dengan
teman sejawat dan supervisor, kemudian diadakan rancangan perbaikan pembelajaran
sesuai dengan tujuan perbaikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penulis akan
melaksanakan perbaikan pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar
penggunaan perkalian cara susun untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami perkalian dalam mata pelajaran matematika.
Untuk melaksanakan penelitian, maka disusunlah penelitian secara umum yaitu :
a. Menetapkan perencanaan, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan
pembelajaran.
b. Merancang lembar observasi dan menyampaikan materi tindak lanjut.
c. Menyusun kegiatan yang terdiri dari :
a). Memilih bahan yang relevan untuk perbaikan
b). Menentukan langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir).
c). Memilih metode pembelajaran
d). Memilih alat peraga atau media yang sesuai dengan materi pembelajaran.
e). Menyusun alat evaluasi untuk mencapai tujuan perbaikan.
Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :
a. Siklus I
- Mengkondisikan siswa
- Melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran
- Mengajukan pertanyaan
- Melakukan evaluasi
- Memeriksa hasil evaluasi
- Mmemberikan tindak lanjut
b. Siklus II
- Penyampaian tujuan pembelajaran
- Mengkondisikan siswa untuk melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran melalui tanya jawab
- Memberi kesempatan untuk bertanya
- Memberi penguatan
- Melaksanakan evaluasi
- Memberikan tindak lanjut

2. Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian ini masing-masing dilaksanakan sebanyak dua
siklus, dimana sekenario pembelajaran antara siklus I dan II terdapat kesinambungan
yang baik. Adapun sekenario perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Siklus I
- Mengkondisikan siswa : Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa dan
mengkondisikan siswa agar mengikuti proses
pembelajaran yang aktif.
- Melaksanakan apresiasi : Guru memberikan pertanyaan yang ada
hubungannya dengan materi pembelajaran yang
dilaksanakan.
- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan
memberi penjelasan tentang metode perkalian
dengan cara susun.
- Melaksanakan evaluasi : Guru memberikan lembar evaluasi kepada siswa
secara individu sebanyak 5 soal berbentuk isian.
- Memeriksa hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan
diberi nilai.
- Tindak lanjut : Sebelum pelajaran selesai guru menyimpulkan
materi dan memberikan soal untuk pekerjaan
rumah sebagai tindak lanjut.

b. Siklus II
- Pengkondisian siswa : Mata pelajaran Matematika dilaksanakan pada
jam ke tiga, guru mengucapkan salam dan
dijawab oleh siswa. Sebelum pelajaran dimulai,
guru mengabsen siswa selanjutnya guru
langsung menarik perhatian siswa agar
mengikuti proses pembelajaran yang aktif.
- Melaksanakan apresiasi : Guru mengajukan pertanyaan secara klasikal
dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan
materi yang disampaikan.
- Menjelaskan materi : Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang
cara dan teknik perkalian susun dengan cara
menggunakan korek api yang kemudian
dijadikan sebagai pecahan jumlahan berulang
sebagai operasi perkalian.
- Memberikan evaluasi : Setelah penjelasan materi dan siswa dianggap
sudah memahami materi, guru guru memberikan
lembar evaluasi secara individu sebanyak 5 soal
berbentuik isian.
- Hasil evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan
ditemukan nilai dan hasilnya dan selanjutnya
guru memberikan pekerjaan rumah terhadap
siswa sebagai tindak lanjut.
3). Pengamatan dan Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I dilakukan
pengamatan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi sebagai
berikut :
Tabel 3.3
Lembar Observasi Siklus I Mata Pelajaran Matematika

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
1. Guru menyampaikan tujuan Kurang
pembelajaran
2. Guru melaksanakan apresiasi Baik
3. Guru menjelaskan materi dengan Kurang
memberi contoh pengerjaan soal
4. Guru mengajukan pertanyaan Baik
kepada siswa
5. Siswa diberi kesempatan untuk Baik
bertanya
6. Siswa diberi kesempatan untuk Kurang
berpikir
7. Guru memberi motivasi Baik
8. Guru melaksanakan evaluasi Baik
9. Guru memberikan tindak lanjut Baik

