Anda di halaman 1dari 62

MAKALAH

AKUNTANSI INTERNASIONAL

"Management control of global operations managerial palning and control"

Disusun oleh:
1. Gepi Wulan Tridayanti 1541031010
2. Fergyani Ocfrin 1541031012
3. Dwi Lestari 1541031013
4. I Made Deswara Wiguna 1541031024
5. Fandella Bunga Irawan 1541031028
6. Nurohmayni Putri 1541031033
7. Ricky Densa 1641031002
8. Aulia Rahmasari R 1641031005
9. Fadli M.Fauzi 1651031006
10. M. Mahardika 1611031007
11. Esa Mayola F 1641031017
12. Dafit Saifuloh 1611031048
13. M. Syna Alfarizy 1611031056
14. Rizki Riandiarto 1611031076

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019/20
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………..

DAFTAR ISI...................................................................................................

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................
1.2 Tujuan ................................................................................
1.3 Rumusan Masalah .............................................................

II. PEMBAHASAN
2.1 Bussines modeling .............................................................
2.2 Capital Budgeting ..............................................................
2.3 Financial return persepective ............................................
2.4 Multinational cost of capital……………………………………………
2.5 Management information system………………………………….
2.6 Management information & hyperinflation……………………
2.7 Issue in financial control………………………………………………….
2.8 Strategic costing………………………………………………………………
2.9 Performance evalution of foreign operation………………….
2.10 Perfomance standarts…………………………………………………..

III. PENUTUP
3.1Kesimpulan .........................................................................
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini berkat bantuan


dan tuntutan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang membatntu dalam penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang di miliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan usul guna
penyempurna makalah ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi


pihak masa yang akan dating.

Bandar Lampung

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemodelan bisnis menyebutkan bahwa sebuah temuan survey terbaru
akuntan manajemen lebih banyak menghabiskan waktu di strategis
perencanaan masalah daripada sebelumnya. Hal ini mencerminkan fakta
bahwa manajer keuangan, data konsumen utama akuntansi internal, semakin
meningkat menjadi penasihat strategis untuk kepala eksekutif. Seperti Charles
Noski, mantan CFO dan Wakil Ketua, AT & T menyatakan: “Saya pikir CFO
akan terus berkembang, dengan lebih menekankan pada strategi masalah yang
dihadapi perusahaan dan persyaratan bahwa CFO yang menjadi bisnis mitra
untuk CEO. Kepatuhan internal dan kontrol kemungkinan akan selalu
menjadi bagian dari pekerjaan, tetapi harapan untuk nilai tambah kontribusi
dengan CFO untuk pertumbuhan, daya saing dan kinerja perusahaan akan
momentum keuntungan”.
Suatu perusahaan dapat memiliki standar korporat tertentu, seperti
ROI minimum yang disyaratkan, yang berlaku untuk masing-masing anak
perusahaan atau lini produk; atau dapat menetapkan level ROI yang berbeda
atau tolok ukur lain (seperti margin kotor) untuk anak perusahaan atau lini
produk yang berbeda. Standar-standar ini dapat dimasukkan kedalam
anggaran dan nantinya dapat dibandingkan dengan hasilnya. Kinerja juga
dapat diukur dari waktu ke waktu. Perusahaan dapat meminta peningkatan
rasio atau pendapatan tertentu. Kinerja masa lalu biasanya signifikan dalam
mengembangkan anggaran periode berikutnya. Akhirnya, perusahaan dapat
membandingkan kinerja mereka sendiri di luar negeri dengan pesaing atau
membandingkan unitnya sendiri satu sama lain.
Sementara produk dan system penetapan biaya standar secara
tradisional memainkan peran utama dalam pengendalian biaya, perusahaan-
perusahaan Jepang tertentu telah memperkenalkan konsep-konsep biaya yang
memperkuat strategi manufaktur global mereka. Dengan demikian mereka
telah meningkatkan proses pengendalian biaya, dan yang lebih penting, telah
menetapkan hubungan langsungan tara praktik akuntansi manajemen dan
tujuan perusahaan.

1.2 Tujuan
Tujuan manajemen untuk memaksimalkan nilai perusahaan dibingkai
dalam hal
mata uang yang menyimpan nilainya (mis., mata uang keras). Dengan
demikian, cara terbaik untuk mengukur kinerja afiliasi yang terletak di
lingkungan inflasi tinggi adalah
dalam hal mata uang keras. implisit mengasumsikan bahwa tingkat inflasi,
nilai tukar, dan bunga harga saling terkait.

11.3 Rumusan Masalah


1. Apa saja karakteristik dari perusahaan multinasional yang membedakannya
dengan perusahaan domestik murni ?
2. Bagaimana cara mengatasi kerangka pelaporan dalam keterbatasan
Management Information & Hyperinflation?
3. Apa yang di maksud dengan Sistem Informasi Manajemen?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEMODELAN BISNIS (BUSINESS MODELING)

Sebuah temuan survei terbaru yang menyebutkan bahwa akuntan


manajemen lebih banyak menghabiskan waktu di strategis perencanaan masalah
daripada sebelumnya. Hal ini mencerminkan fakta bahwa manajer keuangan, data
konsumen utama akuntansi internal, semakin meningkat menjadi penasihat
strategis untuk kepala eksekutif. Seperti Charles Noski, mantan CFO dan Wakil
Ketua, AT & T menyatakan: “Saya pikir CFO akan terus berkembang, dengan
lebih menekankan pada strategi masalah yang dihadapi perusahaan dan
persyaratan bahwa CFO yang menjadi bisnis mitra untuk CEO. Kepatuhan
internal dan kontrol kemungkinan akan selalu menjadi bagian dari pekerjaan,
tetapi harapan untuk nilai tambah kontribusi dengan CFO untuk pertumbuhan,
daya saing dan kinerja perusahaan akan momentum keuntungan”.
Gambaran besar pemodelan bisnis, terdiri dari merumuskan, melaksanakan, dan
mengevaluasi rencana bisnis jangka panjang perusahaan. Ini melibatkan empat
dimensi kritis:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang relevan untuk kemajuan masa
depan perusahaan
2. Merumuskan teknik yang tepat untuk perkembangan memperkirakan masa
depan dan menilai kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan atau
mengeksploitasi perkembangan ini
3. Mengembangkan sistem informasi untuk mendukung pilihan strategis
4. Menerjemahkan opsi yang dipilih ke dalam program tindakan spesifik

a. ALAT PERENCANAAN
Dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dengan masa depan, akan
sangat membantu bagi perusahaan untuk memindainya pada lingkungan eksternal
dan lingkungan internal untuk mengidentifikasi ancaman (Threats) dan peluang
(Opportuinties). Sistem dapat diatur dalam suatu tempat untuk mengumpulkan
informasi tentang pesaing dan kondisi pasar. Kedua pesaing dan kondisi pasar
dianalisis untuk mengetahui dampaknya pada status kompetitif perusahaan dan
profitabilitas. Wawasan yang diperoleh dari analisis ini digunakan untuk membuat
langkah-langkah rencana untuk mempertahankan atau memperbesar pangsa pasar,
atau untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan produk baru dan peluang pasar.
Salah satu alat tersebut adalah analisis WOTS-UP.
Hal ini berkaitan dengan kekuatan perusahaan dan kelemahan dalam kaitannya
dengan lingkungan operasi perusahaan. Teknik ini membantu manajemen
menghasilkan serangkaian strategi yang layak. Sebagai contohnya analisis
WOTS-UP selalu dilakukan oleh produsen mobil Jerman “Daimler”. Misalnya,
memperluas jalur distribusi “Daimler” dan layanan jaringan di Eropa Timur
adalah strategi yang menjanjikan, mengingat kekuatan perusahaan dalam kualitas
produk, penjualan truk, menurunkan titik impas, dan sinergis potensi. Rendahnya
nilai dolar AS, meningkatnya persaingan asing di Jerman, dan dirasakan
keuntungan dari penguatan penelitian dasar dalam teknologi baru membangun
aliansi strategis dapat menjelaskan akuisisi “Daimler” sebelumnya dari “Chrysler
Corporation” di Amerika Serikat.
Alat keputusan saat ini digunakan dalam sistem perencanaan strategis yang semua
tergantung pada kualitas informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Akuntan dapat membantu perencana perusahaan memperoleh data
yang berguna dalam keputusan perencanaan strategis. Hal ini dikarenakan banyak
informasi yang diperlukan berasal dari sumber selain catatan akuntansi.

2.2 CAPITAL BUDGETING

a. Pengertian Capital Budgeting ( Penganggaran Modal )


Penganggaran Modal ( Capital Budgeting ) Istilah penganggaran
modal digunakan untuk melukiskan tindakan perencanaan dan pembelanjaan
pengeluaran modal, seperti untuk pembelian equipmen baru
untuk memperkenalkan produk baru, dan untuk memodernisasi fasilitas pabrik.
Penganggaran Modal ( Capital Budgeting ) adalah Suatu Konsep Investasi
Dikatakan sebagai suatu konsep investasi, sebab penganggaran modal melibatkan
suatu pengikatan (penanaman) dana di masa sekarang dengan
harapan memperoleh keuntungan yang dikehendaki di masa mendatang. Investasi
membutuhkan dana yang relatif besar dan keterikatan dana tersebut dalam jangka
waktu yang relatif panjang, serta mengandung resiko.
Capital Budgeting adalah merupakan proses evaluasi dan pemilihan
investasi jangka panjang yang konsisten terhadap maksimalisasi tujuan
perusahaan. DefinisiCapital Budgeting “Capital Budgeting is the Process of
evaluating and selecting long-term invesmentsconsistents with the firm’s goal of
owner wealth maximization”. Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah
proses kegiatan yang mencakup seluruh aktivitas perencanaan penggunaan dana
dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) pada waktu yang akan datang.
Penganggaran modal berkaitan dengan penilaian aktivitas investasi yang
diusulkan. Aktivitas suatu investasi ditujukan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan selama periode tertentu di waktu yang akan datang, yang mempunyai
titik awal (kapan investasi dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi akan
berakhir).
Investasi adalah pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang
untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Dalam penggantian atau
pembahasan kapasitas pabrik misalnya : dana yang sudah ditanamkan akan terikat
dalam jangkawaktu yang panjang, sehingga perputaran dana tersebut kembali
menjadi uang tunai tidak dapat terjadi dalam waktu satu atau dua tahun, tetapi
dalam jangka waktu yanglama..
Sebagai konsekuensinya, perusahaan membutuhkan prosedur tertentu
untuk menganalisa dan menyeleksi beberapa alternatif investasi yang ada.
Keputusan mengenai investasi tersebut sulit dilakukan karena memerlukan
penilaian mengenai situasi dimasa yang akan datang, sehingga dibutuhkan
asumsi-asumsi yang mendasari estimasi terhadap situasi yang paling mendekati
yang mungkin terjadi, baik situasi internal maupun eksternal perusahaan. Investasi
tersebut harus dihitung sesuai dengan cash flow perusahaan dan harus merupakan
keputusan yang paling tepat untuk menghindari resiko kerugian atas investasi
tersebut. “As time passes, fixed assets may become obselete or may require an
overhaul; at these points, too, financial decisions may be required”. Perusahaan
biasanya membuat berbagai alternative atau variasi untuk berinvestasi dalam
jangka panjang, yakni berupa penambahan asset tetap seperti tanah, mesin dan
peralatan. Aset tersebut merupakan aset yang berpotensi, yang merupakan sumber
pendapatan yang potensial dan mencerminkan nilai dari sebuah
perusahaan.Capital budgeting dan keputusan keuangan diperlakukan secara
terpisah. Bila investasi yang diajukan telah ditentukan untuk diterima, manager
keuangan kemudian memilih metoda pembiayaan yang paling baik.

b. Pentingnya Capital Budgeting


1. Keputusan Capital Budgeting akan berpengaruh pada jangkawaktu
yang lama sehingga akan kehilanganfleksibilitasnya
Contoh pembelian sebuah aktiva yang memiliki umur ekonomis 10
tahun akan mengunci perusahaan selama periode 10 tahun, karena
perluasan aktiva didasarkan atas penjualan yang diharapkan dimasa
depan. Maka keputusan untuk membeli sebuah aktiva yang akan
habis dalam jangka waktu 10 tahun membutuhkan perencanaan
penjualan selama 10 tahun. Akhirnya keputusan penganggaran
modal akan menentukan arah strategis perusahaan karena
perusahaan bergerak ke arah produk, jasaatau pasar baru yang
harus dahului dengan pengeluaran modal.

2. Penanggaran modal yang efektif akan menaikkan ketepatan waktu


dan kualitas dari penambahan aktiva. Contoh perusahaan berusaha
beroperasi mendekati kapasitas sepanjang waktu ,selama 4 tahun,
PT A telah mengalami permintaan secara besar-besaran secarati
ba-tiba yang bersifat tidak rutin sehingga perusahaan terpaksa
menolak permintaan tersebut. Oleh karenaitu PT A merecanakan
untuk menambah kapasita sproduksi dengan menyewa gedung
tambahan dan membeli peralatan produksi yang baru yang
diperlukan untuk kegiatan produksi, untuk itu diperlukan waktu 6-
8 bulan agar kapasitas produksi dapat digunakan ,namun pada saat
itu perminttan mulai menurun, karena perusahaan lain mempunyai
kapasitas yang mencukupi. PT A mulai merencanakan meramalkan
permintaan secara tepat dan merencanakan kebutuhan kapasitasnya
satu tahun sebelumnya atau lebih maka perusahaan mampu
mempertahankan dan bahkan meningkatkan pangsa pasar.

