Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS 2

DEPRESI PADA DEWASA

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Agung Nugraha Bastian 9. Kafilatul Azizah


2. Anisha Fitria 10. Lilis Apriyani
3. Arrahmah Nurfadilah 11. Marpuatun Jamilah
4. Dwi Wina Septiani 12. M. Rizky Abd
5. Fitria Dewi 13. Nurfadilah
6. Ida Rahma PM 14. Siti Sodrikhah
7. Indah Rada Ulfami 15. Sulistya Arini Hasyanah
8. Indriyani

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STRATA 1


STIKES BANI SALEH BEKASI
Jl. R.A Kartini No. 66 Margahayu, Bekasi Timur Telp.(021)88345064
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Komunitas Dengan Dewasa Pada Gangguan Depresi”. Makalah ini kami susun dengan tujuan
untuk penambahan pengetahuan mata kuliah Keperawatan Komunitas I.
Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, kami tidak terlepas
dari berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi. Namun akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu kami berharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan berbagai masukkan yang bersifat membangun dari semua pihak, guna
kelengkapan dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam kelancaran tahap demi tahap dalam penyusunan hingga penyelesaian makalah ini. Sekian
dan terima kasih.

Bekasi 9, Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………ii

Daftar Isi …………………………………………………………………..iii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1


1.2 Tujuan ....................................................................................................1
1.3 Manfaat Penelitian ..................................................................................1

Bab II Pembahasan

2.2 Kasus .......................................................................................................2

2.2 Pengkajian Komunitas ............................................................................3

2.3 Format Analisa Data ...............................................................................6

2.4 Intervensi Keperawatan ..........................................................................7

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................15

3.2 Saran ........................................................................................................ 15

Daftar Pustaka ............................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan pada alam perasaan (mood) yang ditandai
dengan pemurungan, lesu, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa, dan
disertai kompenen somatic berupa konstipasi, anoreksia, kulit lembab, hipotensi dan
penurunan nadi. Dewasa ini depresi merupakan salah satu masalah kesehatan jiwa yang
utama. Masalah ini sangat penting karena seseorang dengan depresi akan mengalami
penurunan produktifitas. Hal ini berdampak buruk bagi penderita sendiri, masyarakat
sekitarnya bahkan memiliki dampak buruk bagi negaranya.
Di Indonesia, berdasarkan data RISKESDAS tahun 2007, terdapat 11,6% populasi orang
dewasa yaitu sekitar 1.740.000 orang mengalami gangguan mentah emosional seperti
gangguan kecemasan dan depresi. Keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan
dalam kehidupan seseorang disebut stressor psikososial. Seseorang harus mampu beradaptasi
guna menanggulangi stressor yang muncul. Terdapat banyak stressor psikososial yang dapat
menimbulkan depresi, antara lain hubungan pernikahan, pekerjaan, faktor keluarga, faktor
lingkungan, penyakit fisik, dan lain sebagainya.Pernikahan memiliki pengaruh penting pada
kesehatan jiwa, sebuah pernikahan yang bahagia dapat memberikan manfaat emosional yang
cukup besar..
1.2 Tujuan
1. Mengetahui tingkat depresi pada dewasa awal
2. Mengetahui tingkat depresi pada tingkat yang tidak berpendidikan (Bersekolah)
3. Mengetahui tingkat depresi perekonomian yang rendah
4. Mengetahui tingkat depresi lingkungan yang kumuh
1.3 Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan tentang berbedaan tingkat depresi dikalangan dewasa awal dan
khususnya depresi pada tingkat yang tidak berpendidikan
2. Memberikan data-data yang diharapkan berguna untuk penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan tingkat yang tidak berpendidikan

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus
Disebuah desa terdapat RW 3 dengan populasi 300 orang, pada saat dilakukan
observasi didapati bahwa lingkungan pada daerah tersebut terlihat kumuh dan
kebanyakan bangunan semi permanen, masyarakat didaerah tersebut kebanyakan
memiliki ekonomi yang rendah, pelayanan kesehatan didaerah tersebut kurang memadai,
fasilitas kesehatan yang ada hanya puskesmas. Rata-rata warga didaerah tersebut
berpendidikan akhir dengan lulusan SMP, kebanyakan warga berprofesi sebagai petani
dan buruh bangunan dengan tingkat pendapatan yang rendah, pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan sangat rendah. Berdasarkan data yang ada di puskesmas pada RW
tersebut didapati hasil banyak warga pada usia dewasa (usia 25-30 tahun) yang menderita
depresi, kebanyakan masyarakat yang menderita depresi pada Rw tersebut diakibatkan
oleh faktor ekonomi, faktor perceraian dalam keluarga dan juga karena kesulitan untuk
mendapatkan pekerjaan. Masyarakat yang menderita depresi berjumlah 30 orang wanita
dan 35 orang laki-laki.

