Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

MYASTHENIA GRAVIS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIKUM KEPERAWATAN

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Dosen Pembimbing :

RIA ANGGRAINI.,S.Kep, Ners, M.Kep

Dibuat Oleh :
Arum Aprilia Basuki Putri (A2R19008)
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKes HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN
2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN MYASTHENIA GRAVIS

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS PRAKTIKUM KEPERAWATAN

MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari : Senin

Tanggal : 20 September 2021

Mengetahui

Mahasiswa Dosen Pembimbing

Arum Aprilia Basuki RIA ANGGRAINI.,S.Kep,Ns, M.Kep


Putri
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia serta hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Myasthenia
Gravis yang disusun untuk memenuhi Tugas Praktikum Keperawatan Mata Kuliah KMB II
oleh dosen pembimbing , RIA ANGGRAINI.,S.Kep, Ns, M.Kep.

Dalam pembuatan Laporan Pendahuluan ini saya banyak mendapatkan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak, oleh sebab itu saya ucapkan terimakasih kepada dosen
pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan dorongan
dalam pembuatan laporan pendahuluan ini.

Saya menyadari bahwa penulisan Laporan Pendahuluan ini masih belum sempurna,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
Laporan Pendahuluan ini.

Saya mengharap semoga Laporan Pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.Akhir kata saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Tulungagung, 20 Januari 2021

Arum Aprilia Basuki Putri


DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
3. KLASIFIKASI
4. MANIFESTASI KLINIS
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
6. PENATALAKSANAAN
7. KOMPLIKASI
8. PATHWAY
9. PATOFISIOLOGI
10. ASKEP TEORI

DAFTAR PUSTAKA

1
LAPORAN PENDAHULUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. DEFINISI
Myastenia gravis merupakan penyakit dengan kelemahan otot yang parah dan satu-satunya
penyakit neuromuskular dengan gabungan antara cepatnya terjadi kelelahan otot-otot volunteer
dan lambatnya pemulihan (dapat memakan waktu 10-20 kali lebih lama dari normal), (Yudistira
Erlan, 2014)
Miastenia gravis ialah penyakit dengan gangguan pada ujung-ujung saraf motorikdi dalam otot
yang mengakibatkan otot menjadi lekas lelah. Otot-otot pada pergerakan berulang-ulang atau
terus-menerus menjadi lelah dan ampuh. Miastenia gravis merupakan penyakit kronis,
neuromuskular, autoimun yang bisa menurunkan jumlah dan aktifitasreseptor Acethylcholaline
(ACH) pada Neuromuscular junction
Myastenia gravis merupakan gangguan yang memengaruhi transmisi neuromuscular pada otot
tubuh yang kerjanya di bawah kesdaran seseorang (Muttaqin Arif, 2012)

2. ETIOLOGI
Meskipun faktor presipitasi masih belum jelas, tetapi menurut penelitian menunjukkan bahwa
kelemahan myasthenic diakibatkan dari sirkulasi anti-bodi ke reseptor Ach. Menurut hipotesis
bahwa sel-sel myoid ( sel-sel thymus yang menyerupai sel-selo otot skeletal ) sebagai tempat
yang paling terjangkit penyakit. Virus bertanggung jawab terhadapt cidera sel-sel ini, yang
manan menyebabkan pembentukan antibodi. Penelitian lain mengemukakan bahwa lymphocytic
thymic dari orang yng mengidap MG dapat mensintensa Ach reseptor Antibodi (Achrab)
kedalam vitro dan vivo yang mennimbulkan perbedaan mode thymic yang dipengaruhi
Etiologi Penyebab pasti masih belum diketahui. Akan tetapi, penyakit ini diyakini karena:
1. Respon autoimun.
2. Pelepasan asetilkolin yang tidak efektif.
3. Respon serabut otot yang tidak adekuat terhadap asetilkolin.
(Yudistira Erlan, 2014)

3. KLASIFIKASI
Menurut Myasthenia Gravis Foundation of American (MGFA). Myasthenia gravis dapat di
klasifikasikan sebagai berikut :
- Kelas I : Adanya kelemahan otot-otot ocullar, kelemahan pada saat menutup mata dan
kekuatan otot-otot lain normal
- Kelas II : Terdapat kelemahan otot ocullar yang semakin parah, serta adanya kelemahan
ringan pada otot-otot lain selain otot ocullar
- Kelas II a : Mempengaruhi otot-otot aksial, anggota tubuh, atau keduanya. Juga terdapat
kelemahan otot-otot faringeal yang ringan

