Oleh
JATMIKO ADJIE KUSUMA (6301417067)
MUHAMMAD SYAIFUDDIN ZUHRI (6301417068)
YUSUF DANI ALFAJAR (6301417069)
ACHMAD BAGUS ATOUL MUHIBIN (6301417070)
ANTON BAYU AJI (6301417072)
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti
penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa
yang tepat waktu dalam dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelompok yang
produktif. Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang
diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Oleh karena itu guru dituntut untuk
meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar
siswa berada pada tingkat yang optimal
1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal, seperti menunjukkan sikap tanggap, memberikan perhatian, memusatkan perhatian
kelompok, memberikan petun-juk yang jelas, menegur bila siswa melakukan tindakan menyimpang,
memberikan penguatan (reinforcement).
2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal, yaitu
berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar
guru dapat melakukan tinda-kan remidial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Guru
dapat menggunakan strategi:
a. Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami
masalah/kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan
pemberian penguatan secara sistematis.
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan,
di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses
belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat
yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai pengelola
kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai valuator.
a) Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua yang
memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan menyalahkan
argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh
karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru
sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh bagi
peserta didik.
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap pembelajaran
pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi
meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada beberapa tingkatan antara lain :
-Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan
hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang
sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh
semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan
pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus
terbuka
Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan
menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola Kelas,
agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di
dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran
mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa.
Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward
Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media yang akan
digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember belajar yang harus dipelajari
oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-
beda oleh karena itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar
mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang
pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan
mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali macamnya
misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.
Pengaturan kelas
Tugas utama guru adalah menciptakan suasana didalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar
yang dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik dan bersungguh-sungguh. Dalam kegiatan
belajar mengajar terdapat dua hal yang turut menentukan berhasil tidaknya pengajaran, dalam arti
tercapainya tujuan-tujuan intruksional, sangat bergantung kepada kemampuan mengatur kelas.
Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi
belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa
dalam belajar, diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai. Pengorganisasian kelas adalah
suatu rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang
efektif, misalnya :
o Pengaturan ruangan dan perabotan pelajaran dikelas agar tercipta suasana yang menggairahkan
dalam belajar.
o Pengelompokan siswa dalam belajar disesuaikan dengan minat dan kebutuhan siswa itu sendiri.
1. Teknik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik yang biasanya efektif yaitu
teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa membuatnya takut, dan karena itu dapat
menghentikannya dari perbuatan yang disruptif , tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai
menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat duduknya ke meja guru dapat
berefek preventif.
2. Teknik memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan
isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau
lambaian tangan.
3. Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya guru memandang efek saja,
dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat mempertahankan suasana baik, serta
memberikan peringatan kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
4. Teknik tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak perlu
menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan
kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di perhatikan.
5. Teknik yang keras. Guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras apabila ia di hadapkan
pada perilaku disruptif yang jelas tidak terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya dalam kelas.
6. Teknik mengadakan diskusi secara terbuka. Bila kenakalan di kelas mulai bertambah, sering
guru menjadi heran. ia lalu menilai kembali tindakan dan pengajarannya. untuk menjelaskan
perbuatan-perbuaatan siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar yang sedikit lebih sesuai
daripada sebelumnya.
8. Mengadakan analisis. Kadang-kadang terjadi hampir terus menerus berbuat kenakalan, guru
dapat mengetahui masalah yang akan di hadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.
Pendekatan ini ada keterkaitannya dengan pendakatan pembelajaran. Masalahnya ialah proses
pembelajaran ini berlangsung dalam situasi dan kondisi kelas. Pengelolaan kelas ada yang bersifat
perorangan ada yang bersifat kelompok
1. Pendekatan Otoriter
2. Pendekatan Permisif
1. Pendekatan Otoriter
Pandangan yang otoriter dalam pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Pengelolaan kelas sebagai proses
untuk mengontrol tingkah laku siswa ke arah disiplin. Bila timbul masalah-masalah yang merusak
ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:
· menukar dan mengganti susunan kelompok tanpa melalui prosedur yang sebenarnya.
Pengajar memandang pembelajar telah mampu meyakinkan sesuatu dengan prosedur yang benar.
“Biarlah mereka bekerja sendiri dengan bebas”, demikian pegangan pengajar dalam mengelola
kelas. Lebih kurang menguntungkan lagi kalau selama pembeiajar bekerja sendiri, pengajar juga aktif
mengerjakan tugas sendiri dan pada saat waktu habis baru ditanyakan atau disusun. Percaya atau
tidak bahwa hasil bekerja pembelajar belum memadai dan kurang terarah Akibat yang sering terjadi
pembelajar merasa telah benar dengan tingkah laku dalam pengerjaan tugas, telah bertanggung
jawab dalam kelompok atau kelas itu. Tapi ternyata setelah dibandingkan dengan kelompok lainnya
kurang atau malahan lebih rendah. Kedua pendekatan inipun kurang menguntungkan, tanpa kontrol
dan pengajar bersikap serta memandang ringan terhadap gejala-gejala yang muncul. Pihak pengajar
dan pembelajar tampak bebas, kurang memikat.
Pendekatan ini berdasar pada teori bahwa semua perilaku pembelajar baik yang disukai maupun
yang tidak adalah hasil belajar. Melalui pendapat tersebut maka dapat dikenal prinsip-prinsip bahwa
: Semua bentuk pendekatan yang berupa penguatan positif maupun negatif, hukuman, penghilangan
berlaku dalam proses belajar bagi setiap tingkatan umur dan semua keadaan. Proses belajar
sebagian atau bahkan seluruhnya dipengaruh oleh kejadian-kejadian yang Berlangsung di lingkungan
a. Pendekatan Penguatan
Teori pengubahan perilaku menyatakan bahwa penguatan perilaku tertentu sejalan dengan usaha
belajar yang hasilnya akan memperoleh ganjaran hadiah (penguatan atau pendorong).
b. Pendekatan penghukuman dan penghilangan
Teori pengubahan perilaku melalui penggunaan perangsang yang tidak menyenangkan bentuk
menghilangkan perilaku yang tidak menyenangkan disebut penghukuman untuk menghilangkan atau
meniadakan. Pendekatan penghukuman ini dianggap bermanfaat bila untuk segera menghentikan,
menghilangkan penampilan tingkah laku yang tak disukai untuk segera dan sambil melaksanakan
sistem penguatan yang tepat bagi kelayakan penampilan perilaku tertentu yang disukai.
Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi dari hubungan
yang baik antara pengajar dengan pembelajar, pembelajar dengan pembelajar. Hubungan
diharapkan merupakan jalinan ke arah hubungan antara pribadi yang dipengaruhi oleh
Penggunaan pendekatan proses kelompok ini menekankan pentingnya ciri-ciri kelompok yang sehat
yang terdapat dalam kelas yang didukung adanya saling berhubungan antar pembelajar dalam
kelompok di kelas itu. Peranan pengajar diutamakan pada upaya mengembangkan dan
mempertahankan ke eratan hubungan antar pembelajar semangat produktivitas, dan orientasi pada
tujuan kelompok bukan tujuan pribadi.. Tujuan utama dari pendekatan proses kelompok ini ialah
membantu kelompok bertanggung jawab atas perbuatan kelompok anggota-anggotanya dalam
kegiatan kelompok sendiri.
Dalam pelaksanaan pendekatan proses kelompok yang harus diperhatikan oleh pengajar ialah :
· Meningkatan daya tarik dan ikatan bagi anggota-anggotanya melalui menumbuhkan sikap
saling menghargai, komunikasi yang tepat.
· Menurut Schmuck dan Schmuck ada 6 unsur yang menyangkut pengelolaan kelas melalui
proses kelompok yakni harapan, kepemimpinan, kemenarikan, norma, komunikasi dan keeratan
hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/10105414/PENERAPAN_SUATU_SISTEM_DALAM_PENGELOLAAN_KELAS
http://conditionaloflife.blogspot.com/2013/05/10-pengelolaan-kelas-1.html?m=1
https://belajarpedagogi.wordpress.com/pengelolaan-kelas/