Anda di halaman 1dari 11

07 M

TO ATER
P L ID
EV AN
EL LAT
- X IH
II S AN
MA SB
MP
TN

kimia
SET 07
APLIKASI SIFAT KOLIGATIF

a. Penurunan TeKanan uaP Jenuh LaruTan


Apabila ke dalam pelarut murni ditambahkan zat terlarut yang nonvolatil, maka tekanan
uap jenuh larutan akan menjadi lebih kecil daripada tekanan uap pelarut murni.

P larutan < P pelarut murni

Sebelum melihat kembali rumus untuk menghitung tekanan uap jenuh larutan dan
penurunan tekanan uap jenuh, kita akan terlebih dahulu meninjau kembali tentang fraksi
mol.

a. Fraksi mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara mol suatu zat terhadap mol total zat yang ada
dalam suatu larutan. Fraksi mol zat terlarut adalah perbandingan mol suatu zat terlarut
terhadap mol total yang ada dalam larutan (mol pelarut + mol zat terlarut). Fraksi mol zat
terlarut dapat dirumuskan sebagai berikut.

nt
Xt =
np + nt

dengan Xt = fraksi mol zat terlarut


nt = mol zat terlarut
np = mol pelarut

1
Sedangkan fraksi mol pelarut adalah perbandingan mol terlarut terhadap mol total yang
ada dalam larutan (mol pelarut + mol zat terlarut). Fraksi mol pelarut dapat dirumuskan
sebagai berikut.
np
Xp =
np + nt

dengan Xp = fraksi mol pelarut


np = mol pelarut
nt = mol zat terlarut

Selanjutnya, kita kembali pada perhitungan tekanan uap jenuh larutan. Hubungan antara
tekanan uap jenuh pelarut murni, fraksi mol, tekanan uap jenuh larutan dan penurunan
tekanan uap jenuh dapat dilihat pada rumus berikut.
∆P = P0 – P
P = Xp . P0
∆P = Xt . P0

dengan P = tekanan uap jenuh larutan


P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni
∆P = penurunan tekanan uap jenuh
Xp = fraksi mol pelarut
Xt = fraksi mol zat terlarut

B. Kenaikan Titik Didih


Pelarut murni memiliki nilai titik didih tertentu. Apabila sejumlah tertentu zat terlarut
nonvolatil dimasukkan ke dalam pelarut tersebut, larutan yang dihasilkan akan memiliki
nilai titik didih yang lebih tinggi daripada titik didih pelarut murni.

∆Tb = Tb – Tb0

dengan ∆Tb = kenaikan titik didih


Tb = titik didih larutan
Tb0 = titik didih pelarut murni

Kenaikan titik didih adalah selisih antara titik didih larutan dan titik didih pelarut murni.
Hubungan antara konsentrasi larutan dengan kenaikan titik didih dapat dilihat pada
rumus berikut:

∆Tb = m . Kb

dengan ∆Tb = kenaikan titik didih


m = molalitas larutan
Kb = konstanta kenaikan titik didih

2
Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap kilogram pelarut.

mol
m=
p(kg)

dengan m = molalitas larutan


p = massa pelarut dalam kilogram

Atau, kita dapat menuliskan dengan lengkap hubungan antara massa zat terlarut dengan
molalitas dalam rumus berikut.

g.1000
m=
Mr.p(g)

dengan m = molalitas larutan


g = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut dalam gram

C. Penurunan Titik Beku


Selain titik didih yang menjadi lebih tinggi, pelarut yang ke dalamnya ditambahkan zat
terlarut nonvolatil juga memiliki titik beku yang lebih rendah daripada titik beku pelarut
murni.

∆Tf = Tf0 – Tf

dengan ∆Tf = penurunan titik beku


Tf0 = titik beku pelarut murni
Tf = titik beku pelarut

Hubungan antara penurunan titik beku larutan dengan konsentrasi zat terlarut dapat
dilihat pada rumus berikut:

∆Tf = m . Kf

dengan ∆Tf = penurunan titik beku


m = molalitas larutan
Kf = konstanta penurunan titik beku

d. Tekanan Osmotik Larutan


Tekanan osmotik adalah nilai tekanan ketika sejumlah zat terlarut dalam sebuah pelarut
menembus membran semipermeabel. Hubungan antara tekanan osmotik larutan dengan
konsentrasi zat terlarut dapat dilihat pada rumus berikut.

