Anda di halaman 1dari 18

Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart

Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan


penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 2006).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau
kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan
satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea
minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.
1. ETIOLOGI PENYAKIT JANTUNG REMATIK

Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas
bagian atas yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak
terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh.
Antibody yang melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.

Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD yaitu :

1. Faktor genetik
2. Reaksi autoimun
3. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
4. Cuaca
KLASIFIKASI JANTUNG REMATIK
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat dibagi dalam 4 stadium menurut
Ngastiyah, 1995:99 adalah:

Stadium I

Stadium II

Stadium III

Stadium IV
PATOFISIOLOGI JANTUNG REMATIK
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian atas yang
disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga bakteri termasuk dianggap sebagai
penyebab demam reumatik akut. Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik,
diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik
akut. Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel tenggorok dan merangsang jaringan
limfoid untuk membentuk zat anti. Beberapa antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat
mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti terhadap streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif maupun proliferatif dengan manifestasi
artritis, karditis, nodul subkutan eritema marginatum dan khorea. Kelainan pada jantung dapat berupa
endokarditis, miokarditis, dan perikarditis.
MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria
Jones yaitu:
• Kriteria mayor:
1. Poliarthritis
2. Karditis
3. Eritema Marginatum
4. Nodul Subkutan
5. Khorea Syndendham
• Kriteria minor:
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau
penyakit jantung reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada
sendi; pasien kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan
peningkatan ASTO, peningkatan laju endap darah ( LED
),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
 Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya
pembesaran pada jantung.
 Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
PENATALAKSANAAN

1.Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu:


Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.
2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2 juta unit IM bila berat badan > 30 kg dan
600.000-900.000 unit bila berat badan < 30 kg, atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi penisilin, diberikan
eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk profilaksis diberikan penisilin benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali. Bila alergi
penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g untuk yang lebih besar. Jangan lupa menghitung sel
darah putih pada minggu-minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya obat dihentikan. Diberikan sampai
5-10 tahun pertama terutama bila ada kelainan jantung dan rekurensi.
3.Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah kortikosteroid jika ada kelainan jantung.
Pemberian salisilat dosis tinggi dapat menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea. Untuk pasien dengan
artralgia saja cukup diberikan analgesik.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan
maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali. Obat terpilih adalah prednison dengan dosis awal 2
mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan dosis maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti
prednison oral. Sesudah 2-3 minggu secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari. Secara bersamaan,
salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan dilanjutkan selama 6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk
menghindari efek rebound atau infeksi streptokokus baru.
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1
Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan sosial juga ikut
berpengaruh.
2. Keluhan utama: Sakit persendian dan demam.
3.Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu pertama, timbul gerakan yang tiba-
tiba.
4.Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.
5.Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung
6.ADL
A)Aktivitas/istrahat
-Gejala : Kelelahan, kelemahan.
-Tanda : Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
B)Sirkulasi
-Gejala : Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung.
Palpitasi, jatuh pingsan.
-Tanda : Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior,
NEXT

C)Eliminasi
-Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.
-Tanda : Urine pekat gelap.

D)Nyeri/ketidaknyamanan
-Gejala : Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,
gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi.
-Tanda : Perilaku distraksi, mis: gelisah.
D)Pernapasan
-Gejala : dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak
produktif).
Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum
banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).
E)Keamanan
-Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.
-Tanda : Demam.
NEXT

7.Pemeriksaan
a.Pemeriksaan Umum
• Keadaan umum lemah
• Suhu : 38 – 390
• Nadi cepat dan lemah
• BB: turun
• TD: sistol, diastole
b.Pemeriksaan fisik
• Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.
• Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae
takipnos serta takhikardi
c.Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
d.Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan darah
• Astopiter
• LED
• Hb
• Leukosit
• Pemeriksaan EKG
ANALISIS DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan


katup mitral ( stenosiskatup )
2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, destruksi sendi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan.
5. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Diagnosa I Tujuan:
Penurunan curah Setelahdiberikan asuhan keperawatan,penurunan curah 1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.
jantung jantung dapat diminimalkan. 2. Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.
berhubungandengan Kriteria hasil: 3. Batasi aktifitas secara adekuat.
adanya gangguan -Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat 4. Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.
pada penutupan diterima (disritmia terkontrol atau hilang). 5. Kolaborasi untuk pemberian oksigen
katup mitral ( -bebas gejala gagal jantung (mis : parameter 6. Kolaborasi untuk pemberian digitalis
stenosiskatup hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine
adekuat).
-Melaporkan penurunan episode dispnea,angina. -Ikut
serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja
jantung.
Diagnosa II Tujuan : nyeri dapat berkurang/hilang 1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas ( skala 0-
Nyeri akut/kronis Kriteria hasil: 10).Catat faktor yang memcepat dan tanda sakit non
berhubungan dengan Menunjukkan nyeri berkurang/hilang verbal.
distensi jaringan oleh Terlihat rileks, dapat tidur/istirahat 2. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman.
akumulasi Berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan. 3. Beri obat sebelum aktifitas/latihan yang direncanakan.
cairan/proses 4. Observasi gejala kardinal.
inflamasi, destruksi
sendi.
NEXT

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Diagnosa III Tujuan : 1. Kaji status nutrisi( perubahan BB< pengukuran


Ketidakseimbangan nutrisi ; Setelah dilakukan tindakan antropometrik dan nilai HB serta protein
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan masalah 2. Kaji pola diet nutrisi klien( riwayat diet, makanan
berhubungan dengan ketidakseimbangan nutrisi kesukaan)
peningkatan asam lambung kurang dari kebutuhan dapat 3. Kaji faktor yang berperan untuk menghambat asupan
akibat kompensasi sistem saraf teratasi. nutrisi ( anoreksia, mual)
simpatis Kriteria hasil : 4. Anjurkan makan dengan porsi sedikit tetapi sering dan
Klien mengatakan mual dan tidak makan makanan yang merangsang pembentukan
anoreksia berkuarang / hilang, Hcl seperti terlalu panas, dingin, pedas
masukan makanan adekuat dan 5. Kolaborasi untuk pemberian obat penetral asam
kelemahan hilang. BB dalam lambung seperti antasida
rentang normal. 6. Kolaborasi untuk penyediaan makanan kesukaan yang
sesuai dengan diet klien
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap


diagnosa yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan
pasien dalam mentolerir tindakan yang akan dilakukan.

EVALUASI KEPERAWATAN

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.


2. Terjadi penurunan episode dispnea, angina.
3. Mulai dapat beraktivitas secara mandiri.
4. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
5. Berat Badan dalam batas normal
6. Klien dapat beraktivitas secara mandiri
kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai