ȏ Ȑ
Modul Validasi Peta
Rencana Tata Ruang
MODUL -
s//
T
F
A
R
D
MODUL
MODUL KELENGKAPAN DATA TEMATIK
Peta tematik adalah peta yang menyajikan unsur-unsur tertentu dari permukaan bumi sesuai
dengan topik atau tema dari peta bersangkutan. Umumnya peta ini digunakan sebagai data
analisis dari beberapa unsur permukaan bumi di dalam pengambilan suatu keputusan untuk
pembangunan.
Data tematik yang dikumpulkan dapat berupa data statistik, deskripsi, dan peta serta informasi
yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series). Data tersebut diharapkan dapat
memberikan gambaran mengenai karakteristik fisik lahan maupun sosial, sehingga
memperkaya informasi guna analisis pemanfaatan ruang.
T
Kelengkapan data tematik mengacu pada Permen PU No. 20/PRT/M/2011 tentang Pedoman
Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi serta disesuaikan dengan karakteristik bagian
wilayah perkotaan (BWP). Data tematik idealnya tersedia dalam skala 1 : 5.000 atau skala
F
besar, akan tetapi sering kali tidak tersedia data tematik pada skala 1:5.000, dalam kondisi
tersebut maka data yang digunakan adalah data yang terbaik (best available data).
A
Kelengkapan data tematik untuk RDTR adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan lahan eksisting
2. Sebaran fasilitas umum dan sosial
R
1
12. Data Analisis SDA (zona lindung):
a. Kesesuaian lahan
b. Kawasan hutan dari KLHK (menyertakan SK-nya)
13. Data Analisis SDA & fisik wilayah lain (zona budi daya):
a. Kemampuan Lahan
b. Sistem lahan
14. Jaringan prasarana eksisting (skala besar):
a. Sistem jaringan prasarana air minum
b. Sistem jaringan persampahan
c. Sistem prasarana energi dan kelistrikan
d. Sistem jaringan drainase dan air limbah
e. Sistem jaringan transportasi
f. Sistem jaringan telekomunikasi
g. Sistem jaringan lainnya
T
Di bawah ini akan dibahas pengertian dan ketentuan dalam pemeriksaan data tematik.
1. Data penggunaan lahan eksisting
F
Peta penggunaan lahan menggambarkan kondisi penggunaan lahan suatu wilayah.
Penggunaan lahan merupakan wilayah yang digunakan untuk aktivitas manusia di
A
permukaan bumi. Dalam pemetaan tata ruang, pemetaan penggunaan lahan harus sebisa
mungkin menggunakan data yang relatif baru.
Ketentuan :
R
Pemetaan dilakukan menggunakan data CSRT terkoreksi, dengan kondisi data citra
terbaru, dan dengan bantuan survei / data persil batas kepemilikan lahan. Idealnya
adalah 2 tahun sebelum penyusunan peta RDTR, apabila hal tersebut tidak terpenuhi
D
2
Peta Tematik - Contoh Klasifikasi Penggunaan Lahan untuk RDTR
Tema Jenis Tema Jenis
Bangunan - Hutan Tanaman Produksi
Permukiman Permukiman Hutan Kerapatan Tinggi
Komersial Perdagangan dan Jasa Hutan Kerapatan Sedang
Perkantoran Hutan Kerapatan Rendah
Perkantoran
Perkantoran Swasta Hutan Hutan Rawa dan Gambut
Industri Besar Hutan Mangrove
Industri
Aneka Industri Hutan Bambu
Pendidikan Hutan Kota
Transportasi Hutan Lainnya
Pelayanan Kesehatan Tempat Pembuangan Sementara
Umum Olahraga Persampahan Tempat Pembuangan Akhir
Sosial IPAL
Peribadatan Perkebunan Karet
Pariwisata Pariwisata Perkebunan Kopi
Hankam Hankam Perkebunan Kakao
T
Jalan Perkebunan Teh
Jalan Kereta Api Perkebunan Kelapa
Transportasi
Jembatan Perkebunan Perkebunan Kelapa Sawit
Landas Pacu
F Perkebunan Tebu
Sungai Perkebunan Tembakau
Kolam Perkebunan Salak
A
Waduk Perkebunan Campuran
Danau Perkebunan Lain
Gosong Sungai Ladang
Perairan Embung Tegalan
R
Pertanian dan
Saluran Irigasi dan Sawah
Peternakan
Drainase Peternakan
Terumbu Karang Tambak
D
3
2. Data Sebaran sarana/ fasilitas umum dan sosial
Sarana wilayah merupakan fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan
dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Sarana terdiri dari sarana
tansportasi, sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ekonomi, sarana ibadah, dan
lain sebagainya.
Tabel Spesifikasi Jenis Sarana/Fasilitas Wilayah
No. Sarana Jenis
1. Sarana Transportasi Terminal, bandara, stasiun, pelabuhan
2. Sarana Kesehatan Rumah sakit, puskesmas, posyandu,
pustu, klinik, dan apotek
3. Sarana Pendidikan PTN/PTS, SMA dan sederajat, SMP
dan sederajat, SD dan sederajat, TK,
Playgroup, SLB dan sarana
T
pendidikan informal
4. Sarana Ekonomi Pasar, Pusat Perbelanjaan
5. Sarana Ibadah Mesjid, Mushola, Gereja, Pura,
6. Sarana Lainnya
F
Panti Asuhan, Panti Jompo, dll
A
Cek :
✓ Ketersediaan data
✓ Ketepatan digitasi/geometris
✓ Kelengkapan atribut
R
satuan kepadatan penduduk pada umumnya yaitu jiwa/km2. Data kepadatan penduduk
dapat diambil dari data BPS yang terbaru.
Cek :
✓ Ketersediaan data
✓ Ketepatan digitasi/geometris
✓ Kelengkapan atribut
✓
4. Data arahan LP2B (jika ada)
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) adalah bidang lahan pertanian yang
ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsistem guna menghasilkan
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. LP2B dapat
berupa lahan beririgasi, lahan reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut (lebak)
dan/atau lahan tidak beririgasi (lahan kering).
4
Data LP2B didapatkan dari walidata yaitu Kementerian Pertanian atau dapat berupa
usulan dari pemerintah daerah. Wilayah LP2B nantinya akan dimasukkan kedalam peta
pola ruang.
Cek :
✓ Ketersediaan data
✓ Ketepatan digitasi/geometris
✓ Kelengkapan atribut (sumber data)
T
tanpa ijin, ijin lokasi (belum didaftar), tanah wakaf.
o Tanah negara bebas.
Cek :
✓ Ketersediaan data
F
✓ Ketepatan digitasi/geometris
✓ Kelengkapan atribut (sumber data)
A
6. Data analisis sumber daya air:
Peta Hidrologi berisi data tentang : jaringan sungai, danau, imbuhan air tanah, mata air
R
(air permukaan), dan cekungan air tanah, akuifer (air tanah) . Data hidrologi dapat
diperoleh dari : Dinas/ Kementrian Lingkungan Hidup, Dinas PU Sumber Daya Air.
D
Cek :
✓ Ketersediaan data
✓ Ketepatan digitasi/geometris
✓ Kelengkapan atribut (sumber data)
5
8. Data analisis topografi dan kelerengan:
a. Topografi / Ketinggian
Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan ketinggian tempat. Peta
topografi diturunkan secara langsung dari peta kontur, dari peta tersebut dapat
diketahui klasifikasi ketinggian suatu tempat. Klasififikasi ketinggian disesuaikan
dengan kondisi daerah, pemetaan dilakukan dengan mengklasifikasikan
ketinggian garis kontur, dengan pewarnaan ketinggian dibuat gradasi warna.
b. Kemiringan Lereng
Lereng merupakan sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang
horizontal, dinyatakan dalam persen atau derajat. Secara umum klasifikasi
kelerengan secara umum antara lain 0 – 2%, 2 – 5%, 5 – 8%, 8 – 15%, 15 – 40%,
dan lebih dari 40%. Pada peta RDTR dengan skala 1:5.000 dan wilayah yang tidak
terlalu luas, maka klasifikasian peta kelerengan akan lebih di detailkan. Klasifikasi
T
kelerengan disesuaikan dengan kebutuhan analisa.