3
∆=M.R.T

dengan ∆ = tekanan osmotik larutan


M = molaritas larutan
R = konstanta gas ideal
T = suhu

a. Faktor Van’t hoff


Faktor Van’t Hoff adalah suatu faktor yang memperlihatkan perilaku suatu larutan ketika
terionisasi. Singkatnya, faktor Van’t Hoff ini adalah suatu faktor yang membedakan nilai
sifat koligatif dari larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam konsentrasi yang sama.

Faktor Van’t Hoff (i) dirumuskan pada persamaan berikut.

i = 1 + (n-1)α

dengan i = faktor Van’t Hoff


n = jumlah ion yang terbentuk dari persamaan reaksi ionisasi elektrolit
α = derajat ionisasi

Keempat rumus sifat koligatif di atas akan kita lengkapi dengan nilai faktor van’t Hoff,
menjadi seperti yang tertulis berikut.

∆Tb = m . Kb . i
∆Tf = m . Kf . i
π = M.R.T.i

Sedangkan untuk tekanan uap jenuh larutan (P) dan penurunan tekanan uap jenuh (∆P),
faktor van’t Hoff dimasukkan sebagai pengali pada mol zat terlarut (nt), sehingga rumus
fraksi mol menjadi:
nt
Xt =
np + nt . i
np
Xt =
np + nt . i

Nilai i = n untuk elektrolit kuat (α = 1), dan i = 1 untuk zat nonelektrolit (α = 0).

4
CONTOH SOAL

1. Pada tekanan 76 cmHg, sejumlah massa glukosa (Mr = 180) yang dilarutkan ke dalam
200 mL air (ρ = 1 g/mL) memiliki titik didih sebesar 101,3 oC. Jika seluruh massa glukosa
tersebut dibakar sempurna, maka volume gas CO2 yang terbentuk pada suhu dan tekanan
standar adalah ....
A. 13,44 L
B. 134,4 L
C. 67,2 L
D. 6,72 L
E. 3,36 L
Pembahasan:
Kita akan menggunakan rumus kenaikan titik didih untuk mencari massa glukosa yang
dilarutkan. Setelah itu, tuliskan reaksi pembakaran sempurna glukosa yang menghasilkan
CO2 dan H2O. Mol CO2 yang terbentuk akan diketahui jika mol glukosa yang dibakar telah
diketahui.
Jawaban: C

2. Zat X nonelektrolit sebanyak 2,12 g dalam 57 g CCl4 memiliki tekanan uap yang sama
dengan tekanan uap larutan 3,38 g lilin (C24H50, Mr = 338) dalam 57 g CCl4. Massa molekul
relatif zat X adalah ....
A. 132
B. 212
C. 310
D. 424
E. 530
Pembahasan:
Kedua zat nonelektrolit tersebut dilarutkan dalam jumlah pelarut yang sama, sehingga
kita hanya perlu menuliskan perbandingan fraksi mol keduanya.
Jawaban: B

3. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 66 g hemoglobin dalam 1 L air. Larutan tersebut
memiliki tekanan osmotik yang 200 kali lebih kecil daripada tekanan osmotik 1 L larutan
lain yang mengandung 12,4 g etilenglikol (Mr = 62) pada suhu yang sama. Massa molekul
relatif hemoglobin adalah ....
A. 3.300
B. 6.600

5
C. 13.200
D. 66.000
E. 132.000
Pembahasan:
Kita akan menggunakan perbandingan nilai tekanan osmotik hemoglobin dan etilenglikol
sebesar 1 : 200, dengan persamaan tekanan osmotik masing-masing. Pada akhirnya, yang
tersisa adalah perbandingan mol hemoglobin dan etilenglikol.
Jawaban: D

4. Pada suhu 25 oC, tiga macam zat nonelektrolit nonvolatil A (Mr = 32) sebanyak 8 g,
B (Mr = 46) sebanyak 23 g, dan C (Ar = 62) sebanyak 31 g dilarutkan dalam 90 g air. Jika
pada suhu tersebut tekanan uap jenuh air murni adalah K, maka besarnya penurunan
tekanan uap jenuh akibat penambahan ketiga zat tersebut adalah ....
A. 0,1 K
B. 0,2 K
C. 0,4 K
D. 0,6 K
E. 0,8 K
Pembahasan:
Pertama, hitung fraksi mol semua zat terlarut, kemudian kalikan dengan nilai tekanan uap
jenuh air murni yang diketahui.
Jawaban: B