5
2.2 Pengkajian Komunitas

Data Inti :

1. Demografi
Usia :
Balita : 0 – 5 tahun (15 orang) 5%
Kanak-kanak : 6 – 11 tahun (30 orang) 10%
Remaja awal : 12 – 16 tahun (42 orang) 14%
Remaja akhir : 17 – 25 tahun (42 orang) 14%
Dewasa awal : 26 – 35 tahun (70 orang) 23%
Dewasa akhir : 36 – 45 tahun (44 orang) 15%
Lansia awal : 46 – 55 tahun (37 orang) 12%
Lansia akhir : 56 – 65 tahun (20 orang) 7%
Pendidikan
Berdasarkan data yang telah diperoleh warga dengan tingkat pendidikan :
 Tidak sekolah : 105 orang (35%)
 Sekolah Dasar : 75 orang (25%)
 Sekolah Menengah Pertama : 75 orang (25%)
 Sekolah Menengah Atas : 45 orang (15%)
Riwayat Kesehatan
Hasil observasi dan wawancara dari kader kesehatan dan petugas puskesmas didapatkan
hasil bahwa warga yang menderita depresi berjumlah 65 orang. Diantaranya laki-laki
berjumlah 35 orang dan perempuan berjumlah 30 orang.
2. 8 Subsistem
 Perumahan
- Pemukiman warga sekitar kebanyakan kumuh
- Rumah-rumah di daerah tersebut kebanyakan bangunan semi permanen.
- Lokasi berdekatan dengan persawahan dan perkebunan.
- Luas rumah warga sekitar kebanyakan berukuran 6 x 15 m2
- Disetiap rumah warga terdapat ventilasi yang cukup memadai

6
- Cuaca didaerah tersebut sejuk, karena jauh dari perkotaan dan banyak terdapat
persawahan 7 perkebunan.
- Letak desa tersebut jauh dari perkotaan.
 Pendidikan Komunitas
- Rata-rata warga di RW tersebut kebanyakan lulusan SMP.
- Fasilitas di RW tersebut cukup memadai, mulai dari SD, SMP, dan SMA.
- Mayoritas warga bersekolah di dalam lingkungan RW itu.
- Kondisi tempat pendidikan di RW 03 cukup bagus.
- Pengetahuan warga sekitar tentang tanda dan gejala depresi masih kurang.
- Tenaga kesehatan yang menjelaskan tentang PENKES masih jarang.
 Keamanan dan Keselamatan
- Lingkungan didaerah RW 03 terbilang aman karena warga di RW 03 rutin
melakukan penjagaan keamanan contohnya seperti kegiatan siskamling.
- Sumber air di RW 03 berasal dari air tanah dan kondisi air jernih
- Transportasi yang digunakan untuk anak sekolah kebanyakan anak-anak yang
pergi kesekolah menggunakan sepeda dan berjalan kaki, kondisi jalan bagus
tetapi jalan masuk ke pemukinan warga sedikit rusak.
- Untuk keamanan dirumah agar benda-benda tanjam diamankan ditempat yang
lebih aman agar tidak dapat dicapai oleh penderita depresi. Beberapa rumah
warga terdapat pagar rumah tetapi sebagaiannya tidak ada.
- Jarak pemukiman warga dengan jalan raya cukup jauh
 Kebijakan Pemerintah
- Kebijakan kesehatannya kurang memadai
- Kebijakan pemerintah dalam tenaga kesehatan kurang
- Fasilitas tim tenaga kesehatan yang kurang
- Jaminan kesehatan untuk masyarakat belum sepenuhnya terpenuhi di wilayah
tersebut
- Kebijakan pemerintah yang terbatas dalam pemenuhan obat-obatan