Tabel Klasifikasi interval lereng pada RDTR
dihubungkan dengan Morfologi
No.
F
Morfologi Lereng (%) *
1. Datar 0-2
2. Landai - Bergelombang 2–5
A
3. Perbukitan Berelief Halus 5 - 15
4. Perbukitan Berelief Sedang 15 - 40
R
6
Cek :
✓ Ketersediaan data
✓ Ketepatan digitasi/geometris
✓ Kelengkapan atribut (sumber data)
T
Ketentuan :
- Tidak diperkenankan menggambarkan zonasi curah hujan berdasar batas
administrasi.
-
F
Untuk daerah yang hanya memiliki satu atau sedikit stasiun hujan maka zonasi
curah hujan dapat diambil dari data wilayah administrasi yang lebih besar.
A
Cek :
✓ Ketersediaan data
✓ Ketepatan digitasi/geometris
✓
R
7
Analisis berdasarkan sejarah (history) meliputi jumlah korban, kerugian harta
benda, kerusakan sarana dan prasarana, cakupan luas dan dampak sosial yg
ditimbulkan.
Peta rawan bencana disertai data jalur evakuasi bencana dan lokasi pengungsian
yang telah tertera dalam peta rencana tata ruang wilayah. Lokasi pengungsian dan
jalur evakuasi bencana pada skala RDTR dibuat lebih mendetail. Lokasi
pengungsian berupa kawasan/bangunan, sedangkan jalur evakuasi bencana
disesuaikan dengan jaringan jalan.
Cek :
✓ Ketersediaan data
✓ Ketepatan analisis data
✓ Kelengkapan atribut (sumber data)
T
a. Kesesuaian lahan
Peta kesesuaian lahan dibuat dari hasil analisis (skoring dan klasifikasi) data :
kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, penggunaan lahan, dan data tematik
F
lainnya. Peta kesesuaian lahan dapat dibuat untuk berbagai kepentingan,
misalnya kesesuaian untuk permukiman, pertanian, industri perikanan dan lainnya.
A
Peta kesesuaian lahan digunakan untuk rekomendasi kebijakan pemanfaatan
ruang.
b. Kawasan hutan dari KLHK
R
Peta kawasan hutan didapatkan dari dinas kehutanan atau Kementerian LHK yang
terbaru, dan sebaiknya disertai dengan SK dan bukti lampirannya.
Cek :
D
✓ Ketersediaan data
✓ Ketepatan analisis data
✓ Kelengkapan atribut (sumber data)
13. Data Analisis SDA & fisik wilayah lain (zona budi daya):
a. Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan (land capability) adalah penilaian lahan secara sistematik dan
pengelompokannya ke dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang
merupkan potensi dan penghambat dalam penggunaannya secara lestari.
Kemampuan lahan didasarkan pada pertimbangan faktor biofisik lahan dalam
pengelolaannya sehingga tidak terjadi degradasi lahan selama digunakan. Makin
rumit pengelolaan yang diperlukan, makin rendah kemampuan lahan untuk jenis
penggunaan yang direncanakan.
8
Menurut Notohadiprawiro (1991), kemampuan lahan menyiratkan daya dukung
lahan, sedangkan kesesuaian lahan menyiratkan kemanfaatan. Sehingga yang
mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu :
• Jenis tanah/ geomorfologi
• Curah Hujan / iklim
• Kemiringan Lahan
• Bahaya Areal
b. Sistem lahan
Menurut konsep dari Christian dan Stewart (1968), sistem lahan didefinisikan
sebagai daerah yang memiliki pola pengulangan (kesamaan karakteristik) dalam
hal morfologi, material, dan iklim yang relative seragam. Berdasarkan definisi
sistem lahan dari dari Christian dan Stewart (1968), terlihat bahwa pemetaan
sistem lahan lebih bersifat fisik lahan atau bentanglahan dan belum mencakup
T
berbagai aktivitas masyarakat yang menyebabkan perubahan morfologi pada
permukaan bumi.
Cek :
✓ Ketersediaan data
F
✓ Kelengkapan atribut (sumber data)
A
14. Data jaringan prasarana eksisting:
a. Sistem jaringan prasarana air minum
Jaringan air minum berupa sistem penyediaan air minum, yang terdiri atas:
R
9
berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari jaringan subtransmisi menuju
jaringan distribusi sekunder, yang dilengkapi dengan infrastruktur pendukung
yang meliputi:
▪ gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari
jaringan subtransmisi (500 kv) menjadi tegangan menengah (20 kv);
dan
▪ gardu hubung yang berfungsi untuk membagi daya listrik dari
gardu induk menuju gardu distribusi;
✓ jaringan distribusi sekunder yang berfungsi untuk menyalurkan atau
menghubungkan daya listrik tegangan rendah ke konsumen, yang
dilengkapi dengan infrastruktur pendukung berupa gardu distribusi yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan primer (20 kv) menjadi tegangan
sekunder (220 v /380 v).
T
c. Sistem jaringan drainase dan air limbah
Sistem jaringan drainase terdiri atas:
1) sistem jaringan drainase yang berfungsi untuk mencegah genangan; dan
F
2) rencana kebutuhan sistem jaringan drainase yang meliputi rencana jaringan
primer, sekunder, tersier, dan lingkungan di BWP;
A
Jaringan air limbah meliputi sistem pembuangan air limbah setempat (onsite)
dan/atau terpusat (offsite).
Sistem pembuangan air limbah setempat, terdiri atas:
R
10
e. Sistem jaringan telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi terdiri atas:
1) infrastruktur dasar telekomunikasi yang berupa penetapan lokasi pusat
automatisasi sambungan telepon;
2) jaringan telekomunikasi telepon kabel yang berupa penetapan lokasi
stasiun telepon otomat, rumah kabel, dan kotak pembagi;
3) jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang berupa penetapan lokasi
menara telekomunikasi termasuk menara Base Transceiver Station (BTS);
4) sistem televisi kabel termasuk penetapan lokasi stasiun transmisi;
5) jaringan serat optik;
f. Sistem jaringan prasarana lainnya
Sistem jaringan prasarana lainnya mencakup prasarana pengelolaan lingkungan
yang terdiri atas sistem jaringan persampahan, sumber air minum kota, jalur
evakuasi bencana dan lainnya. Penyediaan prasarana lainnya dibuat sesuai
T
kondisi BWP, misalnya BWP yang berada pada kawasan rawan bencana
biasanya ada jalur evakuasi bencana yang meliputi jalur evakuasi dan tempat
F
evakuasi sementara yang terintegrasi baik untuk skala kabupaten/kota, kawasan,
maupun lingkungan.
Cek :
A
✓ Ketersediaan data
✓ Ketepatan digitasi/geometris
✓ Kelengkapan atribut
R
D
11
B. Struktur Database
Dalam pengaturan database harus diatur dengan baik agar tidak membingungkan dalam
proses pemeriksaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengaturan database data
tematik, yaitu:
a. Penamaan file yang akan digunakan, file-file yang dipilih harus diberi nama sesuai isi
dari file tersebut, sehingga memudahkan dalam penggunaannya.
b. Tidak terdapat duplikasi data, hanya melampirkan data hasil perubahan terakhir.
c. Mengelompokkan data berdasar folder sesuai dengan jenis data tematiknya.
