Anda di halaman 1dari 23

Makassar, 26 September 2019

LAPORAN PBL
SINDROM JEBAKAN SARAF PERIFER DAN RADIKS

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

 Muhammad Salman Naguib 11020180097


 Ahmad Fahd Alifian 11020180096
 Sri Intan Akmal Bakri 11020180095
 Tenri Sayu Azzahra 11020180074
 Andi Rachmat Abdillah 11020180093
 Andi Auliyah Anugrah Rahman 11020180092
 Riska Rianti 11020180091
 Wahyuni 11020180090
 Tasya Fitri Ramadanti 11020180089
 Fitrah Rahmadhani 11020180088

Tutor : dr. Zulfiyah Surdam, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 1


BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit - penyakit miskuloskletal perlu dicermati dalam penegakan


diagnosis, karena umumnya gejala – gejala yang diperlihatkan hampir sama.
Ketelitian dalam mengumpulkan gejala – gejala dan pemeriksaan pendukung sangat
diperlukan. Untuk dignosis penyakit – penyakit dalam bidang Reumatologi,
umumnya digunakan kriteria dari American College of Rheumatology (ACR). Bila
gejala dan pemeriksaan sudah memenuhi, maka dignosis dan terapi sudah dapat
dilakukan.
Melalui modul ini, beberapa keluhan penderita berupa nyeri sendi akan
disajikan dalam bentuk skenario. Mahasiswa diharapkan untuk mencermati gejala
– gejala yang ada, kemudian dari keluahan satu dengan lainnya dapat dihubungkan
dan pemeriksaan pendukung yang diperlukan dapat difikirkan.
Sebelum menggunakan buku ini, tutor dan mahasiswa harus membaca
Tujuan Pembelajaran dan sasaraan pembelajaran yang harus dicapai oleh
mahasiswa, sehingga diharapkan diskusi lebih terarah untuk mencapai
kompetensi minimal yang diharapkan. Peran tutor dalam mengarahkan tutorial
sangat penting. Bahan untuk diskusi bisa diperoleh dari bahan bacaan yang
tercantum pada ahir setiap unit. Kemungkinan seorang ahli dapat memberikan
kuliah dalam pertemuan konsultasi antara kelompok mahasiswa peserta diskusi
dengan ahli yang bersangkutan yang bisa diatur dengan dosen yang bersangkutan.
Penyusun mengharapkan buku modul ini dapat membantu mahasiswa dalam
memecahkan masalah penyakit infeksi yang akan disajikan pada sistim-sistem
selanjutnya.
Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul
primer pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain
tubuh tetapi menimbulkan efek pada system muskuloskletal. Tanda utama

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 2


gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa yang tidak nyaman, yang
dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat.
Pada laporan ini disajikan diskusi secara umum berbagai masalah ortopedik
dan reumatologi. Karena tidak mungkin membahas semua kelainan yang ada, maka
pembahasan dibatasi pada beberapa penyakit yang sering terjadi, atau beberapa
penyakit yang dapat dijadikan contoh untuk jenis-jenis penyakit segolongan.
Penyakit-penyakit muskuloskeletal perlu dicermati dalam penegakan diagnosis,
karena umumnya gejala-gejala yang diperlihatkan hampir sama. Ketelitian dalam
mengumpulkan gejala-gejala dan pemeriksaan pendukung sangat diperlukan.Untuk
diagnosis penyakit-penyakit dalam bidang Reumatolog, umumnya digunakan
criteria dari American College of Reumathology (ACR). Bila gejala dan
pemeriksaan sudah memenuhi, maka diagnosis dan terapi sudah dapat digunakan.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat


menjelaskan tentang diagnosis nyeri sendi, penyebab-penyebab nyeri sendi,
patofisiologi terjadinya nyeri sendi, dapat membedakan nyeri sendi akibat karena
inflamasi dan nyeri sendi akibat karena mekanik.

SASARAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :


1. Menjelaskan tentang anatomi articulatiogenu, manusdanpedis
2. Menjelaskan tentang lingkup gerak sendi masing-masing sendi tsb diatas.
3. Menjelaskan mekanisme nyeri akibat inflmasi (peradangan).
4. Menjelaskan mekanisme nyeri akibat gangguan mekanik.
5. Mengetahui sendi – sendi yang sering mengenai artritis gout, osteoartritis,
dan artritis reumatoid.
6. Menggambarkan kelainan – kelainan sendi akibat karena inflamasi dan
gangguan mekanik.

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 3


7. Menyebutkan jenis – jenis pemeriksaan yang diperlukan untuk
mengarahkan diagnosis penyakit ini
8. Memberikan terapi yang sesuai dengan penyakitnya
9. Menyebutkan komplikasi penyakit
10. Menyebutkan diagnosis banding dari artritis gout, osteoartritis, dan artritis
reumatoid.
11. Menyebutkan cara-cara pencegahan nyeri sendi.

STRATEGI PEMBELAJARAN

1. Diskusi kelompok yang diarahkan tutor


2. Diskusi kelompok mandiri tanpa tutor
3. Konsultasi pada narasumber yang ahli (pakar) pada permasalahan dimaksud
untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam
4. Kuliah khusus dalam kelas
5. Aktifitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan menggunakan
buku ajar, majallah, slide, tape atau video, dan internet
6. Latihan keterampilan klinik pemeriksaan sendi dan analisa gambaran
radiologi sendi
7. Praktikum di laboratorium

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 4


BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGENALAN SKENARIO
Skenario I
Perempuan 35 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan ibu jari kanan
melemah, dialami 1 minggu terakhir disertai nyeri pada jari telunjuk dan jari tengah,
rasa seperti kesemutan pada ibu jari dan dirasakan nyeri berkurang jika tangan
dikibas-kibaskan.

2. KLASIFIKASI KATA SULIT DAN KATA KUNCI


Klarifikasi kata sulit : Tidak ditemukan kata sulit pada skenario
Klarifikasi kata kunci :
a. Perempuan 35 tahun
b. Ibu jari kanan melemah
c. Satu minggu terakhir
d. Nyeri pada jari telunjuk dan jari tengah
e. Kesemutan pada ibu jari
f. Nyeri berkurang jika tangan dikibas-kibaskan.

3. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Jelaskan patomekanisme gejala berdasarkan scenario!
2. Apa yang menjadi penyebab dari gejala diatas?
3. Mengapa nyeri dominan pada ibu jari, jari telunjuk, ibu jari, dan sebagian
jari manis?
4. Mengapa nyeri berkurang saat tangan dikibas-kibaskan?
5. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan berdasarkan scenario?
6. Terapi apa saja yang dapat dilakukan?
7. Apa saja diagnosis banding berdasarkan scenario?
8. Jelaskan perspektif islam berdasarkan scenario!

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 5


4. ANALISA MASALAH
1. Jelaskan patomekanisme gejala berdasarkan scenario !

Gambar. 1 Carpal Tunel Syndrome


Sumber: Orthopedic Assosiates of Magichan

Ada beberapa hipotesis mengenai patogenesis dari CTS. Patogenesis CTS


masih belum jelas. Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan gejala dan
gangguan studi konduksi saraf. Yang paling populer adalah kompresi mekanik,
insufisiensi mikrovaskular, dan teori getaran. Menurut teori kompresi mekanik,
gejala CTS adalah karenakompresi nervus medianus di terowongan karpal.
Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa ia menjelaskan konsekuensi dari
kompresisaraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari
kompresimekanik. Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor seperti
ketegangan, tenaga berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan tangan
berkepanjangan atau berulang.
Teori insufisiensi mikro - vaskular mennyatakan bahwa kurangnya pasokan
darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan
ia perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf.
Scar dan jaringan fibrotik akhirnya berkembang dalam saraf. Tergantung pada
keparahan cedera, perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 6


gejala CTS, terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut, bersama dengan
kehilangan konduksi saraf akut dan reversibel dianggap gejala untuk iskemia.
Seiler et al menunjukkan (dengan Doppler laser flowmetry ) bahwa normalnya
aliran darah berdenyut di dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat
ligamentum karpal transversal dilepaskan. Sejumlah penelitian eksperimental
mendukung teori iskemia akibat kompresi diterapkan secara eksternal dan
karena peningkatan tekanan di karpal tunnel. Gejala akan bervariasi sesuai
dengan integritas suplai darah dari saraf dan tekanan darah sistolik . Kiernan
dkk menemukan bahwa konduksi melambat pada median saraf dapat dijelaskan
oleh kompresi iskemik saja dan mungkin tidak selalu disebabkan myelinisasi
yang terganggu.

Referensi :
1. Jurnal carpal tunnel syndrome, fakultas kedokteran Universitas negeri
lampung. Hal 11-12

2. Apa yang menjadi penyebab dari gejala diatas ?

Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga
dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus
medianus sehingga timbullah CTS. Pada sebagian kasus etiologinya tidak
diketahui, terutama pada penderita lanjut usia. Mekanisme patofisiologis
terjebaknya saraf medianus adalah berbeda antara pekerja dan bukan pekerja.
Penyebab CTS menjadi 3 faktor, yaitu: (1) faktor intrinsik, (2) faktor penggunaan
tangan (penggunaan tangan yang berhubungan dengan hobi, dan penggunaan
tangan yang berhubungan dengan pekerjaan), (3) faktor trauma.

Faktor intrinsik terjadinya CTS adalah sekunder, karena beberapa penyakit


atau kelainan yang sudah ada. Beberapa penyakit atau kelainan yang merupakan
faktor intrinsik yang dapat menimbulkan CTS adalah:

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 7


a) Perubahan hormonal seperti kehamilan, pemakaian hormon estrogen pada
menopause, dapat berakibat retensi cairan dan menyebabkan
pembengkakan pada jaringan di sekeliling terowongan karpal. Perubahan
fisiologi pada saat kehamilan sering kali menyebabkan gangguan
muskuloskeletal dan neuropati pada wanita hamil. Faktor yang paling sering
menyebabkan terjadinya CTS pada kehamilan adalah karena retensi cairan.
Pada saat hamil terjadi peningkatan volume darah sebagai akibat
peningkatan volume plasma dan eritrosit.
b) Akibat penyakit vaskular-kolagen termasuk Diabetes Mellitus dimana
terjadi gangguan neuropati pada N. Medianus yang menghantarkan impuls
ke ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan setengah jari manis. Penyakit lain
bisa karena artritis psoriasis, amiloidosis, hipotiroidisme, sarkoidosis, dan
sepsis (misalnya tuberkulosis)
c) penyakit/keadaan tertentu seperti hemodialisis yang berlangsung lama,
penyakit multiple myeloma, Walderstroom’s macroglobulinemia, limphoma
non Hodgkin, acromegali, virus (human parvovirus), pengobatan yang
berefek pada sistem imun (interleukin 2) dan obat anti pembekuan darah
(warfarin)
d) kegemukan (obesitas) dapat menyebabkan kompresi saraf dibawah
ligamentum karpal transversal
e) keadaan lain seperti merokok, gizi buruk dan stres,
f) adanya riwayat keluarga dengan CTS, dan
g) jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita mempunyai
risiko mendapat CTS lebih tinggi secara bermakna dibandingkan laki-laki.

CTS yang terjadi oleh karena penggunaan tangan karena hobi atau
pekerjaan adalah sebagai akibat inflamasi/pembengkakan tenosinovial di dalam
terowongan karpal. Penggunaan tangan yang berhubungan dengan hobi, contohnya
adalah pekerjaan rumah tangga (menjahit, merajut, menusuk, memasak), kesenian
dan olah raga. CTS yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi kegiatan yang