7
 Pelayanan Kesehatan
- Daerah ini jauh dari pelayanan kesehatan yang lengkap seperti RS
- Pelayanan kesehatan yang berada di daerah ini hanya ada puskesmas
- Fasilitas puskesmas kurang memadai
 Komunikasi
- Media komunikasi Formal pada dewasa : komunikasinya pada saat
penyuluhan oleh tim kesehatan, media komunikasi di masyarakat dengan
arisan dan PKK
- Media Komunikasi Informal pada orang dewasa : alat komunikasi yang di
miliki keluarga seperti koran, televisi, telpon dan ponsel
 Ekonomi
- Pekerjaan penduduk mayoritas buruh dan petani, dengan pendapatan keluarga
± Rp. 1.000.000/bln
- Pengeluaran penduduk tidak relatif, dam warga disana memiliki
pengeluarannya masing-masing
- Penduduk RW 03 tidak mempunyai tabungan kesehatan karena fasilitas
kesehatan di desa tersebut kurang memadai dan hanya ada puskesmas saja
- Pengeluaran penduduk RW 03 lebih besar dari pada pendapatan
- Faktor ekonomi adalah salah satu penyebab sebagian penduduk RW 03
menderita depresi
 Rekreasi
- Warga RW 03 memiliki kebiasaan untuk berkumpul bersama. Hal ini terbukti
dengan terjalinnya silahturahmi yang baik antar warga di RW 03.
- Tidak terdapat tempat hiburan sehingga warga harus pergi jauh jika ingin
berlibur

8
2.3 Format Analisa Data

Data Masalah Kesehatan


Jumlah responden :300 orang Diagnosa pada kelompok dewasa dengan
Angka warga yang terkena depresi pada RW gangguan Koping komunitas tidak efektif di
03 sebanyak 22% (65 orang) RW 03
78% tidak mengalami depresi
Pendidikan rata rata masyarakat sekitar
Tidak sekolah 35%
Tingkat sekolah dasar 25%
Tingkat sekolah menengah pertama 25%
Tingkat sekolah menengah atas 15 %
Fasilitas kesehatan pada RW 03 hanya
terdapat puskesmas
Tenaga kesehatan kurang
Hasil Observasi :
- lingkungan kumuh
- insiden masalah masyarakat tinggi
-pendidikan yang rendah
-peluang kerja sangat sulit
-ekonomi yang kurang memadai
-sangat sulit mencari pekerjaan

9
Jumlah responden :300 orang Defisit kesehatan komunitas
Hasil Observasi :
- lingkungan yang kumuh
- masyarakat yang kurang pengetahuan
- akses ke pelayanan kesehatan sulit
- program tidak mengatas seluruh masalah
kesehatan komunitas
- program tidak memiliki anggaran karena
ekonomi di desa tersebut sangat rendah

2.4 Intervensi Keperawatan


1. Pencegahan bunuh diri
Definisi: mengidentifikasi dan menurunkan risiko merugikan diri sendiri dengan
maksud mengakhiri hidup.
Tindakan:
a. Observasi
- Identifikasi gejala risiko bunuh diri (misalnya gangguan mood, halusinasi,
delusi, panic, penyalahgunaan zat, kesedihan, gangguan kepribadian).
- Identifikasi keinginan dan pikiran dan rencana bunuh diri
- Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin (misalnya barang pribadi, pisau
cukur, jendela)
- Monitor adanya perubahan mood atau perilaku
b. Terapeutik
- Libatkan dalam perawatan mandiri
- Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
- Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas bunuh
diri
- Berikan lingkungan dengan penanganan ketat dan mudah di pantau (misalnya,
tempat tidur dekat dengan ruang perawat)
- Tingkatkan pengawasan pada kondisi tertentu (misalnya, rapat stap,
pergantian shif)

10
- Lakukan intervensi perlindungan (misalnya, pembatasan area, pengekangan
fisik) jika diperlukan
- Hindari diskusi berulang tentang bunuh diri sebelumnya, diskusi berorientasi
pada masa sekarang dan masa depan
- Diskusikan rencana menghadapi ide bunuh diri di masa depan (misalnya,
orang yang dihubungi, kemana mencari bantuan)
- Pastikan obat di telan

c. Edukasi
- Anjurkan mendiskusikan perasaan yang dialami kepada oranglain
- Anjurkan menggunakan sumber pendukung (misalnya, layanan spiritual,
penyedia layanan)
- Jelaskan tindakan pencegahan bunuh diri pada keluarga atau orang terdekat
- Informasikan sumber daya masyarakat dan program yang tersedia
- Latih pencegahan risiko bunuh diri (misalnya, latihan asertif, relaksasi otot
progresif)
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas, atau antipsikotik, sesuai indikasi
- Kolaborasi tindakan keselamatan kepada PPA
- Rujuk kepelayanan kesehatan mental jika perlu
2. Dukungan Emosional

Definisi : memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selama masa stress.

