AKUNTANSI INTERNASIONAL
Disusun oleh:
1. Gepi Wulan Tridayanti 1541031010
2. Fergyani Ocfrin 1541031012
3. Dwi Lestari 1541031013
4. I Made Deswara Wiguna 1541031024
5. Fandella Bunga Irawan 1541031028
6. Nurohmayni Putri 1541031033
7. Ricky Densa 1641031002
8. Aulia Rahmasari R 1641031005
9. Fadli M.Fauzi 1651031006
10. M. Mahardika 1611031007
11. Esa Mayola F 1641031017
12. Dafit Saifuloh 1611031048
13. M. Syna Alfarizy 1611031056
14. Rizki Riandiarto 1611031076
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI...................................................................................................
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................
1.2 Tujuan ................................................................................
1.3 Rumusan Masalah .............................................................
II. PEMBAHASAN
2.1 Bussines modeling .............................................................
2.2 Capital Budgeting ..............................................................
2.3 Financial return persepective ............................................
2.4 Multinational cost of capital……………………………………………
2.5 Management information system………………………………….
2.6 Management information & hyperinflation……………………
2.7 Issue in financial control………………………………………………….
2.8 Strategic costing………………………………………………………………
2.9 Performance evalution of foreign operation………………….
2.10 Perfomance standarts…………………………………………………..
III. PENUTUP
3.1Kesimpulan .........................................................................
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang di miliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan saran dan usul guna
penyempurna makalah ini.
Bandar Lampung
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan manajemen untuk memaksimalkan nilai perusahaan dibingkai
dalam hal
mata uang yang menyimpan nilainya (mis., mata uang keras). Dengan
demikian, cara terbaik untuk mengukur kinerja afiliasi yang terletak di
lingkungan inflasi tinggi adalah
dalam hal mata uang keras. implisit mengasumsikan bahwa tingkat inflasi,
nilai tukar, dan bunga harga saling terkait.
a. ALAT PERENCANAAN
Dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang relevan dengan masa depan, akan
sangat membantu bagi perusahaan untuk memindainya pada lingkungan eksternal
dan lingkungan internal untuk mengidentifikasi ancaman (Threats) dan peluang
(Opportuinties). Sistem dapat diatur dalam suatu tempat untuk mengumpulkan
informasi tentang pesaing dan kondisi pasar. Kedua pesaing dan kondisi pasar
dianalisis untuk mengetahui dampaknya pada status kompetitif perusahaan dan
profitabilitas. Wawasan yang diperoleh dari analisis ini digunakan untuk membuat
langkah-langkah rencana untuk mempertahankan atau memperbesar pangsa pasar,
atau untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan produk baru dan peluang pasar.
Salah satu alat tersebut adalah analisis WOTS-UP.
Hal ini berkaitan dengan kekuatan perusahaan dan kelemahan dalam kaitannya
dengan lingkungan operasi perusahaan. Teknik ini membantu manajemen
menghasilkan serangkaian strategi yang layak. Sebagai contohnya analisis
WOTS-UP selalu dilakukan oleh produsen mobil Jerman “Daimler”. Misalnya,
memperluas jalur distribusi “Daimler” dan layanan jaringan di Eropa Timur
adalah strategi yang menjanjikan, mengingat kekuatan perusahaan dalam kualitas
produk, penjualan truk, menurunkan titik impas, dan sinergis potensi. Rendahnya
nilai dolar AS, meningkatnya persaingan asing di Jerman, dan dirasakan
keuntungan dari penguatan penelitian dasar dalam teknologi baru membangun
aliansi strategis dapat menjelaskan akuisisi “Daimler” sebelumnya dari “Chrysler
Corporation” di Amerika Serikat.
Alat keputusan saat ini digunakan dalam sistem perencanaan strategis yang semua
tergantung pada kualitas informasi mengenai lingkungan internal dan eksternal
perusahaan. Akuntan dapat membantu perencana perusahaan memperoleh data
yang berguna dalam keputusan perencanaan strategis. Hal ini dikarenakan banyak
informasi yang diperlukan berasal dari sumber selain catatan akuntansi.
c. Klasifikasi Proyek
Menganalisis usulan pengeluaran modal bukanlah pekerjaan yang gratis-
analisis ini memang bermanfaat tetapi juga membutuhkan biaya yang sangat
besar. Untuk jenis proyek tertentu analisis yang terinci relative lebih terjamin,
sementara untuk yang lainnya harus digunakan prosedur yang lebih sederhana.
Perusahaan biasanya mengkategorikan proyek dan kemudian menganalisis dalam
setiap kategori dengan cara yang berbeda
1. Penggantian :pemeliharaan bisnis
Kategori ini terdiri dari pengeluaran untuk mengganti peralatan yang using
atau rusak yang digunakan dalam membuat produksi yang
menguntungkan. Proyek penggantian ini diperlukan jika perusahaan ingin
melanjutkan usahanya. Isu satu-satunya disisni adalah
a. Apakah operasi ini harus dilanjutkan?,
b. Haruskah kita melanjutkan pengguankan proses produksi yang sama?