T
F
A
R
D
12
C. Sumber data dan tahun data
Riwayat data data kelengkapan data tematik harus tercantum dengan lengkap meliputi:
sumber data, tahun data, status data (untuk data tertentu). Kelengkapan riwayat data akan
memperjelas asal-usul dan keakuratan data tematik. Berikut contoh pencantuman sumber
data pada database peta RDTR.
T
F
D. Kesesuaian dengan Batas BWP dan Data Dasar
Batas terluar peta tematik harus sama dengan batas yang telah disepakati sebelumnya dalam
peta dasar (baik darat maupun laut). Data tematik yang memiliki batas-batas fisik alam
A
(sungai, garis pantai, delta, igir) harus sesuai dengan batas fisik alam yang ada di peta dasar.
Data tematik jaringan, penggunaan lahan, fasum-fasos dibuat geometrisnya mengikuti skala
sumber data / peta dasar yang dipakai (1:5.000).
R
D
13
Formulir QC Tematik RDTR
QC Kualitas Peta Tematik Pendukung RDTR
Nama Rencana Tata Ruang : QC ke- .....
QC-T RDTR
Nama Penyedia Jasa / Pelaksana Pekerjaan:
Tanggal: Nama Petugas QC:
T
- Air tanah
1 Kelengkapan Peta Tematik - Air permukaan
Analisis sumber daya tanah:
- Jenis Tanah
F
Analisis topografi dan kelerengan:
- Topografi / Ketinggian
- Kemiringan Lereng
Analisis geologi lingkungan:
- Geologi
A
- Pertambangan
Analisis klimatologi:
- Curah Hujan
Analisis kebencanaan:
R
- Rawan Bencana
Analisis SDA (zona lindung):
- Kesesuaian Lahan
- Kawasan Hutan dari KLHK
Analisis SDA & fisik wilayah lain (zona budi daya):
D
- Kemampuan Lahan
- Sistem lahan
Penamaan file jelas - Sesuai / Tidak
2 Struktur Database dan File Tidak terdapat beberapa versi file (duplikasi) yang
- Sesuai / Tidak
menimbulkan kerancuan
Sumber Peta dan Tahun Terdapat kolom sumber data dan tahun pembuatan
3
Pembuatan yang jelas pada tiap peta
Batas terluar peta tematik sama dengan batas yang
Kesesuaian dengan BWP
4 telah disepakati sebelumnya dalam peta dasar (baik - Sesuai / Tidak
yang Disepakati
darat maupun laut)
Tematik non status, yang memiliki batas-batas fisik
alam (sungai, garis pantai, delta, igir) sesuai dengan
Kesesuaian dengan Peta
batas fisik alam yang ada di peta dasar
5 Dasar dan Kedalaman
Tematik jaringan, penggunaan lahan, fasum-fasos
Informasi
dibuat geometrisnya mengikuti skala sumber data /
peta dasar yang dipakai (1:5.000)
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
Tanggal Akhir QC :
Petugas QC :
Koordinator QC :
Keterangan:
*) Pilih Salah satu yang sesuai
s///
T
F
A
R
D
MODUL
Ƭ
MODUL VERIFIKASI PETA RENCANA ZONASI DAN JARINGAN PRASARANA
Perencanaan Tata Ruang merupakan suatu bentuk kesepakatan bersama antar stakeholder
yang berkepentingan dalam pemanfaatan ruang dalam suatu wilayah. Perencanaan Tata
Ruang dimaksudkan untuk merencanakan sebuah wilayah, sebagai blueprint pembangunan
dan pemanfaatan ruang yang terarah dan berkelanjutan, yang di dalamnya tertuang berbagai
hasil analisis multidisiplin seperti analisis keruangan, ekonomi, sosial, dan budaya.
Dalam perencanaannya, ruang, yang dalam konteks ini tentunya adalah sebuah wilayah,
digambarkan secara jelas mengenai arahan fungsi pemanfaatannya menjadi kawasan-
kawasan dan zona tertentu ke dalam sebuah peta, dan peta rencana tata ruang wilayah
merupakan bagian tidak terpisahkan dari dokumen rencana tata ruang dan Peraturan Daerah
(Perda).
Tentunya peta bukan hanya sekedar lampiran pelengkap tak bermakna, akan tetapi
T
merupakan model yang menjelaskan isi dokumen perencanaan dan ketentuan pasal dalam
Perda. Begitu pentingnya peran peta dalam rencana tata ruang wilayah sehingga diperlukan
suatu aturan yang jelas dalam aspek teknisnya.
F
Peta menjadi bagian penting dalam perencanaan tata ruang, karena peta adalah instrumen
yang mampu menunjukkan peraturan pemanfaatan ruang secara spasial, terukur, dan pasti
A
mengenai pembagian kawasan-kawasan tersebut
Pada Rencana Detail Tata Ruang, peta yang perlu dibuat terdiri dari Rencana Zonasi,
R
Rencana Jaringan Prasarana, dan BWP yang Diprioritaskan. Secara umum Rencana Zonasi
adalah peta yang menggambarkan ketetapan fungsi dari area-area pada suatu wilayah,
sedangkan Rencana Jaringan Prasarana adalah peta yang menggambarkan rencana
D
pengembangan jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, air minum, drainase, air limbah,
dan jaringan yang menunjang infrastruktur perkotaan lainnya.
Verifikasi pada peta rencana dimaksudkan untuk menjaga kualitas dan ketelitian peta
Rencana Tata Ruang yang akan dihasilkan oleh Pemerintah Daerah, karena dokumen
rencana tata ruang adalah dokumen yang berkekuatan hukum, tentunya proses verifikasi juga
harus dilakukan secara baik dan teliti.
RENCANA ZONASI
A. Pengecekan Struktur Database
a. Hanya terdapat satu feature class untuk Rencana Zonasi
Sebagai bentuk kesepakatan, dan untuk mempermudah proses validasi topologi
poligon, peta Rencana Zonasi hanya dibuat dalam satu feature class, tidak
dipisahkan menjadi beberapa feature class pada tiap klasifikasinya.
1
b. Hanya terdapat satu versi Rencana Zonasi
Tidak terdapat beberapa versi file yang ambigu dalam database yang diberikan. Peta
yang diberikan seharusnya sudah jelas sebelum dikonsultasikan.
c. Terdapat 10 Kolom Utama
Dalam peta Rencana Zonasi perlu untuk memiliki 10 (sepuluh) kolom utama yaitu:
Terkait wilayah administratif:
- Kecamatan
- Desa
Terkait wilayah perencanaan:
- BWP
- Sub-BWP
- Blok
Terkait fungsi ketetapan perencanaan:
T
- Kawasan
- Zona
- Sub-Zona
- Kode Sub-Zona
F
B. Kesesuaian dengan Peta Dasar
A
a. Lingkup terluar Batas BWP
Batas terluar peta Rencana Zonasi adalah batas yang sama dengan database yang
ada dalam Peta Dasar.
R
2
C. Standarisasi Klasifikasi Rencana Zonasi
a. Klasifikasi Rencana Zonasi
Klasifikasi mengenai rencana zonasi terdapat dalam Permen PU 20/2011,
diharapkan dalam penyusunannya mengikuti pedoman yang ada tersebut, dan
disyaratkan sampai kepada Sub-Zona, karena level perencanaan dalam RDTR
bersifat rinci.
