Referensi : Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. Ed 6. Jakarta : EGC. 2005.
Mual &
Muntah
Referensi : Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. Ed 6. Jakarta : EGC. 2005.
Referensi : Price, Sylvia Anderson dan Lorraine MW. Patofisiologi Vol 1. Ed 6. Jakarta : EGC. 2005.
3. Bagaiman mekanisme nyeri secara umum dan macam-macam nyeri
abdomen?
4. Jelaskan hubungan penyakit terdahulu dengan penyakit sekarang!
1 2 3 4
Referensi : Brendon, Coventry, J. 2014. Gastric Surgery.Upper Abdominal Surgery.Springer London Heidelberg New York Dordrecht.Chapter 4.
5. Mengapa pada pemeriksaan didapatkan defans muscular dan peristaltic
menurun?
a. Defans Muscular
Referensi : Glenda, N. 2003.Gangguan Lambung dan Duodenum.Patofisiologi, konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit.Ed. 6 Vol. 1 Penerbit Buku
kedokteran EGC. Jkt. 2003
5. Mengapa pada pemeriksaan didapatkan defans muscular dan peristaltic
menurun?
b. Peristaltik menurun
Referensi : Glenda, N. 2003.Gangguan Lambung dan Duodenum.Patofisiologi, konsep Klinis dan Proses-proses Penyakit.Ed. 6 Vol. 1 Penerbit Buku
kedokteran EGC. Jkt. 2003
6. Jelaskan langkah-langkah diagnosis
1 3 5 7
2019
2 4 6
Buck, David, L., Andersen, Morten, V., Moller, Morten, H. 2012. Accuracy of clinical prediction rules in peptic ulcer perforation: an observational study. Scandinavian
Journal of Gastroenterology, 2012;47:28-35
6. Jelaskan langkah-langkah diagnosis
1 2 3 4
Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi
Buck, David, L., Andersen, Morten, V., Moller, Morten, H. 2012. Accuracy of clinical prediction rules in peptic ulcer perforation: an observational study. Scandinavian
Journal of Gastroenterology, 2012;47:28-35
6. Jelaskan langkah-
langkah diagnosis
Foto Apusan
Thoraks Darah Endoskopi
Abdomen Tepi
Buck, David, L., Andersen, Morten, V., Moller, Morten, H. 2012. Accuracy of clinical prediction rules in peptic ulcer perforation: an observational study. Scandinavian
Journal of Gastroenterology, 2012;47:28-35
7. Sebutkan differential diagnosis dari skenario tersebut!
Manifestasi Klinis :
Referensi : Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intra abdomendalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal489 – 493
Count….
Referensi : Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intra abdomendalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal489 – 493
Pemeriksaan fisik
Referensi : Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intra abdomendalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal489 – 493
Pemeriksaan
pennjang
Paracentesis ( menilai cairan
ascites)
Pemeriksaan laboratorium
- Darah rutin
- Fungsi hati & ginjal
- Urinalisis
Pemeriksaan radiologi
- Foto polos abdomen
- USG Abdomen
- Ct scan abdomen
Referensi : Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intra abdomendalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal489 – 493
Radiologi
Gambaran foto polos terlihat
kekaburan pada cavum abdomen,
preperitonial fat dan psoas line
menghilang, dan adanya udara
bebas subdiafragma atau intra
peritoneal.
4.
Antibiotik IV sesuai
hasil kultur
Referensi : Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intra abdomendalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal489 – 493
Penatalaksanaan
Peritonitis sekunder
1 2 3
2
Pasang NGT
Pasang Kateter
Resusitasi Cairan
Referensi : Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intra abdomendalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal489 – 493
Apendisitis
Definisi Etiologi Patofisiologi Gejala Pemeriksaan penatalaksanaan
klinis
Obstruksi - Obstruksi Obstruksi -Nyeri pada Pemeriksaan fisik: • Istirahat total
appendiks intralumen lumen→pening periumbilikal • umumnya baik • Pemberian
akibat fekalith - Obstruksi katan tekanan - Mual - Suhu aksiler antibiotic
atau penyebab ekstralumen intra luminar→ - Muntah dan suhu rektal • Monitoring suhu,
lainnya - Obstruksi akumulasi - Demam berbeda lebih ukuran tumor,
sehingga fungsional mucus, - Bila Pemeriksaan LED, Leukosit
terjadi inflamasi - Infeksi multiplikasi perforasi penunjang • Appendiktomi
appendiks bakteri, memberi Laboratorium: elektif setelah 12
kongesti vena- gejala • Darah rutin minggu
vena peritonitis Radiologi
limfoid→nyeri • Usg
• Computed
temography
• Laparoscopy
• appendicogram
Referensi : Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intra abdomendalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal489 – 493
Radiologi
Referensi : Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intra abdomendalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal489 – 493
Obstruksi Usus atau Ileus
Definisi Klasifikasi Patofisiologi Gejala Pemeriksaan penatalaksanaan
klinis
Gangguan/ - Ileus obstruktif Material steril -perasaan Pemeriksaan fisik: Dekompresi bagian
hambatan letak tinggi masuk ke dalam tidak enak • Perkusi timpani yang mengalami
pasase isi - Ileus obstruktif rongga pada perut Pemeriksaan penunjang obstruksi untuk
usus yang letak rendah abdomen→kontami Lokasi nyeri • Auskultasi: bising usus mencegah
merupakan - Ileus obstruktif: nasi tidak jelas melemah bahkan tidak perforasi→tindakan
tanda adanya • Obstruksi bakteri→edema - Demam terdengar, Low pitched operasi
obstruksi usus sebagian jaringan→hiperterm - Tanda gurgle
akut. • Obstruksi i→pertambahan tanda Laboratorium:
sederhana eksudat→cairan sepsis • Leukosit darah, kadar
• Obstruksi rongga abdomen elektrolit, ureum, glukosa
strangulasi keruh→hipermoti→i darah, amylase
leus Radiologi
• Foto polos abdomen posisi
supine dan tegak
Referensi : Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intra abdomendalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal489 – 493
Radiologi
Referensi : Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intra abdomendalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta :
EGC. Hal489 – 493
“Tidaklah ada bejana anak adam yang diisi
oleh manusia yang lebih buruk dari perutnya,
cukuplah mereka memakan beberapa suapan
sekedar dapat menegakkan tulang
pungungnya (memberikan tenaga) maka jika
tidak mau, maka ia dapat memenuhi perutnya
dengan sepertiga makanan, sepertiga
makanan, sepertiga minuman dan
sepertiganya lagi untuk bernafas” (H.R Ahmad
Ibnu Majjah)