Adapun saran yang diberikan adalah harus mampu menguasai materi serta
memberikan penjelasan yang simple terhadap siswa siswa agar supaya proses
pembelajaran berjalan dengan kondusif.
Selanjutnya lembar observasi yang digunakan teman sejawat untuk
mengamati proses perbaikan pembelajaran pada siklus II pada mata pelajaran
Matematika adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4
Lembar Observasi Siklus II Mata Pelajaran Matematika

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
1. Guru menyampaikan tujuan Baik
pembelajaran
2. Guru menjelaskan materi dengan Baik
tanya jawab
3. Siswa diberi kesempatan untuk Baik
bertanya
4. Siswa diberi kesempatan untuk Baik
berpikir
5. Guru memberikan motivasi Baik
6. Guru memberikan penguatan Baik

Adapun saran-saran yang diberikan adalah guru harus mampu memberikan


berbagai media, hal ini dengan pemberian teknik berbagai media yang didesain
guru, maka siswa akan mudah meningat apa yang sudah diberikan dalam proses
pembelajaran.
3. Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat setelah
proses perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran Matematika selesai. Sesuai
dengan hasil yang diperoleh siswa ternyata masih ada sebagian siswa yang belum
mampu mamahami materi sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah
dengan kualifikasi dibawah rata-rata, hal ini disebabkan oleh penyampaian materi
guru yang terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya jawab yang diberikan guru.
Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan dilakukan pada
siklus II.
Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta pemberian diskusi
tanya jawab antara siswa dengan guru sehingga terjadi komunikasi yang baik antara
siswa dan guru. Guru juga memberikan media sederhana yaitu media korak api yang
dapat membantui siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian pada siklus II
terdapat hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat nilai yang
kurang. Dengan demikian siklus ke II dinyatakan berhasil membangkitkan semangat
siswa sehingga tidak diperlukan tahapan siklus selanjutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri Rarung, maka diperoleh data yang
menunjukan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa hasil
pembelajaran yang diperoleh setelah penulis melakukan penelitian.

Tabel 4.2
Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran Matematika
Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )
1. Baik 2 orang 2/21 x 100 = 9,52
2. Sedang 7 orang 7/21 x 100 = 33,33
3. Kurang 12 orang 13/24 x 100 = 57,14

Tampak pada ananalisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru
mencapai 9,5 %. Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari
pada sebelum adanya perbaikan pembelajaran.
Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam poses terbanyak
yaitu sebesar 57,14 % dan yang berkategori sedang sebanyak 33,33%. Itu akhirnya pada
siklus ke II jumlah siswa yang berkategori sedang dan kurang harus mengalami
penurunan.
Setelah permasalahan utama yang menjadi focus perbaikan dalam mata pelajaran
Matematika, penulis mencoba memperbaiki terhadap proses pembelajaran serta meminta
bantuan kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi factor penyebab rendahnya tingkat
penguasaan terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi
dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Guru terlalu cepat dalam mencapaikan pembelajaran.
2. Guru kurang menguasai dalam penggunaan alat pera.ga.
3. Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.
5. Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru.
Tabel 4.4
Analisi Kategori Evaluasi Siklus I Pada Mata Pelajaran Matematika

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )


1. Baik 15 orang 15/21 x 100 = 71,42
2. Sedang 6 orang 6/21 x 100 = 28,57
3. Kurang - -

Tampak pada analisis kategori diatas bahwa nilai yang berkategori baik jauh lebih
banyak dan mengalami kenaikan prestasi yang cukup signifikanyaitu mencapai 71,42%.
Itu artinya pada siklus ke II sudah menunjukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran
dengan hal ini maka cukup hanya sampai siklus II karena sampai tahap ini tingkat
keberhasilan belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa yang mendapatkan kategori sedang
terdapat 28,57%. Hal ini jel;as terliha bahwa prestasi siswa sedang mengalami penurunan
yang signifikan.
Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II
dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa pada pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada siklus ke II dilihat dari kategori sedang yang mengalami
penurunan serta tidak terdapatnya siswa yang mendapat nilai kurang.
B. Temuan dan Refleksi
Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, pembelajaran yang sudah
dilaksanakan sudah ada kemajuan. Adapun temuan dan refleksi dari hasil penelitian
adalah sebagai berikut :
1). Siklus I
Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar dari evaluasi sebelumnya, hal ini
terbukti dengan hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :
- Nilai 10 : Tidak ada
- Nilai 9 : Tidak ada
- Nilai 8 : 2 orang siswa
- Nilai 7 : 1 orang siswa
- Nilai 6 : 6 orang siswa
- Nilai 5 : 12 orang siswa
Dengan demikian bisa terlihat pada tahapan siklus I yang menunjukan bahwa
kenaikan hasil evaluasi siswa belum terlalu terlihat signifikan, tetapi apabila
dibandingkan pada sebelum ada perbaikan masih dapat dikategorikan lebih baik
dari sebelumnya karena pada siklus I tidak terdapat nilai dibawah 4 ke bawah.
Dengan demikian menunjukan bahwa perbaikan pembelajaran belum signifikan
tetapi sudah menunjukan sedikit perubahan kearah yang lebih baik dengan
kualifikasi baik 9,5 %, sedang 33,33 % dan kurang 57,14 %. Dengan demikian
penulis mencoba pada tahapan selanjutnya yaitu di tahap siklus II.