Kawasan (I) Zona (II) Sub-Zona (III) Kode Sub-Zona
Hutan Lindung Hutan Lindung HL
Perlindungan Bawahan Perlindungan Bawahan PB
Perlindungan Setempat Perlindungan Setempat PS
Kawasan Lindung Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau RTH
Suaka Alam dan Cagar Budaya Suaka Alam dan Cagar Budaya SC
Rawan Bencana Alam Rawan Bencana Alam RB
Lindung Lainnya Lindung Lainnya LL
Rumah Kepadatan Sangat Tinggi R-1
Rumah Kepadatan Tinggi R-2
Zona Perumahan Rumah Kepadatan Sedang R-3
Rumah Kepadatan Rendah R-4
Rumah Kepadatan Sangat Rendah R-5
T
Perdagangan dan Jasa Tunggal K-1
Zona Perdagangan dan Jasa Perdagangan dan Jasa Kopel K-2
Perdagangan dan Jasa Deret K-3
Perkantoran Pemerintah KT-1
Zona Perkantoran
Perkantoran Swasta KT-2
F Industri Kimia Dasar
Industri Mesin dan Logam Dasar
I-1
I-2
Zona Industri
Industri Kecil I-3
Aneka Industri I-4
Kawasan Budidaya Pelayanan Pendidikan SPU-1
A
Pelayanan Transportasi SPU-2
Pelayanan Kesehatan SPU-3
Zona Sarana Pelayanan Umum
Pelayanan Olahraga SPU-4
Pelayanan Sosial Budaya SPU-5
Pelayanan Peribadatan SPU-6
R
Namun jika memang memerlukan tambahan zonasi yang tidak ada dalam daftar
tersebut, bisa dilakukan namun dengan alasan yang tepat, dan perlu dikonsultasikan
kepada Kementerian terkait.
b. Nomenklatur Klasifikasi
Disarankan untuk mengikuti nomenklatur yang ada dalam pedoman. Jika didapati
terdapat nama klasifikasi lain, namun klasifikasi tersebut sebenarnya sudah dapat
terakomodir dalam daftar yang ada, sebaiknya dimasukkan / dipindah ke dalam
klasifikasi yang ada dalam pedoman. Jika memang didapati keinginan untuk
membuat nomenklatur sendiri yang berbeda, dapat dilakukan namun dengan alasan
yang tepat, dan perlu dikonsultasikan kepada Kementerian terkait.
3
D. Konfirmasi kepentingan stakeholder
a. Melakukan pengecekan terhadap SK Kehutanan
Dilakukan pengecekan terhadap SK Kehutanan yang berlaku terutama pada
kawasan Hutan Lindung, Suaka Alam, Cagar Alam, dan lindung lainnya yang perlu
untuk diperhatikan. Pengecekan dilakukan dengan metode overlay antara peta SK
Kehutanan dengan peta rencana zonasi ruang. Jika terdapat permasalahan
dituangkan dalam berita acara sebagai perhatian pemerintah daerah untuk dibenahi.
b. Melakukan konfirmasi dan penjelasan dalam Berita Acara tentang akomodasi
kepentingan stakeholder
Perencanaan tata ruang adalah sebuah bentuk kesepakatan bersama yang
kemudian akan ditaati bersama. Untuk itu dalam pembuatannya perlu dipastikan
beberapa hal ini:
• Apakah perencanaan yang dibuat telah berkesinambungan dengan level
T
perencanaan di atasnya (RTRW Kabupaten / Kota).
• Apakah mengakomodir arahan pembangunan dan investasi beberapa tahun ke
depan, baik dari RPJMN, Nawacita, kebijakan Gubernur/Bupati/Walikota?
F
• Apakah aspek LP2B telah dimasukkan dalam perencanaannya?
• Apakah aspek perijinan eksisting telah dipertimbangkan dalam penyusunannya?
A
Pertanyaan ini bertujuan hanya untuk mengingatkan, dan tidak dilakukan
pengecekan secara spasial mengenai hal ini, walau pun sebenarnya terdapat
konsekuensi spasial dalam hal tersebut, namun hal ini adalah ranah kewenangan
R
4
c. Melakukan konfirmasi terkait kegiatan eksisting yang masuk dalam zona
lindung
Pemeriksaan ini juga bersifat mirip dengan hal sebelumnya pada point (a), namun
hal ini dapat dilakukan karena telah dimiliki datanya. Yaitu mengenai konfirmasi
terdapat atau tidaknya permukiman / kegiatan eksisiting saat ini yang masuk dalam
kawasan lindung?
Hal ini dilakukan dengan melakukan overlay dari peta rencana zonasi yang tergolong
kawasan lindung (PB, PS, RTH, SC, RB) dengan peta penggunaan lahan, dan
toponimi fasilitas umum dan sosial yang ada dalam database peta dasar dan tematik.
Jika didapati adanya hal tersebut, perlu diingatkan supaya pemerintah daerah dapat
menyusun strategi untuk penyelesaian masalah tersebut dalam matriks peraturan
zonasi (ITBX).
Kedepannya pada saat penerbitan Berita Acara terakhir perlu untuk dituliskan klausul
T
berikut:
Jika ditemukan permasalahan
Ditemukan beberapa permukiman dan kegiatan eksisting lainnya yang
F
masuk dalam kawasan lindung pada rencana zonasi Perlindungan
Bawahan (PB), Perlindungan Setempat (PS), Ruang Terbuka Hijau (RTH),
Suaka Alam dan Cagar Budaya (SC), dan Rawan Bencana (RB), mengenai
A
hal tersebut telah diketahui oleh pemerintah daerah dan tindak lanjut
penyelesaian tentang hal ini dikembalikan pada pemerintah daerah dan
bukan tanggung jawab Badan Informasi Geospasial, baik itu
penyelesaiannya diakomodir dalam matriks peraturan zonasi (ITBX), atau
R
E. Pengecekan topologi
a. Tidak ada tumpang tindih rencana zonasi
Rencana zonasi tidak boleh ada yang saling tumpang tindih antar fungsinya.
Pengecekan topologi ini secara spesifik dilakukan untuk menghindari kesalahan-
kesalahan luasan yang tidak konsisten, dan munculnya dua atau lebih fungsi zonasi
5
dalam satu area, yang tentunya akan menimbulkan ambiguitas dan ketidakpastian
hukum. Aturan topologi yang digunakan adalah “must not overlap”.
b. Tidak ada area yang kosong
Rencana zonasi tidak ada area yang kosong. Aturan topologi yang digunakan adalah
“must not have gaps”.
c. Jalan dan kenampakan fisik masuk dalam poligon rencana zonasi
Mengenai Sungai, Waduk, Danau, dan Jalan yang berbentuk poligon, perlu untuk
tetap dimasukkan (tetapi tidak menumpuk / overlap) ke dalam area Rencana Zonasi,
hal ini termasuk jalan yang diperlebar, sungai yang ditanggul, pantai yang
direklamasi sesuai dengan rencana. Dalam data atributnya diberikan keterangan
Sungai, Danau, atau Jalan.
T
Peta dan Peraturan Daerah (Perda) adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, Perda
seharusnya mendeskripsikan isi Peta Rencana yang dibuat. Ketidaksesuaian antar
keduanya merupakan salah satu masalah klasik dalam kualitas Peta Rencana Tata
F
Ruang. Ketidaksesuaian ini menimbulkan ambiguitas dalam menjalankan fungsi Rencana
Tata Ruang sebagai dokumen pengendalian ruang di lapangan.
A
Sering kali Peraturan Daerah sangat detail merinci ketentuan-ketentuan rencana zonasi
atau rencana jaringan prasarana yang ada, namun secara spasial tidak dapat
dipertanggungjawabkan / tidak dapat diketahui lokasinya.
