Referat Atrial Fibrilasi PD Stroke PDF
Referat Atrial Fibrilasi PD Stroke PDF
PENDAHULUAN
Sejak dua dekade terakhir, banyak diteliti mengenai hubungan otak jantung.
Dan banyak ditemukan bahwa otak dan jantung memiliki hubunguan timbal balik
yang erat. Walter ( 1970 ) memperkenalkan konsep kardiologi neurogenik, yang
menggaris bawahi manifestasi klinik neurologi pada kelainan kardiologi. Kelainan
jantung yang dapat menyebabkan stroke terdapat sekitar 15% atau satu dari enam
kasus stroke iskemik, yang biasanya merupakan emboli jantung. Frekuensi
terjadinya tipe emboli yang berbeda bervariasi, tergantung dari umur penderita,
emboli yang berasal dari penyakit katup jantung rematik terdapat pada usia muda,
emboli yang berasal dari atherosclerosis lebih banyak ditemukan
pada usia yang lebih tua.
Fibrilasi atrium adalah penyakit jantung yang paling sering berkaitan
dengan emboli serebral. Faktanya, di Amerika Serikat hampir setengah dari emboli
kardiogenik terjadi pada pasien dengan fibrilasi atrium. Risiko stroke pada pasien
dengan fibrilasi atrium adalah 5 sampai 7 kali lebih tinggi daripada pasien tanpa
fibrilai atrium. Secara keseluruhan, 20 sampai 25 persen dari stroke iskemik berasal
dari emboli kardiogenik.
Banyak studi yang mengevaluasi risiko stroke pada pasien dengan fibrilasi
atrium. Pasien dengan fibrilasi atrium menunjukkan risiko yang lebih tinggi.
Sebagai contoh, pasien dengan mitral stenosis dan fibrilasi atrium memiliki 4
sampai 6 persen insiden emboli per tahun. Faktor risiko yang memprediksi stroke
pada pasien dengan fibrilasi atrium meliputi riwayat dari kejadian stroke
sebelumnya atau transient ischemic attack (TIA) (risiko relatif 22,5), diabetes
(risiko relatif 1,7), riwayat hipertensi (risiko relatif 1,6), dan usia yang bertambah
(risiko relatif 1,4 tiap dekade). Pasien dengan faktor-faktor risiko tersebut memiliki
risiko stroke setidaknya 4 persen jika tidak ditangani.4 Pasien dengan usia kurang
dari 60 tahun dengan EKG normal dan tanpa faktor risiko memiliki risiko stroke
yang sangat rendah (1 persen per tahun).
Dua sumber utama data fibrilasi atrium yang menyebabkan stroke adalah
1
Framingham Study dan The British Whitehall and Regional Heart Study. Pada studi
Framingham terlihat risiko stroke meningkat 17% pada penyakit jantung rematik
dan 5,6 % pada fibrilasi atrium non valvular. Pada studi kedua terlihat risiko stroke
pada fibrilasi atrium rematik 6,9% dan 2,3 % pada fibrilasi atrium
non valular.
Dengan berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana
pengaruh fibrilasi atrium sebagai faktor risiko stroke iskemik pada penderita stroke
yang dirawat di Bangsal Rawat Inap Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr. Kariadi. Dan
selanjutnya dapat digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan dan penanganan
terhadap fibrilasi atrium sebagai faktor risiko stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
2.1.1 Definisi Stroke
Menurut WHO, stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik
fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, dengan gejala-
gejala yang berlangsung selama lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain selain daripada gangguan vaskular.
Berdasarkan Kausal:
Stroke Trombotik
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluhdarah
di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan
pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi
akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang
3
cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol
jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah
kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil
terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.
b. Stroke Hemoragik
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.
Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab
lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti
hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa
dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular.
Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)
Perdarahan Subarakhnoidal (PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya
darah ke dalam ruangan subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena
pecahnya aneurisma (50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV
(5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.
Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat robeknya vena
jembatan ( bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan
sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya araknoidea.
Faktor Risiko Stroke
Faktor resiko stroke adalah sebuah karakteristik pada seorang individu yang
mengindikasikan bahwa individu tersebut memiliki peningkatan resiko untuk
kejadian stroke dibandingkan dengan individu yang tidak memiliki karakteristik
tersebut. Faktor resiko stroke di bagi menjadi 2 yaitu :
Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko terpenting untuk semua tipe stroke, baik
stroke perdarahan maupun stroke infark. Peningkatan resiko stroke sering
terjadi seiring dengan peningkatan tekanan darah. Walaupun tidak ada nilai
pasti korelasi antara peningkatan tekanan darah dengan resiko stroke.