3. Pengeluaran Modal sangatlahPenting


Perusahaan dalam mencukupi semua kebutuhan yang diperlukan
dalam kegiatan produksi, perusahaan harus mempunyai dana yang
cukup dan memadai karena untuk mencukupi semua kebutuhan
perusahaan mengeluarkan dana yang besar. Jumlah uang yang
besar yang dikeluarkan perusahaan tidak dapat tersedia secara
otomatis oleh karenaitu, Untuk mencukupi itu semua perusahaan
harus memikirkan program pengeluaran modal yang besar dengan
merencanakan membuat capital budgeting dana jauh-jauh hari
sebelum dana itu tersedia.

c. Klasifikasi Proyek
Menganalisis usulan pengeluaran modal bukanlah pekerjaan yang gratis-
analisis ini memang bermanfaat tetapi juga membutuhkan biaya yang sangat
besar. Untuk jenis proyek tertentu analisis yang terinci relative lebih terjamin,
sementara untuk yang lainnya harus digunakan prosedur yang lebih sederhana.
Perusahaan biasanya mengkategorikan proyek dan kemudian menganalisis dalam
setiap kategori dengan cara yang berbeda
1. Penggantian :pemeliharaan bisnis
Kategori ini terdiri dari pengeluaran untuk mengganti peralatan yang using
atau rusak yang digunakan dalam membuat produksi yang
menguntungkan. Proyek penggantian ini diperlukan jika perusahaan ingin
melanjutkan usahanya. Isu satu-satunya disisni adalah
a. Apakah operasi ini harus dilanjutkan?,
b. Haruskah kita melanjutkan pengguankan proses produksi yang sama?
Pada umumnya jawabannya adalah YA, sehingga keputusan pemeliharaan
dibuat tanpa melalui proses keputusan yang rumit

2. Penggantian :pengurangan biaya


Kategori ini termasuk pengurangan untuk mengganti peralatan yang usang,
tujuannya adalah untuk menurunkan biaya tenaga kerja, bahan dan input
lannya seperti listrik. Keputusan ini adalah bijaksana dan secara wajar
biasanya menggunakanan alisis terperinci.

3. Ekspansi produk atau pasar yang ada


Kategori ini termasuk pengeluaran untuk meningkatkan output produk
yang sudah ada, atau memperluas outlet ritel atau fasilitas distribusi dalam
pasar yang sekarang dilayani. Keputusan ini lebih kompleks karena
memerlukan peramalan eksplisit tentang pertumbuhan permintaan

4. Ekspansi kedalam produk atau pasar baru


Kategori ini investasi untuk menghasilkan produk baru atau untuk
memperluas kedaerah geografi yang saat ini tidak terlayani. Proyek ini
melibatkan keputusan startegis yang dapat mengubah sifat mendasa rbisnis
dan biasanya membutuhkan pengeluaran uang dalam jumlah besar dan
pengembalian uang yang lebih lambat. Dalam proyek ini selalu diperlukan
analisis yang terperinci dan keputusan akhir biasanya dibuat oleh pihak
direksi sebagai bagian dari rencana strategis perusahaan

5. Proyek pengamanan dan atau lingkungan


Kategori ini meliputi pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi
permintaan pemerintah, perjanjian tenaga kerja atau polis asuransi.
Pengeluaran ini disebut investasi wajib dan biasanya menyangkut proyek
tanpa pendapatan. Bagaimana mereka menangani proyek ini tergantung pada
ukurannya.

6. Lainnya
Kategori ini termasuk gedung perkantoran, tempat parkir, dan sebagainya,
bagaimana kategori ini ditangani bervariasi diantara perusahaan.

c. Tahap – tahap Capital Budgeting


1. Biaya proyek harus ditentukan
2. Manajemen harus memperkirakan aliran kas yg diharapkan dari
proyek, termasuk nilai akhir aktiva
3. Risiko dari aliran kas proyek harus diestimasi. (memakai distribusi
probabilitas aliran kas)
4. Dengan mengetahui risiko dari proyek, manajemen harus
menentukan biaya modal (cost of capital) yg tepat untuk
mendiskon aliran kas proyek
5. Dengan menggunakan nilai waktu uang, aliran kas masuk yang
diharapkan digunakan untuk memperkirakan nilai aktiva.
6. Terakhir, nilai sekarang dari aliran kas yg diharapkan dibandingkan
dengan biayanya

d. Proses Capital Budgeting


Proses Capital Budgeting terdiridari 5 langkah yang
salingberkaitan, yakni:
1. Pembuatan Proposal Anggaran Dana
Proposal penganggaran barang modal dibuat di semua tingkat
dalam sebuah organisasi bisnis. Untuk menstimulasi aliran
berbagai ide, banyak perusahaan menawarkan penghargaan berupa
uang tunai untuk beberapa proposal yang diadopsi.

1. KajiandanAnalisa
2. Proposal penganggaran barang modal secara
formal direview dalam rangka (a) mencapai tujuan dan rencana
utama perusahaan dan yang paling penting (b) untuk mengevaluasi
kemampuan ekonominya.
Biaya yang diajukan dan benefit yang diestimasikan dikonversikan
menjadi sebuah cash flow yang sesuai. Bermacam-macam
teknik capital budgeting dapat diaplikasikan untuk cash
flow tersebut untuk menghitung tingkat keuntungan dari investasi.

Berbagai macam aspek resiko diasosiasikan dengan proposal yang


akan dievaluasi. Setelah analisis ekonomi telah dibuat lengkap,
diiringi dengan data tambahan dan rekomendasi yang ditujukan
untuk para pengambil keputusan.

3. PengambilanKeputusan
Besarnya sejumlah dana yang dikeluarkan dan pentingnya
penganggaran barang modal menggambarkan tingkat organisasi
tertentu yang membuat keputusan penganggaran. Perusahaan
biasanya mendelegasikan kewenangan penganggaran barang modal
sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Secara umum jajaran
direksi memberikan keputusan akhir untuk sejumlah tertentu
penganggaran barang modal yang dikeluarkan.

3. . Implementasi
Ketika sebuah proposal telah disetujui dan dananya telah siap,
tahap implementasi segera dimulai. Untuk pengeluaran yang kecil,
penganggaran dibuat dan pembayaran langsung dilaksanakan.
Namun untuk penganggaran dalam jumlah besar, dibutuhkan
pengawasan yang ketat.

5. Follow Up (tindak lanjut)


Setelah diimplementasikan maka perlu dilakukan monitoring
selama tahap kegiatan operasi berjalan dari proyek tersebut.
Perbandingan dari biaya yang ada dan keuntungan yang
diekspektasikan dari berbagai proyek sebelumnya adalah sangat
vital. Ketika biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran biaya yang
ditetapkan, harus segera dilakukan tindakan untuk
menghentikannya, apakah dengan meningkatkan benefit atau
mungkin menghentikan proyek tersebut.

Setiap langkah dalam proses tersebut penting dilakukan terutama


pada langkah kajian dan analisa, maupun pengambilan keputusan
(langkah 2 dan 3) yang membutuhkan waktu dan tenaga yang
paling besar. Langkah terakhir yakni follow up juga penting namun
sering diabaikan. Langkah tersebut dilakukan untuk menjaga
perusahaan untuk dapat meningkatkan akurasi cash flow yang
diestimasi.

e. Post Audit
Aspek penting dari proses capital budgeting adalah post audit yang
melibatkan
 Perbandingan hasil aktual dengan hasil yang diprediksikan oleh sponsor
proyek
 Penjelasan mengapa setiap perbedaan ini terjadi

Post audit memiliki 2 tujuan utama yaitu


 Memperbaiki Ramalan
Ketika pengambilan keputusan dipaksa membandingkan proyeksi mereka
terhadap hasil aktual ada kecenderungan agar estimasi diperbaiki. Bias yang
disengaja atau tidak disengaja akan diobservasi dan dieliminasi , metode
peramalan yang baru dilihat sebagai kebutuhan dan orang-orang cenderung
untuk berbuat lebih baik termasuk membuat ramalan, jika mereka mengetahui
bahwa tindakannya dimonitor
 Meningkatkan operasi
Perusahaan dijalankan oleh manusia dan mereka yang dapat melaksanakan pada
tingkat efisiensi yang lebih tinggi atau lebih rendah. Apabila mengenai investasi
maka para anggota mempertaruhkan reputasinya pada lini ini. Jika biaya berada
diatas yang diperkirakan maka penjualan akan berada dibawah yang diharapkan
dan sebaliknya, eksekutif terdorong untuk meningkatkan operasi dan memberikan
hasil mendekati yang diramalkan.

f. Peraturan Keputusan Penganggaran Modal


Ada 5 metode yang dapat digunakan untuk member peringkat proyek dan
memutuskan apakah suatu proyek itu harus diterima atau di tolak, dan
dimasukkan kedalam anggaran modal atau tidak. Beberapa metode penilaian itu
antara lain :
 Pemulihan (payback)
 Pemulihan yang didiskontokan
 Nilai sekarangbersih( NPV )
 Tingkat pengembalian internal ( IRR )
 Tingkat pengembalian internal yang dimodifikasi( MIRR )

g. Periode pemulihan( Payback ) dan Pemulihan yang di


Diskontokan
Metode ini didefenisikan sebagai ekspetasi jumlah tahun yang diperluakan
untuk menutupi investasi awal, dan merupakan metode formal pertama yang
digunakan untuk mengevaluasi proyek penganggaran modal.
Semakin pendek periode pemulihan, maka semakin baik. Dalam metode
ini, apabila perushaan sudah mendapatkan hasil analisinya, maka harus ada
pemilihan terhadap proyek yang akan dipilih. Mutually exclusive berarti, jika
satu proyek diplih, maka yang lainnya harus ditolak. Sedangkan proyek
independen merupakan proyek dimana arus kasnya tidak bergantung satu
dengan yang lainnya.
Beberapa perusahaan menggunakan suatu varian pemulihan reguler, yaitu
periode pemulihan yang didiskontokan, yang mana halini juga serupa dengan
periode pemulihan secara reguler, kecuali bahwa arus kas yang diharapkan
didiskontokasn dengan biaya modal proyek. Jadi, periode pemulihan yang
didiskontokan didefenisikan sebagai jumlah tahun yang dibuthkan untuk
menutup investasi dari arus kas bersih yang didskontokan.
Pada pemulihan( payback ) adalah jenis perhitungan “impas” ( breakeven
), yang mana artinya adalah jika arus kas masuk berada pada tingkat yang
diharapkan sampai tahun pemulihan, maka proyek itu akan impas.
Pada pemulihan secara reguler, tidak memperhitungkan adan yabiaya
modal, tidak ada biaya utang atau ekuitas yang digunakan untuk menjalankan
proyek tercermin dalam arus kas atau perhitungan. Pemulihan yang
didiskontokan memperhitungkan biaya modal, hal ini memperlihatkan tahun
impas setelah tertutupnya biaya utang dan ekuitas.
Kelemahan utama dari metode ini adalah bahwa metode ini mengabaikan
arus kas yang dibayarkanatau yang diterima setelah periode pemulihan.
Walaupun metode tersebut memiliki beberapa kesalahan, namun metode
tersebut memberikan informasi tentang berapa lama dana akan terikat dalam
proyek.
Jadi, semakin pendek periode pemulihan, sementara yang lain dianggap
konstan, semakin besar likuiditas proyek. Arus kas yang diharapkan dalam
jangka panjang umumnya lebih berisi skor dari pada arus kas jangka pendek,
maka pemulihan seringkali digunakan sebagai salah satu indicator dari tingkat
risiko proyek.

Nilai Sekarang Bersih (NPV)


Setelah kelemahan metode pemulihan, maka ada metode lain yang di
jadikan sebagai alternative pilihan dalam mengevaluasi keefektifan
proyek. Salah satu metode seperti itu adalah metode nilai sekarang bersih
(net present value = NPV ), dimana metode ini mengandalkan pada teknik
arus kas yang didiskontokan ( discounted cash flow ). Beberapa proses
dalam teknik ini antara lain :
 Tentukan nilai sekarang dari setiap arus kas, termasuk arus kas masuk
dan arus kas keluar, yang didiskontokan pada modal proyek.
 Jumlah arus kas yang didiskontokan ini merupakan hasil sebagai NPV
proyek.
 Jika NPV adalah positv, maka proyek harus diterima, sementara jika
negativ, maka proyek tersebut harus di tolak.
Apabila NPV yang dihasilkan positiv, maka proyek tersebut akan
menghasilkan lebih banyak kas dari yang dibuthkan untuk menutupi
utang dan memberikan pengembalian yang diperlukan kepada
pemegang saham, dan kelebihan kas ini hanya akan bertambah kepada
pemegang saham. Oleh karena itu, jika perusahaan mengambil proyek
yang menghasilkan perhitungan NPV positiv, maka akan memberikan
peningkatan terhadap posisi pemegang saham dalam perusahaan.

Tingkat Pengembalian Internal ( IRR )


IRR didefenisiskan sebagai tingkat diskonto yang menyamakan
nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap
nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap
nilai sekarang dari biaya proyek.
Jika arus kas adalah konstan dari tahun ke tahun, maka kita akan
memmiliki anuitas, dan kita dapat menggunakan factor anuitas untuk
mencari IRR. Namun, apa bila arus kas tidak konstan, maka akan sulit
untuk menghitung IRR.
Secara matematis, baik metode NPV maupun IRR akan memberikan
keputusan menerima atau menolak yang sama atas proyek
independen, karena jika NPV positiv, maka IRR akan melebihi k.
Namun, NPV dan IRR dapat membuat peringkat yang berbeda untuk
proyek mutually excusive .
Ada beberapa alas an rsional mengapa tingkat diskonto tertentu
menyamakan biaya proyek dengan nilai sekarang penerimaannya,
antara lain :
 IRR proyek adalah tingkat pengembalian yang diharapakan (expected
return)
 Jika IRR melebihibiaya dana yag digunakan untuk membiayai proyek,
maka akan terdapat surplus setelah pembayaran modal, dan surplus ini
akan menjadi bagian pemegang saham.
 Oleh karenaitu, memilih proyek yang IRR nya melebihi biaya modal
meningkatkan kekayaan pemegang saham.
 Disisila in, apa bila IRR lebih kecil daripadabiaya modal,
makamemilihproyekiniaknamenimbulkanbiayabagipemegangsahamse
karang.
 Hal inimerupakankaraktertistik breakeven yang mebuat IRR
bergunadalammegevaluasiproyek modal.

Tingkat Pengembalian Internal yang di Modifikasi (MIRR)


Para manajer lebih menarik untuk mengevaluasi investasi dalam istilah
persentase tingkat pengembalian dibandingkan dolar NPV. Kita dapat
memodifikasi IRR dan menjadikan indicator profitabilitas yang relative lebih
baik, sehingga lebih baik untuk digunakan dalam penganggaran modal. MIRR
memiliki keunggulan yang signifikan apabila dibandingkan dengan IRR biasa.
MIRR mengasumsikan bahwa arus kas dari semua proyek direinvestasikan pada
biaya modal. Sedangkan pada IRR regular mengasumsikan bahwa arus kas dari
setiap proyek diinvestasikan pada IRR proyek. Karena reinvestasi pada biaya
modal umumnya lebih benar, maka MIRR adalah indikator yang lebih baik dari
profitabilitas proyek yang sesungguhnya. Kita dapat menyimpulkan bahwa MIRR
lebih unggul daripada IRR regular sebagai indicator dari tingkat pengembalian
proyek yang sebenarnya atau tingkat pengembalian jangka panjang.