2
- Kelas II b : Mempengaruhi otot-otot faringeal, otot-otot pernafasan, atau keduanya.
Kelemahan pada otot-otot anggota tubuh dan otot-otot aksial lebih ringan dibanding klas II a
- Kelas III : Terdapat kelemahan yang berat pada otot-otot okular. Sedangkan otot-otot lain
selain okular mengalami kelemahan tingkat sedang
- Kelas III a : Mempengaruhi otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduanya secara
predominan. Terdapat kelemahan otot orofaringeal yang ringan
- Kelas III b : Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot pernapasan, atau keduanya secara
predominan. Terdapat kelemahan otot-otot anggota tubuh, otot-otot aksial, atau keduaya
dalam derajat ringan
- Kelas IV : Otot-otot lain selain otot-otot okular mengalami kelemahan dalam derajat yang
berat, sedangkan otot-otot okular mengalami kelemahan dalam berbagai derajat
- Kelas IV a : Secara predominan mempengaruhi otot-otot anggota tubuh dan otot-otot aksial.
Otot orofaringeal meng alami kelemahan dalam derajat ringan
- Kelas IV b : Mempengaruhi otot orofaringeal, otot-otot panggota ernapasan atau keduanya
secara predominan. Selain itu juga terdapat kelemahan pada otot-otot anggota tubuh, otot-otot
aksial, atau keduanya dengan derajat ringan. Penderita menggunakan feedin g tube tanpa
dilakukan intubasi
- Kelas V : Penderita ter-intubasi, dengan atau tanpa ventilasi mekanik.

4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis Miasthenia Gravi sdapat terjadi secara berangsur atau mendadak. Tanda dan
gejala:
1. Pengatupan kelopak mata yang lemah, ptosis, dan diplopia akibat kerusakan transmisi
neuromaskuler pada nervus kranialis yang mempersarafi otot-otot bola mata (mungkin menjadi
satu-satunya gejala yang ada).
2. Kelemahan otot skeletal dan keluhan mudah lelah yang akan bertambah ketika hari semakin
siang, tetapi akan berkurang setelah pasien beristirahat (pada stadium awal MG dapat terjadi
keadaan mudah lelah pada otot-otot tertentu tanpa ada gejala lain. Kemudian, keadaan ini bisa
menjadi cukup berat dan menyebabkan paralisis).
3. Kelemahan otot yang progresif dan kehilangan fungsi yang menyertai menurut kelompok otot
yang terkena; keadaan ini menjadi semakin parah pada saat haid dan sesudah mengalami stress
emosi, terkena cahaya matahari dalam waktu lama, serta pada saat menderita demam atau infeksi.
4. Tampilan wajah yang kosong serta tanpa ekspresi dan nada vocal hidung, yang semua terjadi
sekunder karena kerusakan transmisi pada nervus kranialis yang mempersarafi otot-otot wajah.
5.Regurgitasi cairan yang kedalam hidung dan kesuliitan untuk
mengunyah serta menelan akibat terkenanya nervus kranialis
6. Kelopak mata yang jatuh akibat kelemahan otot-otot wajah dan ekstraokuler.
7. Kelemahan otot-otot pernapasan, penurunan volume tidal serta kapasitas vital akibat kerusakan
transmisi pada diafragma yang menimbulkan kesulitan bernapas. Keadaan ini merupakan faktor
predisposisi pneumonia dan infeksi saluran napas lain pada pasien myasthenia gravis.

3
8. Kelemahan otot pernapasan (krisis miastenik) mungkin cukup berat sehingga diperlukan
penanganan kedaruratan jalan napas dan pemasangan ventilator mekanis.
9. Kelemahan otot-otot leher dengan kepala yang miring ke belakang untuk melihat (otot-otot
leher terlalu lemah untuk menyangga kepala tanpa gerakan menyentak). (Yudistira Erlan, 2014)

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes darah dikerjakan untuk menentukan kandar antibody tertentu didalam serum (misalnya,
AChR-binding antibodies, AChR-modulating antibodies, antistriational antibodies).
Tingginya kadar antibody dibawah ini dapat mengindikasikan adanya MG.
2. Pemeriksaan Neurologis, melibatkan pemeriksaan otot dan reflex, MG dapat menyebabkan
pergerakan mata abnormal, ketidakmampuan untuk menggerakkan mata secara normal, dan
kelopak mata turun. Untuk memeriksa kekuatan otot lengan dan tungkai, pasien diminta
untuk mempertahankan posisi melawan resistensi selama beberapa periode. Kelemahan yang
terjadipada pemeriksaan inidisebut fatigabilitas.
3. Foto Thorax X-Ray dan CT-Scan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya pembesaran
thymoma, yang umum terjadi pada MG
4. Electromyography (EMG) menggunakan elektroda untuk merangsang otot dan mengevaluasi
fungsi otot. Kontraksi otot yang semakin melemah menandakan adanya MG.
5. Pemeriksaan Tensilon sering digunakan untuk mendiagnosis MG. Enzim acetylcholinesterase
memecah acetylcholine setelah otot distimulasi, mencegah terjadinya perpanjangan respon
otot terhadap suatu rangsangan saraf tunggal. Edrophonium Chloride merupakan obat yang
memblokir aksi dari enzim acetylcholinesterase

6. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Penatalaksanaan Pada Myestenia Gravis adalah :

1. Periode istirahat yang sering selama siang hari untuk menghemat kekuatan

2. Timektomi (pengangkatan timus melalui pembedahan)

3. Plasmaferesis (dialisis darah dengan pengeluaran antibodi IgG)

4. Terapi farmakologi

a. Antikolinesterase (piridostigmin 30-120 mg per oral tiap 3 jam atau neostigmin bromida 15-
45 mg per oral tiap 3 jam) untuk memperpanjang waktu paruh asetilkolin di taut
neuromuskular.

b. Steroid (prednisolon sekali sehari secara selang-seling/alternate days dengan dosis awal kecil
(10 mg) dan dinaikkan secara bertahap (5-10 mg/minggu).
4
c. Azatioprin (merupakan obat imunosupresif dengan efek samping lebih sedikit jika
dibandingkan dengan steroid, yaitu berupa gangguan saluran cerna, peningkatan enzim hati, dan
leukopenia).

d. Obat anti-inflamasi untuk membatasi serangan autoimun (Yudistira Erlan, 2014)

7. KOMPLIKASI
Myasthenia Gravis merupakan suatu kasus kegawat daruratan yang terjadi bila otot yang
mengendalikan pernapasan menjadi sangat lemah. Kondisi ini dapat menyebabkan gagal
pernapasan akut dan pasien seringkali membutuhkan respirator untuk membantu pernapasan
selama krisis berlangsung. Komplikasi lain yang dapat timbul termasuk tersedak, aspirasi
makanan dan pneumonia.
Faktor-faktor yang dapat memicu komplikasi pada pasien termasuk riwayat penyakit
sebelumnya (misalnya infeksi virus pada pernapasan), pasca operasi, pemakaian kortikosteroid
yang ditappering secara cepat, aktivitas berlebih (terutama pada cuaca panas), kehamilan, dan
stress emosional

8. PATHWAY

5
9. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi Dasar ketiaknormalan pada mastenia gravis adalah adanya kerusakan pada
transmisi impuls saraf menuju sel-sel otot karena kehilangan kemampuan atau hila ngnya r
eseptor normal membrane postnaps sambungan neuromuscular.
Pada orang normal, jumlah sitelokiln yang dilepaskan sudah lebih dari cukup untuk
menghasilkan potensial aksi. Pada myestenia gravis, konduksi neuromukuler terganggu. Jumlah
reseptor asetilkolin berkurang, mungkin akibat cedera autoimun. Antibodi terhadap protein
reseptor asetilkolin ditemukan dalam serum banyak penderita myestenia gravis.
Pada klien myestenia gravis, secara makroskopis otot-ototnya tampak normal. Jika ada atrofi,
hal ini akibat otot yang tidak dipakai. Secara mikroskopis, beberaa kasus dapat ditemukan
infiltrasi limfosit dalam otot dan organ lain, tetapi pada otot rangka tidak dapat ditemukan
kelainan yang konsisten (Muttaqin Arif, 2012)