Pada umumnya jawabannya adalah YA, sehingga keputusan pemeliharaan
dibuat tanpa melalui proses keputusan yang rumit
6. Lainnya
Kategori ini termasuk gedung perkantoran, tempat parkir, dan sebagainya,
bagaimana kategori ini ditangani bervariasi diantara perusahaan.
1. KajiandanAnalisa
2. Proposal penganggaran barang modal secara
formal direview dalam rangka (a) mencapai tujuan dan rencana
utama perusahaan dan yang paling penting (b) untuk mengevaluasi
kemampuan ekonominya.
Biaya yang diajukan dan benefit yang diestimasikan dikonversikan
menjadi sebuah cash flow yang sesuai. Bermacam-macam
teknik capital budgeting dapat diaplikasikan untuk cash
flow tersebut untuk menghitung tingkat keuntungan dari investasi.
3. PengambilanKeputusan
Besarnya sejumlah dana yang dikeluarkan dan pentingnya
penganggaran barang modal menggambarkan tingkat organisasi
tertentu yang membuat keputusan penganggaran. Perusahaan
biasanya mendelegasikan kewenangan penganggaran barang modal
sesuai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. Secara umum jajaran
direksi memberikan keputusan akhir untuk sejumlah tertentu
penganggaran barang modal yang dikeluarkan.
3. . Implementasi
Ketika sebuah proposal telah disetujui dan dananya telah siap,
tahap implementasi segera dimulai. Untuk pengeluaran yang kecil,
penganggaran dibuat dan pembayaran langsung dilaksanakan.
Namun untuk penganggaran dalam jumlah besar, dibutuhkan
pengawasan yang ketat.
e. Post Audit
Aspek penting dari proses capital budgeting adalah post audit yang
melibatkan
Perbandingan hasil aktual dengan hasil yang diprediksikan oleh sponsor
proyek
Penjelasan mengapa setiap perbedaan ini terjadi
Keuangan Negara
Keuangan negara menurut beberapa pandangan para ahli antara lain seperti M
Achwan, berpendapat bahwa keuangan negara adalah rencana kegiatan secara
kuantitatif (dengan angka-angka diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata
uang), yang akan dijalankan untuk masa mendatang, lazimnya satu tahun
mendatang.[1]
Pendapat Hamid S Attamimi, difinisi keuangan negara tidak hanya apa yang
diatur APBN saja, tetapi secara meluas yang mencakup di dalamnya keuangan
Daerah, BUMN, dan BUMD. Dengan demikian pengertian keuangan negara yang
didefinisikan ini merupakan keuangan negara yang diperluas terhadap objek
maupun sumber asal keuangan negara tersebut, dan pada dasarnya BPK sangat
menyetujui dan sependapat dengan pendapat Hamid S Attamimi.
Penafsiran ketiga ini tampak lebih esensial dan dinamis dalam menjawab berbagai
perkembangan yang ada di dalam masyarakat. Penafsiran ini akan sejalan dengan
perkembangan masyarakat dewasa ini yang menurut adanya kecepatan tindakan
dan kebijakan, khususnya dari pemerintah, baik yang berdasarkan atas hukum
(rechtshandeling) maupun yang berdasarkan atas fakta (fietelijke handeling) dapat
dilihat juga dalam penafsiran ketiga ini betapa ketat perumusan keuangan negara
dalam aspek pengelolaan dan pertanggungjawabannya.[5]
Demikian pengertian keuangan negara sebagai batasan akan arti keuangan negara,
selanjutnya akan membahas mengenai apa yang dimaksud dengn kerugaian
keuangan negara.
Ada beberapa cara terjadinya kerugian keuangan negara menurut Yunus Husein,
yaitu kerugian negara yang terkait dengan berbagai transaksi : transaksi barang
dan jasa, transaksi yang terkait dengan utang-piutang, dan transaksi yang terkait
dengan biaya dan pendapatan.[6]
Pasal 2 ayat (1) menyatakan ”setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian......” (garis
bawah oleh penulis), sedangkan Pasal 3 UU PTPK menyatakan bahwa ” setiap
orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan, yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.......” (garis bawah oleh penulis).
Kerugian keuangan negara merupakan salah satu unsur dalam tindak pidana
korupsi menurut Pasal 2 dan Pasak 3 UU PTPK, sebagai akibat dari perbuatan
memperkaya diri sendiri dan orang lain secara melawan hukum . sedangkan
menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
dalam Bab I Ketentuan Umum, yang dimaksud dengan Kerugian Negar/Daerah
adalah : ”berkurangnya uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja ataupun lalai”.
Pasal 32 ayat (1) UU PTPK yang menyatakan bahwa ”dalam hal penyidik
menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur TPK tidak terdapat
cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka
penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada
Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada
instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan”. Pada Ayat (2) menyatakan
bahwa ”Putusan Bebas dalam perkara TPK tidak menghapus hak untuk menuntut
kerugian terhadap keuangan negara.