2.3 Financial return persepective

Perkembangan Informasi dan Tehnologi pada Era-global sekarang ini


menjadi suatu tantangan bagi aparat penegak hukum, karena dengan
perkembangan tersebut memiliki konsekuensi logis terhadap perkembangan dari
modus operandi setiap kejahatan, menjadi lebih canggih dan sulit untuk
dibuktikan. Namun demikian harus diberantas, demikian juga dengan kejahatan
korupsi atau tindak pidana korupsi.

Reformasi hukum dalam rangka pemberantasan korupsi tidak saja menyangkut


reformasi peraturan perundang-undangan, tetapi juga menyangkut penegakan dan
struktur hukum. Essensi pengaturan pemberantasan tindak pidana korupsi
sebenarnya ada 2 (dua) hal yang paling pokok, yaitu sebagai langkah preventif
dan represif.

Langkah preventif tersebut terkait dengan adanya pengaturan pemberantasan


tindak pidana korupsi, harapannya masyarakat tidak melakukan tindak pidana
korupsi. Langkah represif meliputi pemberian sanksi pidana yang berat kepada
pelaku dan sekaligus mengupayakan semaksimal mungkin kerugian negara yang
telah dikorupsi bisa kembali.

Dengan demikian pemberantasan tindak pidana korupsi seharusnya juga


memperhatikan kepentingan rakyat, maksudnya disamping memberantas tindak
pidana korupsi juga harus memperhatikan pengembalian keuangan negara sebagai
akibat perbuatan tersebut, karena korupsi selalu menyangkut keuangan negara.

Pada hakekatnya, pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak pidana


korupsi sangat penting eksistensinya. Apabila dijabarkan lebih sistematis maka
ada beberapa argumentasi sebagai justifikasi teoritis, dan praktis, mengapa
pengembalian aset tindak pidana korupsi tersebut penting eksistensinya dengan
titik tolak.

Justifikasi Sosiologis, Dikaji dari perspektif ketentuan Undang-undang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka aspirasi masyarakat untuk
memberantas korupsi dan bentuk penyimpangan lainnya semakin meningkat.
Kenyataannya ada perbuatan korupsi telah menimbulkan kerugian negara yang
sangat besar sehingga berdampak pada timbulnya krisis di pelbagai bidang. Untuk
itu, upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi perlu semakin ditingkatkan dan
diintensifkan dengan tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kepentingan
masyarakat. Selain itu dengan adanya pemberantasan korupsi yang salah satunya
melalui pengembalian aset maka akan berdampak luas pada masyarakat.
Konkretnya, masyarakat akan melihat dan menilai kesungguhan dari penegak
hukum tentang pemberantasan korupsi dengan tetap menjunjung tinggi asas
praduga tidak bersalah (Presumption of innocent), asas kesamaan kedudukan di
depan hukum (Equality before the law) dan asas kepastian hukum (legal
certainty). Selain itu, justifikasi sosiologis ini merupakan wujud nyata dan peran
serta kebijakan legislasi dan aplikasi untuk memberikan ruang gerak lebih luas
terhadap adanya kerjasama antara aparat penegak hukum dengan peran serta
masyarakat sebagaimana diamanatkan ketentuan Pasal 41 Undang-undang nomor
: 31 tahun 1999 (UU 31/1999) jo Undang-undang nomor : 20 tahun 2001 (UU
20/2001). Peran serta masyarakat berkenaan dengan pemberantasan tindak pidana
korupsi dapat diwujudkan dalam bentuk : hak mencari, memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi, hak
untuk memperoleh pelayanan, serta hak untuk memperoleh jawaban atas
pertanyaan tentang laporannya yang diberikan, juga hak untuk memperoleh
perlindungan hukum.

Justifikasi Yuridis, Keberadaan Ketentuan Undang-undang Pemberantasan


Korupsi yang telah ada dan yang akan diberlakukan dikemudian hari hendaknya
memberikan ruang gerak dan dimensi lebih luas baik bagi penegak hukum.
Masyarakat dan segala lapisan untuk lebih lengkap dalam menanggulangi akibat
dan dampak dari perbuatan korupsi. Oleh karena itu kebijakan legislasi
memberikan ruang dalam pemberantasan korupsi dapat dilakukan melalui
tindakan kepidanaan dan tindakan keperdataan. Pada hakikatnya, aspek
pengembalian aset tindak pidana korupsi melalui prosedur pidana dapat berupa
penjatuhan pidana kepada pelakunya seperti pidana denda maupun terdakwa
dihukum untuk membayar uang pengganti, selain anasir itu maka terhadap
pengembalian aset tindak pidana korupsi dapat juga melalui gugatan secara
perdata di Pengadilan Negeri.

Berdasarkan amanat TAP MPR nomor : XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan


negara yang bersih bebas dan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme yang selanjutnya
dijabarkan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan
Nepotisme dan Undang-undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagai pembaharuan dari Undang-undang Nomor 3 tahun
1971, juga United Nations Conventions Againt Corruption yang telah diratifikasi
menjadi Undang-undang Nomor 7 Tahun 2006 tentang Konvensi Anti Korupsi
(UU KAK)
Secara regulasi, keberadaan peraturan perundang-undangan telah banyak
memberikan penafsiran terhadap kerugian keuangan negara dan tata cara
pengembalian kerugian keuangan negara. Maka dengan demikian melalui
pemeriksaan terhadap tindak pidana korupsi akan diperoleh kejelasan sumber
harta benda dari pelaku tindak pidana korupsi serta bagaimana tata cara
pengembaliannya.

Disamping telah ditetapkan beberapa regulasi tentang pemberantasan korupsi, dan


dengan ditetapkan beberapa organ yang memiliki kewenangan dan tugas untuk
meneliti kerugian keuangan negara, sangat diharapkan pengembalian keuangan
negara akan lebih efektif. Menurut peraturan perundang-undang yang berlaku,
sarana yang dapat dilakukan yaitu melalui sarana Penal dan sarana Non-penal.

Selanjutnya disampaikan beberapa contoh putusan pengadilan tentang


pengembalian kerugian keuangan Negara.

Keuangan Negara

Sebelum membahas mengenai pengembalian kerugian keuangan negara menurut


peraturan perundang-undangan, dirasa perlu untuk mengetahui batasan tentang
keuangan negara. Menurut pandangan para ahli dan menurut peraturan
perundang-undangan.

Keuangan negara menurut beberapa pandangan para ahli antara lain seperti M
Achwan, berpendapat bahwa keuangan negara adalah rencana kegiatan secara
kuantitatif (dengan angka-angka diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata
uang), yang akan dijalankan untuk masa mendatang, lazimnya satu tahun
mendatang.[1]

Menurut Goedhart, keuangan negara merupakan keseluruhan Undang-undang


yang ditetapkan secara periodik yang memberikan kekuasaan pemerintah untuk
melaksanakan pengeluaran mengenai periode tertentu dan menunjukkan alat
pembiayaan yang diperlukan untuk menutup pengeluaran tersebut.[2]
Sedangkan menurut pendapat van der Kemp, keuangan negara adalah semua hak
yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu (baik berupa uang
maupun barang) yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan hak-hak
tersebut. Pengertian keuangan negara dari van der kemp ini dinilai mendekati
dengan pengertian keuangan negara yang pernah direkomendasikan dalam
seminar ICW di jakarta pada tanggal 30 Agustus s/d 5 September 1970.
berdasarkan rekomendasi seminar ICW bahwa pengertian keuangan negara adalah
semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu,
baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.[3]

Pendapat Hamid S Attamimi, difinisi keuangan negara tidak hanya apa yang
diatur APBN saja, tetapi secara meluas yang mencakup di dalamnya keuangan
Daerah, BUMN, dan BUMD. Dengan demikian pengertian keuangan negara yang
didefinisikan ini merupakan keuangan negara yang diperluas terhadap objek
maupun sumber asal keuangan negara tersebut, dan pada dasarnya BPK sangat
menyetujui dan sependapat dengan pendapat Hamid S Attamimi.

Menurut Arifin P. Soeria Atmadja, untuk memahami definisi keuangan negara


harus melihat tiga penafsiran dari Pasal 23 UUD 1945 sebagai landasan
Konstitusional keuangan negara. Penafsiran pertama, adalah : ”.... pengertian
keuangan negara diartikan secara sempit, dan untuk itu dapat disebutkan sebagai
keuangan negara dalam arti sempit, yang hanya meliputi keuangan negara yang
bersumber pada APBN, sebagai suatu sub-sistem dari suatu sistem keuangan
negara”. Yaitu semua aspek yang tercakup dalam APBN yang diajukan oleh
pemerintah kepada DPR setiap tahunnya, sehingga APBN merupakan deskriptif
dari keuangan negara dalam arti sempit yang menyebabkan pengawasan terhadap
APBN juga merupakan pengawasan terhadap keuangan negara.[4]

Penafsiran kedua, menyangkut metode sistematik dan historis yang menyatakan :


”..... keuangan negara dalam arti luas, yang meliputi keuangan negara yang
berasal dari APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan pada hakekatnya seluruh harta
ke kayaan negara sebagai suatu sistem keuangan negara.....”. dalam pemahaman
ini makna keuangan negara merupakan segala sesuatu kegiatan atau aktifitas yang
berkaitan erat dengan uang yang diterima atau dibentuk berdasarkan hak istimewa
negara untuk kepentingan publik. Pemahaman tersebut kemudian lebih diarahkan
pada duan hal, yaitu kepada hak dan kewajiban negara yang timbul dari makna
keuangan negara. Hak dalam hal ini, ialah hak menciptakan uang, hak
mendatangkan hasil, hak melakukan pungutan, hak meminjam, dan hak memaksa,
dan kewajiban adalah kewajiban menyelenggarakan tugas negara demi
kepentingan masyarakat, dan kewajiban membayar hak-hak tagihan pihak ketiga
berdasarkan hubungan hukum atau hubungan hukum khusus

Penafsiran ketiga, dilakukan melalui pendekatan sistematik dan teleologis atau


sosiologis terhadap keuangan negara yang dapat memberikan penafsiran yang
relatif lebih akurat sesuai dengan tujuanya. Maksudnya adalah ”apabila tujuan
menafsirkan keuangan negara tersebut dimaksudkan untuk pengertian keuangan
negara tersebut adalah sempit. Selanjutnya apabila pendekatannya dilakukan
dengan menggunakan cara penafsiran sistematis dan teleologis untuk mengetahui
sistem pengawasan atau pemeriksaan pertanggungjawaban, maka pengertian
keuangan negara dalam arti luas, yakni termasuk di dalamnya keuangan yang
berada dalam APBN, APBD, BUMN/D dan pada hakekatnya seluruh kekayaan
negara merupakan obyek pemeriksaan dan pengawasan.

Penafsiran ketiga ini tampak lebih esensial dan dinamis dalam menjawab berbagai
perkembangan yang ada di dalam masyarakat. Penafsiran ini akan sejalan dengan
perkembangan masyarakat dewasa ini yang menurut adanya kecepatan tindakan
dan kebijakan, khususnya dari pemerintah, baik yang berdasarkan atas hukum
(rechtshandeling) maupun yang berdasarkan atas fakta (fietelijke handeling) dapat
dilihat juga dalam penafsiran ketiga ini betapa ketat perumusan keuangan negara
dalam aspek pengelolaan dan pertanggungjawabannya.[5]

Sedangkan keuangan negara menurut peraturan perundang-undangan adalah


meliputi Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 sebagai landasan konstitusional tentang
keuangan negara menyatakan bahwa ”Anggaran Pendapatan dan Belanja
ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan
Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah,maka pemerintah
menjalankan anggaran tahun yang lalu”. Sedangkan Pasal 23 ayat (4) UUD 1945
menyatakan ”hak keuangan negara selanjutnya diatur dengan Undang-undang”.

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Penjelasan Undang-Undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi (UU PTPK) yang dimaksud dengan Keuangan Negara adalah
seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak
dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak
dan kewajiban yang timbul karena :

a. berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggungjawaban pejabat


lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun di daerah ;

b. berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban


BUMN/BUMD, Yayasan, badan hukum, dan perusahaan yang menyertakan
modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan
perjanjian dengan negara.

Demikian pengertian keuangan negara sebagai batasan akan arti keuangan negara,
selanjutnya akan membahas mengenai apa yang dimaksud dengn kerugaian
keuangan negara.

Kerugian keuangan negara

Kerugian negara bukanlah kerugian dalam pengertian didunia


perusahaan/perniagaan, melainkan suatu kerugian yang terjadi karena sebab
perbuatan (perbuatan melawan hukum). Kerugian keuangan negara dapat terjadi
pada 2 tahap, yaitu pada tahap Dana akan masuk pada Kas Negara dan pada tahap
dana akan keluar dari kas Negara. Pada tahap dana yang akan masuk ke kas
negara kerugian bisa terjadi melalui : konspirasi Pajak, konspirasi pembayaran
pidana denda, konspiran pelaksanaan pidana tambahan (pengembalian kerugian
negara) dan Penyelundupan. Sedangkan pada tahap dana akan keluar dari kas
negara kerugian terjadi akibat : Mark Up, Korupsi, pelaksanaan kegiatan yang
tidak sesuai dengan program dan lain-lain.

Ada beberapa cara terjadinya kerugian keuangan negara menurut Yunus Husein,
yaitu kerugian negara yang terkait dengan berbagai transaksi : transaksi barang
dan jasa, transaksi yang terkait dengan utang-piutang, dan transaksi yang terkait
dengan biaya dan pendapatan.[6]

Penentuan kerugian keuangan negara dalam tindak pidana korupsi dilakukan


dalam pemeriksaan oleh BPK dan BPKP yaitu kerugian keuangan negara yang
senyatanya.

Adapun unsur-unsur yang berkenaan dengan pengertian kerugian keuangan


negara menurut UU PTPK terdapat pada Pasal 2 dan Pasal 3 UU PTPK.

Pasal 2 ayat (1) menyatakan ”setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian......” (garis
bawah oleh penulis), sedangkan Pasal 3 UU PTPK menyatakan bahwa ” setiap
orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan, yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.......” (garis bawah oleh penulis).

