CASE REPORT
PENYUSUN
Brimasdia Argarachmah Kiyenda, S.Ked; J510195013
Nur Sukma Anggrahini, S.Ked; J510195105
PEMBIMBING
dr. Harri Haryana, Sp. KFR
Penyusun
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS
ABSTRAK
Ankilosing spondylitis (AS) adalah penyakit inflamasi kronis yang sering
mengenai tulang belakang dan sendi sacroiliaca. Kejadian Ankilosing spondylitis
lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan
2:1. Gejala Ankilosing spondylitis biasanya sakit punggung, kehilangan mobilitas
tulang belakang, kaku sendi, dan kelelahan. Perkembangan Ankilosing spondylitis
akan menyebabkan penggabungan (fusi) skeletal aksial dan menyebabkan
kehilangan fungsi fisik dan mobilitas tulang belakang. Hal tersebut disebabkan
karena adanya antigen HLA-B27 (sebuah antigen permukaan kelas 1) yang
berikatan yang dapat memicu kaskade inflamasi. Terapi yang biasanya diberikan
sebagai penghilang nyeri adalah anti inflamasi non steroid. Sedangkan terapi
rhabilitasi medis yang dapat digunakan yaitu terapi fisik meliputi, peregangan,
penguatan, fleksibilitas, dan latihan pernapasan. Hidroterapi, terapi okupasi,
infrared, ultrasound.
Kata kunci : Ankylosing spondylitis, rehabilitasi medis.
PENDAHULUAN
Plexus brachialis berperan terhadap innervasi motorik otot-otot extremitas
superior kecuali musculus trapezius dan levator scapula. Plexus brachialis juga
melayani innervasi seluruh bagian kulit dari extremitas superior kecuali area axilla
dan dorsal dari scapula. Gangguan pada plexus ini ataupun cabang-cabang
sarafnya akan menyebabkan paralisis pada otot yang dilayani dan juga gangguan
sensasi kulit yang bersifat area atau zona (Wardana, 2017).
Data mengenai insiden trauma plexus brachialis sulit diketahui dengan
pasti, Goldie dan Coates melaporkan 450-500 kasus cedera supraklavikular
tertutup terjadi setiap tahun di Inggris. Pada laporan yang lain, Narakas membuat
suatu pedoman "seven seventies” dengan mengacu pada pengalaman menangani
1.068 pasien selama 18 tahun yang salah satunya berisi 70% kecelakaan
pengendara sepeda motor dengan trauma multipel akan berimplikasi 70%
diantara berupa cedera supraklavikuler, 70% cedera supraklavikuler merupakan
avulsi saraf yang melibatkan C7, C8, T1 (Foster, 2011).
Sementara itu cedera pleksus brakhialis terus meningkat pula di kota-kota
besar di Indonesia. Di Surabaya kebanyakan pasien dengan pleksus brakhialis
trauma adalah laki-laki berusia antara 15 dan 25 tahun.. 70% dari trauma pleksus
brakhialis terjadi karena kecelakaan kendaraan bermotor (Putra, 2015).
LAPORAN KASUS
Pasien seorang laki-laki berusia 15 tahun datang ke poliklinik rawat jalan
rehabilitasi medik RS. Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dengan keluhan
kelemahan pada lengan kanan post jatuh dari pohon mangga (Juni, 2019). Pasien
tidak mengingat posisi ketika terjatuh. Selanjutnya pasien dibawa ke RSUD
Kaimana untuk dilakukan operasi pada jari. Tiga bulan kemudian pasien dirujuk
ke RSO dr Soeharso untuk pemeriksaan lebih lanjut. Bulan November, pasien
melakukan tindakan neurotisasi. Tidak ada yang memperberat dan memperingan
keluhan. Keluhan disertai dengan kesemutan di jari dan punggung kanan. Pusing
dan mual muntah disangkal, BAB dan BAK dalam batas normal.
Pasien mengatakan memiliki asam lambung. Sebelumnya pasien tidak
pernah mengalami sakit serupa. Riwayat tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru
alergi dan gula darah disangkal. Riwayat penyakit serupa, DM, jantung, asma
pada keluarga disangkal. Pasien mengaku ibu pasien memiliki riwayat darah
tinggi, pasien mengaku saudara kandungnya kelas 2 SD memiliki riwayat stroke.
Pada pemeriksaan social dan pendidikan, pasien merupakan pelajar kelas 2 SMP,
orang tua pasien bekerja sebagai CS RS Kaimana. Pasien memiliki riwayat
merokok dan pasien menyangkal pernah mengkonsumsi obat terlarang dan
alcohol.
Pada pemeriksaan didapatkan kondisi umum baik, compos mentis, berat
badan pasien 59 kg, tinggi badan 160 cm, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
88x/menit, respiratory rate 18x/menit dan suhu 370C. Pada pemeriksaan status
generalis didapatkan pada area kepala konjungtiva anemi -/-, sklera ikterik -/-,
pupil reflek +/+, respon cahaya +/+. Pada area leher pembesaran limfonodi (-),
peningkatan JVP (-). Pada pemeriksaan dada jantung didapatkan ictus cordis tidak
nampak dan teraba normal suara jantung regular, murmur – gallop –. Pada
pemeriksaan paru-paru didapatkan simetris, vesikuler, rh -/-, wheezing -/-. Pada
pemeriksaan ekstremitas bawah akral hangat +/+, CRT<2 detik.
Pada pemeriksaan fisik dan neurologis pada anggota gerak atas, pada
upper, middle, lower trapezius dextra, middle deltoid dextra, rhomboids dextra,
biceps brachii dan triceps didapatkan kekuatan otot 1 dan sensibilitas menurun.
Pada pectoralis mayor dextra, serratus anterior dextra, subscapularis dextra,
Extensor carpi radialis longus dan brevis, Supraspinatus, Infraspinatus, Teres
Minor bagian dextra didapatkan kekuatan otot 2 dan sensibilitas yang menurun.
Pronator teres dextra, flexor carpi ulnaris dextra, didapatkan kekuatan otot 4 dan
sensibilitas menurun. Flexor carpi radialis dextra didapatkan kekuatan otot 3 dan
sensibilitas menurun. Refleks Patologi didapatkan Hoffman-Tromner (-) dan
Refleks Fisiologis biceps, triceps dan brachioradialis yang menurun.
Gambar 1. Hasil Rontgen
DISKUSI
Plexus berperan terhadap innervasi motorik otot-otot extremitas superior
kecuali musculus trapezius dan levator scapula. Plexus brachialis juga melayani
innervasi seluruh bagian kulit dari extremitas superior kecuali area axilla dan
dorsal dari scapula. Gejala yang timbul umumnya unilateral berupa kelainan
motorik, sensorik dan bahkan autonomik pada bahu dan / atau ekstremitas atas.
Gambaran klinisnya mempunyai banyak variasi tergantung dari letak dan derajat
kerusakan lesi. Lesi pleksus brakhialis dapat dibagi atas pleksopati
supraklavikular dan pleksopati infraklavikular (Sigit, 2007). Penyebab cedera
plexus brachialis dibedakan berdasarkan mekanisme trauma, antara lain cedera
akibat traksi atau traumatic traction injuries, trauma penetrasi pada bahu atau
leher, kelemahan yang terkait dengan proses kelahiran, penyebab yang jarang
antara lain trauma tumpul pada bahu, lesi kompresi, radiasi, dan neoplasma.
Kriteria radiologis
a. Sakroiliitis bilateral grade 2 – 4 atau sakroiliitis unilateral grade 3 – 4
6. Diagnosis Fungsional
a. Impairment : ankylosing spondylitis, post THR OA HIP bilateral dan
ROM HIP sinistra dan vertebrae terbatas
b. Disability : terdapat gangguan aktivitas sehari-hari
c. Handicap : pasien mengalami gangguan sehinggan memutuskan untuk
berhenti bekerja
7. Problem Rehabilitasi Medik
a. Nyeri punggung sebelah kiri
b. Kekakuan pada anggita gerak sebelah kiri
c. kesulitan berjalan dan mobilisasi
d. Komunikasi : tidak terdapat problem
e. Psikologis : tidak terdapat problem
8. Goal Rehabilitasi Medik
a. Jangka Pendek
1) Mengurangi nyeri
2) Meningkatkan mobilitas
3) Meningkatkan ROM pada anggota gerak atas dan bawah
4) Memperbaiki kekuatan
b. Jangka Panjang
1) Mencegah komplikasi
2) Mempersiapkan pasien agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan
dapat bekerja kembali
9. Terapi
Saat ini terapi ankylosing spondylitis tidak hanya mengandalkan farmakologi
maupun bedah, tetapi dikombinasikan denga terapi rehabilitasi medic
(Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014).
a. Terapi farmakologi
1) Analgesic untuk mengurangi nyeri (Natrium Diklofenak)
2) Pemberian suplemen glukosamin yang menurut penelitian dan
memelihara sendi
b. Terapi non-farmakologi
1) Rehabilitasi medik
REFERENSI
1. Abari, I.S., 2016. 2016 ACR Revised Criteria for Early Diagnosis of Knee
Osteoarthritis. Autoimmune Diseases and Therapeutic, 3(1).
4. Chang, W.D., Yung, A.T. & Chia, L.L., 2016. Comparisn Between
Spesific Exercise and Physical Theraphy for Managing Patient with
Ankylosing Spondylitis : a Metal Analysis of Randomized Controlled
Trial. Int J Clin Exp Med, 9(9), pp.17028-39.
10. Park, J.-S. et al., 2018. Trends in the Prevalence and Incidence of
Ankylosing Spondylitis in South Korea, 2010–2015 and Estimated
Diferences According to Income Status. Scientific Reports. South Korea:
Department of Orthopedics, Korea University Ansan Hospital, Ansan-si,
South Korea.
11. Verman, C.V., Kawade, S.K. & Krishnan, V., 2016. Psychological Co-
Morbidities and Physical Therapy in Patients with Ankylosing Spondylitis.
Journal of Health Science Research, Vol 1(2), pp.37-41.