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 8


membutuhkan kekuatan, penggunaan berulang atau lama pada tangan dan
pergelangan tangan, terutama jika faktor risiko potensial tersebut muncul secara
bersamaan misalnya:

a) Penggunaan tangan yang kuat terutama jika ada pengulangan,


b) Akibat gerakan berlebihan dan berulang-ulang pada jemari tangan seperti
gerakan menggenggam berulang-ulang menimbulkan gesekan antara otot-
otot jari tangan (tensor flexor jari) dan first annular pullery (sendi antara jari
dan telapak tangan), terjadi pada pemain musik terutama piano, trompet,
dan gitar, bahkan penggunaan mouse komputer yang berlebihan.
c) Konstan dalam mencegkeram benda,
d) Memindahkan atau menggunakan tangan dan pergelangan tangan terhadap
perlawanan atau dengan kekuatan,
e) Menggunakan tangan dan pergelangan tangan untuk getaran teratur yang
kuat,
f) Tekanan biasa atau intermiten pada pergelangan tangan.

Referensi:

1. Davis LE, Molly KK, Jessica LS. Carpal tunnel syndrome in Fundamentals of
Neurologic Disease. New York: Demos Medical Publishing; 2015.
2. Rodiani, Purnama Simbolon, dkk. 2017. Carpal Tunnel Syndrome pada
kehamilan.Volume 5. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
3. Sitompul, Yunita RM Berliana. 2019. Resiko Jenis Pekerjaan Dengan Kejadian
Crpal Tunnel Syndrome (CTS). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia
4. Noor, Zairin. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Jakarta:Salemba
Medika

3. Mengapa nyeri dominan pada ibu jari, jari telunjuk, ibu jari, dan
sebagian jari manis ?

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 9


Nervus medianus berasal dari korda lateral dan medial dari pleksus brakialis
sebagai gabungan saraf yang berasal dari radiks C6 dan T1. Korda lateral, terdiri
dari serabut C6,C7, mensuplai serabut sensorik ke thenar eminence dan ibu jari
(C6), jari telunjuk (C6-C7), dan jari tengah (C7), begitu juga serabut motorik ke
otot-otot lengan bawah. Korda medial, terdiri dari C8-T1, mensuplai serabut
motorik ke otot-otot median distal pada lengan bawah dan tangan, begitu pula
serabut sensorik ke bagian lateral dari jari manis.

Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari pergelangan tangan di


mana tulang dan ligamentum membentuk suatu terowongan sempit yang dilalui
oleh beberapa tendon dan nervus medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk
dasar dan sisi-sisi terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk
oleh fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal ligament)
yang kuat dan melengkung di atas tulangtulang karpalia tersebut.

Gambar 2. Anatomi terowongan karpal


Sumber: Parmelee Paters K. The wrist Common Injury and management

Di dalam terowongan tersebut terdapat saraf medianus yang berfungsi


menyalurkan sensori ke ibu jari, telunjuk dan jari manis serta mempersarafi fungsi
otot-otot dasar sisi dari ibu jari/otot tenar. Selain saraf medianus, di dalam
terowongan tersebut terdapat pula tendontendon yang berfungsi untuk
menggerakkan jari-jari. Proses inflamasi yang disebabkan stres berulang, cedera
fisik atau keadaan lain pada pergelangan tangan, dapat menyebabkan jaringan di

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 10


sekeliling saraf medianus membengkak. Lapisan pelindung tendon di dalam
terowongan karpal dapat meradang dan membengkak. Bentuk ligamen pada bagian
atas terowongan karpal menebal dan membesar. Keadaan tersebut menimbulkan
tekanan pada serat-serat saraf medianus sehingga memperlambat penyaluran
rangsang saraf yang melalui terowongan karpal. Akibatnya timbul rasa sakit, tidak
terasa/kebas, rasa geli di pergelangan tangan, tangan dan jari-jari selain kelingking.

Gambar 3. Penjalaran N. Medianus pada tangan


Sumber: Parmelee Paters K. The wrist Common Injury and management

Nervus medianus merupakan struktur yang pertama terganggu dan


menimbulkan gejala jika terdapat stenosis atau peningkatan tekanan dalam
terowongan. Kondisi apapun yang menyebabkan penurunan ruang dalam
terowongan karpal atau peningkatan tekanan dalam terowongan akan
meningkatkan friksi atau gesekan antara tendon fleksor, nervus medianus dan
ligamen karpal transversalis. Gerakan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan yang
berulang dapat menyebabkan stenosis dan peningkatan tekanan dalam terowongan.