Juga Pasal 33 ”Dalam hal tersangka meninggal dunia pada saat dilakukan
penyidikan, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan negara, maka
penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada
Jaksa Pengacara Negara atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk
dilakukan gugatan perdata terhadap ahli warisnya”
Demikian juga Pasal 34 UU 20/2001 ”Dalam hal terdakwa meninggal dunia pada
saat sidang pengadilan, sedang secara nyata telah ada kerugian negara maka
Penuntut Umum segera menyerahkan salinan berkas sidang tersebut kepada Jaksa
Pengacara Negara atau instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata
terhadap ahli warisnya.
5. Putusan perampasan harta benda untuk Negara dalam hal terdakwa tidak
dapat membuktikan bahwa harta benda tersebut diperoleh bukan karena tindak
pidana korupsi yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum saat membacakan
tuntutan daam perkara pokok (Pasal 38 ayat (2), (3) UU 31/99 jo UU 20/2001).
Pada UU KAK maka pengembalian aset dapat dilakukan malalui jalur pidana
(asset recovery secara tidak langsung melalui criminal recovery) dan jalur perdata
(asset recovery secara langsung melalui civil recovery). Aset recovery langsung
melalui civil recovery dilakukan melalui gugatan perdata terhadap pemilik harta
kekayaan yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi dan harta benda tersebut
ditempatkan di negara lain.
Modal dari suatu perusahaan terdiri atas ekuitas dan hutang. Biaya dari
laba ditahan merupakan biaya oprtunitas.Biaya dari saham biasa baru juga
menggambarkan suatu biaya oportunitas. Biaya ini melebihi biaya dari laba
ditahan karena mengandung beban-beban yang berhubungan dengan penerbitan
saham baru. Biaya dari hutang perusahaan adalah bunga yang harus ditanggung
perusahaan. Perusahaan berupaya menggunakan suatu struktur modal yang akan
meminimalkan biaya modal mereka. Biaya modal rata-rata tertimbang (yang
disimbolkan dengan kc) dapat diukur dengan persamaan:
D E
kc k d (1 t ) k e
DE DE
x
Rasio hutang
c. BIAYA MODAL PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Kegunaan / FungsiSistemInformasiManajemen
Supaya informasi yang dihasilkan oleh system informasi dapat berguna bagi
manajamen, maka analis system harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan
informasi yang dibutuhkannya, yaitu dengan mengetahui kegiatan-kegiatan untuk
masing-masing tingkat (level) manajemen dan tipe keputusan yang diambilnya.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka terlihat bahwa tujuan
dibentuknya Sistem Informasi Manajemen atau SIM adalah supaya organisasi
memiliki informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen,
baik yang meyangkut keputusan-keputusan rutin maupun keputusan-keputusan
yang strategis. Sehingga SIM adalah suatu sistem yang menyediakan kepada
pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan
tugas-tugas organisasi. Beberapa kegunaan/fungsi system informasi antara lain
adalah sebagai berikut:
1.Meningkatkan akses libilitas data yang tersaji secara tepat waktu dan akurat bagi
para pemakai, tanpa mengharuskan adanya prantara system informasi.
2.Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan system
informas isecara kritis.
3.Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
4.Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung system
informasi.
5.Menetapkan investasi yang akan diarahkan pada system informasi.
6.Mengantisipasi dan memahami konsekuensi-konsekuensi ekonomis dari system
informasi dan teknologi baru.
7.Memperbaiki produktivitas dalam aplikasi pengembangan dan pemeliharaan
sistem.
8.Organisasi menggunakan system informasi untuk mengolah transaksi-transaksi,
mengurangi biaya dan menghasilkan pendapatan sebagai salah satu produk atau
pelayanan mereka.
9.Bank menggunakan system informasi untuk mengolah cek-cek nasabah dan
membuat berbagai laporan rekening koran dan transaksi yang terjadi.
10.Perusahaan menggunakan system informasi untuk mempertahankan persediaan
pada tingkat paling rendah agar konsisten dengan jenis barang yang tersedia.
11.SIM untuk Pendukung Pengambilan Keputusan Sebuah system keputusan,
yaitu model dari system dengan mana keputusan diambil, dapat tertutup atau
terbuka. Sebuah system keputusan tertutup menganggap bahwa keputusan dipisah
dari masukkan yang tidak diketahui dari lingkungan. Dalam system ini pengambil
keputusan dianggap:
a.Mengetahui semua perangkat alternatif dan semua akibat atau hasilnya masing-
masing
b. Memiliki metode (aturan, hubungan, dan sebagainya) yang memungkin kan dia
membuat urutan kepentingan semua alternatif.
c. Memilih alternatif yang memaksimalkan sesuatu, misalnya laba, volume
penjualan, atau kegunaan.
Konsep sebuah system keputusan tertutup jelas menganggap orang rasional yang
secara logis menguji semua alternatif, mengurutkan berdasarkan kepentingan
hasilnya, dan memilih alternatif yang membawa kepadah asil yang
terbaik/maksimal. Model kuantitatif pengambilan keputusan biasanya adalah
model system keputusan tertutup. Sebuah system keputusan terbuka memandang
keputusan sebagai berada dalam suatu lingkungan yang rumit dan sebagian tak
diketahui. Keputusan dipengaruhi oleh lingkungan dan pada gilirannya proses
keputusan kemudian mempengaruhi lingkungan. Pengambilan keputusan
dianggap tidak harus logis dan sepenuhnya rasional, tetap ilebih banyak
memperlihatkan rasionalitas hanya dalam batas yang dikemukakan oleh latar
belakang, pandangan atas alternatif, kemampuan menangani suatu model
keputusan, dan sebagainya.
Pokok-Pokok SIM
Sebuah system informasi manajemen bukanlah sekedar suatu perkembangan
teknologis. SIM berhubungan dengan organisasi dan dengan manusia
pengolahnya. Oleh sebab itu pemahaman utuh terhadap system informasi
keorganisasian berdasarkan computer harus juga termasuk memahami konsep-
konsep yang berhubungan dengan informasi, pemakaian informasi, dan nilai
informasi. Tanggapan berikut ini memperkenalkan konsep-konsep utama secara
singkat:
· Pokok-pokok SIM
Sebuah system informasi manajemen mengandung elemen-elemen fisik
sebagaiberikut:
1. Perangkat keras komputer
2. Perangkat lunak
a. Perangkat lunak system umum
b. Perangkat lunak terapan umum
c. Program aplikasi
3. Database (data yang tersimpan dalam media penyimpanan komputer)
4. Prosedur
5. Petugas Pengoperasian
Dalam hal penerapan, sebuah sub system terapan yang lengkap terdiri dari:
Program untuk melaksanakan pengolahan komputer
Prosedur untuk membuat terapan menjadi operasional (formulir, petunjukuntuk
operator, petunjukuntukpemakai, dan seterusnya).
Sub system terapan dapat diuraikan dalam bentuk fungsi keorganisasian yang
mendukung (pemasaran, produksi, dan sebagainya) atau dalam bentuk jenis
kegiatan yang tengah dilaksanakan.
1. MenurutJogiyanto
“Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan tertentu”.(Jogiyanto,2005,2).
2. Menurut George M.Scott
Sistem informasi adalah sistem yang diciptakan oleh para analisis dan manajer
guna melaksanakan tugas khusus tertentu yang sangat esensial bagi berfungsinya
organisasi’. (George M.Scott,2001;4)
3. Menurut Robert A.leitch dan K.Roscoe davi
‘Sistem informasi adalah suatu system didalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian ,mendukung operasi
,bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan’. (Jogiyanto,2005;11)
4. Menurut George M.Scott,
‘Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian Sub-sistem informasi yang
menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu yang
mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara
guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas
dasar criteria.
ManfaatSistemInformasiManajemen
Ada beberapa manfaat system informasi manajemen. Antara lain sebagai berikut.
1. Menjamin tersedianya kualitas dan keterampilan dalam memanfaatkan system
informasi secara kritis.
2. Meningkatkan aksesbilitas data yang ada secara akurat dan tepat waktu bagi para
pemakai, tanpa mengharuskan adanya perantara system informasi.
3. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan keterampilan pendukung system
informasi.
4. Mengembangkan proses perencanaan yang efektif.
• Devaluasi Inflasi dan Dolar Zimbabwe (ZWD) adalah 30 persen per bulan atau
1,2 persen per hari kerja.
• Nilai tukar pada interval yang dipilih untuk bulan 1 dan 2 adalah:
1/1 100.0
1/10 109.6
1/20 119.6
1/30 130.0
2/10 141.6
2/20 154.5
2/30 169.0
Tingkat bunga riil adalah 1,5 persen per bulan atau 20 persen per tahun.
Usaha sektor publik menghabiskan terlalu banyak untuk konstruksi dan juga
mendesain. Ini terutama karena kurangnya perencanaan yang tepat.
Kurangnya perencanaan yang tepat menghasilkan drainase dana yang besar dan
dengan demikian ada masalah keuangan yang serius.
Usaha sektor publik dikapitalisasi berlebihan dengan hasil bahwa terdapat rasio
input-output yang tidak menguntungkan. Perencanaan yang tidak memadai,
keterlambatan yang berlebihan dalam konstruksi, dll., Adalah penyebab dari
kapitalisasi berlebihan.
3. Biaya modal:
Saat ini di sektor publik, biaya modal tidak termasuk biaya meningkatkan modal
dari berbagai jenis dan biaya ini tidak diperhitungkan dengan harga pasar. Hal ini
mengakibatkan meremehkan biaya modal. Akibatnya, itu mengarah pada
penetapan harga yang tidak realistis dan tren pasar yang diremehkan. Bahkan
menjadi sulit untuk memperkirakan tingkat untung dan rugi juga.
4. Masalah harga:
Masalah lain dari upaya sektor publik adalah memperbaiki harga barang yang
diproduksi. Seperti yang kita ketahui bahwa kecuali kebijakan penetapan harga
masuk akal, kekhawatiran yang baik pun dapat mengalami kerugian. Usaha sektor
publik di India menghadapi masalah keuangan serius karena mereka tidak
mengikuti kebijakan penetapan harga yang seragam.
5. Masalah surplus
Di bidang keuangan, masalah lain adalah menyatakan surplus. Dari surplus kami
maksudkan sumber daya yang tersedia sebagai surplus, setelah dikurangi biaya
kerja, penggantian normal, pembayaran bunga dan dividen. Tetapi sekali lagi
dalam upaya sektor publik belum ditemukan kemungkinan untuk menerapkan
kebijakan untuk menyatakan surplus. Tidak ada prinsip pemotongan yang jelas
dalam hal ini telah ditetapkan oleh Pemerintah untuk panduan usaha sektor publik.
Semua usaha sektor publik dijalankan dengan keuangan Pemerintah. Sekarang ini
pada gilirannya menimbulkan banyak masalah. Kadang-kadang Pemerintah
mungkin merasa kesulitan untuk membiayai sektor publik yang melakukan kasus-
kasus seperti itu, jika urusan ini bergantung pada pasar modal, mereka terikat
untuk mengganggu struktur keuangan pasar.
7. Masalah penganggaran:
Masih masalah lain adalah penganggaran. Terlihat bahwa sebagian besar usaha
sektor publik tidak memiliki sistem penganggaran yang serius. Anggaran tentu
saja disiapkan, tetapi ini terutama dengan maksud untuk memperoleh dana dari
Pemerintah.
Itulah sebabnya biasanya ada perbedaan besar antara taksiran anggaran dan
pengeluaran aktual. Bukan hanya ini, tetapi ada masalah lain yaitu bahwa dalam
melakukan publik pengeluaran di India tidak terkait dengan kinerja dan target
yang dicapai.
Terlihat bahwa biasanya tidak ada pendelegasian wewenang di sektor publik yang
melakukan dengan hasil bahwa persetujuan sebelumnya dari otoritas yang
kompeten harus diperoleh untuk menimbulkan pengeluaran. Hal ini
mengakibatkan kelebihan beban seseorang dengan pekerjaan dan setelah bangun
ia dapat melakukan banyak kesalahan juga.
9. Audit internal:
Akun setiap usaha sektor publik diaudit secara teratur. Tujuan utama dari audit
semacam itu adalah bahwa penyimpangan keuangan utama terungkap sehingga
hal ini tidak dilakukan berulang kali. Tetapi di bidang keuangan, auditor internal
menciptakan banyak masalah.
Apakah itu sektor publik atau swasta yang melakukan itu, sangat diinginkan
bahwa keuangan harus diperiksa dan dikendalikan dengan benar. Di sektor publik,
melakukan tugas seperti itu dikatakan bertanggung jawab untuk menciptakan
banyak masalah.
Dia tidak menganggap dirinya bagian dari keseluruhan sistem manajemen. Dia
merasa bahwa satu-satunya tanggung jawabnya adalah untuk mematuhi aturan
keuangan tanpa memperhatikan kesulitan yang akan ditimbulkan oleh kepatuhan
mereka. Dia tidak merasa dirinya bagian dari keseluruhan sistem tetapi berpikir
dirinya berada di luar sistem, yang pasti akan menghasilkan banyak masalah dan
komplikasi serius.
Satu lagi masalah yang sering dihadapi sektor publik adalah menyerahkan laporan
kepada kementerian administrasi. Setiap kementerian membutuhkan terlalu
banyak laporan, baik dari manajemen keuangan maupun administrasi. Perhatian
manajemen keuangan dialihkan ke pernyataan-pernyataan ini. Ini menjadi
menjengkelkan karena mesin administratif tidak menggunakan laporan-laporan
yang menjadi alasannya.
Apakah manajemen keuangan bekerja dengan sukses atau tidak, itu harus
dikaitkan dengan kinerjanya. Demikian pula manajemen keuangan juga harus
dinilai oleh ekonomi yang telah terpengaruh tanpa mengurangi efisiensi atau
permusuhan dari para pekerja. Tetapi sekali lagi manajemen keuangan dihadapkan
dengan banyak masalah, tentu saja dikritik di mana-mana, tetapi sejauh ini tidak
ada cara dan metode yang dapat menguji kinerja.
Kriteria Kinerja
Kelihatannya criteria tunggal tidak dapat menampung seluruh faktor kinerja yang
menjadi perhatian manajemen kantor pusat. Dua dari criteria kinerja keuangan
yang peling banyak digunakan oleh MNC ketika mengevaluasi operasi luar negeri
adalah pengembalian atas investasi (return on investment-ROI) dan kinerja yang
dianggarkan. ROI menghubungkan laba perusahaan menurut dasar investasi
tertentu; kinerja yang dianggarkan membandingkan kinerja operasi dengan
anggaran. Pengendalian anggaran berarti setiap perbedaan antara anggaran dan
kinerja actual dapat dilacak kepada manajer atau unit yang bertanggung jawab.