Pada pasal 2 dan pasal 3 UU PTPK sama-sama menyatakan bahwa perbuatannya


tersebut ”yang dapat merugikan keuangan negara dan perekonomian negara”,
dengan kata ”dapat” sebelum kata merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, menunjukkan bahwa kerugian keuangan negara atau perekonomian negara
bukanlah merupakan hal yang essentialia artinya kerugian keuangan negara atau
perekonomian negara tidak merupakan unsur yang mutlak, sehingga tidak perlu
dibuktikan secara objektif. Akibatnya berupa keuangan negara atau perekonomian
negara hanya merupakan accidentalia atau hal yang kebetulan.
Kata ”dapat” ini juga menunjukkan delik dalam Pasal 2 dan Pasal UU PTPK
merupakan delik formil, artinya delik sudah dianggap selesai apabila dipenuhinya
unsur perbuatan yang dirumuskan tanpa melihat adanya akibat. Kalau toh ada
akibat itu hanya hal yang kebetulan saja. Hal ini dipertegas lagi oleh Pasal 4 UU
PTPK yang menyetakan bahwa ”pengembalian kerugian keuangan negara atau
perekonomian negara tidak menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3”

Dari Pasal 4 UU PTPK ini merupakan penegasan bahwa pengembaian keuangan


negara atau perekonomian negara oleh pelaku tindak pidana korupsi tidak
menghapuskan dapat dipidananya si pelaku, sekaligus juga merupakan jawaban
atas pendapat yang berkembang dalam masyarakat bahwa apabila si pelaku tindak
pidana korupsi sudah mengembalikan uang yang dikorupsi, maka kerugian negara
sudah tidak ada dan perbuatannya tidak bersifat melawan hukum. Faktor
pengembalian keuangan negara hanya dijadikan salah satu faktor yang
meringankan pidana.[7]

Kerugian keuangan negara merupakan salah satu unsur dalam tindak pidana
korupsi menurut Pasal 2 dan Pasak 3 UU PTPK, sebagai akibat dari perbuatan
memperkaya diri sendiri dan orang lain secara melawan hukum . sedangkan
menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
dalam Bab I Ketentuan Umum, yang dimaksud dengan Kerugian Negar/Daerah
adalah : ”berkurangnya uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja ataupun lalai”.

Pengembalian kerugian keuangan negara

Setelah mengetahui mengenai keuangan negera dan kerugian keuangan negara


yang merupakan delik formil dalam tindak pidana korupsi, lalu pertanyaan
berikutnya adalah apakah pengembalian kerugian keuangan negara tidak
diperlukan lagi ? untuk membahas hal ini perlu diketahui mengenai pengaturan
dari beberapa peraturan perundang-undangan tentang pemberantasan tindak
pidana korupsi menganai pengembalian kerugian keuangan negara akibat korupsi,
yang masih mendapat porsi yang sangat besar karena melalui pengembalian
kerugian negara akibat korupsi atau Pemulihan keuangan negara diharapkan dapat
meningkatkan kesejahtaraan masyarakat.

Pengembalian kerugian keuangan negara menurut UU PTPK dapat melalui jalur


Perdata dan jalur pidana. Pengembalian kerugian keuangan negara (Aset
Recovery) melalui jalur perdata, seperti terdapat pada :

Pasal 32 ayat (1) UU PTPK yang menyatakan bahwa ”dalam hal penyidik
menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur TPK tidak terdapat
cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka
penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada
Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada
instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan”. Pada Ayat (2) menyatakan
bahwa ”Putusan Bebas dalam perkara TPK tidak menghapus hak untuk menuntut
kerugian terhadap keuangan negara.

Juga Pasal 33 ”Dalam hal tersangka meninggal dunia pada saat dilakukan
penyidikan, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka
penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada
Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk
dilakukan gugatan perdata terhadap ahli warisnya”

Demikian juga Pasal 34 UU 20/2001 ”Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada
saat sidang pengadilan, sedang secara nyata telah ada kerugian negara maka
Penuntut Umum segera menyerahkan salinan berkas sidang tersebut kepada Jaksa
Pengacara Negara atau instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata
terhadap ahli warisnya.

Sedangkan pengembalian Kerugian Keuangan Negara melalui jalur pidana adalah


melalui proses Penyitaan dan Perampasan. Didalam persidangan pengembalian
kerugian keuangan Negara, Hakim disamping menjatuhkan pidana Pokok juga
dapat menjatuhkan pidana Tambahan berupa :

1. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau tidak berwujud atau


barang yang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana serta harga dari barang yang
menggantikan barang-barang tersebut. (Pasal 18 ayat (1) huruf a UU 31/99 jo UU
20/2001) ;

2. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama


dengan harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi (Pasal 18 ayat (1)
huruf b, ayat (2), (3) UU 31/99 jo UU 20/2001).

3. Pidana Denda, UU PTPK mempergunakan perumusan sanksi pidana bersifat


kumulatif (pidana penjara dan atau pidana denda), Kumulatif-alternatif (pidana
penjara dan atau pidana denda), dan perumusan pidana lamanya sanksi pidana
bersifat Determinate sentence.

4. Penetapan perampasan barang-barang yang telah disita dalam hal terdakwa


meninggal dunia (Peradilan In absentia) sebelum putusan dijatuhkan dan terdapat
bukti yang cukup kuat bahwa pelaku telah melakukan tindak pidana
korupsi.(Pasal 38 ayat (5), (6), (7) UU 31/99 jo UU 20/2001)

5. Putusan perampasan harta benda untuk Negara dalam hal terdakwa tidak
dapat membuktikan bahwa harta benda tersebut diperoleh bukan karena tindak
pidana korupsi yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum saat membacakan
tuntutan daam perkara pokok (Pasal 38 ayat (2), (3) UU 31/99 jo UU 20/2001).

Pengembalian kerugian keuangan Negara juga diatur dalam United Nation


Convention Againt Corruption/UNCAC yang telah diratifikasi menjadi Undang-
undang Nomor 7 tahun 2006 tentang Konvensi Anti Korupsi (UU KAK).

Pada UU KAK maka pengembalian aset dapat dilakukan malalui jalur pidana
(asset recovery secara tidak langsung melalui criminal recovery) dan jalur perdata
(asset recovery secara langsung melalui civil recovery). Aset recovery langsung
melalui civil recovery dilakukan melalui gugatan perdata terhadap pemilik harta
kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi dan harta benda tersebut
ditempatkan di negara lain.

Prinsip pengembalian asset diatur dalam ketentuan Pasal 51 UU KAK yang


mengatakan bahwa : “pengembalian asset-aset menurut bab ini merupakan suatu
prinsip yang mendasar dari konvensi ini, dan Negara-negara peserta wajib saling
memberi kerjasama dan bantuan yang seluas-luasnya mengenai hal ini”

Konvensi ini juga mengatur mengenai kewajiban Negara-negara peserta, termasuk


Indonesia untuk memungkinkan tiga hal, yaitu :

a. Negara peserta lain mengajukan gugatan perdata di pengadilan Indonesia


(Pasal 53 ayat (1) UU KAK) ;

b. Orang-orang yang telah melakukan tindak pidana korupsi untuk membayar


kompensasi atau ganti rugi pada negara Peserta lain yang telah dirugikan atas
tindak pidana korupsi itu dan dananya dilarikan atau dilakukan pencucian di
Indonesia (Pasal 53 ayat (2) UU KAK) ;

c. Mengembalikan kekayaan yang telah disita oleh badan yang berkompetan


di Indonesia kepada Negara Peserta lain (yang mengajukan permintaan (Pasal 57
ayat (2) UU KAK)

Dengan demikian kita telah mengetahui beberapa hal mengenai pengembalian


keuangan negara akibat tindak pidana korupsi menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia baik secara Kepidanaan dan secara
keperdataan serta melalui Negosiasi (plea barganing system). Sehingga
diharapkan kepada pelaku tindak pidana korupsi dan petugas yang mengemban
fungsi tersebut (eksekutor) supaya dapat melaksanakan pengembalian kerugian
keuangan negara secara baik dan konsekuen, agar Negara dapat dimanfaatkan
dana pengembalian akibat tindak pidana korupsi untuk kesejahteraan rakyatnya.

2.4 Multinational Cost Of Capital


a. BIAYA MODAL DAN STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN
MULTINASIONAL
Biaya modal (cost of capital) mempunyai dampak yang besar terhadap
nilai suatu perusahaan multinasional (MNC). Untuk mendanai kegiatannya, MNC
menggunakan struktur modal (yaitu proporsi antara hutang dan modal) yang dapat
meminimalkan biaya modalnya, dan dengan demikian memaksimalkan nilai
MNC.

b. BIAYA MODAL: LATAR BELAKANG

Modal dari suatu perusahaan terdiri atas ekuitas dan hutang. Biaya dari
laba ditahan merupakan biaya oprtunitas.Biaya dari saham biasa baru juga
menggambarkan suatu biaya oportunitas. Biaya ini melebihi biaya dari laba
ditahan karena mengandung beban-beban yang berhubungan dengan penerbitan
saham baru. Biaya dari hutang perusahaan adalah bunga yang harus ditanggung
perusahaan. Perusahaan berupaya menggunakan suatu struktur modal yang akan
meminimalkan biaya modal mereka. Biaya modal rata-rata tertimbang (yang
disimbolkan dengan kc) dapat diukur dengan persamaan:

 D   E 
kc   k d (1  t )   k e
DE DE

Dimana D adalah jumlah hutang perusahaan, kd adalah biaya hutang sebelum


pajak, t adalah tarif pajak korporasi, E adalah jumlah ekuitas perusahaan, dan ke
adalah biaya dari ekuitas.

Keuntungan menggunakan hutang karena pembayaran bunga bersifat tax


deductible. Akan tetapi semakin besar penggunaan hutang meningkatkan
kemungkinan kebangkrutan.

Trade off antara keunggulan hutang dan kelemahannya diilustrasikan dalam


gambar 18.1

GAMBAR 18.1 Mencari Struktur Modal yang Tepat


Biaya modal

x
Rasio hutang
c. BIAYA MODAL PERUSAHAAN MULTINASIONAL

Karakteristik khusus dari perusahaan multinasional yang membedakannya dengan


perusahaan domestik murni,yaitu:

1. Ukuran perusahaan. MNC yang sering kali meminjam dalam jumlah


yang substansial mungkin memperoleh perlakuan istimewa dari para
kreditor, sehingga mengurangi biaya modal mereka. Di samping itu,
kapitalisasi dari penerbitan saham atau obligasi mereka yang relatif
besar memungkinkan mereka untuk menurunkan biaya emisi sebagai
persentase dari nilai emisi. Harus diingat bahwa hal ini semata-mata
diakibatkan oleh ukuran MNC, bukan oleh tingkat keterlibatan MNC
dalam bisnis internasional. Yaitu, perusahaan domestik murni pun
mendapat perlakuan yang sama jika ukurannya besar. Namun
pertumbuhan perusahaan bisa tertahan jika tidak mau berekspansi ke
dalam pasar internasional. Karena perusahaan multinasional bisa
meraih pertumbuhan dengan mudah dibanding perusahaan domestik
murni, mereka mungkin lebih mampu meraih ukuran yang diperlukan
untuk meraih perlakuan yang istimewa dari para kreditor.
2. Akses ke dalam pasar modal internasional. Perusahaan multinasional
bisa mendapatkan dana dari pasar-pasar modal internasional. Karena
biaya pendanaan bervariasi antar pasar, akses MNC ke dalam pasar-
pasar modal internasional memungkinkannya untuk mendapatkan dana
dengan biaya yang lebih murah dibandingkan perusahaan domestik
murni. Di samping itu, perusahaan anak bisa mendapatkan dana lokal
dengan biaya lebih murah daripada perusahaan induknya sendiri, jika
suku bunga yang berlaku di negara tamu relatif rendah. Bentuk pem-
biayaan semacam itu dapat menurunkan biaya modal, dan tidak selalu
menaikkan exposure MNC terhadap risiko nilai tukar, karena
pendapatan yang dihasilkan oleh anak perusahaan kemungkinan besar
akan didenominasi dalam valuta yang sama valuta dari pinjaman.
Dalam hal ini, anak perusahaan tidak perlu mengandalkan kebutuhan
pembiayaan dari induk, walaupun tetap membutuhkan sejumlah
bantuan manajerial dari induk.
3. Diversifikasi internasional. Biaya modal sebuah perusahaan
berhubungan erat dengan probabilitas kebangkrutannya (seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 18.1). Jika arus kas masuk sebuah
perusahaan berasal dari berbagai sumber di seluruh dunia, arus kas
masuk tersebut mungkin lebih stabil. Penalaran ini didasarkan pada
anggapan bahwa penjualan total tidak akan dipengaruhi secara
signifikan oleh satu perekonomian tunggal. Sejauh negara-negara
individual independen satu sama lain, arus kas neto dari suatu
portofolio yang terdiri dari perusahaan anak akan mengandung
variabilitas yang lebih rendah, yang bisa mengurangi probabilitas
kebangkrutan dan dengan demikian menurunkan biaya modal.
4. Exposure terhadap risiko nilai tukar. Arus kas sebuah perusahaan multi
nasional mungkin lebih bergejolak daripada arus kas perusahaan
domestik yang ada dalam industri yang sama, jika arus kas tersebut
sangat terekpos terhadap risiko nilai tukar. Perusahaan yang lebih
terekspos terhadap fluktuasi nilai tukar biasanya akan memiliki
distribusi arus kas yang lebih bergejolak di periode-periode yang akan
datang. Karena kemungkinan kebangkrutan lebih tinggi jika arus kas
masa depan lebih tidak pasti, exposure terhadap nilai tukar bisa
mengarah pada biaya modal yang lebih tinggi.
5. Exposure terhadap ‘country risk’. Sebuah perusahaan multinasional
yang mendirikan anak-anak perusahaan di luar negeri menghadapi
kemungkinan disitanya aset-aset aak perusahaan oleh pemerintah
tamu. Jika aset disita dan kompensasi yang wajar tidak disediakan,
probabilitas kebangkrutan MNC meningkat. Semakin tinggi aset MNC
yang diinvestasikan di luar negeri semakin tinggi kemungkinan
kebangkrutan (dan semakin tinggi pula biaya modal), ceteris paribus.
6. Ada bentuk-bentuk country risk lain yang tidak sama bahayanya
dengan penyitaan aset walaupun tetap mempengaruhi arus kas
perusahaan multinasional, seperti perubahan undang-undang pajak
oleh pemerintah tamu, dan sebagainya. Sebagai contoh Exxon
Corporation telah memiliki banyak pengalaman dalam menilai
kelayakan dan potensi di luar negeri. Jika Exxon melihat ada tanda-
tanda akan bergantinya pemerintah atau kebijakan pajak di suatu
negara, Exxon akan menambah premium ke dalam required rate of
return dari proyek yang berhubungan.