Referensi:
1. Rambe AS. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome); 2009
2. Davis Le. CTS Infundamentals of Neurologic Disease. NY: Demos Public
Medical Publishing; 2014
3. Katz, Jeffrey N. et al., 2011.CTS. N Engl J Med. Vol. 346, No. 23

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 11


4. Tana, Lusyanawati. Carpal Tunnel Syndrome pada Pekerja Garmen di
Jakarta. Puslitbang Pemberantasan Penyakit. 2009. vol. 32, no. 2. P:73-82.

4. Mengapa nyeri berkurang saat tangan dikibas-kibaskan ?


Carpal Tunnel Syndrome terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan
flexor retinaculum yang menyebabkan tekanan terhadap Nervus medianus,
tekanan yang berulang dan lama akan menyebabkan peningkatan tekanan
intravaskular, akibatnya aliran darah intrafaskular melambat.
Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafaskular lalu diikuti
oleh anoksia yang akan merusak endotel sehingga menyebabkan keluhan nyeri
dan kesemutan, nyeri akan berkurang setelah tangan yang terlibat dikibas-
kibaskan atau dilakukan pemijatan pada daerah yang terlibat hal ini dikarenakan
pada saat tangan dikibas-kibaskan, akan terjadi perbaikan sementara pada aliran
darah sehingga aliran darah yang terjepit akibat adanya penebalan pada flexor
retinaculum dapat mengalir kembali itulah mengapa nyeri akan berkurang.

Gambar 4. Carpal Tunnel Syndrome


Sumber: Ginsberg L. Lecture. 2008

Referensi:
1. Moeliono. 2014 Etiologi Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan
Carpal (S.T.K) atau (Carpal Tunnel Syndrome/ CTS). Neurona
2. Ginsberg L. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga. Jakarta. 2008.

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 12


5. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan berdasarkan scenario ?

A. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan pada fungsi motorik, sensorik
dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi yang dapat
membantu menegakkan diagnosa CTS adalah sebagai berikut:

a) Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri
pada daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada
terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.

Gambar 5. Tinel’s sign


Sumber : Somaiah A, Spence RAJ.2008
b) Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
selama satu menit parestesia bertambah hebat, maka tes ini menyokong
diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat sensitif untuk
menegakkan diagnosa CTS.

Gambar 6. Phalen’s test


Sumber : Somaiah A, Spence RAJ.2008

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 13


c) Wrist Compression Test Kompresi di atas nervus medianus proximal wrist
memprovokasi symptom dalam waktu 60 detik.Tes ini konfirmasi untuk
pemeriksaan yang lain
d) Torniquet test. Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan
tensimeter di atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong diagnosa.
e) Two Point Discrimination Test Test ini sering hilang pada ujung jari pasien.
Sensasi pada aspek radial telapak tangan normal karena palmar cutaneus
branch nervus medianus tidak melalui carpal tunnel.
f) Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-
gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan
menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat
dijumpai pada penyakit Raynaud.
g) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara manual
maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk melakukan
abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung jari
lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan
gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.
h) Luthy’s sign (bottle sign) Penderita diminta melingkarkan ibujari dan jari
telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit tangan penderita meneyentuh dengan
rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosis CTS.

B. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrodiagnostik
Elektrodiagnostik meliputi nerve conduction studies (NCS) dan
elektromiografi (EMG). Adapun indikasi pemeriksaan elektrodiagnostik
adalah sebagai berikut: Pasien yang tidak ada perbaikan dengan penanganan
konservatif pertimbangan pembedahan ntuk menyingkirkan kelainan
radikulopati ataupun saraf terjepit lainnya.

I. Nerve Conduction Studies (NCS)

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 14


a. Mungkin sumber lokasi dari gejala/tanda CTS dan konfirmasi diagnosis klinis
b. Mungkin normal pada sebagian kecil kasus CTS
c. Jika NSC normal, diagnosis CTS harus didukung dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang akurat.