6
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas pasien dan penanggung jawab.
Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, no CM, diagnose medis, sumber biaya.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, alamat, status,agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
b. Riwayat kesehatana.
Riwayat kesehatan sekarang
- Alasan masuk rumah sakit : Sesak nafas
- Keluhan utama
Gejala utama myasthenia gravis adalah melemahnya otot, lemas, sesak napas.
Gejala ini akan timbul setelah beraktivitas dan hilang setelah istirahat. Seiring
waktu, otot yang sering digunakan akan makin melemah dan tidak akan membaik
meskipun penderita telah beristirahat

Riwayat kesehatan dahulu

Ditanyakan:

1. Pengobatan saat ini dan masa lalu


2. Alergi terhadap obat dan makanan

Riwayat kesehatan keluarga

Ditanyakan :
1. Apakah ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
2. Adakah riwayat penyakit keturunan dalam keluarga

c. Kebutuhan Bio – Psiko – Sosial – SpiritualKebutuhan Bio – Psiko – Sosial –


Spiritual.
Menurut Virginia Handersonmeliputi: bernapas, makan, minum, eleminasi, gerak dan
aktivitas, istirahat tidur, kebersihandiri, pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman,
sosialisasi dan komunikasi, prestasidan produktivitas, pengetahuan, rekreasi, dan
ibadah.
d. Pemeriksaan fisika.
- Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,turgor
kulit, dan kebersihan diri.
7
- Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
- Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes darah dikerjakan untuk menentukan kandar antibody tertentu didalam serum
(misalnya, AChR-binding antibodies, AChR-modulating antibodies, antistriational
antibodies). Tingginya kadar antibody dibawah ini dapat mengindikasikan adanya MG.
2. Pemeriksaan Neurologis, melibatkan pemeriksaan otot dan reflex, MG dapat
menyebabkan pergerakan mata abnormal, ketidakmampuan untuk menggerakkan mata secara
normal, dan kelopak mata turun. Untuk memeriksa kekuatan otot lengan dan tungkai, pasien
diminta untuk mempertahankan posisi melawan resistensi selama beberapa periode.
Kelemahan yang terjadipada pemeriksaan inidisebut fatigabilitas.
3. Foto Thorax X-Ray dan CT-Scan dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya pembesaran
thymoma, yang umum terjadi pada MG
4. Electromyography (EMG) menggunakan elektroda untuk merangsang otot dan
mengevaluasi fungsi otot. Kontraksi otot yang semakin melemah menandakan adanya MG.
5. Pemeriksaan Tensilon sering digunakan untuk mendiagnosis MG. Enzim
acetylcholinesterase memecah acetylcholine setelah otot distimulasi, mencegah terjadinya
perpanjangan respon otot terhadap suatu rangsangan saraf tunggal. Edrophonium Chloride
merupakan obat yang memblokir aksi dari enzim acetylcholinesterase

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan
2. Defisit nutrisi b.d Ketidak mampuan menelan makanan
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
4. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

D. INTERVENSI
a. Pola napas tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
pola napas membaik
 Kriteria hasil :
a. Frekuensi napas membaik
b. Dispnea menurun
c. Kedalaman napas membaik
 Intervensi :
Manajemen jalan napas

8
 Observasi
-Monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas)
-Monitor bunyi napas
 Terapeutik
-Posisikan semi fowler atau fowler
-Berikan minum hangat
-Berikan oksigen, jika perlu
 Edukasi
-Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
 Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu

b. Defisit nutrisi b.d Ketidak mampuan menelan makanan


 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
status nutrisi membaik

 Kriteria hasil
a. Nafsu makan membaik
b. Kekuatan otot pengunyah meningkat
c. Kekuatan otot menelan meningkat
d. Berat badan membaik
e. Membran mukosa membaik
f. Frekuensi makan membaik
 Intervensi
Manajemen Nutrisi
 Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
c. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
d. Monitor asupan makanan
e. Monitor berat badan
 Terapeutik
a. Lakukan oral hygine sebelum makan, jika perlu
b. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
c. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
d. Berkan jumlahikan suplemen makanan, jika perlu
 Edukasi
a. Anjurkan posisi susuk, jika mampu
 Kolaborasi
9
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/378094510/Myasthenia-Gravis
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/969/845
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jpi/article/view/458

PPNI. 2016. STANDAR DIAGNOSA KEPERAWATAN INDONESIA : DEFINISI DAN


INDIKATOR DIAGNOSTIK. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

PPNI. 2018. STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA : DEFINISI DAN