2.5 MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM


a. SistemInformasiManajeman (SIM)
Sistem informasi manajemen (manajement information system atau sering
dikenal dengan singkatannya MIS) merupakan penerapan system informasi di
dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
semua tingkatan manajemen. SIM (system informasi manajemen) dapat
didefenisikan sebagai kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang
bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan
informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan
perencanaan dan pengendalian. Secara teori, computer tidak harus digunakan
didalam SIM, tetapi kenyataannya tidak lah mungkin SIM yang komplek dapat
berfungsitan pamelibatkan elemen komputer. Lebih lanjut, bahwa SIM selalu
berhubungan dengan pengolahan informasi yang didasarkan pada komputer
(computer-based information processing). SIM merupakan kumpulan dari sistem-
sistem informasi. SIM tergantung dari besar kecilnya organisasi dapat terdiri dari
sistem-sistem informasi sebagai berikut:
1. Sistem informasi akuntansi (accounting information system), menyediakan
informasi dari transaksi keuangan.
2. Sistem informasi pemasaran (marketing information system), menyediakan
informasi untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran,
kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan dengan
pemasaran.
3. Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management information
system).
4. Sistemi nformasi personalia (personnel information systems)
5. Sistem informasi distribusi (distribution information systems)
6. Sistem informasi pembelian (purchasing information systems)
7. Sistem informasi kekayaan (treasury information systems)
8. Sistem informasi analisis kredit (credit analiysis information systems)
9. Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development
information systems)
10. Sistem informasi teknik (engineering information systems)
Semua sistem-sistem informasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan
informasi kepada semua tingkatan manajemen, yaitu manajemen tingkat bawah
(lower level management), managemen tingkat menengah (middle level
management) dan manajemen tingkat atas (top level management

Kegunaan / FungsiSistemInformasiManajemen
Supaya informasi yang dihasilkan oleh system informasi dapat berguna bagi
manajamen, maka analis system harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan
informasi yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk
masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan
dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi
memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen,
baik yang meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan
yang strategis. Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada
pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas-tugas organisasi. Beberapa kegunaan/fungsi system informasi antara lain
adalah sebagai berikut:
1.Meningkatkan akses libilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi
para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara system informasi.
2.Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan system
informas isecara kritis.
3.Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
4.Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung system
informasi.
5.Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada system informasi.
6.Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari system
informasi dan teknologi baru.
7.Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan
sistem.
8.Organisasi menggunakan system informasi untuk mengolah transaksi-transaksi,
mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau
pelayanan mereka.
9.Bank menggunakan system informasi untuk mengolah cek-cek nasabah dan
membuat berbagai laporan rekening koran dan transaksi yang terjadi.
10.Perusahaan menggunakan system informasi untuk mempertahankan persediaan
pada tingkat paling rendah agar konsisten dengan jenis barang yang tersedia.
11.SIM untuk Pendukung Pengambilan Keputusan Sebuah system keputusan,
yaitu model dari system dengan mana keputusan diambil, dapat tertutup atau
terbuka. Sebuah system keputusan tertutup menganggap bahwa keputusan dipisah
dari masukkan yang tidak diketahui dari lingkungan. Dalam system ini pengambil
keputusan dianggap:
a.Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya masing-
masing
b. Memiliki metode (aturan, hubungan, dan sebagainya) yang memungkin kan dia
membuat urutan kepentingan semua alternatif.
c. Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya laba, volume
penjualan, atau kegunaan.
Konsep sebuah system keputusan tertutup jelas menganggap orang rasional yang
secara logis menguji semua alternatif, mengurutkan berdasarkan kepentingan
hasilnya, dan memilih alternatif yang membawa kepadah asil yang
terbaik/maksimal. Model kuantitatif pengambilan keputusan biasanya adalah
model system keputusan tertutup. Sebuah system keputusan terbuka memandang
keputusan sebagai berada dalam suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak
diketahui. Keputusan dipengaruhi oleh lingkungan dan pada gilirannya proses
keputusan kemudian mempengaruhi lingkungan. Pengambilan keputusan
dianggap tidak harus logis dan sepenuhnya rasional, tetap ilebih banyak
memperlihatkan rasionalitas hanya dalam batas yang dikemukakan oleh latar
belakang, pandangan atas alternatif, kemampuan menangani suatu model
keputusan, dan sebagainya.

12.SIM Berdasarkan Aktivitas/Kegiatan Manajemen


Kegiatan dan proses informasi untuk tigatingkat adalah saling berhubungan.
Contohnya pengendalian inventaris pada tingkata noperasional bergantung pada
proses yang tepat daritransaksi; pada tingkat dari pengendalian manajemen,
pembuatan keputusan tentang keamanan persediaan dan frekuensi memesan lagi
bergantung pada pembetulan ringkasan dari hasil operasi-operasi; pada tingkat
strategi, hasil dalam operasi-operasi dan pengendalian manajemen yang
dihubungkan pada tujuan-tujuan strategi, saingan tindak tanduk dan sebagainya
untuk mencapai strategi inventaris. Tampaknya terdapat kontras tajam antara ciri-
ciri informasi untuk perencanaan pengendalian dan taktis berada di tengahnya.

13. Sistem Informasi Untuk Pengendalian Operasional


Pengendalian operasion aladalah proses pemantapan agar kegiatan operasional
dilaksanakan secaraefektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan
prosedur dan aturan keputusan yang sudah ditentukan lebih dahulu. Sebagian
besar keputusan bias diprogramkan.
Pendukung pemrosesan untuk pengendalian operasi terdiri dari :
a. Proses transaksi
b.Proseslaporan
c.Prosespemeriksaan
Beberapa contoh di bawah ini menggambarkan jenis dukungan keputusan yang
dapat dibuat dalam system pengendalian operasion
a. Suatu transaksi penarikan kembali sediaan menghasilkan suatu dokumen
transaksi. Pengolahan transaksi juga dapat menyelidiki persediaan yang ada, dan
memutuskan apakah suatu pesanan pembelian sediaan harus diadakan.
b. Suatu pemeriksaan terhadap file pegawai menjelaskan keperluan untuk suatu
posisi. Komputer menyelidiki file pegawai menggunakan program untuk
memilihkan didata secara kasar.
c. Laporan rutin dihasilkan secara periodik. Tetapi suatu aturan keputusan yang
diprogramkan dalam suatu prosedur pengolahan laporan bias menciptakan laporan
khusus dalam suatu bidang masalah. Contoh :suatu analisis pesanan yang masih
belum dilayani setelah 30 hari.

14.Sistem Informasi Untuk Pengendalian Manajemen


Informasi pengendalian manajemen diperlukan oleh manajer departemen
untuk mengukur pekerjaan, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan
aturan keputusan baru untuk diterapkan personalia operasional, dan mengalokasi
sumber daya. Proses pengendalian manajemen memerlukan jenis informasi
berikut :
a. Pekerjaan yang telah direncanakan (standar, ekspektasi, anggaran, dll)
b. Penyimpangan dari pekerjaan yang telah direncanakan
c. Sebab penyimpangan
d. Analisis keputusan atau arah tindakan yang mungkin
Data base untuk pengendalian manajemen terdiri dari dua elemen utama : (1)
database dari operasional, dan (2) rencana, anggaran, standar, dll yang
mendefinisikan perkiraan tentang pelaksanaan, juga beberapa data eksternal
seperti perbandinganin dustri dan indeks biaya.
Proses untuk mendukung keputusan kegiatan pengendalian manajemen adalah
sebagai berikut :
a. Model perencanaan dan anggaran
b. Program-program laporanpenyimpangan
c. Model-model analisismasalah
d. Model-model keputusan
e. Model-model pemeriksaan/pertanyaan
Keluaran dari system informasi pengendalian manajemen adalah :rencana dan
anggaran, laporan yang terjadwal, laporankhusus, analisis situasi masalah,
keputusan untuk penelaahan, dan jawaban atas pertanyaan.

Hubungan SIM dengandisiplinIlmu lain


1. Akuntansimanajemen
2. Akuntansi keuangan, berhubungan dgn pengukuran pendapatan dalam suatu
Periode tertentu.
3. Akuntansi manajerial, berhubungan dgn perilaku biaya & analitss lain yg
Bermanfaat untuk keputusan manajerial
4. RisetOperasional
Penekanan pada pendekatan sistematis untuk penyelesaian masalah
5. Memakai model &prosedur matematik serta statistic dalam analisis
6. Bertujuan mencari keputusan atau kebijakan secara optimal
7. Manajemen dan TeoriOrganisasi
8. Sifat dari teori keorganisasian & pengambilan keputusan secara pribadi /
perorangan
9. Motivasi dari setiap pribadi
10. Bagian proses &pengambilan keputusan
11. Teknik kepemimpinan
12. Keorganisasian yang mengubah proses
13. Struktur & desain keorganisasian
14. Pengetahuan Komputer
Pengetahuan komputermeliputi :
a) Algoritma
b) Komputasi
c) Software
d) Stuktur data

Pokok-Pokok SIM
Sebuah system informasi manajemen bukanlah sekedar suatu perkembangan
teknologis. SIM berhubungan dengan organisasi dan dengan manusia
pengolahnya. Oleh sebab itu pemahaman utuh terhadap system informasi
keorganisasian berdasarkan computer harus juga termasuk memahami konsep-
konsep yang berhubungan dengan informasi, pemakaian informasi, dan nilai
informasi. Tanggapan berikut ini memperkenalkan konsep-konsep utama secara
singkat:
· Pokok-pokok SIM
Sebuah system informasi manajemen mengandung elemen-elemen fisik
sebagaiberikut:
1. Perangkat keras komputer
2. Perangkat lunak
a. Perangkat lunak system umum
b. Perangkat lunak terapan umum
c. Program aplikasi
3. Database (data yang tersimpan dalam media penyimpanan komputer)
4. Prosedur
5. Petugas Pengoperasian
Dalam hal penerapan, sebuah sub system terapan yang lengkap terdiri dari:
Program untuk melaksanakan pengolahan komputer
Prosedur untuk membuat terapan menjadi operasional (formulir, petunjukuntuk
operator, petunjukuntukpemakai, dan seterusnya).
Sub system terapan dapat diuraikan dalam bentuk fungsi keorganisasian yang
mendukung (pemasaran, produksi, dan sebagainya) atau dalam bentuk jenis
kegiatan yang tengah dilaksanakan.

SIM Menurut Para Ahli


Suatu system sangatlah dibutuhkan dalam suatu perusahaan atau instansi
pemerintahan, karena system sangatlah menunjang terhadap kinerja perusahaan
atau instansi pemerintah, baik yang berskala kecil maupun besar. Supaya dapat
berjalan dengan baik diperlukan kerjasama diantara unsur-unsur yang terkait
dalam system tersebut.

Ada berbagai pendapat yang mendefinisikan pengertian sistem, seperti


dibawah ini :

1. MenurutJogiyanto
“Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan tertentu”.(Jogiyanto,2005,2).
2. Menurut George M.Scott
Sistem informasi adalah sistem yang diciptakan oleh para analisis dan manajer
guna melaksanakan tugas khusus tertentu yang sangat esensial bagi berfungsinya
organisasi’. (George M.Scott,2001;4)
3. Menurut Robert A.leitch dan K.Roscoe davi
‘Sistem informasi adalah suatu system didalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian ,mendukung operasi
,bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan’. (Jogiyanto,2005;11)
4. Menurut George M.Scott,
‘Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian Sub-sistem informasi yang
menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu yang
mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara
guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas
dasar criteria.

ManfaatSistemInformasiManajemen
Ada beberapa manfaat system informasi manajemen. Antara lain sebagai berikut.
1. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan system
informasi secara kritis.
2. Meningkatkan aksesbilitas data yang ada secara akurat dan tepat waktu bagi para
pemakai, tanpa mengharuskan adanya perantara system informasi.
3. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung system
informasi.
4. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.

2.6 Management Information & Hyperinflation


FAS No. 52 mengamanatkan penggunaan metode terjemahan temporal,
yang dijelaskan dalam Bab 6,dalam mengkonsolidasikan akun afiliasi asing yang
berdomisili di lingkungan inflasi tinggi.Meskipun FAS No. 52 dan pernyataan
nasional serupa memberikan
pedoman yang berguna dalam menyiapkan laporan mata uang keras, mereka tidak
memenuhi
kebutuhan informasi perusahaan yang beroperasi di negara-negara dengan inflasi
tinggi.
Dalam inflasi tinggi lingkungan, laporan keuangan disusun sesuai dengan FAS
No. 52 cenderung mendistorsi kenyataan dari
 Mengabaikan atau mengecilkan pendapatan dan pengeluaran
 Melaporkan keuntungan atau kerugian terjemahan besar yang sulit
ditafsirkan
 Mendistorsi perbandingan kinerja dari waktu ke waktu
Kerangka pelaporan kami mengatasi keterbatasan ini dan didasarkan pada hal-hal
berikut
asumsi :
1. Tujuan manajemen untuk memaksimalkan nilai perusahaan dibingkai dalam hal
mata uang yang menyimpan nilainya (mis., mata uang keras). Dengan demikian,
cara terbaik untuk mengukur kinerja afiliasi yang terletak di lingkungan inflasi
tinggi adalah
dalam hal mata uang keras
2. Model kami juga secara implisit mengasumsikan bahwa tingkat inflasi, nilai
tukar, dan bunga harga saling terkait. (Asumsi ini tidak penting untuk
proposal.)Konvensi pelaporan umum dalam akuntansi untuk transaksi mata uang
asing adalah untuk catat pendapatan dan pengeluaran dengan nilai tukar yang
berlaku pada tanggal laporan keuangan. (Penggunaan kurs rata-rata juga umum.)
Pilihan yang lebih baik adalah melaporkan transaksi mata uang lokal.
pada nilai tukar yang berlaku pada tanggal pembayaran. Merekam transaksi kapan
saja
tanggal lain mengacaukan proses pengukuran dengan memperkenalkan
keuntungan atau kerugian dalam pembelian kekuatan uang atau, sebagai alternatif,
bunga implisit ke dalam transaksi pertukaran.Di pasar yang sangat kompetitif,
semua transaksi mata uang lokal akan dilakukan secara tunai.
Dengan inflasi, menguntungkan bagi pembeli untuk menunda pembayaran selama
mungkin
dan bagi penjual untuk mempercepat koleksi. Tanggal pembayaran ditentukan
oleh pesaing
kekuatan pihak-pihak yang berkontrak. Perawatan pelaporan yang kami
rekomendasikan menghasilkan nomor yang dilaporkan dapat diandalkan, dapat
ditafsirkan secara ekonomi, dan simetris dalam pengertian bahwa transaksi yang
serupa secara ekonomi menghasilkan laporan keuangan yang serupa angka saat
diterjemahkan ke dalam mata uang umum. Bisa dikatakan bahwa model
menggunakan akuntansi akrual dengan mentalitas akuntansi kas.
Sebuah contoh akan menyoroti keuntungan dan kerugian terjemahan yang
dihasilkan oleh FAS No. 52 pelaporan. Sementara banyak yang mengaitkan
keuntungan atau kerugian dalam contoh kita dengan valuta asing risiko, mereka
benar-benar karena akuntansi yang tidak benar untuk peristiwa yang terjadi di atas
garis. Berikut ini adalah asumsi kerja kami:

• Devaluasi Inflasi dan Dolar Zimbabwe (ZWD) adalah 30 persen per bulan atau
1,2 persen per hari kerja.
• Nilai tukar pada interval yang dipilih untuk bulan 1 dan 2 adalah:
1/1 100.0
1/10 109.6
1/20 119.6
1/30 130.0
2/10 141.6
2/20 154.5
2/30 169.0

Tingkat bunga riil adalah 1,5 persen per bulan atau 20 persen per tahun.