Diperkirakan resiko stroke meningkat 1.6 kali setiap peningkatan 10 mmHg
tekanan sistolik, dan sekitar 50% kejadian stroke dapat dicegah dengan
pengendalian tekanan darah ( Indiana Stroke Prevention Task Force January
2006)
Diabetes Melitus
5
otak yang iskemik. Meski mekanisme tidak diketahui dengan jelas, akumulasi
laktat dan asidosis intraseluler dalam otak yang iskemik mungkin
memberikan kontribusi. Kedua, pasien hiperglikemia relative memiliki
defisiensi insulin. Hal ini menyebabkan berkurangnya uptake glukosa perifer(
yang berarti meningkatkan jumlah glukosa yang tersedia untuk berdifusi ke
dalam otak) dan meningkatnya asam lemak bebas sirkulasi. Ketiga, pasien
dengan diagnosis diabetes yang mengalami hiperglikemia stress cenderung
memiliki abnormalitas gula darah atau diabetes yang tidak terdiagnosis ketika
tidak dalam keadaan stres. Pasien ini mungkin mengalami kerusakan iskemik
yang lebih besar pada waktu infark sebagai akibat dari vaskulopati serebral
yang mendasari dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami
hiperglikemia stres. Keempat, hiperglikemia mungkin mengganggu blood-
brain barrier (sawar darah otak) dan memacu konversi infark hemorrhagik.
Kelima, hiperglikemia stress mungkin adalah marker luasnya kerusakan
iskemik pada pasien stroke.
Penyakit jantung
Atrial Fibrilasi (AF) merupakan gangguan irama yang banyak menyerang pria
dewasa, AF ditemukan pada 1-1,5% populasi di Negara-negara barat dan
merupakan salah satu factor resiko indenpenden stroke. Prevalensi AF
meningkat seiring pertambahan umur, ditemukan 1% pada usia < 60 tahun
tetapi kurang lebih 10% pada usia > 80 tahun. AF dapat menyebabkan resiko
stroke atau emboli menjadi 5 kali lipat daripada pasien tanpa AF. Kejadian
stroke yang didasari oleh AF sering diikuti dengan peningkatan morbiditas,
mortalitas, dan penurunan kemampuan fungsi daripada stroke karena
penyebab yang lain. Resiko stroke karena AF meningkat jika sertai usia > 65
tahun, hipertensi, diabetes mellitus, gagal jantung atau riwayat stroke
sebelumnya.
Obesitas
Obesitas abdomen adalah sebuah faktor resiko yang indepeden dan potensial
untuk stroke iskemik di dalam semua kelompok etnis. Merupakan faktor
resiko yang lebih kuat daripada BMI dan memiliki efek yang lebih kuat pada
orang yang lebih muda. Prevensi obesitas den reduksi berat badan
memerlukan penekanan yang lebih besar di dalam program prevensi stroke.
Alkoholism
TIA
Dennis et al (1989) meneliti resiko stroke rekuren pada pasien dengan TIA
dan stroke minor. Setiap kasus yang di diagnosis sebagai stroke pertama kali
atau kejadian TIA dievaluasi pada 1 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan kemudian
setiap tahunnya dari onset awal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko
stroke rekuren atau kematian lebih tinggi pada minor iskemik stroke ( stroke
iskemik ringan) walaupun perbedaan yang signifikan hanya pada kematian.
Perbedaan prognosis yang tampak mungkin disebabkan karena prognosis
yang baik pada pasien dengan amaurosis fugax diantara pasien dengan TIA
( Transient Iskemik Attack ).
Merokok
7
Faktor resiko yang tidak dapat di modifikasi
Usia
Jenis kelamin
Ras
Berlainan dengan sel-sel jantung biasa, dalam jantung terdapat kumpulan sel-
sel jantung khusus yang mempunyai sifat :
Karena memiliki sifat-sifat ini maka jantung mampu menghasilkan secara spontan
dan ritmis impuls-impuls yang disalurkan melalui sistem penghantar untuk
merangsang miokardium dan menstimulir kontraksi otot. Sel-sel ini terkumpul
dalam suatu system yang disebut system konduksi jantung. Sistem konduksi
jantung terdiri dari:
Nodus SA ( sinoatrial)
Simpul ini terletak pada batas antara vena kava superior dan atrium kanan.