TINDAKAN KEPERAWATAN. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia

PPNI. 2018. STANDAR LUARAN KEPERAWATAN INDONESIA : DEFINISI DAN


INDIKATOR DIAGNOSTIK. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

10
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009

Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-


322738
Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id

PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS

Pengkajian diambil tgl :20 September 2021 Jam : 08.00 WIB


Tanggal Masuk :18 September 2021 No. reg : 131019
Ruangan / Kelas : Melati / I
No. Kamar :I
Diagnosa Masuk : Myasthenia Gravis
Diagnosa Medis : Myasthenia Gravis

I. IDENTITAS
1. Nama : Ny. R
2. Umur : 43 th
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
6. Bahasa : Jawa
7. Pendidikan : SLTA
8. Pekerjaan : Penjahit
9. Alamat : Ds. Boyolangu kec. Boyolagu kab. Tulungagung
10. Alamat yg mudah dihubungi : Ds. Boyolangu kec. Boyolagu kab. Tulungagung
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri

II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
a. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Sesak napas
b. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh lemas serta sesak napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :

11
3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami sesak napas, ketika tidur memakai 2
bantal dirasa cukup nyaman, kemudian pasien merasakan sesaknya bertambah parah.
Hinnga pasien dilarikan ke IGD rumah sakit

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :


Hipertensi
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Keluarga mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang pernah mengalami penyakit
seperti klien
III. POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

SEBELUM MASUK RS DI RUMAH SAKIT

A. Pola Tidur / Istirahat


1. Waktu Tidur 21.00 Sewaktu-waktu

2. Waktu Bangun Sering terbangun Sering terbangun

3. Masalah Tidur Sesak napas Sesak napas

4. Hal-hal yang Jika tidak sesak napas atau sesak Suasana yang tenang
mempermudah tidur napas berkurang

5. Hal-hal yang Suasana yang ramai dan apa bila Suasana yang ramai
mempermudah pasien sesak napas kambuh
terbangun

B. Pola Eliminasi
1. B A B
- Warna K ekuningan Kekuningan
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Lunak Lembek
- Jumlah Tidak terkaji Tidak terkaji
- Frekwensi 1 kali per hari 1 kali per hari
- Masalah BAB Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

2. B A K
- Sepontan /alat bantu Kuning Kuning
- Warna Khas Khas
- Bau Cair Cair
12
- Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
- Jumlah 3x sehari 3x sehari
- Frekwensi Tidak ada Tidak ada
- Masalah BAK Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi

C. Pola Makan dan Minum


1. Makan
- Oral/ NGT oral oral
- Frekwensi 2x sehari 3x sehari
- Jenis Nasi , sayur, lauk bubur, lauk, sayur
- Diit Tidak melakukan diit tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Semua disukai Semua disukai
- Yang Tdk disukai Tidak ada Tidak ada
- Alergi Tidak memiliki alergi Tidak memiliki alergi
- Masalah makan Sulit untuk menelan Sulit untuk menelan
- Upaya mengatasi Tidak ada Memberikan makanan yang
mudah untuk ditelan
2. Minum
- Oral / NGT oral oral
- Frekwensi Sedik it tapi sering Setelah makan, saat
haus
- Jenis teh, air putih Air putih, teh
- Diit Tidak melakukan diit Tidak ada diit
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Semua disukai Semua disukai
- Yang Tdk disukai Tidak ada Tidak ada
- Alergi Tidak memiliki alergi Tidak memiliki alergi
- Masalah minum Tidak ada masalah Tidak ada masalah
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

D. Kebersihan diri / personal


hygiene :
1. Mandi 2x sehari Hanya dilap pakai
waslap
2. Keramas 3x seminggu Belum keramas
3. Pemeliharaan gigi dan Gosok gigi pada saat mandi Hanya kumur-kumur
mulut
4. Pemeliharaan kuku Dipotong bila panjang Tidak dipotong
13
5. Ganti pakaian 3x sehari Sewaktu-waktu
Pasien dapat melakukan Pasien melakukan
E. Pola Kegiatan / Aktifitas aktivitas secara mandiri aktivitas dibantu
Lain keluarga / perawat

