Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA


TRIRATNA

DISUSUN OLEH
Rafael Juvito Peter

03031281924048

TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVESITAS SRIWIJAYA INDERALAYA


2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Agama Buddha merupakan salah satu agama utama. Agama Buddha


muncul pada abad ke-6 SM. Istilah Buddha berasal dari kata “bodhi” yang
berarti ‘bangkit” atau “bangun” dan dari kata kerja “bujjhati” berarti
memperoleh pencerahan. Berdasasrkan arti dari kata tersebut, Buddha
merupakan orang yang telah sadar dan telah melenyapkan seluruh kekotoran
batin yang terdapat di dalam dirinya.

Agama Buddha merupakan agama yang memiliki penganut terbanyak


ke-4 di dunia. Ajaran Agama Buddha tidak bertitik tolak pada Tuhan dan
hubungannya dengan alam semesta beserta seluruh isinya termasuk
manusia. Didalam ajaran Agama Buddha dijelaskan keadaan yang dihadapi
manusia dalam kehidupan sehari-hari khususnya tentang tata susila yang
dijalankan manusia agar terbebas dari lingkaran dukkha yang selalu
mengiringi kehidupan.

Ajaran Agama Buddha dapat dirangkum dalam tiga ajaran pokok atau
dikenal sebagai Triratna, yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha. Ajaran
tentang Buddha Gautama sebagai pendiri Agama Buddha dan asas rohani
yang dapat dicapai oleh setiap mahluk hidup pada perkembangan.

Ajaran tentang Buddha berkaitan pula dengan masalah ketuhanan yang


menjadi salah satu ciri ajaran semua agama. Ajaran tentang Dhamma
banyak membicarakan tentang masalah-masalah yang dihadapi manusia
dalam hidupnya baik yang berkaitan dengan ciri manusia itu sendiri maupun
hubungannya dengan apa yang disebut Tuhan dan alam semesta dengan
segala isinya. Ajaran tentang Sangha sebagai persamuan para bhikkhu juga
berkaitan dengan umat yang menjadi tempat para bhikkhu menjalankan
dhammanya.

1
Umat Buddha di seluruh dunia menyatakan ketaatan dan kesetiaan
mereka kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha dengan kata-kata dalam
suatu rumusan kuno yang sederhana namun menyentuh hati. Rumusan kuno
ini disebut dengan Tiratana (Pali) atau Triratna (Sansekerta).
Tiratana/Triratna ini merupakan satu bagian yang terpenting dan menjadi
dasar dalam Agama Buddha. Tiratana/Triratna ini terdiri dari dua kata, yaitu
“Tri” yang berarti tiga dan “Ratana” yang berarti permata. Berdasarkan
kedua arti kata tersebut, Tiratana/Triratna dapat diartikan secara
keseluruhan, “Tiga Permata Mulia” (Tiga Perlindungan).

Syair itu berbunyi :


Buddha saranam gacchami – Aku berlindung kepada Buddha
Dhamma saranam gacchami – Aku berlindung kepada Dhamma
Sangha saranam gacchami - Aku berlindung kepada Sangha

Permata yang pertama adalah Buddha yaitu seseorang yang telah


mencapai penerangan sempurna dengan kemampuan sendiri tanpa bantuan
dari mahluk-mahluk lain. Ia mempunyai kemampuan untuk menguraikan
dan membabarkan penyatuan kepada mahluk hidup.

Permata yang kedua adalah Dhamma yang merupakan ajaran-ajaran


yang diberikan dan dibabarkan sang Buddha untuk mencapai Nibanna.

