Abstrak
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan
dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau
perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi
orang tersebut sehingga tidak dapat produktif secara sosial dan ekonomi. Dari total 153 korban
pasung pada tahun 2017, 29 diantaranya kini telah dibebaskan (News. Detik. Com, 2017). Sejak
tahun 2017 hingga 2019 terdapat 150 korban pasung yang sudah dibebaskan. Data pasung yang
didapatkan sejumlah 153 orang dan ada tiga orang korban pasung tersisa yang ditargetkan pada
tahun 2019. Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi non partisipan. Hasil yang
diperoleh dari wawancara yang dilakukan alasan keluarga melakukan pemasungan, seperti:
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, ketidakberdayaan keluarga terhadap pendanaan,
dorongan internal keluarga dan masyarakat sekitar, keputusasaan dari anggota keluarga, dan
ketidaktahuan mencari pertolongan (Health Literacy). Faktor kemiskinan yang hampir dialami
sebagaian besar penyandang ODGJ menyebabkan tidak adanya prioritas dalam pengalokasian
keuangan keluarga untuk memeriksakan kesehatan jiwa anggota keluarganya. Untuk
menanggulangi hal tersebut pemerintah telah membentuk suatu sistem jaminan kesehatan
masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) seperti BPJS dan SKM. Intervensi yang
digunakan yaitu psikoedukasi kepada keluarga dengan anggota keluarga ODGJ mengenai
penanganan ODGJ dan pemahaman Jaminan Kesehatan Nasional.
oleh peneliti dengan cara melakukan poli jiwa hanya bisa dilakukan di Puskesmas
sebagai objek observasi dan lingkungannya Dimana kapasitas di RSUD hanya dapat
Herdiansyah 2010). Dalam observasi ini, Menurut pencatatan dari Dinas Sosial
data yang dibutuhkannya tanpa menjadi keseluruhan ODGJ tersebut sebanyak 24%
bagian dari situasi yang terjadi. Peneliti hadir mengalami pemasungan. Sehingga terdapat
secara fisik namun peneliti hanya mengamati program 2019 bebas pasung yang
(Herdiansyah, 2010).
Berdasarkan wawancara yang karena dirasa murah. Hal ini mengingat
dilakukan oleh saudara R (inisial) Kepala masyarakat termasuk S, menganggap biaya
Puskesmas Karanganyar mengatakan bahwa yang ditentukan untuk pemeriksaan dan
di Kabupaten Trenggalek masih banyak penanganan ODGJ cukup tinggi sehingga S
ODGJ yang dipasung maupun terlantar. sendiri memilih cara yang dirasa
Untuk wilayah kerja di Puskesmas memungkinkan dan sesuai dengan
Karanganyar dinyatakan sudah bebas pasung perekonomian keluarganya.
ODGJ, hal ini dinyatakan oleh R sebagai Pembahasan
Kepala Puskesmas “kalau untuk di wilayah Analisis Kebutuhan
kerja Puskesmas Karanganyar yang meliputi
pengobotan
5 desa sudah tidak ada pemasungan, kami Keluarga mahal pemasungan
Psikoedukasi
dari tim jiwa sudah melaksanakan Penangana
ODGJ dan
penanganan bagi pasien yang di pasung”.
penelantaran Pemahaman
Kebanyakan pemasungan dilakukan oleh kurang pengabaian ODGJ Jaminan
memahami ODGJ Kesehatan
pihak keluarga pasien sendiri. Banyaknya
ODGJ dan
Nasional
kemunculan gejala ODGJ seperti halusinasi, JKN
para ODGJ harus dipasung oleh keluarga. di Trenggalek disebabkan karena keluarga
Diketahui pula, masyarakat sekitar yang kurang memahami apa itu ODGJ.
ODGJ yang tepat. Dalam wawancara yang penanganan ODGJ karena kurangnya
kami lakukan, salah satu anggota dari pengetahuan dan juga sosialisasi dari petugas
keluarga yang memiliki ODGJ, ia tidak kesehatan setempat. Selain itu adanya
ditangani. Saudara berinisial S ini ODGJ tergolong mahal. Hal ini dikarenakan
ODGJ lazimnya diikat atau dipasung untuk peraturan mengenai Jaminan Kesehatan