Sebuah studi klasik menunjukkan bahwa pengendalian anggaran lebih baik
daripada perbandingan ROI pada saat digunakan untuk mengevalusi kinerja
manajeman. Ukuran ROI mungkin lebih tepat untuk mengukur kinerja unit,
sedangkan perbandingan anggaran mungkin lebih bermanfaat dalam mengevaluasi
manajer.
Dalam sebuah studi evaluasi oleh Business International sebelumnya, baik MNC
dari AS dan non-AS yang diteliti menyatakan bahwa criteria keuangan paling
penting yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja unit-unit luar negeri adalah
laba yang dianggarkan versus laba actual, baru diikuti oleh ROI. Juga yang
dianggap relative penting adalah penjualan yang dianggarkan versus penjualan
aktual, pengembalian atas penjualan, pengembalian atas aktiva, pengembalian atas
investasi yang dianggarkan versus actual, dan arus kas operasi. Namun demikian,
untuk arus kas perusahaan multinasional di AS cenderung untuk menekan arus
kas untuk induk perusahaan, sedangkan perusahaan multinasional non-AS lebih
menyukai arus kas untuk anak perusahaan luar negeri. Hal yang menarik adalah
kedua kelompok memberikan perhatian yang kecil terhadap istilah laba sisa yang
direkomendasikan dalam literatur.
Berikut ini adalah beberapa masukan yang mungkin menjadi tuntutan bermanfaat
bagi mereka yang mengevaluasi hasil operasi luar negeri:
1. Anak perusahaan luar neggeri harusnya tidak dievaluasi sebagai pusat laba
independen apabila menjadi komponen strategis dari suatu sistem multinasional.
2. Criteria pengembalian atas investasi perusahaan harus di lengkapi dengan
ukuran-ukuran kinerja yang diarahkan untuk tujuan-tujuan dan lingkungan
tertentu masing-masing unit luar negeri.
Salah satu aspek yang lebih aneh dari studi empiris yang didiskusikan sebelumnya
dalam chapter ini adalah penemuan bahwa perusahaan-perusahaan multinasional
terutama dari negara Barat mengandalkan ROI sebagai salah satu ukuran kinerja
yang paling penting atau utama. Ketika transfer intrakorporasi signifikan dan
bukan pada harga arm’s length, pembilang pendapatan untuk ROI sangat berubah-
ubah dan samar-samar. Selain itu, manajer anak perusahaan yang evaluasinya
didasarkan pada ROI mungkin memilih untuk meminjam dengan jumlah besar
dalam mata uang lokal. Hal ini mempengaruhi kapasitas peminjaman di seluruh
perusahaan dan kemungkinan besar harga sahamnya, dan mungkin membawa
laporan keuangan konsolidasi perusahaan induk pada kerugian mata uang asing
yang signifikan jika pinjaman dalam mata uang yang harganya tetap. Mungkin
yang paling penting, ROI tidak tepat untuk beberapa operasi asing, seperti anak
perusahaan yang hanya memproduksi untuk anak perusahaan lainnya, anak
perusahaan penjual membeli semua produknya dari anak perusahaan lainnya, atau
anak perusahaan yang berusaha masuk ke pasar yang sangat kompetitif dan
bermarjin rendah. Masalah yang berkaitan dengan penggunaan ROI sebagai
ukuran standar atas kinerja juga berlaku bagi ukuran lainnya.
Evaluasi kinerja untuk operasi luar negeri harus berhubungan dengan kerumitan
seperti volatilitas kurs, inflasi luar negeri, harga transfer, budaya nasional yang
berbeda, dan sejumlah pengaruh lingkungan lainnya. Jika faktor-faktor ini
diabaikan, kantor pusat menghadapi resiko untuk menerima ukuran-ukuran hasil
operasi yang terdistorsi.
Standar kinerja yang kurang tepat memungkin memotivasi manajer luar negeri
untuk mengambil tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan.
Konsekuensi langsung yang timbul adalah berkurangnya berkurangnya efensiensi
perusahaan dan kemungkinan berkurangnya daya saing.
Konsisten
Hasil penelitian menunjukan bahwa tujuan utama evaluasi kinerja adalah untuk
memastikan profitabilitas. Namun demikian, terdapat potensi untuk terjadinya
konflik apabila system evaluasi kinerja tidak sesuai dengan sifat khusus operasi
luar negeri yang mungkin memiliki tujuan yang berbeda dari laba jangka pendek.
Demikian pula, penekanan pada profitabilitas dan efesiensi jangka pendek dapat
mengahlikan perhatian dari strategi perusahaan dan manufaktur yang penting dan
meniadakan kariayan perusahaan.