Permata yang ketiga adalah Sangha yaitu persaudaraaan para pengikut


sang Buddha yang telah melaksanakan Dhamma dengan sempurna dan yang
telah menemukan magga (jalan) dan memperoleh phala (hasil) dapat juga
dikatakan persaudaraan para pengikut sang Buddha yang telah mencapai
tingkatan kesucian baik tingkatan pertama (Sotapanna) orang yang akan
mengalami tujuh kali kelahiran kembali lagi, kedua (Sakadagami) orang
yang akan mengalami lima kali kelahiran kembali lagi, ketiga (Anagami)
orang yang akan mengalami sekali kelahiran kembali lagi, maupun yang
keempat (Arahat) orang yang tidak akan mengalami kelahiran kembali lagi

2
B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang, maka beberapa masalah yang akan saya
bahas di makalah ini adalah :

1. Apa pengertian/definisi mengenai Tiga Perlindungan?


2. Apakah ke Tiga Perlindungan ini berlawanan dengan ajaran untuk
berlindung pada diri sendiri?
3. Apakah kita dapat berlindung pada salah satu dari Tiga Perlindungan itu?
4. Bagaimana cara berlindung yang baik sehingga bisa mendapatkan manfaat
untuk terbebas dari penderitaan? Apa yang sebenarnya menyebakan
seseorang menderita?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami pengertian


mengenai Tiga Perlindungan (Tiratana/Triratna) dan kemudian mengerti,
memahami ajaran Sang Buddha agar kita dapat hidup dalam Dhamma dan
terbebas dari penderitaan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian/Definisi mengenai Tiga Perlindungan

Perlindungan (sarana) adalah tempat dimana seseorang menghindar


dari bahaya jadi suatu tempat yang aman, pernaungan aman. Seorang
Buddhis melihat samsara, lingkaran lahir dan mati, sebagai bahaya dan
penderitaan, dan kemudian melihat Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai
suatu tawaran keamanan dan kebahagiaan. Dengan sendirinya dorongan
untuk menjalani jalan, hendaknya lebih dari sekadar keinginan terbebas dari
samsara. Hendaknya di ikutkan, sesuatu yang lebih kuat, yakin keinginan
untuk mencapai Nibbana. Keagungan dan kesempurnaan Buddha, Dhamma
dan Sangha, bila dimengerti maknanya, akan menarik perhatian kita kepada
Mereka. Jadi, Buddha, Dhamma dan Sangha disebut Tiga Perlindungan,
sebab kepadanya kita berlindung dari samsara; tetapi dapat dengan tepat
juga disebut sebagai Tiga Permata (Triratna) sebab, sebagai permata yang
berharga, ke Tiga-nya membangkitkan rasa penghargaan dan kekaguman
kita. Sang Buddha adalah perlindungan dalam arti Beliau mewakili potensi
pencapaian kesempurnaan manusia yang paling hakiki. Ucapan dan
tindakan-Nya, kasih sayang-Nya pada yang menderita, kesabaran-Nya pada
mereka yang tercampak, kebajikan-Nya yang tak ternoda dan kecermatan-
Nya; tetap adalah contoh yang sempurna bagi kita untuk dijadikan dasar
kehidupan. Perlindungan dapat di bagi menjadi 3 macam dan 3 aspek.
 Perlindungan dapat di bagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Perlindungan Dalam Hal Umum
2. Perlindungan Yang Aman
3. Perlindungan Utama Dalam Ajaran Sang Buddha

1. Perlindungan Dalam Hal Umum


Perlindungan dalam pandangan umum dapat dikatakan adalah sesuatu
yang dituju dan dapat memberikan suatu ketenangan serta rasa aman,