Temuan yang terdapat pada CTS meliputi:

a. Kelainan masa laten atau konduksi sensoris atau motoris distal median
melalui daerah carpal tunnel.
b. Perubahan elektromiografi dalam eminensia tenar dengan tidak
ditemukan kelainan proksimal.
c. Pedoman nilai normal untuk batas atas latensi:Latensi motorik distal
median 4.2 msec/8 cm, Latensi sensorik distal median (Pergelangan-
jari) 3,5 cm sec/14 cm, Latensi intrapalmar median (Palmar-
pergelangan tangan) 2,2 msec /8cm, Perbedaan segmental median
0,4msec/cm. Catatan: suhu tangan harus dikontrol (86-93 oF/30-34oC).
Suhu dingin dapat memperpanjang masa laten dan memperlambat
kecepatan konduksi saraf. Electromyographers dapat menggunakan
jarak dan/atau nilai-nilai masa laten yang berbeda, data normatif ini
harus tersedia dari laboratorium untuk menetapkan kriteria untuk CTS.

II. Elektromiografi (EMG)


a. Diindikasikan jika ada dugaan perubahan neurogenik akut/kronis.
b. Untuk membedakan CTS dengan jebakan saraf proksimal, radikulopati,
atau miopati.
c. Sebagian besar pasien dengan CTS didokumentasikan oleh pengujian
elektrodiagnostik tidak membutuhkan tes NCS/EMG ulang secara rutin
atau berkala.
d. Pada dugaan CTS dengan hasil pemeriksaan normal, pengujian dinamis
(pra dan pasca latihan) simulasi pekerjaan/non kerja dapat membantu.
e. Pemeriksaan ulang pada interval yang tepat (3-4 bulan) mungkin
menunjukkan perkembangan dari abnormalitas konduksi.

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 15


f. Pengujian tambahan mungkin diindikasikan pada kasus pasca operasi
yang tetap bergejala.
g. Individu dengan diagnosa CTS di satu sisi mungkin memiliki NCS yang
abnormal pada sisi berlawanan. Pembedahan tidak boleh dilakukan
kecuali pada kasus yang terdapat gejala.

C. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium umumnya diperlukan untuk menyingkirkan
penyakit yang mendasari. Pasien diskrining pada pemeriksaan awal untuk
tanda-tanda atau gejala diabetes, hipotiroidisme, kehamilan, artritis, dan
penyakit inflamasi terkait. Pemeriksaan ini jarang diindikasikan kecuali pasien
dengan gejala/tanda menjamin laboratorium khusus.

D. Pencitraan: X-ray, CT, MRI, USG

Umumnya pemeriksaan ini tidak diindikasikan kecuali pada trauma akut,


deformitas tulang. Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat
membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto
polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra.
USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan
dioperasi.

Referensi:

1. Ross SK. Carpal Tunnel Syndrome: Diagnosis and Treatment Guideline. USA:
State of Oregon Department of Consumer & Business Services Workers’
Compensation Division.2010
2. Rambe AS. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome); 2009
3. Fisher B, Gorsche R, Leake P. Diagnosis, Causation and Treatment of Carpal
Tunnel Syndrome: An Evidence-Based Assessment; 2009.

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 16


6. Terapi apa saja yang dapat dilakukan?

Selain ditujukan langsung terhadap CTS, terapi juga harus diberikan


terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya CTS.

1. Terapi langsung terhadap CTS


a. Terapi konservatif:
1) Istirahatkan pergelangan tangan
2) Kompres menggunakan air es
3) Obat anti inflamasi non steroid
4) Pemasangan spalk atau bidai pada posisi netral pergelangan tangan.
Bidai dapat dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama
2-3 minggu
5) lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg 8
atau metilprednisolon 20 mg 14 atau 40 mg 12 diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial
tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat
diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali
suntikan,
6) Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika
7) Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka
menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan,
Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian
piridoksin tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila
diberikan dalam dosis besar
8) Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan vaskularisasi pergelangan tangan.

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 17


b. Terapi operatif
Tindakan operasi pada CTS disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pacta kasus yang tidak
mengalami perbaikan dengan terapi konservatif atau hila terjadi gangguan
sensorik yang berat atau adanya atrofi otototot thenar. Pada CTS bilateral
biasanya operasi pertama dilakukan pada tangan yang paling nyeri
walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral. Tindakan operasi
mutlak dilakukan hila terapi konservatif gagal atau bila ada atrofi otototot
thenar, sedangkan indikasi relatif tindakan operasi adalah hilangnya
sensibilitas yang persisten.Biasanya tindakan operasi CTS dilakukan secara
terbuka dengan anestesi lokal, tetapi sekarang telah dikembangkan teknik
operasi secara endoskopik. Operasi endoskopik memungkinkan mobilisasi
penderita secara dini dengan jaringan parut yang minimal, tetapi karena
terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih sering menimbulkan
komplikasi operasi seperti cedera pada safar. Beberapa penyebab CTS
seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pada terowongan
karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.

2. Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari CTS


Keadaan atau penyakit yang mendasari terjadinya CTS harus ditanggulangi,
sebab bila tidak dapat menimbulkan kekambuhan CTS kembali. Pada
keadaan di mana CTS terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus
dilakukan penyesuaian ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya CTS atau mencegah kekambuhannya
antara lain:

1) Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral,


2) Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda.
3) Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah
benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan telunjuk
4) Batasi gerakan tangan yang repetitive

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 18


5) Istirahatkan tangan secara periodic
6) Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan
memiliki waktu untuk beristirahat
7) Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan
secara teratur.
Di samping itu perlu pula diperhatikan beberapa penyakit yang sering
mendasari terjadinya CTS seperti : trauma akut maupun kronik pada
pergelangan tangan dan daerah sekitarnya, gagal ginjal, penderita yang
sering dihemodialisa, myxedema akibat hipotiroidi, akromegali akibat tumor
hipofise, kehamilan atau penggunaan pil kontrasepsi, penyakit kolagen
vaskular, artritis, tenosinovitis, infeksi pergelangan tangan, obesitas dan
penyakit lain yang dapat menyebabkan retensi cairan atau menyebabkan
bertambahnya isi terowongan karpal.

Referensi:

1. Franklin GM, Javaher SP, Kearney RN. Medical Treatment Guidelines


WorkRelated Carpal Tunnel Syndrome Diagnosis and Treatment Guideline.
Washington: Washington State Department of Labor and Industries. 2009.
2. Rambe AS. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome); 2009.

7. Apa saja diagnosis banding berdasarkan scenario?


Carpal Tunnel De Quervain
Trigger Finger
Syndrome (CTS) Syndrome

Gambar

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 19


Terjadi
penyempitan pada
-Penyakit vascular- -Adanya inflamasi
terowongan karpal
Etiologi kolagen (RA, DM, dan penipisan dari
sehingga terjadi
dll.) retinacular
penekanan N.
Medianus
Umumnya pada Umumnya pada
Epidemiologi perempuan usia 40- perempuan diatas Umumnya pada
usia 30-55 tahun
60 tahun 30 tahun.
Faktor mekanik dan
vascular. Umumnya
Trauma minor
CTS terjadi karena
repetitif atau
penebalan fleksor
penggunaan
retinakulum yang
berlebihan jari-jari
menyebabkan Terjadi
tangan (overuse)
penekanan pengumpulan
menyebabkan
N.Medianus. cairan di sekitar
malfungsi
Patofisiologi Tekanan berulang- tendon dan sendi
pembungkus
ulang dan lama akibat aktifitas
tendon,
akan menyebabkan yang berat dan
pembungkus tendon
peninggian tekanan berulang-ulang.
akan mengalami
intravascular
penurunan produksi
sehingga aliran
dan kualitas cairan
darah vena
sinovial.
intravascular
melambat.
-Ditemukan rasa -Jari tangan tidak -Nyeri dan
Manifestasi tebal, perih, dan bias diluruskan penurunan rentang
Klinis tertusuk terutama setelah gerak sendi
pada ibu jari, jari menggenggam dan pergelangan tangan

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 20


telunjuk, jari diiringi rasa nyeri -Nyeri tekan pada
tengah, dan pada pangkal jari. dorsal pertama di
sebagian jari manis. -Biasanya terjadi pergelangan tangan
-Gejala bertambah pada jari tengah, -Adanya cekungan
hebat pada malam jari manis, dan pada dorsal
hari, saat bangun, kelingking. pertama di
saat mengangkat -Terkadang pergelangan tangan
tangan atau telah terdapat benjolan di
mengerjakan daerah tangan.
sesuatu seperti
menjahit atau
mengetik.
Tinel test, Phalen Thunel test, Tes Finkelstein Test,
test, Wrist Tinel terowongan Wrist compression
compression test, carpal, Circle test
Tourniquet test, formation,
Pemeriksaan
Two point Forament’s sign
discrimination test,
Bottle sign test,
Flick sign
-Istirahatkan -Kompres es
pergelangan tangan selama 5-15 menit -Pemberian belat
-Obat antiinflamasi -Hindari aktivitas dengan elastis
nonsteroid yang melibatkan perban secara
Penatalaksanaa -Pemasangan splin tendon mudah restriktif
n (bidai) teriritasi -Injeksi
-Injeksi steroid -NSAID (aspirin, kortikosteriod pada
(dexametason, ibu profen, kompartemen
hidrokortison, atau naprosin) dorsal
metilprednisolon) -Fisioterapi

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 21


-Kontrol cairan -Suntikan kortison
(pemberian -Terapi bedah
diuretika)
-Fisioterapi
-Terapi bedah

Referensi :
Noor Zairin. 2016. Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika.

8. Jelaskan perspektif islam berdasarkan scenario!


“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula
Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian
dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR.Abu Dawud dari Abud
Darda’radiallahu’anhu)

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 22


DAFTAR PUSTAKA
1. Jurnal carpal tunnel syndrome, fakultas kedokteran Universitas negeri
lampung. Hal 11-12
2. Davis LE, Molly KK, Jessica LS. Carpal tunnel syndrome in Fundamentals
of Neurologic Disease. New York: Demos Medical Publishing; 2015.
3. Rodiani, Purnama Simbolon, dkk. 2017. Carpal Tunnel Syndrome pada
kehamilan.Volume 5. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
4. Sitompul, Yunita RM Berliana. 2019. Resiko Jenis Pekerjaan Dengan
Kejadian Crpal Tunnel Syndrome (CTS). Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia
5. Noor, Zairin. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal,
Jakarta:Salemba Medika
6. Rambe AS. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome); 2009
7. Davis Le. CTS Infundamentals of Neurologic Disease. NY: Demos Public
Medical Publishing; 2014
8. Katz, Jeffrey N. et al., 2011.CTS. N Engl J Med. Vol. 346, No. 23
9. Moeliono. 2014 Etiologi Diagnosis dan Terapi Sindroma Terowongan
Carpal (S.T.K) atau (Carpal Tunnel Syndrome/ CTS). Neuron
10. Ginsberg L. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga. Jakarta. 2008.
11. Ross SK. Carpal Tunnel Syndrome: Diagnosis and Treatment Guideline.
USA: State of Oregon Department of Consumer & Business Services
Workers’ Compensation Division.2010
12. Rambe AS. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome); 2009
13. Fisher B, Gorsche R, Leake P. Diagnosis, Causation and Treatment of
Carpal Tunnel Syndrome: An Evidence-Based Assessment; 2009.
14.Franklin GM, Javaher SP, Kearney RN. Medical Treatment Guidelines
WorkRelated Carpal Tunnel Syndrome Diagnosis and Treatment Guideline.
Washington: Washington State Department of Labor and Industries. 2009.
15.Rambe AS. Sindrom Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome); 2009.
16. Noor Zairin. 2016. Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika.

Sistem Muskuloskeletal Modul II : KLP 3 Page 23

Anda mungkin juga menyukai