Berdasarkan keunikan misi tiap-tiap anak perusahaan luar negeri, system evaluasi
kinerja harus memungkinkan bagaimana tujuan anak perusahaan sesuai dengan
keseluruhan tujuan perusahaan. Misalkan, jika tujuan suatu anak perusahaan luar
negeri adalah untuk menghasilkan komponen untuk unit lain dalam system
perusahaan, maka tujuan itu harus dievaluasi dalam aspek bagaimana harga,
produksi, kualitas, dan jadwal pengiriman bila dibandingkan dengan sumber-
sumber pasokan lain. Manajer anak perusahaan harus berpartisipasi penuh dalam
menentukan tujuan yang ingin dicapai. Partisipasi tersebut membantu dalam
memastikan bahwa mereka akan dievaluasi berdasarkan kerangka kerja yang
sensitive terhadap kondisi operasi local dan konsisten dengan tujuan perusahaan
secara keseluruhan. Perusahaan harus yakin untuk tidak mengorbankan tujuan
jangka panjang karena manajer anak perusahaan terlalu sibuk dengan hasil jangka
pendek. Kepatuhan terhadap tujuan jangka panjang dapat dicapai dengan
memastikan bahwa tujuan kinerja jangka pendek dan insentif manajemen
terpenuhi di dalam rencana strategi perusahaan .
STANDAR KINERJA
Setelah pertanyaan pengukuran diselesaikan, perusahaan harus
mengembangkan standar yang berarti untuk mengevaluasi kinerja. Tetapi standar
apa yang sesuai untuk perusahaan dengan operasi di seluruh dunia? Mari kita lihat
beberapa kemungkinan. Suatu perusahaan
dapat memiliki standar korporat tertentu, seperti ROI minimum yang disyaratkan,
yang berlaku untuk masing-masing anak perusahaan atau lini produk; atau dapat
menetapkan level ROI yang berbeda atau tolok ukur lain (seperti margin kotor)
untuk anak perusahaan atau lini produk yang berbeda. Standar-standar ini dapat
dimasukkan kedalam anggaran dan nantinya dapat dibandingkan dengan hasilnya.
Kinerja juga dapat diukur dari waktu ke waktu. Perusahaan dapat meminta
peningkatan rasio atau pendapatan tertentu. Kinerja masa lalu biasanya signifikan
dalam mengembangkan anggaran periode berikutnya. Akhirnya, perusahaan dapat
membandingkan kinerja mereka sendiri di luar negeri dengan pesaing atau
membandingkan unitnya sendiri satu sama lain. Membandingkan kinerja unit
asing dengan pesaing mereka dapat bermanfaat. Pada saat yang sama,
perbandingan ini memiliki banyak jebakan. (Lihat Bab 9 untuk pembahasan yang
lebih luas tentang masalah yang terlibat dalam menganalisis laporan keuangan
asing.) Misalnya, ketika pesaing adalah perusahaan lokal, masalah ketersediaan
dan kecukupan data mungkin cukup besar, terutama jika pesaing dimiliki secara
pribadi. Ketika data tersedia, perbandingan mungkin sulit. Kebijakan penetapan
harga transfer pesaing dan prinsip akuntansi mungkin tidak dapat ditentukan.
Perbandingan lintas batas memperparah masalah ini lebih jauh.
Membandingkan anak perusahaan
dengan unit lain dari perusahaan induk, baik di dalam maupun di luar negeri, juga
harus dilakukan dengan hati-hati ketika pertanyaan tentang perbandingan dapat
muncul kembali. Perbedaan dalam tujuan anak perusahaan akan secara otomati s
membiaskan perbandingan kinerja kecuali secara langsung diperhitungkan.
Bahkan jika tujuan anak perusahaan adalah sama, perbedaan dalam profilrisiko
negara harus dipertimbangkan. Jika tingkat risiko yang lebih tinggi harus
diimbangi dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, masuk akal untuk
mengharapkan profitabilitas yang lebih tinggi dari operasi di negara-negara
berisiko. Namun, hingga saat ini, tidak ada formula tunggal yang disepakati yang
memandu bagaimana memasuk kan risiko negara ini dalam menilai kinerja anak
perusahaan. Banyak perusahaan memerlukan periode pengembalian yang lebih
pendek, menyesuaikan proyeksiarus kas untuk risiko, atau menaikkan tingkat
pengembalian yang diperlukan ketika mempertimbangkan investasi dalam risiko
negara. ROI siap disesuaikan dengan risiko politik karena seseorang dapat
menetapkan ROI yang diinginkan untuk memasukkan premi sejalan dengan risiko
di negara tertentu (diimbangi oleh risiko yang dihasilkan oleh diversifikasi
geografis dari portofolio operasi perusahaan asing) . Menerapkan premi risiko
untuk tujuan ROI tidak dapat dihindari subjektif, tetapi prosesnya dapat dibuat
sistematis. Salah satu pendekatan adalah untuk menyesuaikan ROI seluruh
perusahaan dengan indeks risiko numerik yang dikembangkan untuk masing-
masing negara. Misalnya, asumsikan bahwa layanan penilaian risiko negara-per-
negara, seperti Business International, memberikan skor total 65 dari 100 poin
yang mungkin ke Negara Y. (Angka yang lebih tinggi menunjukkan risiko negara
yang lebih rendah.) Jika target perusahaan di seluruh dunia ROI adalah 15 persen,
target ROI yang disesuaikan dengan risiko Negara Y adalah sekitar 23 persen (15
dibagi 65 persen). Jika indeks risiko Country Z adalah 75, target ROI akan
menjadi 20 persen (15 dibagi dengan 75 persen). Di bawah sistem ini, perbedaan
antara ROI aktual anak perusahaan dan ROI yang dianggarkannya dihitung dan
digunakan untuk membandingkan kinerja anak perusahaan di berbagai negara.