4
apabila seseorang merasa susah dan sedih akan hal-hal yang dialaminya
maka akan berusaha untuk mencari suatu ketenangan dan ketentraman.
Ketika penduduk Malaysia negara tetangga kita yang semakin padat, karena
semakin banyak tenaga kerja dari Indonesia secara tidak resmi maka
melakukan deportasi dan ahkirnya banyak para tenaga kerja Indonesia yang
terlantar maka dengan penuh kebijaksanaan pemerintah Indonesia berusaha
untuk melindunginya, menanggung biaya penggembalian penduduknya ke
asalnya dan memberikan pengarahan, ketika nilai rupiah anjlok, maka para
ibu-ibu rumah tangga berusaha untuk melindungi hartanya dengan membeli
dolar, ketika seseorang mengalami frustasi dan cemas ia mungkin mencari
perlindungan kepada sahabatnya dan ketika ajalnya datang mendekat,
mungkin pula mencari suatu perlindungan tentang kepercayan adanya surga
yang kekal abadi. Tetapi itu semua bukanlah bentuk perlindungan yang
aman atau utama. Karena tidak didasarkan atas kenyataan dan tidak akan
membebaskan kita dari penderitaan.

2. Perlindungan Yang Aman


Kita mencari perlindungan karena adanya rasa takut dan berkeinginan
untuk tenang, tentram dan bahagia, maka sesuatu dapat dikatakan sebagai
perlindungan yang aman jika mampu menghilangkan rasa takut dan
memberikan kebahagiaan seseorang. Untuk mencari perlindungan seperti
itu kita dapat melakukannya dalam dua bagian , yaitu :
 Kebanyakan dilakukan oleh orang-orang yaitu mencari
perlindungan kepada mahluk lain atau yang berada di luar diri
sendiri. Mereka selalu mengharapkan kesejahteraan, keselamatan,
usia panjang, dengan memohon mahluk yang lain, tetapi masih
menyakiti dan menyiksa mahluk lain yang lebih lemah. Memohon
untuk terlahir dialam yang berbahagia setelah kematiannya, namun
masih tetap melakukan perbuatan yang tercela dalam hidupnya.
 Kita menyadari suatu perlindungan yang aman dapat kita cari dari
perbuatan kita sendiri. Tak ada sesuatu pun yang timbul tanpa
adanya suatu sebab yang mendahuluinya. Keselamatan, kesehatan,

5
penyakit, penderitaan maupun nama baik timbul karena suatu
perbuatan kita sendiri. Mendapatkan kekayaan karena giat bekerja
dan berusaha (faktor masa sekarang), sering berdana (faktor masa
lalu) serta tidak suka mencuri barang orang lain semua ini tersirat
dalam kutipan parita Brhamaviharaparanam, yaitu:
Aku adalah pemilik karmaku sendiri, pewaris karmaku sendiri,
terlahir dari karmaku sendiri, behubungan dari karmaku sendiri,
terlindungi oleh karmaku sendiri, apapun karma yang kuperbuat,
baik atau buruk itulah yang akan ku warisi.
Dengan demikian setiap saat penuh dengan pengendalian diri,
menyadari akan hal ini dan menyelidiki kedalam batin sendiri, maka
kebahagiaan (Nibbana) adalah buahnya, yaitu lenyapnya semua kekotoran
batin (loba, dosa, moha) yang berarti pula lenyapnya rasa takut dan
tercapainya kebahagian yang sejati, berada diluar baik dan buruk tak ada
rasa pamprih lagi, inilah perlindungan yang aman.

3. Perlindungan Utama Dalam Ajaran Sang Buddha


Apa yang dimaksud perlindungan yang utama? Untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan ini, Sang Buddha bersabda; “Ia yang berlindung
pada Buddha, Dhamma, dan Sangha dengan penuh kebijaksanaan dapat
melihat empat kesunyataan mulia, yaitu: Dukkha, sebab dari dukkha, akhir
dari dukkha serta jalan mulia berfaktor delapan yang menuju akhir dukkha.
Sesungguhnya itulah perlindungan yang utama, dengan pergi mencari
perlindungan seperti itu, orang akan bebas dari penderitaan (Dhammapada
XIV ; 190-192).