9
Simpuls ini memilikisifat automatisitas yang tertinggi dalam system
konduksi.Kecepatan pembangkitan impuls ini 60-100 denyut permenit.
Sistem konduksi intra atrial
Nodus AV ( atrioventrikular)
Nodus ini terletak dibagian bawah atrium kanan, antara sinus koronarius
dan daun kautp tricuspid bagian septal. Nodus AV ini merupakanjalur
normal transmisi impuls antara atrium dan ventrikel, serta mempunyai dua
fungsi yang sangat penting. Pertama, impuls jantung ditahan disini selama
0,08 sampai 0,12 detik guna memungkinkan pengisian ventrikel selama
kontraksi atrium. Kedua, nodus AV mengatur jumlah impuls atrium yang
mencapai ventrikel, biasanya tidak lebih 180 mpuls per menit dibolehkan
mencapai ventrikel. Efek proteksi ini penting seklai pada kelaina irama
jantung, AQdimana kecepatan denyut atrium dapat melebihi 400 denyut
permenit. Klau ventrikel tidak mendapat perlindungan dari bombardier
impuls ini, maka tidak cukup waktu untuk mengisi ventrikel, dan curah
jantung akan menurun drastis. Kecepatan pembangkitan impuls ini 40-60
denyut per menit.Gelombang rangsangan ini kemudian menyebar dari nodus
AV menuju berkas his.
Berkas his
Berkas his adalah sebuah berkas pendek yang merupakan kelanjutan bagian
bawah simpul atrioventrikular yang menembus annulus fibrosus dan septum
bagian membrane. Berkas ini membelah menjadi cabang berkas kiri dan
kanan, yang berjalan kebawah di kir kanan septum interventrikular.
Cabang berkas
Kea rah distal. Berkas his bercabang menjadi dua bagian, yaitu cabang
berkas kanan dan kiri. Cabang berkas kiri memberikan cabang-cabang ke
ventrikel kiri, seangkan cabang berkas kanan memberikan cabang ke berkas
kanan.
Fasikel
Cabang berkas kiri bercabang menjadi dua bagian yaitu fasikel kiri anterior
dan fasikel kiri posterior.
Serabut purkinje
Atrial fibrilasi merupakan aritmia yang paling sering terjadi pada lansia dan
11
meningkatkan morbiditas serta angka resiko kematian. Hal ini dikarenakan pada
lansia telah terjadi perubahan struktur pada jantungnya. AF bisa jadi tipe yang
paroxysmal (intermiten), persisten ataupun yang permanen. Diagnosis dari AF
persisten mengindikasikan adanya perbaikan potensial dari irama sinus, sedangkan
AF yang permanen menunjukkan irama jantung akhir.3
Epidemiologi
AF aritmia yang paling sering terjadi dengan prevalensi 0,4 % pada golongan
usia <65 tahun dan meningkat 10 % pada kelompok usia > 75 tahun. . Di Amerika
Utara, prevalensi AF meningkat dua sampai tiga kali lipat pada tahun 2050. Hal ini
meningkat dikarenakan umur harapan hidup yang juga meningkat. Pada penelitian
kesehatan kardiovaskular, AF ada pada penderita penyakit kardiovaskuler ± 9,4 %
dan 1,6 % tanpa penyakit kardiovaskuler.
Risiko stroke pada pasien dengan fibrilasi atrium adalah 5 sampai 7 kali lebih
tinggi daripada pasien tanpa fibrilai atrium. Secara keseluruhan, 20 sampai 25
persen dari stroke iskemik berasal dari emboli kardiogenik.
Kardiomiopati hipertropik
Aritmia jantung
Perikarditis
Hipertensi sistemik
Diabetes mellitus
Hipertiroidisme
13
Neurogenik: system saraf autonom dapat mencetuskan FA pada pasien yang
sensitive mealalui peninggian tonus vagal adrenergik.
Faktor Resiko AF
AF biasanya mudah timbul pada kondis berikut ini:
Usia (Semakin tua usia seseorang, semakin besar resiko terjadinya AF)
Alkohol
Riwayat keluarga
AF persisten
AF yang menetap lebih dari48 jam tetapi kurang dari 7 hari. Pada AF
persisten dibutuhkan kardioversi untuk mengembalikan ke irama sinus.
AF permanen
Ket:
Sinus ritme. Selama sinus ritme normal, denyut jantung adalah proses yang
dikoordinasi secara tunggal yang dimulai dari nodus SA(1). sinyal listrik
menyebar menyebrang atrium (2). Kemudian ke AV node (3) terus menyebar ke
ventrikel (4).
Atrial fibrilasi. Ketika pasien dalam keadaan atrial fibrilasi, atrium diaktivasi secara
konstan dengan jalan chaotic karena sinyal listrik multiple yang merangsang
pada 400-600 denyut per menit (1). Nodus AV (2) menyaring keluar hampir
keseluruhan dari sinyal listrik extra ini tetapi masih meloloskan sedikit denyut
untuk mencapai ventrikel dari normalnya.
Salah satu faktor risiko stroke non hemoragik adalah penyakit jantung,
terutama penyakit yang disebut atrial fibrilasi, yakni penyakit jantung dengan
denyut jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini
mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini
menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi
pembentukan gumpalan darah. Gumpalan-gumpalan inilah yang kemudian dapat
mencapai otak danmenyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas 80 tahun,
15
atrial fibrilasi merupakan penyebab utama kematian pada satu di antara empat kasus
stroke.
Palpitasi
Pusing
Nyeri dada, terutama saat beraktivitas. Namun dapat juga terjadi saat istirahat.
Sesak napas
Cepat lelah
Sinkop
Gejala-gejala ini timbul karena jantung bekerja lebih cepat, sehingga pompa
jantung menjadi kurang efisien. Sejumlah kecil darah yang dipompa oleh jantung
saat frekuensinya meningkat tidak sebaik saat darah dalam jumlah yang lebih
banyak dipompa saat frekuensi yang normal. Hal ini dapat menyebabkan darah
tertahan di paru-paru dan menurunkan volume after load jantung. Sedangkan Af
yang asimptomatikbiasanya disebabkan karena denyut jantung yang tidak begitu
cepat sehingga memberikan kesempatan untuk pengisian ventrikel lebih lama dan
akhirnya cardiac out put juga tidak menurun secara drastis. AF yang asimptomatik
biasanya ditemukan secara tidak sengaja oleh tenaga kesehatan
Diagnosis AF
Anamnesis:
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan tanda vital dapat diketahui denyut nadi yang irregular dan
cepat.
Elektrokardiogram
Fibrilasi atrium bisa timbul dari fokus ektopik ganda atau daerah reentri
multipel. Aktifitas atrium sangat cepat (kira-kira 400-700 per menit), namun setiap
rangsang listrik itu hanya mampu mendepolarisasi sangat sedikit miokardium
atrium, sehingga sebenarnya tidak ada kontraksi atrium secara menyeluruh. Karena
tidak ada depolarisasi yang uniform, tidak terbentuk gambaran gelombang P,
melainkan defleksi yang disebut gelombang ”f” yang bentuk dan iramanya sangat
tidak teratur
Bila atrium berfibrilasi, impuls yang berasal dari otot atrium akan tiba pada
nodus AV dengan cepat tetapi juga tidak teratur. Karena nodus AV tidak akan
menghantarkan impuls kedua kira-kira 0,35 detik setelah impuls pertama, paling
sedikit harus ada selang waktu 0,35 detik antara satu kontraksi ventrikel dengan
kontrkasi ventrikel berikutnya dan tambahan waktu yang bervariasi dari 0 – 0,6
detik sebelum satu impuls fibrilasi tiba di AV. Jadi, selang waktu antara kontraksi
ventrikel berikutnya bervariasi dari paling sedikit sekitar 0,35 detik sampai paling
banyak sekitar 0,95 detik, yang menimbulkan sebuah denyut jantung sangat tidak
teratur. Sesungghnya, ketidakteraturan ini, yang diperlihatkan oleh jarak denyut
jantung yang bervariasi adalah salah satu penemuan klinis yang digunakan untuk
mendiagnosa keadaan. Juga karena frekuensi yang cepat dari impuls fibrilasi dalam
atrium, ventrikel biasanya dikendalikan pada suatu frekuensi denyut yang cepat,
17
biasanya antara 125 dan 150 kali per menit.
Pada lansia , respon ventrikel lebih lambat, dan biasanya denyut jantung <
100 x/menit. Hal ini mungkin disebabkan perubahan fibrosis pada sistem konduksi
jantung dan otot atirum Oleh sebab itu AF sering terjadi pada lansia, karena terkait
dengan usia terjadi perubahan pada keadaan jantungnya.3
19
Manajemen strategi atrial fibrilasi
harus diutamakan pada kardioversi elektris untuk mengeva-luasi adanya thrombus intrakardiak. # manajemen invasive u
21
Kontrol rate dan ritme
Untuk pasien dengan onset AF yang baru ( < 3 bulan), dan mereka yang
bergejala, kontrol ritme mungkin merupakan pilihan terbaik. Strategi ini termasuk
kardioversi elektris, atau obat anti aritmia, tunggal atau dalam kombinasi, bersama
dengan terapi warfarin. Pada lansia toleransi terdahadap obat anti aritmia lebih
rendah seperti amiodarone dan sotalol. Obat-obat ini seharusnya digunakan dengan
perhatian, dan atas anjuran dokter. Flecainid seharusnya dihindari karena dapat
menginduksi aritmia ventrikel dan kematian mendadak pada penderita penyakit
jantung koroner. Flecainid seharusnya tidak digunakan pada penderita penyakit
jantung koroner sementara penyakit jantung koroner secara subklinis dierita oleh
lansia.
Jadi, flecainid seharusny dihindari pada lansia. Jika obat yang lain gagal dan
harus menggunakan flecainid, harus dilakukan tes stress untuk memantau iskemia
otot jantung, bersamaan dengan EKG untuk melihat fungsi ventrikel kiri
Kardioversi
Kardioversi adalah pengembalian irama sinus. Kardioversi dapat dilakukan
secara farmakologis maupun elektris. Kardioversi farmakologis kurang efektif
dibandingkan kardioversi elektris. Kardioversi farmaologis paling efektif dilakukan
dalam 7 hari setelah terjadinya FA. Kardioversi elektif diharapkan segera dilakukan
pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil akibat laju irama ventrikel yang
cepat disertai tanda iskemia, hipotensi, sinkop. Kardioversi elektif dimulai dengan
200 joule. Bila tidak berhasil dapat dinaikkan menjadi 300 joule. Pasien dipuasakan
dan dilakukan anastesi kerja pendek.
Pada pasien yang mengalami onset baru AF diberikan warfarin jika pasien
belum diberikan anti koagulan, kemudian direncanakan melakukan kardioversi
elektris 1 bulan mendatang. Jika sinus ritme masih tidak ada, atau ada namun
kembali menjadi AF, pasien ditawarkan untuk melakukan kardioversi ulangan. Pada
kasus ini, amiodaron akan mulai diberikan dan kardioversi akan dilakukan 6 bulan
mendatan. Amiodarone tetap dilanjutkan setelah itu. Pada kasus ini, durasi terapi
bervariasi tergantung apakah obat tersebut ditoleransi dan sinus ritme dapat
dipertahankan. Pada pasien yang lebih muda ( <60 tahun) dengan AF saja, strategi
kami biasanya melakukan kardioversi yang mungkin lebih baik beberapa tahun
kedepan pada AF permanen. Pada pasien yang lebih tua, yang hanya menderita AF,
saran untuk melakukan kardioversi jauh lebih tinggi karena adanya AF recuren
setelah prosedur ini dilakukan tinggi.
Antikoagulan
Pada lansia harus hati-hati terhadap resiko tejadinya perdarahan. Bagi lansia
dengan resiko rendag perdarahan saluran cerna, warfarin aman diberikan. Target
INRBeta blockers
pada
Non-?1 kelompok
selective: ini adalah 2-3. Adanya gangguan kogntif dan disability bukan
atenolol
Anti-sympathetic
merupakan
Rapid atrialkontraindikasi
fibrillation
Menyebabkan letargi atau postural hipotensi
25–100 mg hari
nervous system
23
?1-selective: bisoprolol
2.5–10 mg hari
Calcium antagonist
Diltiazem 90–400 mg hari
Slow calcium channel
Rapid atrial fibrillation
Dapat bermanfaat ketika angina dan atau hipertensi yang bersamaan
BAB III
blocker) KESIMPULAN
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun
Verapamil 40–360 mg hari
menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama
Melawan gagal jatung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa adanya
degenerasi.
Rhythm control
Anti-arrhythmic
Amiodarone 100–200 mg
Durasi potensial aksi yang panjang
Kardioversi kimia AF
Efek sampingnya luas
agents
hari