Dalam contoh ini, jika ROI aktual satu anak perusahaan di Negara Y adalah 23,5
persen dan ROI anak perusahaan lain di Negara Z adalah 21 persen, anak
perusahaan di Negara Z akan berkinerja lebih baik, karena varians dari ROI yang
dianggarkan positif 1 persen versus 0,5 persen untuk anak perusahaan di Negara
Y. Indeks risiko secara keseluruhan mungkin tidak mencerminkan risiko yang
dihadapi anak perusahaan asing tertentu. Misalnya, paparan risiko anak
perusahaan perusahaan minyak mungkin berbeda dari produsen barang konsumen
di negara yang sama. Dengan demikian, indeks risiko harus dimodifikasi untuk
mencerminkan risiko spesifik untuk setiap unit. Namun, isu penting lainnya
adalah apakah standar ROI seluruh perusahaan harus diterapkan sama sekali.
Evaluasi kinerja berdasarkan pada satu standar seluruh perusahaan pada umumnya
tidak memuaskan. Anggaran kinerja adalah standar perbandingan yang lebih
berguna untuk operasi multinasional. Anggaran realistis memungkinkan target
kinerja untuk memasukkan pertimbangan yang unik untuk unit tertentu.
Perbandingan kinerja aktual dengan anggaran juga memungkinkan manajemen
kantor pusat untuk membedakan hasil-hasil di mana manajer anak perusahaan
dapat dianggap bertanggung jawab dari mereka yang berada di luar kendali
mereka.
Berikut adalah tujuh peringatan yang mungkin menjadi pedoman yang
berguna bagi mereka yang mengevaluasi hasil operasi asing:
1. Anak perusahaan asing tidak boleh dievaluasi sebagai pusat laba independen
ketika mereka benar-benar komponen strategis dari sistem multinasional.
2. Pengembalian kriteria investasi di seluruh perusahaan harus dilengkapi dengan
ukuran kinerja yang disesuaikan dengan tujuan dan lingkungan spesifik masing-
masing unit asing.
4. Kinerja anak perusahaan harus dievaluasi dalam hal keberangkatan dari tujuan-
tujuan ini, alasan keberangkatan tersebut, dan respons manajerial terhadap
perkembangan yang tidak terduga.
5. Manajer anak perusahaan tidak boleh dianggap bertanggung jawab atas hasil
yang berada di luar kendali mereka (di dalam dan luar negeri).
Pelaporan Nilai
3.1 Kesimpulan
T ingkat pengendalian internal didefenisiskan sebagai tingkat
diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek
yang diharapkan terhadap nilai sekarang dari biaya proyek. Jika arus
kas adalah konstan dari tahun ke tahun, maka kita akan memmiliki
anuitas, dan kita dapat menggunakan factor anuitas untuk mencari
IRR. Namun, apa bila arus kas tidak konstan, maka akan sulit untuk
menghitung IRR. Secara matematis, baik metode NPV maupun IRR
akan memberikan keputusan menerima atau menolak yang sama atas
proyek independen, karena jika NPV positiv, maka IRR akan melebihi
k. Namun, NPV dan IRR dapat membuat peringkat yang berbeda
untuk proyek mutually excusive .
Modal dari suatu perusahaan terdiri atas ekuitas dan hutang. Biaya
dari laba ditahan merupakan biaya oprtunitas.Biaya dari saham biasa
baru juga menggambarkan suatu biaya oportunitas. Biaya ini
melebihi biaya dari laba ditahan karena mengandung beban-beban
yang berhubungan dengan penerbitan saham baru. Biaya dari hutang
perusahaan adalah bunga yang harus ditanggung perusahaan.
Perusahaan berupaya menggunakan suatu struktur modal yang akan
meminimalkan biaya modal mereka. Biaya modal rata-rata tertimbang
(yang disimbolkan dengan kc)
Para manajer lebih menarik untuk mengevaluasi investasi dalam
istilah persentase tingkat pengembalian dibandingkan dolar NPV. Kita
dapat memodifikasi IRR dan menjadikan indicator profitabilitas yang
relative lebih baik, sehingga lebih baik untuk digunakan dalam
penganggaran modal. MIRR memiliki keunggulan yang signifikan
apabila dibandingkan dengan IRR biasa. MIRR mengasumsikan
bahwa arus kas dari semua proyek direinvestasikan pada biaya modal.
Sedangkan pada IRR regular mengasumsikan bahwa arus kas dari
setiap proyek diinvestasikan pada IRR proyek. Karena reinvestasi
pada biaya modal umumnya lebih benar, maka MIRR adalah indikator
yang lebih baik dari profitabilitas proyek yang sesungguhnya. Kita
dapat menyimpulkan bahwa MIRR lebih unggul daripada IRR regular
sebagai indicator dari tingkat pengembalian proyek yang sebenarnya
atau tingkat pengembalian jangka panjang.