Sekarang apa yang dimaksud perlindungan terhadap Buddha? Jika


seseorang pergi berlindung Buddha, maka ia harus menyadari dan menerima
kenyataan bahwa ia pun dapat mencapai apa yang telah dicapai oleh Sang
Buddha. Apa yang telah dicapai oleh Sang Buddha? Sang Buddha telah
mencapai suatu ketenangan, kebahagiaan, kesempurnaan tertinggi dan
Nibbana. Kita pun bisa mencapai ketenangan, kebahagiaan, kesempurnaan

6
tertiggi dan Nibbana. Yang menjadi suatu pernyataan adalah saat ini
bagaimana caranya? Apakah hanya cukup menyatakan aku berlindung pada
Buddha? Tentu tidak! Jawaban atas pertanyaan ini dapat kita temui dalam
perlindungan yang ke dua yaitu perlindungan terhadap Dhamma. Suatu
ketika Sang Buddha berada dipinggiran sebuah hutan, beliau lalu
mengambil segenggam daun yang berserakan di tanah dan berkata;

” Wahai para Bhikkhu, yang mana lebih banyak daun yang ada di hutan
atau yang ada pada genggaman saya?”. Bhikkhu pun menjawab daun
dihutanlah jauh lebih banyak Bhante. Sang Buddha melanjutkan “Begitu
pula Dhamma yang telah diketahui adalah sebanyak daun yang ada di hutan
tetapi Dhamma yang kuajarkan kepada-Mu hanyalah bagaikan segenggam
daun ini, tetapi ini adalah cukup untuk membebaskan dari penderitaan”.

Atas dasar pernyataan tersebut jelaslah bahwa Dhamma yang diajarkan


oleh Sang Buddha adalah Dhamma yang merupakan pelindung kita yang ke
dua dapat membebaskan diri kitadari penderitaan dan mencapai
kebahagiaan. Perlindungan terhadap Dhamma berarti berusaha memahami
empat kesunyataan mulia dan melandasi hidup kita dengan jalan mulia
beruas delapan.

Perlindungan kita yang ketiga adalah perlindungan tehadap Sangha.


Yang dimaksudkan perlindungan terhadap sangha adalah menerima
dukungan inspirasi serta bimbingan dari mereka yang melaksanakan jalan
mulia beruas delapan, siapakah mereka? Mereka adalah para Bhikku Sangha
baik yang telah mencapai tingkat kesucian maupun yang belum. Itulah tiga
perlindungan yang utama dan yang aman, perlindungan yang nyata dan
dapat diandalkan bagi siapapun mahkluk di dunia, maka dari itu temukanlah
tiga perlindungan ini dan manfaatkan sehingga penderitaan dapat di
ahkirinya dan kebahagiaan tercapai.

7
 Perlindungan di bagi menjadi 3 aspek yaitu;
1. Aspek Kemauan
2. Aspek Pengertian
3. Aspek Perasaan

1. Aspek Kemauan
Seorang umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan penuh
kesadaran, bukan sekedar sebagai kepercayaan teoritis, adat kebiasaan
atau tradisi belaka. Tiratana akan benar-benar menjadi kenyataan bagi
seseorang, apabila ia sungguh-sungguh berusaha mencapainya. Karena
adanya unsur kemauan inilah, maka saddhâ dalam agama Buddha
merupakan suatu tindakan yang aktif dan sadar yang ditujukan untuk
mencapai pembebasan, dan bukan suatu sikap yang pasif,
"menunggu berkah dari atas".

2. Aspek Pengertian
Ini mencakup pengertian akan perlunya Perlindungan, yang memberi
harapan dan menjadi tujuan bagi semua makhluk dalam samsâra ini, dan
pengertian akan adanya hakekat dari perlindungan itu sendiri.

3. Aspek Perasaan
Yang berlandaskan aspek pengertian di atas, dan mengandung unsur-
unsur keyakinan, pengabdian dan cinta kasih. Pengertian akan adanya
Perlindungan memberikan keyakinan yang kokoh dalam diri sendiri, serta
menghasilkan ketenangan dan kekuatan. Pengertian akan perlunya
Perlindungan mendorong pengabdian yang mendalam kepada-Nya, dan
pengertian akan hakekat Perlindungan memenuhi batin dengan cinta kasih
kepada Yang Maha Tinggi, yang memberikan semangat, kehangatan dan
kegembiraan.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa "berlindung" dalam


agama Buddha berarti: "Suatu tindakan yang sadar yang bertujuan untuk
mencapai pembebasan, yang berlandaskan pengertian dan didorong oleh

8
keyakinan". Atau secara singkat: "Suatu tindakan sadar dari
pada keyakinan, pengertian dan pengabdian".

Ketiga aspek dari pada "berlindung" ini sesuai dengan aspek kemauan,
aspek pengertian dan aspek perasaan dari batin manusia. Oleh karena itu
untuk mendapatkan perkembangan batin yang harmonis, ketiga aspek ini
harus dipupuk bersama-sama.

B. Apakah ketiga perlindungan ini berlawanan dengan ajaran untuk


berlindung pada diri sendiri?

Ketiga perlindungan ini tidak berlawanan dengan ajaran untuk


berlindung pada diri sendiri, justru sebenarnya sangat sesuai. Seandainya
kita membandingkan kehidupan kita dengan suatu perjalanan; kita
mengambil perlindungan pada Sang Buddha sebagai pemandu, pada
Dhamma sebagai jalan, pada Sangha sebagai orang-orang yang terus
berjalan untuk menunjukkan jalan, dan pada diri sendiri sebagai musafir.
Di sini, "diri" berarti diri kita sendiri, yang merupakan sesuatu yang tidak
dapat ditinggalkan. Sejak lahir kita sudah harus berlindung pada diri sendiri.

Marilah kita renungkan hal ini sejenak, seorang anak memang tidak dapat
bergantung pada dirinya sendiri; ayah atau ibunya harus selalu membantu
menopangnya. Tetapi dalam hal yang paling penting anak itu justru harus
bergantung pada dirinya sendiri. Orang tua menyediakan makanan dan
mereka hanya dapat meletakkan makanan itu di mulut si anak. Lalu anak itu
sendirilah yang harus mengunyah dan menelannya; tubuhnya harus
menerima dan mencernanya. Dalam mengunyah dan menelan makanan, si
anak harus bergantung pada dirinya sendiri. Begitu juga dalam hal belajar;
si anak mungkin bergantung pada orang tuanya untuk mencari sekolah dan
membayar uang sekolah, tetapi dia sendirilah yang harus belajar. Dia tidak
dapat bergantung pada ibunya, ayahnya, atau siapa pun juga, agar belajar
dan mencari ilmu baginya, sementara dia duduk santai berpangku tangan.
Belajar untuk memperoleh pengetahuan membutuhkan ketergantungan pada
diri sendiri, pada sendiri, dan pada kekuatan intelegensinya sendiri. Inilah

9
yang disebut berlindung pada diri sendiri. Tatapi bagaimana orang dapat
berlindung pada diri sendiri agar tidak menjadi malas dan tidak gagal?
Orang harus berlatih sesuai dengan ajaran dan petunjuk Sang Buddha, yang
mengajarkan kepada kita untuk berjuang dengan gigih sampai berhasil.
Inilah yang disebut berlindung pada Sang Buddha, Dhamma dan Sangha;
yaitu, merenungkan ketiganya dan berlatih sesuai dengan itu semua.
Ketiganya dapat menjadi perlindungan bagi diri sendiri; demikian juga
orang dapat berlindung pada diri sendiri.

