Anda di halaman 1dari 9

1

Energi Spessifik

Saluran dimana air yang sedang mengalir tidak sepenuhnya tertutup oleh batas
yang kukuh , namun mempunyai permukaan bebas terbuka terhadap tekanan atmosfer
dikenal dengan saluran terbuka (open channel). Saluran terbuka dapat diklasifikasikan
sebagai buatan atau alami, tergantung pada apakah penampangnya adalah buatan manusia
atau sebaliknya. Sungai dan muara adalah contoh saluran alami sedangkan saluran irigasi
adalah contoh saluran buatan (Ranga Raju, 1984).
Aliran saluran terbuka dapat diklasifikasikan ke dalam jenis yang berbeda menurut
beberapa hal, diantaranya adalah berdasarkan nilai dari bilangan Froude atau Froud
Number. Bilangan froude adalah perbandingan antara gaya inersia dengan gaya gravitasi
(per satuan volume) dan dapat ditulis sebagai :
U
Fr 
gL

dengan :
Fr : bilangan Froude
U : kecepatan
g : gravitasi
L : panjang spesifik
 : rapat massa
Aliran dikatakan kritis apabila bilangan Froude sama dengan satu, aliran disebut subkritis
apabila F < 1 dan superkritis apabila F > 1.Aliran subkritis kadang-kadang disebut aliran
tenang, sedang aliran cepat juga digunakan untuk menyatakan aliran super kritis.

2. Energi Spesifik
Energi spesifik aliran pada penampang tertentu sebagai total energi pada
penampang yang dihitung dengan menggunakan dasar saluran sebagai titik duga
ditentukan dengan :
 V2 
E 1  h 1    (1)
 2g 

dengan, E = tinggi energi (m)


h = tinggi muka air (m)
V = kecepatan aliran (m/det)
g = kecepatan gravitasi (m/det2)
2
Konsep energi spesifik dan kedalaman kritis dapat digunakan untuk menyelesaikan
beberapa masalah parktek yang penting.Percepatan aliran dapat disebabkan oleh
berkurangnya lebar saluran, naiknya ketinggian dasar atau keduanya. Saluran dengan
bentuk persegi empat dapat digunakan untuk keperluan penyederhanaan (Ranga Raju,
1984).
a. Kenaikan ketinggian dasar

Aliran air dapat dianalisis dengan menggunakan diagram energi spesifik jika =

(q) adalah konstan. Pendekatan tersebut mempertimbangkan jika suatu saluran yang
lebarnya konstan akan tetapi terjadi kenaikan dasar saluran dalam daerah tertentu.

h1 h2 > hc
∆z

Gambar 1. Aliran Pendekatan Subkritik (h2 > hc).

h1 h2 = hc
∆z

Gambar 2. Aliran Pendekatan Subkritik (h2 = hc).

h1 h2 < hc
∆z

Gambar 3. Aliran Pendekatan Subkritik (h2 < hc).

Keadaan energi spesifik di hulu

………………………….(1)

sehingga keadaan energi pada daerah penonjolan (E2) dapat diketahui yaitu :
………………………….(2)
3
Kedalaman sehubungan dengan h2 dapat dihitung dengan cara coba-coba melalui
persamaan sebagai berikut :

……………………........(3)

Energi spesifik minimum yang dapat diperoleh pada penampang 2 adalah Ec dan
ini akan diperoleh apabila naiknya dasar mempunyai suatu harga ∆z c tertentu, dengan
persamaan sebagai berikut :

………………(4)

…………………………...(5)

Keterangan :
E1 : Energi spesifik di daerah hulu. (m)
E2 : Energi spesifik di daerah penonjolan. (m)
h1 : Kedalaman air pada penampang di daerah hulu. (m)
h2 : Kedalaman air pada penampang
di daerah penonjolan. (m)
U1 : Kecepatan aliran air di daerah hulu. (m/det)
F1 : Bilangan Froude.
∆z : Kenaikan dasar yang terjadi. (m)
∆zc : Kenaikan dasar kritik. (m)
g : Percepatan gravitasi bumi. (m/det)
Q : Debit aliran air. (m3/det)
A : Luas tampang basah. (m2)
(K.G. Ranga Raju : 1984)

Pertimbangkan suatu saluran yang lebarnya konstan. Saluran ini kemudian dinaikkan
dasarnya sebesar ΔZ2 pada paenampang 2. Energi pada penampang 2 adalah :
E2 = E1 – ΔZ1
Apabila ΔZ1 < ΔZc maka muka air pada penampang 2 akan mengalami penurunan
dengan kedalaman baru sebesar h2. Kedalaman baru h2 ini dapat dihitung dengan
menyamakan harga E2 = E1.Selanjutnya harga E2 digunakan untuk menentukan harga
h2dengan persamaan
 2 
E 2  h 2   Q 
2g.b .h  .
 2 2

Selanjutnya dengan Metode Newton Raphson harga h2 dapat ditentukan.

Apabila ΔZ1 = ΔZc maka pada penampang 2 kedalamannya akan mencapai kedalaman
kritis sebesar hc. Nilai hc dapat dihitung dengan persamaan
4
2
 Q  1
hc  3   .
b  g
 2 

Apabila harga ΔZ1 diperbesar sehingga ΔZ1 > ΔZc maka pada penampang 2 kedalaman
akan mencapai ĥ2 yang besarnya sama dengan hc dan pada penampang 1 kedalamannya
mengalami kenaikan sehingga kedalamannya menjadi ĥ1 yang lebih besar daripada
h1.Nilai h1 baru ini didapatkan dengan menyelesaikan persamaan :
mulai
 2 
E1  h 1   Q
 2g.h .b 
 1 1
Masukkan : kedalaman,
Untuk mendapatkan nilai kedalaman aliran di tpenampang 1 atau h1 pada persamaan ini
lebar, kecepatan aliran dan
dapat dilakukan dengan metode Newton-Raphson.
kenaikan dasar ( ΔZ2 )

Hitung Fr,

No
Cek Fr
Fr < 1
yes
Hitung E1,

Hitung ΔZc,

ΔZ2 < ΔZc ΔZ2 > ΔZc bc


Cek ΔZ2

dgn ΔZc
2
 Q  1
hc  3  
b  g ΔZ2 = ΔZc
 2  Hitung ћc dan ћ1 :
Hitung h2 = hc
Hitung Ē1 = Ec + ΔZ2 E2 = E1
dengan : E2 = E1

Hitung h 2 = hc
Hitung h2 Hitung h2

Hitung ћ1,

selesai
5

Gambar 2.Diagram alir perhitungan kedalaman muka air

b. Penyempitan Saluran
6
Jika suatu saluran mengalami penyempitan dari B ke B’ akan tetapi ketinggian
dasar tetap sama dan mengakibatkan kehilangan energi antara penampang 1 dan 2, maka
kita dapat menggunakan hubungan debit kedalaman untuk suatu energi spesifik.

B B’

Gambar 4. Saluran Segi Empat Tampak Atas.

h1
h2

Gambar 5. Saluran Segi Empat Tampak Samping.

Kedalaman kritik dapat diketahui dengan persamaan sebagai berikut :

……………………..(6)

………………………(7)

Sehingga energi spesifik pada penampang yang mengalami penyempitan dapat


dihitung dengan persamaan :

…………………(8)

……………………...(9)

Jika lebar pada penyempitan pada B lebih kecil daripada B c, hal tersebut
menunjukkan bahwa debit tidak dapat lewat dengan energi di hulu yang tersedia atau yang
ada. Sehingga energi di hulu harus ditambah dan energi itu akan bertambah sehingga
7
aliran dapat terjadi dengan energi minimum pada penyempitan, yaitu dengan kedalaman h c
.
Untuk mengetahui Bc dapat diketahui dari persamaan :

……………………..(10)

Keterangan :
E1 : Energi spesifik di daerah hulu. (m)
E2 : Energi spesifik di daerah penyempitan. (m)
B1 : Lebar saluran di daerah hulu. (m)
B2 : Lebar saluran di daerah penyempitan. (m)
Bc : Lebar saluran kritik. (m)
h1 : Kedalaman air pada penampang di daerah hulu. (m)
h2 : Kedalaman air pada penampang
di daerah penyempitan. (m)
hc : Kedalaman air kritik. (m)
g : Percepatan gravitasi bumi. (m/det)
Q : Debit aliran air. (m3/det)
A : Luas tampang basah. (m2)
Untuk mendapatkan nilai h1 pada persamaan ini dapat dilakukan dengan metode
Newton-Raphson.
Misalkan lebar saluran akan dikurangai dari b1 ke b2 (masih lebih besar daripada bc) dan
ketinggian dasar dianggap tetap.Karena kehilangan energi pada penampang 1 dan 2 dapat
diabaikan, kita dapat menggunakan suatu hubungan debit kedalaman untuk suatu energi
spesifik konstan.Apabila aliran yang mendekati adalah subkritis dengan kedalaman sama
dengan h1 pada penampng 1, kedalaman pada penampang 2 akan lebih kecil daripada h1
( tetapi lebih besar daripada hc) dan sama dengan h2.Kita dapat menggunakan persamaan
E2 = E1 untuk mendapatkan h2.Apabila b2 sama dengan bc maka yang terjadi pada
penampang 2 adalah kedalaman sebesar hc.Dan apabila b2 lebih kecil daripada bc maka
yang terjadi pada penampang 2 adalah ĥc dengan diikuti dengan kedalaman pada
penampang 1 lebih besar daripada h1 yaitu sebesar ĥ1. Proses perhitungan dilakukan
dengan diagram alir berikut :
Proses perhitungan dilakukan dengan diagram alir berikut :
Langkah Perhitungan :
 V2   Q2 
1.Hitunglah E 1  h 1    atau E1  h 1   
2 
 2g   2g A 
U
2.Hitunglah bilangan Froude Fr  g D
8
3.Dicek apakah Fr < 1 , jika ok lanjutkan. Jika tidak maka kecepatan dikurangi sampai
memenuhi Fr < 1.

4.Hitunglah E2 berdasarkan lebar di penampang 2 dengan persaamaan :


 Q2 
E 2  h 2   
2g b2 .h 2 
2
mulai
5.Cek apakah E2 sama, kurang atau lebih besar dari E1.

Masukkan : kedalaman,
6.JIka E2 < E1 gunakan persamaan E2kecepatan
lebar, = E1 danaliran
selanjutnya hitung h2.
dan kenaikan dasar

( ΔZ
7.Jika E2 = E1 maka terjadi hc dan )
dihitung dengan persamaan E2.
2

Hitung Fr,

8.Jika E2 > E1 maka dianggap E1 = E2 dan dihitung h1 dengan persamaan E1 baru dengan h2
sebesar hc.

No
Cek Fr
Fr < 1
yes
Hitung E1,

Hitung bc,

B2 < bc B2 > bc
Cek b2 : bc

2
Q 1 B2 = bc
hc  3   Hitung h2 = hc
Hitung ћc dan
 b2  g ћ1 : E2 = E1
dengan : E2 = E1

Hitung Ē1 = Ec =

E2 Hitung h2 Hitung h2

Hitung ћ1,

selesai
9

Gambar 1.Diagram alir perhitungan kedalaman muka air

Anda mungkin juga menyukai