2). Siklus II
Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan hasil
evaluasi dengan rincian sebagai berikut :
- Nilai 10 : Tidak ada
- Nilai 9 : 9 orang siswa
- Nilai 8 : 11 orang siswa
- Nilai 7 : 4 orang siswa
- Nilai 6 Ke bawah : Tidak ada
Dengan demikian terjadi perubahan yang sangat signifikan antara hasil dari
penelitian siklus II, dimana pada siklus II terdapat hasil evaluasi yang dapat
dikategorikan baik. Dengan demikian penelitian sudah dapat dikatakan berhasil
pada siklus II serta tidak ada tahapan siklus selanjutnya karena pada siklus II sudah
dapat dikategorikan baik dengan hasil evaluasi 71,42 % siswa dengan hasil
kategori baik dan 28,57 % siswa dengan kategori hasil evaluasi sedang.

C. Pembahasan
Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan pembelajaran yang
dilaksanakan terbukti menunjukan ada perubahan belajar siswa yang signifikan dari
perkembangan siswa dengan adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran yang
diupayakan pada setiap siklusnya.
Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang dialami oleh
masing-masing siswa yang semakin meningkat dilihat dari rekapitulasi nilai perbaikan
pembelajaran.

Pelaksanaan proses perbaikan yang telah dilaksanakan pada Mata Pelajaran


Matematika tentang penggunaan perkalian cara susun untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap perkalian. Dengan demikian penulis menggunakan metode cara susun
dengan menggunakan media korek api yang dijadikan alat Bantu untuk proses
penjumlahan bilangan dalam teknik perkalian cara susun.
Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal ini
didasarkan oleh penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya system diskusi
antara siswa dengan guru. Oleh sebab itu tahapan pertama yaitu pada siklus I hanya
sedikit mengalami kenaikan serta belum begitui signifikan.
Setelah melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka penulis mencoba
mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu disamping menggunakan media
teknik cara susun dalam penyampaian materi perkalian dalam proses pembelajaran,
penulis juga menggunakan system diskusi tanya jawab dengan mencoba uji keberanian
terhadap siswa. Dengan demikian penulis mendapatkan hasil temuan yaitu
meningkatnya tingkat hasil belajar siswa, maka dari itu proses penelitian penulis
cukupkan pada siklus II karena pada siklus ini hasil belajar siswa sudah didapatkan
dengan hasil yang baik.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan pembelajaran
telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
Proses penyamapain pembelajaran matematika harus didasarkan pada penguasaan
konsep serta pemberian alat Bantu bagi siswa. Dengan demikian alat Bantu tersebut
bisa digunakan pada saat proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan bahan
untuk meningkatkan frekuensi hasil belajar. Maka dari itu guru harus mampu
menciptakan desain pembelajaran yang dapat diterima oleh siswa, karena siswa pada
kelas V pada umumnya masih dalam lingkungan oprasional kongkreet (nyata).

B. Saran
Dengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis dapat memberikan
saran yaitu sebagai berikut :
Pada program perbaikan Matematika
Dalam menyampaikan proses pembelajaran guru sebaiknya tidak terlalu cepat dalam
menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya harus memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya. Dengan demikian siswa bisa lebih berani dan mampu untuk
menerima materi yang disajikan.

Anda mungkin juga menyukai