Anda di halaman 1dari 5

1.

PERSIAPAN DATA
Persiapan data adalah aktivitas yang mencakup penyuntingan, penyandian, dan entri data
serta merupakan aktivitas untuk memastikan keakuratan dan koversi data dari bentuk
mentah menjadi bentuk yang sudah direduksi dan diklasifikasikan sehingga lebih tepat
untuk analisis. Dengan menyiapkan ringkasan statistik deskriptif, peneliti akan lebih
memahami data-data yang dikumpulkan, serta dapat menampilkan kesalahan data entri
sehingga dapat dikoreksi.

Gambar 1.1 Persiapan Data dalam Proses Riset

Pertanyaan
Pengukuran

Desain Instrumen
Instrumen telah Instrumen
diuji awal final Pascapenyandian

Instrumen yang
disandikan & diuji
awal

Pengumpulan & Persiapan Data

Pengumpulan Data

Penyandian Pascapenyandian
Awal Entri Data Pertanyaan
Instrumen Tanggapan Bebas
Penyuntingan Arsip Data

Analisis dan Interpretasi Data


2. PENYUNTINGAN

Langkah pertama dalam persiapan data adalah menyunting data mentah yang
dikumpulkan untuk mendeteksi kesalahan dari penghilangan data yang akan merusak
standar kualitas. Tujuan dilakukannya penyuntingan adalah untuk memastikan akurasi,
konsistensi data dengan data lainnya, dimasukkan secara seragam, kelengkapan data dan
siap untuk dilakukan penyandian dan tabulasi. Dalam survei, lazim untuk menggunakan
penyuntingan lapangan maupun penyuntingan sentral.

a. Penyuntingan lapangan.
Dalam proyek besar, tinjauan penyuntingan lapangan adalah tanggung jawab
penyunting lapangan. Penyuntingan harus dilakukan segera sesudah data
dikumpulkan. Tekanan yang dialami selama pengumpulan data menyebabkan
periset seringkali menggunakan singkatan dan symbol tertentu. Fungsi kontrol
kedua dari penyelia lapangan adalah melakukan validasi atas hasil lapangannya.
Artinya, ia akan melakukan wawancara ulang atas sekian persen dari responden,
guna memverifikasi bahwa mereka telah berpartisipasi dan pewawancara
melakukan wawancara secara memadai.
b. Penyuntingan sentral
Pada titik ini, data harus menjalani penyuntingan menyeluruh. Untuk sebuah studi
kecil, penyunting tunggal akan menghasilkan konsistensi maksimum. Dalam studi
besar, penyuntingan harus dialokasikan agar tiap-tiap penyunting menangani satu
bagian dari keseluruhan.

2. Penyandian
Penyandian adalah proses pemberian nomor atau simbol lain pada jawaban
sehingga tanggapan dapat diklasifikasikan ke dalam kategori-kategori. Kategori harus
sesuai dengan masalah riset, kelengkapan data, eksklusif secara mutual, dan memiliki
dimensi tunggal. Pengurangan informasi melalui penyandian, mensyaratkan periset untuk
mendesain kumpulan kategori secara cermat, serta menggunakan data sebanyak mungkin.

a. Penyusunan Buku Kode


Buku kode atau skema pengodean adalah pedoman untuk mengurangi kesalahan
entri data dan berfungsi sebagai ringkasan berbagai lokasi dan informasi lain
dalam tahap analisis. Pengembangan perangkat lunak dalam pembentukan dan
desain survei mencakup penanaman aturan penyandian yang menyaring data
sewaktu dimasukkan, serta mengidentifikasi data yang tidak dimasukkan dengan
benar.
b. Penyandian Pertanyaan Tertutup
Pertanyaan tertutup mencakup item-item berskala dan item lain yang jawabannya
sudah diantisipasi. Penyandian awal atas item tertutup menghindari pengisian
yang membosankan pada lembar penyandian untuk tiap tanggapan.
c. Penyandian Pertanyaan Tanggapan Terbuka
Penyandian pertanyaan tanggapan terbuka lebih sulit untuk disandikan karena
jawaban-jawaban tidak disiapkan sebelumnya, tetapi pertanyaan jenis ini
mendorong pengungkapan informasi yang lebih lengkap.
d. Aturan Penyandian
Terdapat empat aturan sebagai pedoman penyandian awal dan pasca penyandian
serta kategorisasi pengumpulan data. Kategori dalam sebuah variabel haruslah:
1. Sesuai dengan masalah dan tujuan riset
Kesesuaian ditentukan pada dua tingkat, yaitu (1) pemisahan terbaik atas
data untuk pengujian hipotesis dan menunjukan hubungannya, dan (2)
ketersediaan data pembanding.
2. Kelengkapan
Pilihan jawaban pada pertanyaan pengukuran seringkali tidak dapat
mengantisipasi semua jawaban, sehingga munculah jawaban “lain-lain”.
Namun pilihan jawaban “lain-lain” dalam skala besar menunjukan rentang
informasi yang tidak lengkap. Periset harus cermat dalam menentukan
apakah tanggapan “lain-lain” tepat digunakan, atau bagaimana mengolah
data “lain-lain” tersebut.
3. Eksklusif satu sama lain
Aturan yang juga penting ketika peneliti menambahkan kategori atau
menyusun ulang kategori adalah bahwa komponen-komponen kategori
harus eksklusif satu sama lain. Standar ini dipenuhi jika suatu jawaban
tertentu hanya dapat diletakkan dalma satu sel dalam sekumpulan kategori.
4. Diambil dari satu prinsip klasifikasi (dimensi tunggal)
Kebutuhan akan sekumpulan kategori untuk mengikuti prinsip klasifikasi
tunggal berarti bahwa semua pilihan dalam kumpulan kategori
didefinisikan berkaitan dengan satu konse[ atau konstruk.
e. Menggunakan Analisis Isi untuk Pertanyaan Terbuka
Metode sistematis untuk menganalisis pertanyaan terbuka adalah analisis isi.
Metode ini menggunakan unit pengambilan sampel yang diseleksi sebelumnya
untuk menghasilkan hitungan frekuensi dan wawasan lain ke dalam pola data.
Analisis isi digambarkan sebagai teknik riset untuk mendeskripsikan tujuan,
susunan, dan banyaknya isi yang nyata dari suatu komunikasi. Analisis isi
mengikuti suatu proses yang sistematik untuk penyandian dan menarik
kesimpulan dari teks. Ananlisis ini dimulai dengan menentukan unit data mana
yang akan dianalisis. Empat jenis unit data yang terdapat pada teks tertulis atau
verbal adalah sintaksis, referensi, proposisi, dan tematik. Analisis isi dapat
digunakan untuk menganalisis data tertulis, audio, atau video yang berasal dari
eksperimen, observasi, survei serta studi data sekunder.
a. Tanggapan “Tidak Tahu”
Jawaban tidak tahu (don’t know / DK) dievaluasi berkenaan dengan sifat
pertanyaan dari responden. Walaupun banyak jawaban DK yang sah, sebagian
dihasilkan dari pertanyaan ambigu. Cara terbaik menangani jawaban DK yang
tidak dikehendaki adalah dengan mendesain pertanyaan yang lebih baik sejak
awal. Periset harus mengidentifikasi pertanyaan yang tanggapan DK-nya tidak
memuaskan dan melakukan desain ulang.
b. Data yang Hilang
Data yang hilang terjadi ketika responden melewati, menolak untuk menjawab,
atau tidak mengetahui jawaban atas item dalam kuesioner, atau absen pada satu
atau lebih pada periode pengumpulan data. Kesalahan periset, arsip data yang
rusak juga mengakibatkan hilangnya data. Periset menangani data yang hilang
dengan terlebih dahulu mengeksplorasi data untuk menentukan sifat polanya dan
kemudian memilih teknik yang sesuai untuk mengganti nilai dengan menghapus
kasus atau mengestimasi nilai-nilai. Tiga jenis teknik dasar yang dapat digunakan
untuk menyelamatkan kumpulan data yang mengandung data yang hilang, yaitu
(1) penghapusan menurut daftar, (2) penghapusan menurut pasangan, (3)
penggantian nilai yang hilang menggunakan skor yang diestimasi.

Anda mungkin juga menyukai