Tindakan :
a. Observasi:
- Identifikasi fungsi marah, frustasi dan amuk bagi pasien
- Identifikasi hal yang telah memicu emosi
b. Terapeutik
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah atau sedih

11
- Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
- Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (misalnya merangkul,
menepuk-nepuk)
- Tetap bersama pasien dan pastikan keamanan selama ansietas, jika perlu
- Kurangi tuntutan berfikir saat sakit atau lelah
c. Edukasi
- Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan yang di alami (misalnya ansietas, marah,
sedih)
- Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola
respon yang biasa digunakan
- Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
d. Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling jika perlu
3. Dukungan Pengambilan Keputusan
Definisi : memberikan informasi dan dukungan saat pembuatan keputusan kesehatan
a. Observasi
- Identifikasi persepsi mengenal masalah dan informasi yang memicu konflik
b. Teraupetik
- Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang membantu membuat pilihan
- Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
- Fasilitasi melihat stiuasi secara realistis
- Motivasi mengungkapkan tujuan perawata yang diharapkan
- Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif
- Hormati hak pasien untuk menerima atau menolak informasi
- Fasilitasi menjelaskan keputusan kepada orang lain, jika perlu
- Fasilitasi hubungan antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya
c. Edukasi
- Informasikan alternative solusi secara jelas
- Berikan informasi yang diminta pasien
d. Kolaborasi

12
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam memfasilitasi pengambilan
keputusan

4. Dukungan Spiritual
Definisi : memfasilitasi peningkatan perasaan seimbang dan terhubung dengan kekuatan
yang lebih besar
a. Observasi
- Identifikasi perasaan khawatir, kesepian dan ketidakberdayaan
- Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan kesehatan
- Identifikasi harapa dan kekuatan pasien
- Identifikasi ketaatan dalam beragama
b. Terapeutik
- Berikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan
kematian
- Berikan kesempatan mengekspresikan dan merendakan marah secara tepat
- Yakinkan bahwa perawat bersedia mendukung selama masa ketidakberdayaan
- Sediakan privasi dan waktu tenang untuk aktivitas sprititual
- Diskusikan keyakinan tentang makna dan tujuan hidup, jika perlu
- Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
c. Edukasi
- Anjurkan berinteraksi dengan keluarga, teman dan orang lain
- Anjurkan berpartisifasi dalam kelompok pendukung
- Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan imajinasi terbimbing kolaborasi
- Atur kunjungan dengan rohaniawan (misalnya, ustad, pendeta, promo, biksu)
5. Kontrak Perilaku Positif
Definisi : melakukan negosiasi kesepakatan untuk memperkuat perubahan perilaku
tertentu
a. Observasi
- Identifikasi kemampuan mental dan kognitif untuk membuat kontrak
- Identifikasi cara dan sumber daya terbaik untuk mencapai tujuan
- Identifkasi hambatan dalam menerapkan prilaku positif

13
- Monitor pelaksanaan prilaku ketidaksesuaian dan kurang komitmen untuk
memenuhi kontrak
b. Terapeutik
- Ciptakan lingkungan yang terbuka untuk membuat kontrak perilaku
- Fasilitasi pembuatan kontrak tertulis
- Diskusikan perilaku kesehatan yang ingin dirubah
- Diskusikan tujuan positif jangka pendek dan jangka panjang yang realistis dan
dapat dicapai
- Diskusikan pengembangan rencana perilaku positif
- Diskusikan cara mengamati perilaku (misalnya, tabel kemajuan perilaku)
- Diskusikan penghargaan yang diinginkan ketika tujuan tercapai, jika perlu
- Diskusikan konsekuensi atau sanksi tidak memenuhi kontrak
- Tetaplah batas waktu yang di butuhkan untuk pelaksanaan tindakan yang
realistis
- Fasilitasi meninjau ulang kontrak dan tujuan, jika perlu
- Pastikan kontrak ditanda tangani oleh semua pihak yang terlibat, jika perlu
- Libatkan keluarga dalam proses kontrak, jika perlu
c. Edukasi
- Anjurkan menuliskan tujuan sendiri jika perlu

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan pada alam perasaan (mood) yang
ditandai dengan pemurungan, lesu, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna,
putus asa, dan disertai kompenen somatic berupa konstipasi, anoreksia, kulit lembab,
hipotensi dan penurunan nadi. Dewasa ini depresi merupakan salah satu masalah
kesehatan jiwa yang utama.
Di Indonesia, berdasarkan data RISKESDAS tahun 2007, terdapat 11,6% populasi
orang dewasa yaitu sekitar 1.740.000 orang mengalami gangguan mentah emosional
seperti gangguan kecemasan dan depresi.

3.2 Saran

Perawat diharapkan dapat mengontrol pasien/penderita depresi dari tindakan yang


atau hal-hal yang kecil hingga hal yang besar sekalipun untuk mencegah terjadinya
suatu tindakan fatal diluar dugaan

15
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : Dewan Pengurus Pusat

16

Anda mungkin juga menyukai