• Saldo kas disimpan dalam mata uang keras (dolar AS).


• Tingkat akhir bulan digunakan untuk mencatat transaksi pengeluaran.

2.7 Issue in financial control

1. Kurangnya perencanaan yang tepat:

Usaha sektor publik menghabiskan terlalu banyak untuk konstruksi dan juga
mendesain. Ini terutama karena kurangnya perencanaan yang tepat.

Kurangnya perencanaan yang tepat menghasilkan drainase dana yang besar dan
dengan demikian ada masalah keuangan yang serius.

2. Rasio input-output yang tidak menguntungkan:

Usaha sektor publik dikapitalisasi berlebihan dengan hasil bahwa terdapat rasio
input-output yang tidak menguntungkan. Perencanaan yang tidak memadai,
keterlambatan yang berlebihan dalam konstruksi, dll., Adalah penyebab dari
kapitalisasi berlebihan.

3. Biaya modal:

Saat ini di sektor publik, biaya modal tidak termasuk biaya meningkatkan modal
dari berbagai jenis dan biaya ini tidak diperhitungkan dengan harga pasar. Hal ini
mengakibatkan meremehkan biaya modal. Akibatnya, itu mengarah pada
penetapan harga yang tidak realistis dan tren pasar yang diremehkan. Bahkan
menjadi sulit untuk memperkirakan tingkat untung dan rugi juga.

4. Masalah harga:

Masalah lain dari upaya sektor publik adalah memperbaiki harga barang yang
diproduksi. Seperti yang kita ketahui bahwa kecuali kebijakan penetapan harga
masuk akal, kekhawatiran yang baik pun dapat mengalami kerugian. Usaha sektor
publik di India menghadapi masalah keuangan serius karena mereka tidak
mengikuti kebijakan penetapan harga yang seragam.

5. Masalah surplus

Di bidang keuangan, masalah lain adalah menyatakan surplus. Dari surplus kami
maksudkan sumber daya yang tersedia sebagai surplus, setelah dikurangi biaya
kerja, penggantian normal, pembayaran bunga dan dividen. Tetapi sekali lagi
dalam upaya sektor publik belum ditemukan kemungkinan untuk menerapkan
kebijakan untuk menyatakan surplus. Tidak ada prinsip pemotongan yang jelas
dalam hal ini telah ditetapkan oleh Pemerintah untuk panduan usaha sektor publik.

6. Masalah meningkatkan pinjaman:

Semua usaha sektor publik dijalankan dengan keuangan Pemerintah. Sekarang ini
pada gilirannya menimbulkan banyak masalah. Kadang-kadang Pemerintah
mungkin merasa kesulitan untuk membiayai sektor publik yang melakukan kasus-
kasus seperti itu, jika urusan ini bergantung pada pasar modal, mereka terikat
untuk mengganggu struktur keuangan pasar.

7. Masalah penganggaran:

Masih masalah lain adalah penganggaran. Terlihat bahwa sebagian besar usaha
sektor publik tidak memiliki sistem penganggaran yang serius. Anggaran tentu
saja disiapkan, tetapi ini terutama dengan maksud untuk memperoleh dana dari
Pemerintah.

Perkiraan anggaran dijaga sangat tinggi untuk memberikan margin bagi


pemotongan dan ketika pemotongan tidak dilakukan sampai sejauh mana
anggaran tersebut dimasukkan, perkiraan anggaran, seluruh kegiatan menjadi
tidak realistis.

Itulah sebabnya biasanya ada perbedaan besar antara taksiran anggaran dan
pengeluaran aktual. Bukan hanya ini, tetapi ada masalah lain yaitu bahwa dalam
melakukan publik pengeluaran di India tidak terkait dengan kinerja dan target
yang dicapai.

8. Masalah pendelegasian wewenang:

Terlihat bahwa biasanya tidak ada pendelegasian wewenang di sektor publik yang
melakukan dengan hasil bahwa persetujuan sebelumnya dari otoritas yang
kompeten harus diperoleh untuk menimbulkan pengeluaran. Hal ini
mengakibatkan kelebihan beban seseorang dengan pekerjaan dan setelah bangun
ia dapat melakukan banyak kesalahan juga.

9. Audit internal:

Akun setiap usaha sektor publik diaudit secara teratur. Tujuan utama dari audit
semacam itu adalah bahwa penyimpangan keuangan utama terungkap sehingga
hal ini tidak dilakukan berulang kali. Tetapi di bidang keuangan, auditor internal
menciptakan banyak masalah.

Alih-alih memperlancar semuanya, mereka mencoba untuk membuat komplikasi


dan bundel dan dalam banyak kasus audit internal terbukti lebih sulit untuk retak
daripada audit eksternal atau luar untuk retak daripada audit eksternal atau luar
yang dilakukan oleh otoritas hukum.

10. Peran dan tanggung jawab penasihat keuangan:

Apakah itu sektor publik atau swasta yang melakukan itu, sangat diinginkan
bahwa keuangan harus diperiksa dan dikendalikan dengan benar. Di sektor publik,
melakukan tugas seperti itu dikatakan bertanggung jawab untuk menciptakan
banyak masalah.
Dia tidak menganggap dirinya bagian dari keseluruhan sistem manajemen. Dia
merasa bahwa satu-satunya tanggung jawabnya adalah untuk mematuhi aturan
keuangan tanpa memperhatikan kesulitan yang akan ditimbulkan oleh kepatuhan
mereka. Dia tidak merasa dirinya bagian dari keseluruhan sistem tetapi berpikir
dirinya berada di luar sistem, yang pasti akan menghasilkan banyak masalah dan
komplikasi serius.

11. Masalah kepemilikan persediaan:

Di semua sektor publik, holding inventaris sangat tinggi; telah diperkirakan


daripada secara keseluruhan di sektor publik yang melakukan kepemilikan
inventaris jauh lebih tinggi daripada modal kerja. Dalam beberapa usaha
inventaris adalah produksi lebih dari 2 tahun dengan hasil bahwa inti rupee
ditahan tanpa alasan. Persediaan seperti itu jelas memengaruhi rasio output modal.

12. Masalah menelepon Laporan:

Satu lagi masalah yang sering dihadapi sektor publik adalah menyerahkan laporan
kepada kementerian administrasi. Setiap kementerian membutuhkan terlalu
banyak laporan, baik dari manajemen keuangan maupun administrasi. Perhatian
manajemen keuangan dialihkan ke pernyataan-pernyataan ini. Ini menjadi
menjengkelkan karena mesin administratif tidak menggunakan laporan-laporan
yang menjadi alasannya.

13. Masalah kinerja:

Apakah manajemen keuangan bekerja dengan sukses atau tidak, itu harus
dikaitkan dengan kinerjanya. Demikian pula manajemen keuangan juga harus
dinilai oleh ekonomi yang telah terpengaruh tanpa mengurangi efisiensi atau
permusuhan dari para pekerja. Tetapi sekali lagi manajemen keuangan dihadapkan
dengan banyak masalah, tentu saja dikritik di mana-mana, tetapi sejauh ini tidak
ada cara dan metode yang dapat menguji kinerja.

14. Kebijakan pelepasan investasi dari Pemerintah:


Sebagai bagian dari privatisasi, Pemerintah. telah mengikuti pelepasan kebijakan,
di mana usaha sektor publik perlahan-lahan menjadi pribadi. Bahkan ada
kementerian yang bertugas untuk menjaga pelepasan investasi di sektor publik.
Jika tren ini terus berlanjut, kecuali beberapa, banyak usaha sektor publik dapat
menjadi pribadi, di masa yang akan datang dan masalah baru mungkin muncul
dalam organisasi tersebut.

2.8 BIAYA STRATEGIS

Sementara produk dan system penetapan biaya standar secara tradisional


memainkan peran utama dalam pengendalian biaya, perusahaan-perusahaan
Jepang tertentu telah memperkenalkan konsep-konsep biaya yang memperkuat
strategi manufaktur global mereka. Dengan demikian mereka telah
meningkatkan proses pengendalian biaya, dan yang lebih penting, telah
menetapkan hubungan langsungan tara praktik akuntansi manajemen dan tujuan
perusahaan. Dalam mengendalikan biaya pada tahap pembuatan, banyak
perusahaan di seluruh dunia menggunakan system penetapan biaya standar yang
pada dasarnya memperkirakan berapa biaya produksi suatu produk sebagai dasar
untuk sampai pada harga jual yang wajar . Biaya produksi actual kemudian
dibandingkan dengan perkiraan biaya. Varians yang dihasilkan antara biaya
standar dana actual diperiksa sebagai dasar untuk tindakan korektif dalam proses
produksi atau pengadaan. Proses ini dapat dianggap sebagai model
penetapanhargaberbasisbiaya. Sebaliknya,
banyakperusahaanJepangmenggunakan model penetapan harga berbasis harga.
Juga dikenal sebagai target costing, metodologi penetapan biaya strategis ini
didasarkan pada perancangan dan pembuatan produk dengan harga yang
dimaksudkan untuk memastikan keberhasilan pasar. Pertimbangkan Daihatsu
Motor Company. Siklus pengembangan produknya (yang biasanya berlangsung
selama tiga tahun) dimulai dengan manajer produksi menginstruksikan
departemen Daihatsu untuk menyerahkan spesifikasi desain dan kinerja yang
mereka yakini harus di penuhi oleh mobil. Ini diikuti oleh perkiraan biaya
berdasarkan bukan pada berapa biaya untuk membangun mobil, tetapi pada biaya
yang diijinkan per mobil. Biaya yang diperbolehkan ini didasarkan pada
pengurangan margin laba target yang mencerminkan rencana strategis dan
proyeksi keuangan perusahaan dari harga jual target yang diyakini oleh pasar akan
diterima pasar. Meskipun digunakan sebagai target, biaya yang diijinkan tidak
statis. Selama produksi, biaya yang diijinkan dikurangi setiap bulan dengan
tingkat pengurangan biaya berdasarkan pada tujuan laba jangka pendek. Pada
tahun-tahun berikutnya, biaya actual tahun sebelumnya adalah titik awal untuk
pengurangan lebih lanjut, sehingga memastikan pemotongan biaya yang
berkelanjutan selama mobil masih dalam produksi. Sistem yang digerakkan oleh
pasarini, yang dikenal sebagai Kaizen costing, secara signifikan mengurangi
ketergantungan pada system penetapan biaya standar tradisional. Sistem
penetapan biaya standar berupaya meminimalkan perbedaan antara biaya yang
dianggarkan dan biaya aktual. Kaizen costing menekankan pada melaku kanapa
yang diperlukan untuk mencapai tingkat kinerja yang diinginkan di bawah kondisi
pasar yang kompetitif. Gambar 10-10 merangkum perbedaan utama antara konsep
biaya standar dan kaizen. Konsep penetapan biaya strategis lain yang
diperkenalkan oleh Jepang adalah penetapan biaya perilaku. Dalam system
penetapan biaya proses, overhead diterapkan pada barang atau layanan rutin
menggunakan tingkat aplikasi overhead. Dari perspektif akuntansi biaya
tradisional, overhead manufaktur dialokasikan untuk produk berdasarkan sebab-
akibat. Meskipun intensitas modal banyak pabrikan Jepang, penggunaan tenaga
kerja langsung sebagai basis alokasi untuk menetapkan biaya overhead terus
berlanjut. Praktik ini mendorong manajer produksi untuk mengurangi, bukan
hanya mengakumulasi biaya (mis.,Mendorong otomatisasi). Manajer produksi
yang ingin mengurangi beban overhead dimotivasi untuk mengganti modal untuk
tenaga kerja.

2.9 EVALUASI KINERJA OPERASI LUAR NEGERI

Mengevaluasi kinerja merupakan pusat dari sistem pengendalian yang


efektif. Sistem evaluasi kinerja yang dirancang dengan tepat memungkinkan
manajemen puncak untuk ; (1) mempertimbangkan profitabilitas opera yang ada,
(2) menentukan area yang memiliki kinerja tidak seperti yang diharapkan, (3)
mengalokasikan sumber-sumber daya perusahaan yang terbatas dengan produktif,
(4) mengevaluasi kinerja manajemen, dan yang paling penting, (5) memastikan
perilaku manajemen konsisten dengan prioritas strategi. Mengembangkan suatu
sistem evaluasi kinerja yang efektif lebih tepat dikatakan sebagai suatu seni
daripada sebagai ilmu. Kerumitannya semakin meningkat untuk operasi luar
negeri. Evauasi kinerja untuk operasi luar negeri harus berhubungan dengan
kerumitan seperti volatilitas kurs, inflasi luar negeri, harga transfer, budaya
nasional yang berbeda, dan sejumlah pengaruh lingkungan lainnya. Jika faktor-
faktor ini diabaikan, kantor pusat menghadapi risiko untuk menerima ukuran-
ukuran hasil operasi yang terdistorsi. Standar kinerja yang kurang tepat mungkin
meotivasi manajer luar negeri untuk mengambill tindakan yang tidak sesuai
dengan tujuan perusahaan. Konsekuensi langsung yang timbul adalah
berkurangnya efisiensi perusahaan dan kemungkinan berkurangnya daya saing.

Kriteria Kinerja

Kelihatannya criteria tunggal tidak dapat menampung seluruh faktor kinerja yang
menjadi perhatian manajemen kantor pusat. Dua dari criteria kinerja keuangan
yang peling banyak digunakan oleh MNC ketika mengevaluasi operasi luar negeri
adalah pengembalian atas investasi (return on investment-ROI) dan kinerja yang
dianggarkan. ROI menghubungkan laba perusahaan menurut dasar investasi
tertentu; kinerja yang dianggarkan membandingkan kinerja operasi dengan
anggaran. Pengendalian anggaran berarti setiap perbedaan antara anggaran dan
kinerja actual dapat dilacak kepada manajer atau unit yang bertanggung jawab.
Sebuah studi klasik menunjukkan bahwa pengendalian anggaran lebih baik
daripada perbandingan ROI pada saat digunakan untuk mengevalusi kinerja
manajeman. Ukuran ROI mungkin lebih tepat untuk mengukur kinerja unit,
sedangkan perbandingan anggaran mungkin lebih bermanfaat dalam mengevaluasi
manajer.

Dalam sebuah studi evaluasi oleh Business International sebelumnya, baik MNC
dari AS dan non-AS yang diteliti menyatakan bahwa criteria keuangan paling
penting yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja unit-unit luar negeri adalah
laba yang dianggarkan versus laba actual, baru diikuti oleh ROI. Juga yang
dianggap relative penting adalah penjualan yang dianggarkan versus penjualan
aktual, pengembalian atas penjualan, pengembalian atas aktiva, pengembalian atas
investasi yang dianggarkan versus actual, dan arus kas operasi. Namun demikian,
untuk arus kas perusahaan multinasional di AS cenderung untuk menekan arus
kas untuk induk perusahaan, sedangkan perusahaan multinasional non-AS lebih
menyukai arus kas untuk anak perusahaan luar negeri. Hal yang menarik adalah
kedua kelompok memberikan perhatian yang kecil terhadap istilah laba sisa yang
direkomendasikan dalam literatur.

Banyak perusahaan yang tidak membatasi criteria pengukuran sebatas pada


faktor-faktor keuangan. Kriteria nonkeuangan Menekan ukuran keuangan dengan
memberikan perhatian terhadap tindakan-tindakan yang mungkin secara
signifikan memengaruhi kinerja jangka panjang. Kriteria ini sangat penting
khususya dalam memisahkan kinerja manajemen dan unit.

Ukuran-ukuran nonkeuangan yang penting mencangkup pangsa pasar, inovasi


produk dan proses, pengembangan personalia (terkait dalam hal jumlah orang
yang dipromosikan relative terhadap jumlah orang yang dapat dipromosikan) dan
moral karyawan (yang ditentukan berdasarkan survey pendapat internal) dan
ukuran produktivitas. Yang tidak dapat dianggap kurang penting adalah kinerja
dalam tanggung jawab social dan hubungan dengan pemerintah Negara tuan
rumah. Faktor-faktor nonkeuangan tersebut sangat penting untuk memastikan
berkelanjutannya keberhasilan di luar negeri.

2.10 STANDAR KINERJA


Suatu perusahaan mungkin telah memiliki beberapa standar dalam lingkup
perusahaan, seperti tingkat ROI minimum yang diminta, yang berlaku untuk anak
perusahaan sendiri-sendiri atau untuk lini produk; atau perusahaan dapat
menentukan tingkat ROI berbeda atau acuan lain (seperti margin kotor) untuk
anak perusahaan atau lini produk yang berbeda. Standar ini dapat disatukan ke
dalam anggaran dan kemudian dapat dibandingkan dengan hasil yang dicapai.
Kinerja juga dapat diukur antarwaktu. Perusahaan dapat menetapkan peningkatan
resmi dalam resiko tertentu atau laba. kinerja masa lalu biasanya signifikan
digunakan untuk membuat anggaran periode berikutnya. Akhirnya, perusahaan
dapat membandingkan kinerja luar negerinya sendiri dengan kinerja para pesaing
atau membandingkan satu unitnya sendiri dengan unit yang lain.

Berikut ini adalah beberapa masukan yang mungkin menjadi tuntutan bermanfaat
bagi mereka yang mengevaluasi hasil operasi luar negeri:

1. Anak perusahaan luar neggeri harusnya tidak dievaluasi sebagai pusat laba
independen apabila menjadi komponen strategis dari suatu sistem multinasional.
2. Criteria pengembalian atas investasi perusahaan harus di lengkapi dengan
ukuran-ukuran kinerja yang diarahkan untuk tujuan-tujuan dan lingkungan
tertentu masing-masing unit luar negeri.

3. Tujuan tertentu yang mempertimbangkan lingkungan interna dan eksternal


masing-masing anak perusahaan harus dimasukkann ke dalam anggaran kinerja.

4. Kinerja anak perusahaan dievaluasi dalam hal apakah terdpat penyimpangan


dari tujuannya, alasan penyimpangan dan respons manajemen terhadap
perkembangan yang tak terduga.

5. Manajer anak perusahaan harusnya tidak bertanggung jawab untuk hasil-


hasil yang berada di luar kendali mereka (baik di Negara asal maupun di luar
negeri).

6. Manajer anak perusahaan yang kinerjanya diukur harus berpartisipasi penuh


dalam menentukan tujuan-tujuan yang akan digunakan untuk menilai mereka.
7. Berbagai ukuran kinerja, baik financial maupun nonfinansial, harus
digunakan ketika mengevaluasi operasi luar negeri.

ISU-ISU EVALUASI KINERJA

Anggaran, baik jangka panjang maupun jangka pendek, merupakan rencana


pokok. Harga transfer dan perhitungan biaya berdasarkan target dapat
mempengaruhi harga. Pada akhirnya rencana ini harus diimplementasikan.
Dengan bantuan dari teknik ini, baik sendirian maupun sebagai rencana yang
dikombinasikan, manajer harus melakukannya jika perusahaan ingin
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dengan demikian kinerja dari mereka
yang melaksanakan rencana perlu diukur dan diberi penghargaan. Mengukur
kinerja individu, divisi, atau bahkan perusahaan secara tepat tidak sederhana
ataupun mudah. Salah satu alasannya adalah dasar-dasar hasil pengukuran yang
berbeda dalam ukuran-ukuran kinerja yang berbeda. Selain itu, individu atau unit
yang dievaluasi tidak mengendalikan banyak kejadian yang mempengaruhi
kinerja. Perbedaan strategis di anak-anak perusahaan mungkin juga berakibat pada
ukuran evaluasi kinerja yang berbeda-beda.

Berbagai kejadian yang mempengaruhi evaluasi kinerja di luar kendali manajer


atau anak perusahaan. Pertama-tama, mari kita membahas tentang dasar dari
pengukuran. Ada banyak kriteria yang mungkin untuk menilai kinerja. Lebih jauh
lagi, tidak ada dasar tunggal yang sama-sama tepat untuk semua unit dalam
perusahaan multinasional. Contohnya, unit produksi lebih cocok dievaluasi
berdasarkan pengurangan biaya, pengendalian kualitas, pemenuhan target
pengiriman (tanggal dan kuantitas), dan ukuran efisiensi lainnya. Sedangkan
untuk anak perusahaan penjual, ukuran-ukuran tersebut kurang tepat dibandingkan
ukuran seperti pangsa pasar, jumlah pelanggan baru, atau ukuran efektivitas
lainnya. Demikian juga profitabilitas mungkin cocok untuk anak perusahaan yang
benar-benar merupakan pusat laba, tapi tidak cocok bagi anak perusahaan yang
bertempat di negara dengan tarif pajak tinggi, yang demi minimalisasi pajak
global diinstruksikan untuk meminimalkan laba atau bahkan memaksimalkan
kerugian. Situasi ini mendorong pada keinginan dan kelayakan akan penggunaan
banyak dasar untuk pengukuran kinerja – yaitu dasar pengukuran yang berbeda
untuk jenis operasi yang berbeda di negara yang berbeda. Bagaimanapun, bahkan
penggunaan banyak ukuran juga memiliki masalah. Pertama, lebih sulit untuk
membandingkan kinerja unit berbeda yang diukur dengan kriteria berbeda. Kedua,
lebih mahal untuk menetapkan dan melaksanakan sistem yang menggunakan
banyak kriteria. Oleh karena itu, keputusan harus didasarkan pada analisis
kerugian-manfaat. Borkowski (1999) menjelaskan bahwa jika tujuan utama dari
perusahaan adalah untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham,
menggunakan kriteria kinerja yang sama memungkinkan perusahaan untuk tetap
mengingat tujuannya dan bertindak secara konsisten untuk mencapainya.

Saling ketergantungan di antara operasi-operasi dari sebuah perusahaan


multinasional dapat mempersulit masalah. Contohnya, sebuah perusahaan mobil
multinasional mungkin memproduksi bajanya di Jepang, dicap di Amerika
Serikat, bannya dari Kanada, gandarnya buatan Meksiko, mesinnya buatan
Jerman, dan radionya dari Taiwan, semuanya terakhir dirakit di Amerika Serikat.
Jika salah satu bagian dari operasinya yang berjauhan mengalami masalah kinerja,
masalah operasi tersebut akan menyebar ke operasi lainnya. Dengan demikian
pemogokan di Jerman dapat mempengaruhi kinerja anak perusahaan Jerman,
pabrik perakitan di Amerika Serikat, dan semua anak perusahaan penjual di
seluruh dunia. Evaluasi kinerja yang tepat harus mengeliminasi dampak yang
tidak dapat dikendalikan ini terhadap anak-anak perusahaan yang independen
sebagaimana anak perusahaan di Jerman. Lebih jauh lagi, jika selain dari harga
transfer arm’s length yang digunakan untuk penjualan intrakorporasi, hasil yang
dilaporkan tidak akan mencakup pengendalian dari anak perusahaan yang
membeli dan menjual (kecuali mereka setuju dengan harga transfer tersebut), dan
dalam beberapa kasus tidak akan mencerminkan kinerja sebenarnya.

Menghubungkan Evaluasi dengan Kinerja Secara Tepat

Salah satu aspek yang lebih aneh dari studi empiris yang didiskusikan sebelumnya
dalam chapter ini adalah penemuan bahwa perusahaan-perusahaan multinasional
terutama dari negara Barat mengandalkan ROI sebagai salah satu ukuran kinerja
yang paling penting atau utama. Ketika transfer intrakorporasi signifikan dan
bukan pada harga arm’s length, pembilang pendapatan untuk ROI sangat berubah-
ubah dan samar-samar. Selain itu, manajer anak perusahaan yang evaluasinya
didasarkan pada ROI mungkin memilih untuk meminjam dengan jumlah besar
dalam mata uang lokal. Hal ini mempengaruhi kapasitas peminjaman di seluruh
perusahaan dan kemungkinan besar harga sahamnya, dan mungkin membawa
laporan keuangan konsolidasi perusahaan induk pada kerugian mata uang asing
yang signifikan jika pinjaman dalam mata uang yang harganya tetap. Mungkin
yang paling penting, ROI tidak tepat untuk beberapa operasi asing, seperti anak
perusahaan yang hanya memproduksi untuk anak perusahaan lainnya, anak
perusahaan penjual membeli semua produknya dari anak perusahaan lainnya, atau
anak perusahaan yang berusaha masuk ke pasar yang sangat kompetitif dan
bermarjin rendah. Masalah yang berkaitan dengan penggunaan ROI sebagai
ukuran standar atas kinerja juga berlaku bagi ukuran lainnya.

Kebutuhan akan standarisasi membawa kita kembali ke satu metode evaluasi


kinerja yang dapat memenuhi sebagian besar kriteria tanpa pembatasan yang tidak
semestinya: perbandingan kinerja dengan neraca. Metode ini memungkinkan
setiap afiliasi untuk menilai dirinya sendiri, menurut rencana yang ia tetapkan, dan
dapat digunakan untuk membandingkan kinerja anak perusahaan. Walaupun
demikian, metode tersebut merupakan dasar yang layak untuk pengukuran kinerja
hanya bila rencana semula logis dan masuk akal. Ini merupakan salah satu bahaya
dari teknik perbandingan terhadap rencana. Bahaya lainnya adalah bahwa usaha
yang dicurahkan manajer terhadap rencana semakin dikuatkan oleh keinginan
untuk melampaui ekspektasi rencana. Contohnya, mereka mungkin dengan
sengaja memproyeksikan gambar yang buram. Walaupun demikian, bila proses
perencanaan dan penganggaran cukup hati-hati, partisipatif, dan jujur, maka kedua
bahaya ini dapat diminimalkan.

Mengevaluasi kinerja luar negeri merupakan pusat dari system


pengendalian yang efektif
System evaluasi kinerja yang dirancang dengan tepat memungkinkan manajemen
puncak untuk :

1. Mempertimbangkan profitabilitas operasi yang ada.

2. Menentukan area yang memiliki kinerja tidak seperti yang diharapkan.

3. Mengalokasikan sumber-sumber daya perusahaan yang terbatas dengan


produktif.

4. Mengevaluasi kinerja manajemen

5. Memastikan prilaku manajemen konsisten dengan prioritas startegis.

Evaluasi kinerja untuk operasi luar negeri harus berhubungan dengan kerumitan
seperti volatilitas kurs, inflasi luar negeri, harga transfer, budaya nasional yang
berbeda, dan sejumlah pengaruh lingkungan lainnya. Jika faktor-faktor ini
diabaikan, kantor pusat menghadapi resiko untuk menerima ukuran-ukuran hasil
operasi yang terdistorsi.

Standar kinerja yang kurang tepat memungkin memotivasi manajer luar negeri
untuk mengambil tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan.
Konsekuensi langsung yang timbul adalah berkurangnya berkurangnya efensiensi
perusahaan dan kemungkinan berkurangnya daya saing.