R
Perlu dilakukan perunutan pada tiap pasal naskah dalam Rancangan Peraturan Daerah
(Ranperda) terutama terkait Rencana Zonasi dan Rencana Jaringan prasarana supaya
dapat disesuaikan kenyataannya dengan apa yang ada di peta secara spasial. Hal yang
D
diperhatikan dalam pengecekan tersebut adalah terkait rincian klasifikasi Rencana Zonasi.
Tahapan verifikasi yang perlu dilakukan adalah:
• Membaca rancangan peraturan daerah pada bagian Rencana Zonasi, kemudian
menuliskan daftar klasifikasinya pada tabel dan menambahkan informasi luas,
posisinya (BWP, Sub-BWP, dan Blok), dan letak pasalnya.
• Setelah semuanya dituliskan, akan dibandingkan dengan peta, dan dituliskan
ketidaksesuaiannya.
6
KESESUAIAN PETA RENCANA ZONASI DENGAN RANPERDA
ZONASI KODE PASAL HEKTAR KESESUAIAN CATATAN KET
Sempadan Sungai PS-1 12 96,49 OK Ada dan luasan sama (10 sd 30 m)
Taman Kota RTH-1 13 (2) 8,53 OK Ada dan luasan sama
Jalur Hijau RTH-2 13 (3) 18,05 OK Ada dan luasan sama
Pemakaman RTH-3 13 (4) 8,23 OK Ada dan luasan sama
Kepadatan Tinggi R-2 15 (2) 365,36 OK Ada dan luasan sama
Kepadatan Sedang R-3 15 (3) 607,27 OK Ada dan luasan sama
Kepadatan Rendah R-4 15 (4) 310,05 OK Ada dan luasan sama
Perdagangan dan Jasa K-1 16 64,61 OK Ada dan luasan sama
Perkantoran KT 17 25,25 OK Ada dan luasan sama
Pendidikan SPU-1 19 13,88 OK Ada dan luasan sama
Transportasi SPU-2 20 13,94 OK Ada dan luasan sama
Kesehatan SPU-3 21 3,61 OK Ada dan luasan sama
Olahraga SPU-4 22 11,01 OK Ada dan luasan sama
Peribadatan SPU-5 23 5,17 OK Ada dan luasan sama
Hankam KH-1 24 2,75 OK Ada dan luasan sama
Pertanian Lahan Basah PL-1.1 25 572,34 OK Ada dan luasan sama
Tambak Ikan PL-1.2 26 373,89 OK Ada dan luasan sama
T
F
A
R
D
7
Formulir QC R-ZONASI RDTR
QC Kualitas Peta Rencana Zonasi RDTR
Nama Rencana Tata Ruang : QC ke- .....
QC R-
ZONASI
RDTR Nama Penyedia Jasa / Pelaksana Pekerjaan:
Tanggal: Nama Petugas QC:
T
Rencana Zonasi
Nomenklatur Klasifikasi
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
Tanggal Akhir QC :
Petugas QC :
Koordinator QC :
Keterangan:
*) Pilih Salah satu yang sesuai
RENCANA JARINGAN PRASARANA
A. Pengecekan Struktur Database
a. Penataan file berdasarkan folder jenis unsur rencana jaringan
File jaringan prasarana dibagi berdasarkan jenis unsur rencana jaringan yaitu: (1)
Pergerakan, (2) Energi, (3) Telekomunikasi, (4) Air Minum, (5) Drainase, (6) Air
Limbah, (7) Lainnya.
b. Tidak banyak versi / file yang menimbulkan kerancuan
Tidak terdapat beberapa versi file yang menimbulkan ketidakpastian dalam database
yang diberikan. Peta seharusnya sudah jelas sebelum dikonsultasikan.
B. Kelengkapan Unsur Rencana Jaringan Prasarana
Tentunya tidak semua wilayah perencanaan memiliki semua rencana jaringan yang ada
dalam pedoman (Permen PU 20/2011, halaman 17-19), daftar ini bersifat sebagai cheklist
dan dapat menjadi acuan jaringan apa saja yang perlu dibuat oleh pemerintah daerah.
T
1) Rencana Pengembangan Jaringan Pergerakan
a) Jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, jalan lingkungan
b) Terminal, Stasiun, Bandara, Pelabuhan, lokasi parkir
F
c) Jalur moda transportasi umum (bus, angkot, kereta api, pelayaran, pesawat)
2) Rencana Pengembangan Jaringan Energi
A
a) Jaringan sub-transmisi dari gardu induk
b) Jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT, SUTET, dan SUTT)
c) Jaringan distribusi sekunder
R
8
Untuk unsur yang tidak dapat dilengkapi dalam peta dikonfirmasi apakah memang tidak
ada dalam rencana detail tata ruang, atau karena hanya alasan belum dipetakan.
C. Kesesuaian dengan Peta Dasar
a. Lingkup Terluar sama dengan BWP
Batas terluar seluruh unsur peta Rencana Jaringan adalah batas yang sama dengan
batas BWP.
b. Penggambaran rencana jaringan bukan berupa menggeser keseluruhan
Memastikan supaya hasil digitasi sesuai dengan kaidah pemetaan. Misalkan jika
berada di sepanjang jalan, perlu digambarkan pada kanan / kiri / tengah jalan, bukan
hanya sekedar menggeser peta jaringan jalan untuk membentuk rencana jaringan
prasarana. Jika melakukan penggeseran secara select-all lalu geser beberapa
meter, akan menimbulkan beberapa ketidaksesuaian pada beberapa ruas jaringan.
c. Kedetailan deliniasi rencana jaringan prasarana
T
Secara umum, kedetailan deliniasi rencana jaringan prasarana yang dideliniasi pada
skala yang sama dengan skala Peta Dasar yang diacu, yaitu pada skala besar
1:5.000 bukan peta dari RTRW Provinsi / Kabupaten / Kota dengan skala menengah
F
atau kecil kemudian langsung dipakai tanpa pendetailan pada skala besar
menggunakan acuan Peta Dasar skala besar yang ada.
A
D. Kelengkapan Informasi Eksiting, Pengembangan, dan Rencana baru
Memberikan keterangan Eksiting, Rencana, serta keterangan sesuai dengan Perda pada
ruas yang ada di unsur-unsur rencana jaringan prasarana.
R
berikut ini:
• Apakah perencanaan yang dibuat telah berkesinambungan dengan level
perencanaan di atasnya (RTRW Kabupaten / Kota).
• Apakah mengakomodir arahan pembangunan dan investasi beberapa tahun ke
depan, baik dari RPJMN, Nawacita, kebijakan Gubernur/Bupati/Walikota?
• Apakah aspek perijinan eksisting telah dipertimbangkan dalam penyusunannya?
Pertanyaan ini bertujuan hanya untuk mengingatkan, dan tidak dilakukan pengecekan
secara spasial mengenai hal ini, walau pun sebenarnya terdapat konsekuensi spasial
dalam hal tersebut, namun hal ini adalah ranah kewenangan pemerintah daerah untuk
mengatur dan merencanakan wilayahnya. Yang perlu untuk dilakukan dalam hal ini adalah
mengingatkan pemerintah daerah, dan akan dituliskan dalam Berita Acara terakhir
tentang klausul seperti berikut ini:
9
Telah dilakukan diskusi dan penjelasan mengenai pentingnya
mengakomodir kepentingan berbagai stakeholder, aspek perencanaan, dan
perijinan, seperti (1) aspek kesinambungan dengan RTRW Kabupaten/Kota,
(2) aspek arahan pembangunan dan investasi baik dari RPJMN, Nawacita,
kebijakan Gubernur/Bupati/Walikota, (3) aspek perijinan eksisting yang
sudah dikeluarkan oleh pemerintah daerah atau pun pusat.