Barangkali akan timbul pertanyaan; pada saat ini, di manakah Sang


Buddha bersemayam? Murid-murid yang mempelajari sejarah Buddhis
akan menjawab: pada saat ini, yang ada hanyalah Dhamma dan Vinaya
(Peraturan) yang dicetuskan oleh Sang Buddha ketika Beliau masih hidup.
Dhamma dan Vinaya sebagai wakil Guru Agung pernyataan tersebut dibuat
ketika Beliau akan meninggal dunia (parinibbana). Tetapi beberapa murid
Dhamma lain mungkin berusaha membuat orang lain berpikir dengan
menjawab: "Sang Buddha mencapai Dhamma yang Kekal (amatadhamma),
maka Beliau tidak dapat mati". Jadi sekarang inipun, Sang Buddha masih
ada dan akan tetap ada selamanya. Di manakah Beliau bersemayam? Beliau
ada di dalam Dhamma yang Kekal. Beberapa murid Dhamma lainnya
mungkin akan mengacu pada bukti yang terdapat di kitab suci; di sana tidak
disebutkan apakah Sang Buddha dan para Arahat meninggal dan lenyap,
atau meninggal untuk dilahirkan lagi. Hal ini disebabkan karena yang mati
adalah khandha (indriya) atau khandha tubuh (khandha-kaya). Sang
Buddha dan para Arahat bukanlah khandha. Bila dikatakan bahwa mereka
meninggal dan lenyap, atau meninggal dan apa pun sebutannya, semua itu
tidaklah benar. Murid-murid Dhamma masih mempertahankan bahwa bila
Sang Buddha dikatakan ada dan kekal, ini bukannya tanpa dasar. Jika orang
ingin melihat Buddha pada saat ini atau kapanpun, dia harus bertekad untuk
mempraktekkan Ajaran Buddha. Dia harus melatih pikiran untuk
konsentrasi, melatih pemahaman Dhamma, dan kemudian dia akan dapat
melihat Sang Buddha sendiri. Sang Buddha telah memastikan bahwa:
"Siapa pun yang melihat Dhamma, berarti melihat Buddha". Kesaksian ini

10
menyatakan bahwa Sang Buddha ada dan dapat benar-benar dilihat. Karena
itu, memutuskan Sang Buddha sebagai pelindung, seperti yang terungkap
dalam syair: "Pada Sang Buddha-lah saya berlindung" bukan berarti
berlindung dalam kekosongan karena Sang Buddha sudah tidak ada. Sang
Buddha benar-benar merupakan perlindungan sejati.

Metode latihan yang digunakan untuk berlindung pada Sang Buddha


adalah dengan merenungkan sifat-sifat luhur yang dimiliki Sang Buddha.
Atau dapat merenungkan dengan cara: Sang Buddha benar-benar telah
tercerahkan, benar-benar suci, dan memiliki welas asih sejati. Beliau akan
muncul dalam sifat-sifat luhur tersebut. Maka kesepian dan rasa takut akan
lenyap dari pikiran seseorang. Atau jika orang merasa cemas dan tertekan,
suasana hati yang demikian akan segera lenyap. frustasi mental akan lenyap;
lalu akan tampak jelas cara terbaik untuk memecahkan masalah. Inilah
kekuatan Buddha sejati. Yang penting adalah mempertahankan Sang
Buddha dalam pikiran seseorang sebagai perlindungan sejati. Maka Sang
Buddha kemudian akan muncul sebagai perlindungan bagi seseorang.
Pikiran yang memiliki perlindungan itu akan bersifat hangat dan tidak
kesepian; kuat dan tidak lemah; berani dan tidak takut; murni, tidak
menderita dan tidak keruh. Pikiran itu cenderung memunculkan pandangan
benar. Bilamana orang telah melatih konsentrasi dan pemahaman Dhamma
sehingga dia dapat melihat Dhamma, maka dia akan melihat Sang Buddha
dengan jelas dan jernih. Sang Buddha dan Ajaran-Nya, nyata dan dapat
menjadi perlindungan yang dapat diandalkan bagi siapa pun di dunia ini.

C. Apakah kita dapat berlindung pada salah satu dari ketiga


perlindungan itu?

Walaupun berbeda dalam pengertian materi, namun memiliki esensi


yang sama; karena ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sang
Buddha mewujudkan Dhamma, dan Dhamma ini dilestarikan oleh Sangha,
sedangkan Sangha adalah murid-murid Sang Buddha; jadi ketiganya saling
berhubungan. Ibarat tiga tiang kayu yang saling menyangga. Jika orang
berlindung pada salah satunya, otomatis dia bergantung pada ketiganya.

11
Dalam pengertian lain, Sang Buddha adalah perlindungan tertinggi;
demikian juga Dhamma dan Sangha, sesuai dengan sifat-sifat khususnya
masing-masing. Penghafalan kitab suci hanya merupakan ungkapan
sederhana; tiada perlindungan lain selain Sang Buddha, tiada perlindungan
lain selain Dhamma, tiada perlindungan lain selain Sangha.

D. Cara berlindung yang baik agar kita mendapatkan manfaat untuk


terbebas dari penderitaan dan apa yang menyebabkan seseorang
menderita?

Berlindung yang baik adalah berlindung kepada Buddha, Dhamma dan


Sangha. Yang artinya kita bertekad melatih diri menjadi seperti mereka
sebagaimana adanya. Dengan demikian, kita akan terlindungi, terlindungi
berkat karma dan perilaku kita.

Yang menjadi sebab seseorang memiliki masalah adalah tidak


sesuainya kenyataan dengan keinginan (Tanha) orang tersebut.
Kemelekatan terhadap keinginan inilah yang menjadi penderitaan. Semakin
seseorang melekat dengan keinginannya, semakin pula ia menderita, Ketika
kenyataan tidak sesuai dengan keinginan. Janganlah berkeinginan yang
tinggi, karena dapat membuat menderita.

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Marilah kita berlindung kepada Sang Buddha Guru pembimbing kita dengan
cara berkonsentrasi dan membangun suatu kebijaksanaan sehingga kita dapat
memiliki keyakinan yang kuat, melihat Sang Dhamma yang berarti melihat Sang
Buddha. Ingatlah bahwa Sang Buddha dan ajaranya adalah benar-benar
perlindungan kita yang nyata dan dapat diandalkan serta dibuktikan kebenarannya
oleh siapapun makhluk didunia ini serta para siswanya, yaitu Sang Sangha yang
telah melaksanakan Dhamma dan berupaya teguh pada sila dan vinaya secara
sempurna, bertindak jujur, berjalan dijalan yang benar, penuh tanggung jawab
dalam tindakan serta patut menerima persembahan, ladang yang subur untuk
menanam kebijaksanaan, patut dicontoh. Landasan dari bentuk perlindungan ini
adalah kemampuan yang ada pada setiap orang untuk mencapai tingkat-tingkat
kesucian.

Dari uraian diatas jelaslah bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha dalam bentuk
aspeknya sebagai perlindungan yang mempunyai sifat mengatasi keduniawian,
dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha merupakan
manifestasi dari pada yang Mutlak, Yang Esa, Yang menjadi tujuan terahkir bagi
semua mahluk. Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai Tiratana adalah bentuk
kesucian yang tertinggi yang dapat ditangkap oleh manusia biasa, oleh karena itu
diajarkan sebagai perlindungan yang tertinggi oleh Sang Buddha. Jadi Buddha,
Dhamma dan Sangha adalah merupakan bentuk manifestasi perwujudan, dari
Tuhan Yang Maha Esa dari alam semesta ini, yang di puja dan dianut oleh umat
Buddha di dunia sehingga tercapainya Nibbana. Hal ini hanyalah dapat dicapai dan
dirasakan dengan suatu usaha dan merealisasinya dari kebenaran Dhamma.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://en.wikipedia.org/wiki/Triratna

http://buddhissmansa.blogspot.com/2013/01/tri-ratna.html

https://sejarahlengkap.com/agama/buddha/sejarah-buddha-gautama

https://www.wartaekonomi.co.id/read155055/yuk-tengok-10-agama-terbesar-di-
dunia.html

14

Anda mungkin juga menyukai