F. Kebiasaan
- Merokok Tidak merokok Tidak merokok
- Alkohol, Tidak mengkonsumsi alkohol Tidak mengkonsumsi
- Jamu, dll alkohol
Tidak mengkonsumsi jamu Tidak mengkonsumsi
Jamu

IV. DATA PSIKO SOSIAL


A. Pola Komunikasi :
kooperatif
B. Orang yang paling dekat dengan klien :
Suami dan anaknya
C. Rekreasi
Hobby : Memasak
Penggunaan Waktu Senggang :
Menonton tv
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit :
Pasien hanya berbaring di tempat tidur
E. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial :
Klien dapat berinteraksi dengan baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan :
Suami dan anaknya

V. KONSEP DIRI
A. Gambaran Diri
Pasien merasa tampak lemah
B. Harga Diri
Paisen dapat menerima penyakitnya
C. Ideal Diri
Pasien yakin akan sembuh
D. Identitas Diri
Pasien perempuan, umur 43 tahun
E. Peran
Sebagai seorang istri, sekaligus ibu

14
VI. DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Beribadah sesuai dengan agama islam (sholat)
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Yakin akan sembuh
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Klien yakin akan sembuh dan menyerahkan kesembuhannya pada Allah
dan tenaga kesehatan

VII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Kesan Umum / Keadaan Umum
Klien dalam keadaan lemah
B. Tanda – tanda vital
Suhu Tubuh : 37 ℃ Nadi : 90x/menit
Tekanan darah : 130/100 mmHg Respirasi : 22x/menit
Tinggi Badan : 157 cm Berat Badan : 40 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : Simetris
Kulit kepala : Sedikit kotor tidak ada lesi
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Merata, sedikit rontok
Bau : Wangi
Warna : Hitam
c. Wajah
Warna Kulit : Sawo matang
Struktur Wajah : Simetris
2. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan :
Lengkap dan simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :
Sedikit menurun pada kelopak mata bagian kanan
c. Konjuctiva dan sklera :
Konjungtiva tidak anemis dan sklera ikterik
d. Pupil
IIsokor
e. Kornea dan iris
Kornea bersih dan iris coklat
f. Ketajaman penglihatan / visus:
Sedikit buram

15
g. Tekanan bola mata :
.Normal

3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi :
. Simetris dan normal
b. Lubang Hidung :
.Normal dan bersih
c. Cuping hidung :
Tidak ada
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris antara kanan dan kiri
Ukuran telinga : Sedang
Ketegangan telinga : Normal
b. Lubang telinga :
. Bersih, tidak ada serumen
c. Ketajaman pendengaran :
. Ketajaman pedegaran cukup baik, dapat mendengar dengan jelas
5. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir :
.Sianosis
b. Keadaan gusi dan gigi :
tidak ada caries gigi
c. Keadaan lidah :
sedikit kotor
d. Orofarings :
Sulit untuk menelan
6. Leher
a. Posisi trakhea : Simetris
b. Tiroid : Tidak ada benjolan
c. Suara : Normal (jelas)
d. Kelenjar Lymphe : Tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : Tidak ada bendungan
f. Denyut nadi Carotis : Teraba

D. Pemeriksaan Integumen ( Kulit )


a. Kebersihan : Kulit bersih
b. Kehangatan : Hangat
c. Warna : Sawo matang
d. Turgor : Normal

16
e. Tekstur : Halus
f. Kelembaban : Kering
g. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelembapan pada kulit

E. Pemeriksaan payudara dan ketiak


a. Ukuran dan bentuk payudara :
Simetris antara kanan dan kiri
b. Warna payudara dan areola :
Sawo matang. Dengan warna aerola sama seperti sekitar.
c. Kelainan-kelainan payudara dan puting :
Tidak ada
d. Axila dan clavicula :
Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

F. Pemeriksaan Thorak / dada


1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : Simetris
b. Pernafasan
Frekwensi : 22 x/mnt
Irama :
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : Ada otot bantu pernapasan

d. Alat bantu : O2 - luka : -


Keterangan luka: -
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) :
Getaran antara kanan dan kiri sama dan jelas
b. Perkusi :
Sonor
c. Auskultasi
Suara Nafas :
Vasikuler
Suara Ucapan :
Terdengar jelas
Suara Tambahan :
Tidak ada suara tambahan