Mengenai kepastian dipenuhi atau tidaknya berbagai aspek tersebut bukan
ranah Badan Informasi Geospasial untuk melakukan verifikasi, dan
merupakan tanggung jawab dan hak pemerintah daerah dalam
merencanakan wilayahnya.
T
Ruang sebagai dokumen pengendalian ruang di lapangan.
Sering kali Peraturan Daerah sangat detail merinci ketentuan-ketentuan rencana zonasi
atau rencana jaringan prasarana yang ada, namun secara spasial tidak dapat
F
dipertanggungjawabkan / tidak dapat diketahui lokasinya.
Perlu dilakukan perunutan pada tiap pasal naskah dalam Rancangan Peraturan Daerah
A
(Ranperda) terutama terkait Rencana Zonasi dan Rencana Jaringan prasarana supaya
dapat disesuaikan kenyataannya dengan apa yang ada di peta secara spasial. Hal yang
diperhatikan dalam pengecekan tersebut adalah terkait rincian klasifikasi Rencana Zonasi.
R
10
KESESUAIAN PETA RENCANA JARINGAN PRASARANA DENGAN RANPERDA
T
Pipa tersier 34 (2) (b) PERBAIKAN Tidak ada ket Primer, Sekunder, Tersier di peta
Jaringan air bersih nonsistem perpipaan 34 (3)
Instalasi pengolahan air sederhana (IPAS) dengan sumber air baku 34 (3) (b) PERBAIKAN Tidak ada di peta
Jaringan Drainase 35
Saluran drainase tertutup
Saluran drainase terbuka
F 35 (b)
35 (b)
PERBAIKAN
PERBAIKAN
Tidak ada keterangan tertutup / terbuka di peta
Tidak ada keterangan tertutup / terbuka di peta
Sistem Persampahan 36
Jalur pemindahan sampah dan pengangkutan sampah 36 (1) PERBAIKAN Tidak ada di peta
TPS 36 (4) PERBAIKAN Tidak ada di peta
A
TPSS 36 (5) PERBAIKAN Tidak ada di peta
Jaringan air Limbah 37 OK Ada di Peta
IPAL 37 (3) OK Ada di Peta
R
D
11
Formulir QC R-JARINGAN RDTR
QC Kualitas Peta Rencana Jaringan RDTR
Nama Rencana Tata Ruang : QC ke- .....
QC R-
JARINGAN
RDTR Nama Penyedia Jasa / Pelaksana Pekerjaan:
Tanggal: Nama Petugas QC:
T
Rencana Jaringan - Pengembangan sistem televisi kabel
2 Prasarana (Mengikuti - Jaringan serat optik
Permen PU 20/2011, Rencana Pengembangan Jaringan Air Minum
halaman 17-19) - Jaringan perpipaan
- Bak penampungan
F
Rencana Pengembangan Jaringan Drainase
- Rencana jaringan drainase primer, sekunder, tersier
Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah
A
- Saluran pembuangan limbah
- Bangunan pengolahan air limbah
Rencana Pengembangan Prasarana Lainnya
- Rencana jaringan irigasi
- Jalur evakuasi bencana dan lokasi evakuasi
R
- Jalur reklame
- Menyesuaikan kebutuhan rencana
Lingkup Terluar sama dengan BWP
3
Dasar keseluruhan
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
Tanggal Akhir QC :
Petugas QC :
Koordinator QC :
Keterangan:
*) Pilih Salah satu yang sesuai
/y
T
F
A
R
D
MODUL
MODUL PEMERIKSAAN
A. Ketentuan Umum
Rencana tata ruang merupakan rencana pembangunan suatu wilayah yang
memiliki referensi spasial. Referensi spasial diwujudkan dengan koordinat letak di
permukaan bumi. Maka produk rencana tata ruang yang terdiri dari peta pola ruang, peta
struktur ruang atau rencana infrastruktur, serta BWP prioritas selain dalam bentuk zoning
text juga diwujudkan dalam bentuk zoning map. Maka dapat dikatakan bahwa peta
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen rencana tata ruang.
Setelah disusun peta rencana, maka peta-peta tersebut perlu disajikan dalam
bentuk peta cetak agar mudah untuk disahkan dan disebarluaskan. Agar peta rencana
T
tata ruang yang dicetak bersifat informatif dan tidak menimbulkan salah penafsiran, maka
perlu adanya standar yang mengatur penyajiannya. Beberapa referensi yang digunakan
dalam penyajian album peta antara lain:
▪
F
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pedoman Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang;
A
▪ Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Peta Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ); dan
▪ Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) tentang Sesifikasi Penyajian Peta
R
RDTR.
Dalam produk rencana tata ruang, letak peta cetak terdapat pada dua lokasi, yaitu
lampiran yang masuk dalam dokumen peraturan daerah rencana tata ruang serta album
D
1. Peta orientasi Peta skala kecil disesuaikan dengan ukuran kertas yang
menunjukkan kedudukan geografis wilayah perencanaan di
dalam wilayah yang lebih luas.
2. Peta batas administrasi Deliniasi wilayah perencanaan:
▪ Penyajian peta dalam wilayah perencanaan secara utuh
dengan skala mengikuti ukuran kertas.
▪ setiap kabupaten atau kota serta wilayah perencanaan dan
sub-wilayah perencanaan lainnya diberi warna berbeda; dan
▪ setiap delineasi wilayah perencanaan diberi nama/kode
wilayah perencanaan bersangkutan.
3. Peta guna lahan Berisi delineasi jenis guna lahan yang ada di seluruh wilayah
perencanaan yang meliputi klasifikasi pemanfaatan ruangnya
bebas sesuai dengan eksisting (tidak harus mengikuti klasifikasi
1
untuk rencana pola ruang). Penyajian peta dalam wilayah
perencanaan secara utuh dengan skala mengikuti ukuran kertas.
4. Peta rawan bencana Berisi delineasi wilayah rawan bencana menurut tingkatan
bahayanya. Tingkatan bahaya bencana alam dinyatakan dalam
gradasi warna. Penyajian peta dalam wilayah perencanaan secara
utuh dengan skala mengikuti ukuran kertas.
5. Penetapan sebaran penduduk Berisi pola kepadatan penduduk tiap wilayah perencanaan untuk
menggambarkan di mana terdapat konsentrasi penduduk:
▪ Penyajian peta dalam wilayah perencanaan secara utuh
dengan skala mengikuti ukuran kertas.
▪ klasifikasi kepadatan penduduk disesuaikan dengan kondisi
data, sekurangnya tiga interval dan sebanyak-banyaknya lima
interval; dan
▪ gradasi kepadatan penduduk (interval) digambarkan dalam
gradasi warna yang simultan.
6. Peta-peta tematik lainnya yang
dirasa perlu untuk ditampilkan
dalam album peta.
B. Peta RDTR
T
1. Peta rencana pola ruang a. Skala peta 1:5.000, bila tidak dapat disajikan secara utuh
dalam 1 lembar kertas, peta disajikan beberapa lembar.
Pembagian lembar penyajian peta harus mengikuti Nomor
Lembar Peta (NLP) Peta RBI skala 1:5.000.