Konsisten
Hasil penelitian menunjukan bahwa tujuan utama evaluasi kinerja adalah untuk
memastikan profitabilitas. Namun demikian, terdapat potensi untuk terjadinya
konflik apabila system evaluasi kinerja tidak sesuai dengan sifat khusus operasi
luar negeri yang mungkin memiliki tujuan yang berbeda dari laba jangka pendek.
Demikian pula, penekanan pada profitabilitas dan efesiensi jangka pendek dapat
mengahlikan perhatian dari strategi perusahaan dan manufaktur yang penting dan
meniadakan kariayan perusahaan.
Berdasarkan keunikan misi tiap-tiap anak perusahaan luar negeri, system evaluasi
kinerja harus memungkinkan bagaimana tujuan anak perusahaan sesuai dengan
keseluruhan tujuan perusahaan. Misalkan, jika tujuan suatu anak perusahaan luar
negeri adalah untuk menghasilkan komponen untuk unit lain dalam system
perusahaan, maka tujuan itu harus dievaluasi dalam aspek bagaimana harga,
produksi, kualitas, dan jadwal pengiriman bila dibandingkan dengan sumber-
sumber pasokan lain. Manajer anak perusahaan harus berpartisipasi penuh dalam
menentukan tujuan yang ingin dicapai. Partisipasi tersebut membantu dalam
memastikan bahwa mereka akan dievaluasi berdasarkan kerangka kerja yang
sensitive terhadap kondisi operasi local dan konsisten dengan tujuan perusahaan
secara keseluruhan. Perusahaan harus yakin untuk tidak mengorbankan tujuan
jangka panjang karena manajer anak perusahaan terlalu sibuk dengan hasil jangka
pendek. Kepatuhan terhadap tujuan jangka panjang dapat dicapai dengan
memastikan bahwa tujuan kinerja jangka pendek dan insentif manajemen
terpenuhi di dalam rencana strategi perusahaan .

STANDAR KINERJA
Setelah pertanyaan pengukuran diselesaikan, perusahaan harus
mengembangkan standar yang berarti untuk mengevaluasi kinerja. Tetapi standar
apa yang sesuai untuk perusahaan dengan operasi di seluruh dunia? Mari kita lihat
beberapa kemungkinan. Suatu perusahaan
dapat memiliki standar korporat tertentu, seperti ROI minimum yang disyaratkan,
yang berlaku untuk masing-masing anak perusahaan atau lini produk; atau dapat
menetapkan level ROI yang berbeda atau tolok ukur lain (seperti margin kotor)
untuk anak perusahaan atau lini produk yang berbeda. Standar-standar ini dapat
dimasukkan kedalam anggaran dan nantinya dapat dibandingkan dengan hasilnya.
Kinerja juga dapat diukur dari waktu ke waktu. Perusahaan dapat meminta
peningkatan rasio atau pendapatan tertentu. Kinerja masa lalu biasanya signifikan
dalam mengembangkan anggaran periode berikutnya. Akhirnya, perusahaan dapat
membandingkan kinerja mereka sendiri di luar negeri dengan pesaing atau
membandingkan unitnya sendiri satu sama lain. Membandingkan kinerja unit
asing dengan pesaing mereka dapat bermanfaat. Pada saat yang sama,
perbandingan ini memiliki banyak jebakan. (Lihat Bab 9 untuk pembahasan yang
lebih luas tentang masalah yang terlibat dalam menganalisis laporan keuangan
asing.) Misalnya, ketika pesaing adalah perusahaan lokal, masalah ketersediaan
dan kecukupan data mungkin cukup besar, terutama jika pesaing dimiliki secara
pribadi. Ketika data tersedia, perbandingan mungkin sulit. Kebijakan penetapan
harga transfer pesaing dan prinsip akuntansi mungkin tidak dapat ditentukan.
Perbandingan lintas batas memperparah masalah ini lebih jauh.
Membandingkan anak perusahaan
dengan unit lain dari perusahaan induk, baik di dalam maupun di luar negeri, juga
harus dilakukan dengan hati-hati ketika pertanyaan tentang perbandingan dapat
muncul kembali. Perbedaan dalam tujuan anak perusahaan akan secara otomati s
membiaskan perbandingan kinerja kecuali secara langsung diperhitungkan.
Bahkan jika tujuan anak perusahaan adalah sama, perbedaan dalam profilrisiko
negara harus dipertimbangkan. Jika tingkat risiko yang lebih tinggi harus
diimbangi dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, masuk akal untuk
mengharapkan profitabilitas yang lebih tinggi dari operasi di negara-negara
berisiko. Namun, hingga saat ini, tidak ada formula tunggal yang disepakati yang
memandu bagaimana memasuk kan risiko negara ini dalam menilai kinerja anak
perusahaan. Banyak perusahaan memerlukan periode pengembalian yang lebih
pendek, menyesuaikan proyeksiarus kas untuk risiko, atau menaikkan tingkat
pengembalian yang diperlukan ketika mempertimbangkan investasi dalam risiko
negara. ROI siap disesuaikan dengan risiko politik karena seseorang dapat
menetapkan ROI yang diinginkan untuk memasukkan premi sejalan dengan risiko
di negara tertentu (diimbangi oleh risiko yang dihasilkan oleh diversifikasi
geografis dari portofolio operasi perusahaan asing) . Menerapkan premi risiko
untuk tujuan ROI tidak dapat dihindari subjektif, tetapi prosesnya dapat dibuat
sistematis. Salah satu pendekatan adalah untuk menyesuaikan ROI seluruh
perusahaan dengan indeks risiko numerik yang dikembangkan untuk masing-
masing negara. Misalnya, asumsikan bahwa layanan penilaian risiko negara-per-
negara, seperti Business International, memberikan skor total 65 dari 100 poin
yang mungkin ke Negara Y. (Angka yang lebih tinggi menunjukkan risiko negara
yang lebih rendah.) Jika target perusahaan di seluruh dunia ROI adalah 15 persen,
target ROI yang disesuaikan dengan risiko Negara Y adalah sekitar 23 persen (15
dibagi 65 persen). Jika indeks risiko Country Z adalah 75, target ROI akan
menjadi 20 persen (15 dibagi dengan 75 persen). Di bawah sistem ini, perbedaan
antara ROI aktual anak perusahaan dan ROI yang dianggarkannya dihitung dan
digunakan untuk membandingkan kinerja anak perusahaan di berbagai negara.
Dalam contoh ini, jika ROI aktual satu anak perusahaan di Negara Y adalah 23,5
persen dan ROI anak perusahaan lain di Negara Z adalah 21 persen, anak
perusahaan di Negara Z akan berkinerja lebih baik, karena varians dari ROI yang
dianggarkan positif 1 persen versus 0,5 persen untuk anak perusahaan di Negara
Y. Indeks risiko secara keseluruhan mungkin tidak mencerminkan risiko yang
dihadapi anak perusahaan asing tertentu. Misalnya, paparan risiko anak
perusahaan perusahaan minyak mungkin berbeda dari produsen barang konsumen
di negara yang sama. Dengan demikian, indeks risiko harus dimodifikasi untuk
mencerminkan risiko spesifik untuk setiap unit. Namun, isu penting lainnya
adalah apakah standar ROI seluruh perusahaan harus diterapkan sama sekali.
Evaluasi kinerja berdasarkan pada satu standar seluruh perusahaan pada umumnya
tidak memuaskan. Anggaran kinerja adalah standar perbandingan yang lebih
berguna untuk operasi multinasional. Anggaran realistis memungkinkan target
kinerja untuk memasukkan pertimbangan yang unik untuk unit tertentu.
Perbandingan kinerja aktual dengan anggaran juga memungkinkan manajemen
kantor pusat untuk membedakan hasil-hasil di mana manajer anak perusahaan
dapat dianggap bertanggung jawab dari mereka yang berada di luar kendali
mereka.
Berikut adalah tujuh peringatan yang mungkin menjadi pedoman yang
berguna bagi mereka yang mengevaluasi hasil operasi asing:

1. Anak perusahaan asing tidak boleh dievaluasi sebagai pusat laba independen
ketika mereka benar-benar komponen strategis dari sistem multinasional.
2. Pengembalian kriteria investasi di seluruh perusahaan harus dilengkapi dengan
ukuran kinerja yang disesuaikan dengan tujuan dan lingkungan spesifik masing-
masing unit asing.

3. Tujuan khusus yang mempertimbangkan lingkungan internal dan eksternal


masing-masing anak perusahaan harus dimasukkan dalam anggaran kinerja.

4. Kinerja anak perusahaan harus dievaluasi dalam hal keberangkatan dari tujuan-
tujuan ini, alasan keberangkatan tersebut, dan respons manajerial terhadap
perkembangan yang tidak terduga.

5. Manajer anak perusahaan tidak boleh dianggap bertanggung jawab atas hasil
yang berada di luar kendali mereka (di dalam dan luar negeri).

6. Anak perusahaan manajer yang kinerjanya diukur harus berpartisipasi penuh


dalam menetapkan tujuan yang akan dinilai.

7. Berbagai ukuran kinerja, finansial dan nonfinansial, harus digunakan dalam


mengevaluasi operasi asing.

Pelaporan Nilai

Kami mengakhiri bab ini dengan pengembangan akuntansi manajemen


terbaru yang berupaya menjembatani kesenjangan antara pengguna internal dan
eksternal dari informasi akuntansi. Ini mengakui bahwa manajer keuangan
memiliki tanggung jawab tidak hanya untuk memastikan kepatuhan dengan tujuan
yang dinyatakan tetapi untuk terlibat dalam penciptaan nilai. Ini mencakup
pelaporan langkah-langkah dan proses keuangan dan nonkeuangan yang
memberikan manajer dan pemegang saham mereka indikator historis dan prediktif
dari nilai pemegang saham. Ia juga mengakui bahwa informasi yang berguna bagi
manajemen juga menarik bagi investor untuk memungkinkan mereka menilai nilai
perusahaan di masa depan. Perusahaan yang menganut pelaporan nilai adalah
Infosys Technologies, disinggung dalam bab-bab sebelumnya. Berikut ini adalah
deskripsi kasus platform pelaporan nilai perusahaan. Untuk meningkatkan
transparansi dengan komunitas investasi, Infosys memberi para investor data yang
digunakan secara internal untuk mengelola urusannya. Kerangka konseptual yang
memandu pengungkapannya dipetakan di bawah:

Nilai dibuat dengan mengembangkan dan menjalankan strategi operasi


yang menghasilkan nilai sekarang bersih positif dari arus kas masa depan yang
diharapkan. Nilai dipertahankan dengan menerapkan kontrol keuangan yang baik
dan terlibat dalam manajemen risiko perusahaan yang efektif. Dengan secara
konsisten memenuhi janjinya, manajemen membantu meyakinkan investor bahwa
mereka akan menuai manfaat yang telah diciptakan bisnis. Karena laporan
keuangan tradisional perusahaan memiliki orientasi historis, Infosys memberikan
serangkaian informasi nonkeuangan yang terkait dengan penciptaan nilai
pemegang saham jangka panjang. Laporan-laporan ini disusun di antara empat
tema yang digambarkan dalam Tampilan 10-12.

Informasi spesifik yang diberikan kepada investor yang konsisten dengan


kerangka pengungkapan dalam Tampilan 10-12 termasuk informasi tentang
penilaian merek, nilai ekonomi yang ditambahkan, aset tidak berwujud, laporan
posisi keuangan termasuk aset tidak berwujud, laporan keuangan biaya saat ini
(lihat Bab 7), akuntansi sumber daya manusia dan pernyataan nilai tambah.
Perusahaan mengadopsi langkah-langkah serupa untuk pengukuran kinerja bisnis
internal. Ini memastikan kesesuaian antara ukuran finansial dan nonfinansial yang
digunakan secara internal dan yang digunakan oleh pasar. Model informasi ini
telah digunakan oleh Infosys sebelum dipublikasikan pada tahun 1993. Infosys
adalah contoh yang baik dari perusahaan yang unggul dengan terus beradaptasi
dengan lingkungan bisnis internasional yang selalu berubah.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
T ingkat pengendalian internal didefenisiskan sebagai tingkat
diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek
yang diharapkan terhadap nilai sekarang dari biaya proyek. Jika arus
kas adalah konstan dari tahun ke tahun, maka kita akan memmiliki
anuitas, dan kita dapat menggunakan factor anuitas untuk mencari
IRR. Namun, apa bila arus kas tidak konstan, maka akan sulit untuk
menghitung IRR. Secara matematis, baik metode NPV maupun IRR
akan memberikan keputusan menerima atau menolak yang sama atas
proyek independen, karena jika NPV positiv, maka IRR akan melebihi
k. Namun, NPV dan IRR dapat membuat peringkat yang berbeda
untuk proyek mutually excusive .
Modal dari suatu perusahaan terdiri atas ekuitas dan hutang. Biaya
dari laba ditahan merupakan biaya oprtunitas.Biaya dari saham biasa
baru juga menggambarkan suatu biaya oportunitas. Biaya ini
melebihi biaya dari laba ditahan karena mengandung beban-beban
yang berhubungan dengan penerbitan saham baru. Biaya dari hutang
perusahaan adalah bunga yang harus ditanggung perusahaan.
Perusahaan berupaya menggunakan suatu struktur modal yang akan
meminimalkan biaya modal mereka. Biaya modal rata-rata tertimbang
(yang disimbolkan dengan kc)
Para manajer lebih menarik untuk mengevaluasi investasi dalam
istilah persentase tingkat pengembalian dibandingkan dolar NPV. Kita
dapat memodifikasi IRR dan menjadikan indicator profitabilitas yang
relative lebih baik, sehingga lebih baik untuk digunakan dalam
penganggaran modal. MIRR memiliki keunggulan yang signifikan
apabila dibandingkan dengan IRR biasa. MIRR mengasumsikan
bahwa arus kas dari semua proyek direinvestasikan pada biaya modal.
Sedangkan pada IRR regular mengasumsikan bahwa arus kas dari
setiap proyek diinvestasikan pada IRR proyek. Karena reinvestasi
pada biaya modal umumnya lebih benar, maka MIRR adalah indikator
yang lebih baik dari profitabilitas proyek yang sesungguhnya. Kita
dapat menyimpulkan bahwa MIRR lebih unggul daripada IRR regular
sebagai indicator dari tingkat pengembalian proyek yang sebenarnya
atau tingkat pengembalian jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai