DISUSUN OLEH
Rafael Juvito Peter
03031281924048
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
Ajaran Agama Buddha dapat dirangkum dalam tiga ajaran pokok atau
dikenal sebagai Triratna, yaitu Buddha, Dhamma, dan Sangha. Ajaran
tentang Buddha Gautama sebagai pendiri Agama Buddha dan asas rohani
yang dapat dicapai oleh setiap mahluk hidup pada perkembangan.
1
Umat Buddha di seluruh dunia menyatakan ketaatan dan kesetiaan
mereka kepada Buddha, Dhamma, dan Sangha dengan kata-kata dalam
suatu rumusan kuno yang sederhana namun menyentuh hati. Rumusan kuno
ini disebut dengan Tiratana (Pali) atau Triratna (Sansekerta).
Tiratana/Triratna ini merupakan satu bagian yang terpenting dan menjadi
dasar dalam Agama Buddha. Tiratana/Triratna ini terdiri dari dua kata, yaitu
“Tri” yang berarti tiga dan “Ratana” yang berarti permata. Berdasarkan
kedua arti kata tersebut, Tiratana/Triratna dapat diartikan secara
keseluruhan, “Tiga Permata Mulia” (Tiga Perlindungan).
2
B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang, maka beberapa masalah yang akan saya
bahas di makalah ini adalah :
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
apabila seseorang merasa susah dan sedih akan hal-hal yang dialaminya
maka akan berusaha untuk mencari suatu ketenangan dan ketentraman.
Ketika penduduk Malaysia negara tetangga kita yang semakin padat, karena
semakin banyak tenaga kerja dari Indonesia secara tidak resmi maka
melakukan deportasi dan ahkirnya banyak para tenaga kerja Indonesia yang
terlantar maka dengan penuh kebijaksanaan pemerintah Indonesia berusaha
untuk melindunginya, menanggung biaya penggembalian penduduknya ke
asalnya dan memberikan pengarahan, ketika nilai rupiah anjlok, maka para
ibu-ibu rumah tangga berusaha untuk melindungi hartanya dengan membeli
dolar, ketika seseorang mengalami frustasi dan cemas ia mungkin mencari
perlindungan kepada sahabatnya dan ketika ajalnya datang mendekat,
mungkin pula mencari suatu perlindungan tentang kepercayan adanya surga
yang kekal abadi. Tetapi itu semua bukanlah bentuk perlindungan yang
aman atau utama. Karena tidak didasarkan atas kenyataan dan tidak akan
membebaskan kita dari penderitaan.
5
penyakit, penderitaan maupun nama baik timbul karena suatu
perbuatan kita sendiri. Mendapatkan kekayaan karena giat bekerja
dan berusaha (faktor masa sekarang), sering berdana (faktor masa
lalu) serta tidak suka mencuri barang orang lain semua ini tersirat
dalam kutipan parita Brhamaviharaparanam, yaitu:
Aku adalah pemilik karmaku sendiri, pewaris karmaku sendiri,
terlahir dari karmaku sendiri, behubungan dari karmaku sendiri,
terlindungi oleh karmaku sendiri, apapun karma yang kuperbuat,
baik atau buruk itulah yang akan ku warisi.
Dengan demikian setiap saat penuh dengan pengendalian diri,
menyadari akan hal ini dan menyelidiki kedalam batin sendiri, maka
kebahagiaan (Nibbana) adalah buahnya, yaitu lenyapnya semua kekotoran
batin (loba, dosa, moha) yang berarti pula lenyapnya rasa takut dan
tercapainya kebahagian yang sejati, berada diluar baik dan buruk tak ada
rasa pamprih lagi, inilah perlindungan yang aman.
6
tertiggi dan Nibbana. Yang menjadi suatu pernyataan adalah saat ini
bagaimana caranya? Apakah hanya cukup menyatakan aku berlindung pada
Buddha? Tentu tidak! Jawaban atas pertanyaan ini dapat kita temui dalam
perlindungan yang ke dua yaitu perlindungan terhadap Dhamma. Suatu
ketika Sang Buddha berada dipinggiran sebuah hutan, beliau lalu
mengambil segenggam daun yang berserakan di tanah dan berkata;
” Wahai para Bhikkhu, yang mana lebih banyak daun yang ada di hutan
atau yang ada pada genggaman saya?”. Bhikkhu pun menjawab daun
dihutanlah jauh lebih banyak Bhante. Sang Buddha melanjutkan “Begitu
pula Dhamma yang telah diketahui adalah sebanyak daun yang ada di hutan
tetapi Dhamma yang kuajarkan kepada-Mu hanyalah bagaikan segenggam
daun ini, tetapi ini adalah cukup untuk membebaskan dari penderitaan”.
7
Perlindungan di bagi menjadi 3 aspek yaitu;
1. Aspek Kemauan
2. Aspek Pengertian
3. Aspek Perasaan
1. Aspek Kemauan
Seorang umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan penuh
kesadaran, bukan sekedar sebagai kepercayaan teoritis, adat kebiasaan
atau tradisi belaka. Tiratana akan benar-benar menjadi kenyataan bagi
seseorang, apabila ia sungguh-sungguh berusaha mencapainya. Karena
adanya unsur kemauan inilah, maka saddhâ dalam agama Buddha
merupakan suatu tindakan yang aktif dan sadar yang ditujukan untuk
mencapai pembebasan, dan bukan suatu sikap yang pasif,
"menunggu berkah dari atas".
2. Aspek Pengertian
Ini mencakup pengertian akan perlunya Perlindungan, yang memberi
harapan dan menjadi tujuan bagi semua makhluk dalam samsâra ini, dan
pengertian akan adanya hakekat dari perlindungan itu sendiri.
3. Aspek Perasaan
Yang berlandaskan aspek pengertian di atas, dan mengandung unsur-
unsur keyakinan, pengabdian dan cinta kasih. Pengertian akan adanya
Perlindungan memberikan keyakinan yang kokoh dalam diri sendiri, serta
menghasilkan ketenangan dan kekuatan. Pengertian akan perlunya
Perlindungan mendorong pengabdian yang mendalam kepada-Nya, dan
pengertian akan hakekat Perlindungan memenuhi batin dengan cinta kasih
kepada Yang Maha Tinggi, yang memberikan semangat, kehangatan dan
kegembiraan.
8
keyakinan". Atau secara singkat: "Suatu tindakan sadar dari
pada keyakinan, pengertian dan pengabdian".
Ketiga aspek dari pada "berlindung" ini sesuai dengan aspek kemauan,
aspek pengertian dan aspek perasaan dari batin manusia. Oleh karena itu
untuk mendapatkan perkembangan batin yang harmonis, ketiga aspek ini
harus dipupuk bersama-sama.
Marilah kita renungkan hal ini sejenak, seorang anak memang tidak dapat
bergantung pada dirinya sendiri; ayah atau ibunya harus selalu membantu
menopangnya. Tetapi dalam hal yang paling penting anak itu justru harus
bergantung pada dirinya sendiri. Orang tua menyediakan makanan dan
mereka hanya dapat meletakkan makanan itu di mulut si anak. Lalu anak itu
sendirilah yang harus mengunyah dan menelannya; tubuhnya harus
menerima dan mencernanya. Dalam mengunyah dan menelan makanan, si
anak harus bergantung pada dirinya sendiri. Begitu juga dalam hal belajar;
si anak mungkin bergantung pada orang tuanya untuk mencari sekolah dan
membayar uang sekolah, tetapi dia sendirilah yang harus belajar. Dia tidak
dapat bergantung pada ibunya, ayahnya, atau siapa pun juga, agar belajar
dan mencari ilmu baginya, sementara dia duduk santai berpangku tangan.
Belajar untuk memperoleh pengetahuan membutuhkan ketergantungan pada
diri sendiri, pada sendiri, dan pada kekuatan intelegensinya sendiri. Inilah
9
yang disebut berlindung pada diri sendiri. Tatapi bagaimana orang dapat
berlindung pada diri sendiri agar tidak menjadi malas dan tidak gagal?
Orang harus berlatih sesuai dengan ajaran dan petunjuk Sang Buddha, yang
mengajarkan kepada kita untuk berjuang dengan gigih sampai berhasil.
Inilah yang disebut berlindung pada Sang Buddha, Dhamma dan Sangha;
yaitu, merenungkan ketiganya dan berlatih sesuai dengan itu semua.
Ketiganya dapat menjadi perlindungan bagi diri sendiri; demikian juga
orang dapat berlindung pada diri sendiri.
10
menyatakan bahwa Sang Buddha ada dan dapat benar-benar dilihat. Karena
itu, memutuskan Sang Buddha sebagai pelindung, seperti yang terungkap
dalam syair: "Pada Sang Buddha-lah saya berlindung" bukan berarti
berlindung dalam kekosongan karena Sang Buddha sudah tidak ada. Sang
Buddha benar-benar merupakan perlindungan sejati.
11
Dalam pengertian lain, Sang Buddha adalah perlindungan tertinggi;
demikian juga Dhamma dan Sangha, sesuai dengan sifat-sifat khususnya
masing-masing. Penghafalan kitab suci hanya merupakan ungkapan
sederhana; tiada perlindungan lain selain Sang Buddha, tiada perlindungan
lain selain Dhamma, tiada perlindungan lain selain Sangha.
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Marilah kita berlindung kepada Sang Buddha Guru pembimbing kita dengan
cara berkonsentrasi dan membangun suatu kebijaksanaan sehingga kita dapat
memiliki keyakinan yang kuat, melihat Sang Dhamma yang berarti melihat Sang
Buddha. Ingatlah bahwa Sang Buddha dan ajaranya adalah benar-benar
perlindungan kita yang nyata dan dapat diandalkan serta dibuktikan kebenarannya
oleh siapapun makhluk didunia ini serta para siswanya, yaitu Sang Sangha yang
telah melaksanakan Dhamma dan berupaya teguh pada sila dan vinaya secara
sempurna, bertindak jujur, berjalan dijalan yang benar, penuh tanggung jawab
dalam tindakan serta patut menerima persembahan, ladang yang subur untuk
menanam kebijaksanaan, patut dicontoh. Landasan dari bentuk perlindungan ini
adalah kemampuan yang ada pada setiap orang untuk mencapai tingkat-tingkat
kesucian.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha dalam bentuk
aspeknya sebagai perlindungan yang mempunyai sifat mengatasi keduniawian,
dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Buddha, Dhamma dan Sangha merupakan
manifestasi dari pada yang Mutlak, Yang Esa, Yang menjadi tujuan terahkir bagi
semua mahluk. Buddha, Dhamma dan Sangha sebagai Tiratana adalah bentuk
kesucian yang tertinggi yang dapat ditangkap oleh manusia biasa, oleh karena itu
diajarkan sebagai perlindungan yang tertinggi oleh Sang Buddha. Jadi Buddha,
Dhamma dan Sangha adalah merupakan bentuk manifestasi perwujudan, dari
Tuhan Yang Maha Esa dari alam semesta ini, yang di puja dan dianut oleh umat
Buddha di dunia sehingga tercapainya Nibbana. Hal ini hanyalah dapat dicapai dan
dirasakan dengan suatu usaha dan merealisasinya dari kebenaran Dhamma.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://en.wikipedia.org/wiki/Triratna
http://buddhissmansa.blogspot.com/2013/01/tri-ratna.html
https://sejarahlengkap.com/agama/buddha/sejarah-buddha-gautama
https://www.wartaekonomi.co.id/read155055/yuk-tengok-10-agama-terbesar-di-
dunia.html
14