F
b. Pada setiap lembar peta harus dicantumkan peta indeks dan
nomor lembar peta yang menunjukkan posisi NLP yang
disajikan di dalam wilayah perencanaan.
c. Setiap wilayah perencanaan dan sub wilayah perencanaan
A
dicantumkan kode wilayahnya.
d. Kandungan peta meliputi:
▪ Batas wilayah perencanaan dan sub-wilayah
perencanaan yang didasarkan pada batasan fisik;
R
2
telepon; jaringan telekomunikasi telepon kabel (dari jaringan
kabel primer hingga jaringan kabel sekunder) termasuk
penyediaan stasiun telepon otomat, rumah kabel, dan
kotak pembagi; kebutuhan penyediaan telekomunikasi
telepon selular termasuk infrastruktur telepon nirkabel
berupa lokasi menara telekomunikasi termasuk menara
Base Transceiver Station (BTS); dan sistem jaringan televisi
kabel seperti stasiun transmisi dan jaringan kabel distribusi;
d. Peta rencana pengembangan jaringan air minum memuat
sistem penyediaan air minum wilayah perencanaan
mencakup sistem jaringan perpipaan dan bukan jaringan
perpipaan, bangunan pengambil air baku, seluruh pipa
transmisi air baku dan instalasi produksi, seluruh pipa unit
distribusi hingga persil, seluruh bangunan penunjang dan
bangunan pelengkap, dan bak penampung;
e. Peta rencana pengembangan jaringan drainase memuat
rencana jaringan drainase primer, sekunder, tersier,
lingkungan, dan apabila kondisi topografi wilayah
perencanaan berpotensi terjadi genangan maka
digambarkan pula pada peta terkait lokasi kolam
T
retensi/sistem pemompaan/pintu air;
f. Peta rencana pengembangan jaringan air limbah memuat
seluruh sistem pembuangan on site dan/atau off site di
wilayah perencanaan beserta seluruh bangunan pengolahan
F
air limbah; dan
g. Peta rencana jaringan prasarana lainnya yang disesuaikan
dengan kebutuhan wilayah perencanaan, misal peta rencana
jalur evakuasi bencana .
A
3. Peta Sub BWP yang a. Skala peta 1:5.000, bila tidak dapat disajikan secara utuh
diprioritaskan penanganannya dalam 1 lembar kertas, peta disajikan beberapa lembar.
Pembagian lembar penyajian peta harus mengikuti NLP
peta RBI skala 1:5.000;
R
3
tata ruang yang akan disahkan menjadi peraturan hukum tetap terjaga. Berikut adalah
langkah-langkah dalam melakukan validasi penyajian peta rencana tata ruang:
1. Cakupan
Penyajian rencana tata ruang dibedakan berdasarkan skalanya. Khusus pada
peta pola ruang, penyajiannya dibuat dalam satu lembar peta yang memuat wilayah
perencanaan secara utuh serta penyajiannya dibuat terpotong berdasarkan Nomor
Lembar Peta (NLP) pada peta Rupabumi sesuai skalanya. Pencetakan peta pola
ruang sesuai skala dasarnya perlu dipertahankan agar batasan deliniasi pola ruang
sebagai arahan pemanfaatan ruang dapat terlihat dengan jelas.
Pada peta wilayah perencanaan utuh, skala peta akan mengikuti luas wilayah
dengan ukuran kertas A1. Satuan perencanaan RDTR ada yang dibuat berdasarkan
batas administrasi, ada pula yang berdasarkan fungsi kawasan perkotaan. Maka
skala tampilan peta RDTR disesuaikan dengan luas area muka peta pada lembar
T
A1. Untuk tampilan peta wilayah perencanaan utuh setiap daerah memiliki skala yang
berbeda-beda.
Sedangkan pada peta berdasarkan NLP, disesuaikan dengan skala peta dasar
F
yang diacu. Peta RDTR setiap NLP memiliki skala 1:5.000 yang dicetak pada kertas
A1. Penomoran setiap lembar peta disesuaikan dengan penomoran peta RBI pada
A
skala yang diacu. Jumlah cetakan peta NLP berbeda-beda tergantung luas wilayah
perencanaan.
2. Kesesuaian Informasi dalam Peta dengan Legenda
R
rencana tata ruang tidak selalu memiliki semua klasifikasi objek yang ada. Sebagai
contoh peta RDTR Kota Salatiga tidak memiliki deliniasi kawasan industri yang
merupakan bagian dari kawasan budidaya, maka dalam legenda tidak perlu
dimunculkan keterangan area yang menunjukkan warna kawasan industri.
Kemudian pada peta berdasarkan NLP, pewarnaan pada legenda juga
disesuaikan dengan muka peta yang ditampilkan. Sebagai contoh pada peta RDTR
Kota Salatiga pada Nomor Lembar 1408-5243D terdapat zona Ruang Terbuka Hijau
(RTH) maka legenda lembar tersebut terdapat simbol warna untuk RTH, berbeda
dengan Nomor Lembar 1408-5246B yang tidak terdapat zona RTH maka pada
legenda lembar tersebut tidak perlu diberi simbol warna untuk RTH. Hal ini perlu
dilakukan agar terdapat kesesuaian antara informasi antara muka peta dengan
legenda sehingga peta lebih informatif.
4
3. Inzet
Terdapat 2 jenis inzet pada penyajian peta rencana tata ruang, yaitu:
▪ Cakupan peta wilayah perencanaan utuh
Pada peta yang mencakup wilayah perencanaan secara utuh hanya ada satu
inzet yang menerangkan posisi wilayah perencanaan terhadap unit wilayah yang
lebih luas. Pada peta RDTR menerangkan posisi wilayah perencanaan terhadap
kabupaten/kota dengan batas kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa di
sekitarnya.
▪ Cakupan peta berdasarkan NLP
Pada peta cakupan berdasarkan NLP selain terdapat inzet berdasarkan wilayah
perencanaan utuh, ditambahkan inzet yang menerangkan posisi NLP pada
wilayah perencanaan. Penggambaran inzet disesuaikan dengan potongan NLP
sehingga kita mengetahui posisi NLP yang ditampilkan pada muka peta tersebut
T
terhadap wilayah perencanaan.
Aturan umum penggambaran inzet peta adalah diberi keterangan asosiasi NLP,
nama administrasi, nama unsur alam penting, diberi informasi nama Bagian Wilayah
F
Perencanaan (BWP), dan Sub BWP. Selain itu, kedua inzet juga diberi grid dan
graticule dengan interval yang sesuai berdasarkan estetika. Grid digambarkan dalam
A
bentuk tick, sedangkan graticule dalam bentuk garis berwarna biru.
R
D
5
- Lembar peta portrait
Jumlah tick mark sebanyak 4 – 6 ke kanan dan 5 – 9 ke bawah.
▪ Cakupan peta berdasarkan NLP
Grid digambarkan dengan interval tiap 500 m, dan diberi label angka.
Ketentuan umum penggambaran grid adalah dalam bentuk tick mark dengan
warna hitam. Satuan grid dalam singkatan Bahasa Indonesia, yaitu Meter Timur
(mT) dan Meter Utara (mU).
b. Graticule
▪ Cakupan peta wilayah perencanaan utuh
Graticule digambarkan dengan interval yang proporsional tergantung pada
bentuk layout peta:
- Lembar peta landscape
Jumlah tick mark sebanyak 6 – 8 ke kanan dan 6 – 8 ke bawah.
T
- Lembar peta landscape memanjang
Jumlah tick mark sebanyak 7 – 10 ke kanan dan 5 – 7 ke bawah.
- Lembar peta portrait
F
Jumlah tick mark sebanyak 5 – 7 ke kanan dan 7 – 10 ke bawah.
▪ Cakupan peta berdasarkan NLP
Grid digambar dengan interval tiap 15” (detik).
A
Ketentuan umum penggambaran graticule adalah dalam bentuk garis dengan
warna biru dan diberi label angka. Satuan graticule dalam singkatan Bahasan
R
Indonesia, yaitu Lintang Utara (LU), Lintang Selatan (LS), dan Bujur Timur (BT).
5. Sumber Peta
Rencana tata ruang agar dapat diterapkan nantinya akan disahkan dalam
D
bentuk peraturan hukum seperti Peraturan Pemerintah pada rencana tata ruang yang
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, dan Peraturan Daerah pada rencana tata
ruang yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah. Maka peta rencana tata
ruang yang akan menjadi produk hukum harus memiliki sumber yang jelas agar bisa
dipertanggungjawabkan. Peta rencana tata ruang merupakan sintesa dari berbagai
sumber baik bersifat spasial maupun non spasial.
Dalam database peta rencana tata ruang harus lengkap mulai dari sumber
data, peta dasar, peta tematik, dan peta rencana. Setiap tahapan peta tersebut perlu
dicantumkan sesuai masukan peta yang digunakan. Sumber data utama apabila
menggunakan peta RBI perlu dicantumkan peta RBI skala dan tahun pembuatan
tertentu. Apabila sumber data bukan dari peta RBI atau peta RBI yang dilakukan
update dengan citra satelit atau foto udara perlu dicantumkan jenis citra satelit atau
foto udara dan tahun akuisisi data. Kemudian perlu dijelaskan sudah dilakukan
6
koreksi geometris dan tahun pelaksanaannya. Sumber peta dasar yang penting
untuk dimasukkan, antara lain peraturan terkait penetapan batas wilayah
administrasi baik batas kabupaten/kota maupun batas yang ada dalam
kabupaten/kota, sumber data bathimetry bila akan ditampilkan pada peta, dan
sebagainya. Pada data tematik dicantumkan sumber perolehan data yang biasanya
dari instansi wali data. Pada bagian peta rencana ditambahkan hasil analisis yang
dilakukan pada tahun tertentu.
T
6. Keterangan / Disclaimer
Disclaimer perlu dicantumkan apabila terdapat sumber data yang belum jelas
F
dasar hukumnya atau penggambarannya (posisi geometris) belum bisa dipastikan.
Terdapat dua hal pada peta rencana tata ruang yang sering kali perlu dicantumkan
disclaimer, yaitu terkait penggambaran batas wilayah administrasi apabila statusnya
A
masih indikatif atau belum memiliki acuan hukum yang resmi, serta peta rencana
jaringan infrastruktur yang masih bersifat indikatif penarikan garis dan lokasinya.
R
7. Batas Administrasi
Batas administrasi perlu digambarkan dengan simbol yang jelas untuk
membedakan batas perencanaan dan batas administrasi. Garis batas yang
ditampilkan disesuaikan ketebalannya sesuai hirarki yang meliputi batas provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, batas BWP, Sub BWP, dan Blok sesuai
dengan peraturan yang disepakati.
7
T
F
A
8. Notasi / Label
Label yang menerangkan unsur alam dan unsur penting lainnya seperti nama
laut, sungai, jalan, administrasi, dan sebagainya disesuaikan dengan format
D
penulisan pada lampiran RSNI tentang Spesifikasi Penyajian Peta RTRW Provinsi,
Kabupaten, Kota di mana ukuran huruf dibuat proporsional. Penyebutan label nama
BWP, Sub BWP, dan Blok dengan ukuran yang menyesuaikan hirarki.
Penggambaran zonasi pola ruang pada RDTR selain dibedakan dengan warna, juga
disertakan dengan notasi huruf agar mudah dibaca, karena klasifikasinya yang
beragam. Notasi dicantumkan pada muka peta ukurannya disesuaikan agar tidak
mengganggu tampilan muka peta.
9. Pewarnaan dan Simbolisasi
Objek pada peta digambarkan dalam 3 jenis, yaitu titik, garis, dan area. Pada
peta pola ruang, penggambaran objek hanya berupa area sesuai klasifikasi
pemanfaatan ruang. Sedangkan pada peta struktur ruang dan rencana jaringan
infrastruktur dapat digambarkan dalam bentuk titik, garis, dan area sesuai kebutuhan.
8
Sebagai contoh pada Peta Struktur Ruang RDTR rencana Tempat Pembuangan
Sampah (TPS) digambarkan dalam wujud titik, rencana distribusi listrik digambarkan
dalam wujud garis, rencana pengolahan air bersih dapat digambarkan dalam bentuk
area. Sedangkan pada kawasan strategis penggambaran objek juga dapat berupa
titik, garis, atau area sesuai dengan kebutuhan. Pewarnaan dan simbolisasi peta
rencana tata ruang mengikuti ketentuan yang disepakati. Pada peta RDTR
simbolisasi mengikuti RSNI tentang Spesifikasi Penyajian Peta RDTR dan
pewarnaan mengikuti Permen PU Nomor 20 Tahun 2011.
T
F
A
RSNI Penyajian Peta RDTR
R
atau JPG agar mudah dibuka pada dan tidak merusak file tata letak peta yang telah
disusun. Agar peta yang dicetak memiliki tampilan yang bagus atau resolusi yang
cukup sehingga tidak menyebabkan gambar yang blur, maka standar resolusi dalam
PDF atau JPG perlu diperhatikan. Standar pencetakan peta pada kertas ukuran A1
memiliki resolusi file minimal 300 dpi.
11. Lain-lain
Pada bagian lain-lain ini menjelaskan ketentuan dalam pemeriksaan
penyusunan peta rencana tata ruang yang belum disebutkan pada poin sebelumnya.
Berikut adalah ketentuan lain-lain:
a. Ukuran muka peta dan indeks tepi peta
Ukuran muka peta secara teknis dapat mengacu pada Lampiran B, Nomor 3
tentang Ketentuan Teknis, RSNI Spesifikasi Teknis Penyajian Peta RDTR.
9
b. Tata letak indeks tepi peta
T
F
Ukuran muka peta secara teknis dapat mengacu pada Lampiran B, Nomor 3
tentang Ketentuan Teknis, RSNI Spesifikasi Teknis Penyajian Peta RDTR.
A
c. Ukuran dan jenis huruf pada indeks tepi peta
Ukuran muka peta secara teknis dapat mengacu pada Lampiran B, Nomor 3
tentang Ketentuan Teknis, RSNI Spesifikasi Teknis Penyajian Peta RDTR.
R
D
10
d. Reproduksi
▪ Pencetakan
Ukuran kertas yang digunakan dalam mencetak adalah ukuran A1, diberi
offset dengan luas cetakan (printing area) maksimum 640 x 910 mm.
▪ Lembar khusus
Penambahan cakupan lembar ke samping kiri atau ke kanan dan ke atas
atau ke bawah dapat dilakukan secara proporsional.
e. Bagian pengesahan peta
Bagian pengesahan peta biasanya hanya terdapat pada peta yang menjadi
lampiran langsung di dokumen rencana tata ruang yang meliputi peta pola ruang,
peta struktur ruang dan jaringan infrastruktur, dan peta BWP prioritas.
f. Penampilan bangunan pada peta rencana
Khusus pada peta RDTR, peta dasar skala 1:5.000 sudah terlihat bentuk
T
bangunan. Pada peta pola ruang dan zonasi tidak perlu ditampilkan bentuk
bangunan, karena bangunan yang terdigitasi adalah bangunan eksisting
sedangkan pola ruang dan zonasi berupa deliniasi peruntukan rencana 20 tahun
ke depan.
F
A
R
D
11
Formulir QC R-ALBUM RDTR
QC Kualitas Album Peta
Nama Rencana Tata Ruang : QC ke- .....
QC R-
ALBUM
RDTR Nama Penyedia Jasa / Pelaksana Pekerjaan:
Tanggal: Nama Petugas QC:
T
Sumber peta dasar
Pewarnaan dan
9
Simbolisasi
Simbolisasi sesuai RSNI Penyajian Peta RDTR
11 Lain-lain Reproduksi
Bagian pengesahan
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
Tanggal Akhir QC :
Petugas QC :
Koordinator QC :
Keterangan:
*) Pilih Salah satu yang sesuai