3. Pemeriksaan Jantung

17
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : Teraba
- Ictus cordis : Teraba pada ICS V mid clavikula
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
Batas jantung atas : ICS II linea strenalis dekstra
Batas jantung bawah : ICS V linea midclavicula sinistra
Batas jantung kanan : ICS III linea strenalis dekstra
Batas jantung kiri : ICS II linea strenalis sinistra

c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : Lup
- Bunyi jantung II : Dup
- Bunyi jantung Tambahan : Tidak ada
- Bising / Murmur : Tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 88x/ menit

G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Simetris antara kanan dan kiri
- Benjolan / Massa : Tidak ada
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen : Tidak ada
.
- Luka : post laparotomi / post SC : ket luka : -
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 8x/ menit

c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen
- Benjolan / massa : Tidak ada
- Tanda-tanda ascites : Tidak ada
- Hepar : Teraba nomalr
- Lien : Normal
- Titik Mc. Burne : Tidk ada nyeri tekan

d. Perkusi
- Suara Abdomen
Tympani

18
- Pemeriksaan Ascites
Tidak ada ascites

H. Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal
Normal, tidak ada kelainan
2. Anus dan Perineum
a. Lubang anus :
Normal
b. Kelainan – kelainan pada anus dan perineum :
Tidak ada kelainan

I. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas )


a. Kesimetrisan Otot :
Simetris antara otot kanan dan kiri
b. Pemeriksaan Oedem :
Tidak ada
c. Kekuatan Otot :
Kekuatan otot lemah
d. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku :
Tidak ada
e. Luka : ada/tidak jenis : fraktur / abvasi / alat bantu : tidak
jenis alat bantu : -
Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :
4-5-6 (Composmentis)
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :
Baik
3. Syaraf otak( Nervus cranialis ) :
Baik
4. Fungsi Motorik :
Normal
5. Fungsi Sensorik :
Normal
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis
Normal
b. Refleks Patologis
Normal

19
J. Pemeriksaan Status Mental
a. Kondisi Emosi / Perasaan
Stabil, sedikit cemas
b. Orientasi
Baik
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan )
Baik
d. Motivasi ( Kemauan )
Ingin cepat sembuh
e. Persepsi
Baik
f. Bahasa
Mampu berbahasa dengan baik (verbal jelas)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Myasthenia Gravis
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium

2. Rontgen
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
3. E C G
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
4. U S G
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
5. Lain – lain
Pemeriksaan EMG

20
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

Infus NACL : 14 tpm


Kolaborasi pemberian oksigenasi

Mahasiswa

____________________________
NIM.

ANALISA DATA

Nama pasien : Ny. R


Umur : 43 Th
No. Register : 131019
N
KELOMPOK DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN
O
1 DS : Gangguan autoimun yang Pola nafas tidak efektif
- Pasien mengeluh sesak merusak reseptor asetilkolin
napas ↓
- Pasien mengatakan Jumlah reseptor asetikolin
tidak bisa tidur berkurang

DO: Kerusakan pada transmisi
- Penggunaan otot bantu impuls saraf menuju sel-sel
pernapasan otot
- Pola napas abnormal ↓
(takipnea) Penurunan hubungan

21
- RR 22x/ menit neuromuskular
- Fase ekspirasi ↓
memanjang Kelemahan otot-otot
- Tekanan ekspirasi ↓
menurun Otot pernapasan
- Tekanan Inspirasi ↓
menurun Kelemahan otot pernapasan

Pola nafas tidak efektif

2. DS : Gangguan autoimun yang


- Pasien mengatakan merusak reseptor asetilkolin Defisit Nutrisi
nafsu makan menurun ↓
- Pasien mengeluh lemas Jumlah reseptor asetikolin
- Pasien mengatakan berkurang
susah untuk menelan ↓
Kerusakan pada transmisi
DO : impuls saraf menuju sel-sel
- Berat badan menurun otot
10% di bawah rentan ↓
ideal (bb 40kg) Penurunan hubungan
- Otot menelan lemah neuromuskular
- Otot pengunyah lemah ↓
- Membran mukosa pucat Kelemahan otot-otot

Otot wajah, laring, faring

Regurgitasi makanan ke
. hidung pada saat menelan

Defisit nutrisi

22
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. R


Umur : 43 Th
No. Register : 101319

TANGGAL
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL

1. 18 September 2021 Pola nafas tidak efektif b.d kelemahan otot pernapasan d.d penggunaan alat bantu
pernapasan, pernapasan abnormal

2. 18 September2021 Defisot nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d Berat badan menurun
10% di bawah rentan ideal

23
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Ny R
Umur : 43 Th
No. Register :101319
DIAGNOSA
NO LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektig b.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas :
kelemahan otot pernapasan d.d selama 1x24 jam diharapkan Observasi
penggunaan alat bantu pola nafas membaik dengan 1 Monitor pola napas
pernapasan, pernapasan kriteria hasil : 2 Monitor bunyi napas tambahan
abnormal - Dispnea menurun
- Penggunaan otot alat bantu Terapeutik
napas menurun 3 Posisikan semi fowler atau fowler
- Frekuensi napas membaik 4 Berikan minum hangan
24
- Pemanjangan fase ekspirasi 5 Berikan oksigen, jika perlu
- Tekanan ekspirasi
meningkat Edukasi
Tekanan inspirasi meningkat 6 Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika perlu

Kolaborasi
7 Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Kolaborasi :
8. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

2. Defisot nutrisi b.d Setelah dilakukan intervensi


ketidakmampuan menelan selama 1x24 jam diharapkan Manajemen Nutrisi
makanan d.d Berat badan status nutrisi membaik
menurun 10% di bawah rentan dengan kriteria hasil : Observasi
ideal - Nafsu makan membaik 1.Identifikasi status nutrisi
- Kekuatan otot pengunyah 2.Identifikasi kebutuhan kalori dan
meningkat jenis nutrien
- Kekuatan otot menelan 3.Identifikasi perlunya penggunaan
meningkat selang nasogastrik
Berat badan membaik 4.Monitor asupan makanan
-Membran mukosa membaik 5.Monitor berat badan
-Frekuensi makan membaik
Terapeutik
6.Lakukan oral hygine sebelum

25
makan, jika perlu
7.Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
8.Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
9.Berkan jumlahikan suplemen
makanan, jika perlu

Edukasi
10.Anjurkan posisi susuk, jika mampu

Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

26
VIII. TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien :Ny. R Umur : 43 Th No. Register : 131019 Kasus : Myasthenis Gravis

TANGGAL/ TANDA TANGGAL/ TANDA


NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN JAM TANGAN

20-09-2021
1 131019 07.30 1 Memonitor pola napas (frekuensi napas ARUM 20-09-2021 S: ARUM
07.40 22x/ mnt) APRILIA 14.00 - Px mengatakan sesak napas sedikit APRILIA
2 Memonitor bunyi napas tambahan (tidak berkurang
07.50 ada suara napas tambahan) - Px mengatakan susah tidur
08.00 3 Memposisikan semi fowler
08.10 4 Memberikan minum hangan O:
08.25 5 Meberikan oksigen - Penggunaan otot bantu pernapasan
6 Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, - RR 22x/ menit
08.35 7 Mengkolaborasi pemberian bronkodilator, - Fase ekspirasi memanjang
ekspektoran, mukolitik - Tekanan ekspirasi menurun
08.45 8. Mengkolaborasi dengan ahli gizi - Tekanan Inspirasi menurun
cara meningkatkan asupan makanan
A:
1
- Masalah belum teratasi

P:
- Intervensi di lanjutkan ( no 1-8)

2. 131019 20-09-2021
11.10 1.Mengidentifikasi status nutrisi
11.20 2.Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis S:
nutrien - Pasien mengatakan nafsu makan
11.35 3.Mengidentifikasi perlunya penggunaan membaik
selang - Pasien mengeluh lemas
11.45 4.Memonitor asupan makanan - Pasien mengatakan susah untuk
11.55 5.Memonitor berat badan menelan
12.05 6.Melakukan oral hygine sebelum makan
12.15 7.Memberikan makanan tinggi serat untuk O:
mencegah konstipasi - Berat badan menurun belum naik
12.25 8.Memberikan makanan tinggi kalori dan - Otot menelan lemah
tinggi protein - Otot pengunyah lemah
12.35 9.Memberikan jumlahikan suplemen - Membran mukosa membaik
makanan
12.45 10.Menganjurkan posisi duduk, jika mampu A:
12.55 11. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk - Masalah teratasi sebagian
2
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan P:
- Intervensi dilanjutkan no 3, 5, 8, 11

13.15

Anda mungkin juga menyukai