5. Benzena merupakan pelarut nonpolar dengan rumus molekul C6H6 yang mendidih pada
suhu 86 oC. Jika konstanta kenaikan titik didih benzena adalah 2,4 oC/m, maka titik didih
dari larutan 1,28 g naftalena (C10H8) dalam 200 g benzena adalah .... (Ar C= 12; Ar H = 1)
A. 0,12 oC
B. 74 oC
C. 86,12 oC
D. 87,2 oC
E. 100,12 oC
Pembahasan:
Gunakan rumus kenaikan titik didih. Hati-hati, nilai Kb yang diketahui adalah 2,4 oC/mol,
dan yang ditanyakan adalah titik didih larutan (Tb), bukan kenaikannya (∆Tb).
Jawaban: C

6. Larutan sukrosa dalam air memiliki tekanan uap larutan sebesar 5 P0 torr dengan
7
P0 adalah tekanan uap jenuh air murni. Molalitas larutan sukrosa tersebut adalah ....
(Mr sukrosa = 342; Mr Air = 18)

6
A. 1,11 m
B. 2,22 m
C. 11,1 m
D. 22,2 m
E. 33,3 m
Pembahasan:
Angka 5 yang diketahui pada soal adalah nilai fraksi mol pelarut. Dengan menghitung
7
massa zat terlarut dan pelarut dari nilai fraksi mol yang diketahui, kita dapat menghitung
molalitas.
Jawaban: D

7. Ke dalam 200 g air murni dilarutkan 0,04 mol diklorotetraminplatinum (IV) klorida
[Pt(NH3)4Cl2]Cl yang terion sempurna. Jika diketahui konstanta titik didih air adalah
0,52 oC/m, maka titik didih larutan tersebut adalah ....
A. 0,104 oC
B. 0,312 oC
C. 100,104 oC
D. 100,312 oC
E. 103,12 oC
Pembahasan:
Gunakan rumus kenaikan titik didih, dengan terlebih dahulu menghitung nilai faktor Van’t
Hoff diklorotetraminplatinum (IV) klorida.
Jawaban: D

8. Larutan di bawah ini yang memiliki tekanan uap paling tinggi adalah ....
A. 0,22 M kalsium klorida
B. 0,30 M natrium sulfat
C. 0,25 M urea
D. 0,15 M amonium nitrat
E. 0,05 M kalium heksasianoferat (II)
Pembahasan:
Tekanan uap larutan yang paling tinggi adalah yang memiliki mol zat terlarut paling kecil.
Jawaban: D

9. Diketahui konstanta penurunan titik beku air adalah 1,8 oC/mol. Jika kelarutan MgSO4
dalam air pada suhu 0 oC adalah sekita 4,6 molal, maka penurunan titik beku larutan 0,5
molal MgSO4 adalah ....

7
A. 3,60 oC
B. 1,80 oC
C. 1,20 oC
D. 0,90 oC
E. 0,45 oC
Pembahasan:
Informasi kelarutan pada soal memberi tahu kita bahwa 0,5 molal MgSO4 adalah larutan
garam yang terlarut sempurna, karena konsentrasinya jauh di bawah konsentrasi jenuhnya.
Selanjutnya, kita hanya perlu menggunakan rumus penurunan titik beku, dengan terlebih
dahulu menghitung faktor Van’t Hoff MgSO4.
Jawaban: B

10. Larutan sejumlah glukosa dalam air memiliki titik didih sebesar 101,56o C. Jika diketahui Kb
dan Kf air masing-masing adalah 0,52o C/m dan 1,86o C/m, maka titik beku larutan tersebut
adalah ....
A. -1,86 oC
B. -5,58 oC
C. -2,79 oC
D. -0,93 oC
E. -3,72 oC
Pembahasan:
Nilai titik didih yang diketahui memungkinkan kita menghitung besarnya molalitas
larutan. Selanjutnya nilai molalitas tesebut digunakan untuk menghitung penurunan titik
beku larutan.
Jawaban: B

11. Titik beku 20 g amonium nitrat (NH4NO3) dalam 250 g air adalah -2,79 oC. Nilai faktor Van’t
Hoff larutan tersebut adalah .... (Ar N = 14; Ar H = 1; Ar O = 16)
A. 3,0
B. 2,0
C. 1,5
D. 1,0
E. 0,5
Pembahasan:
Nilai faktor Van’t Hoff untuk soal ini dapat dicari dengan menggunakan rumus penurunan
titik beku.
Jawaban: C

8
12. Sebanyak 18 g glukosa dan 6 g zat X nonelektrolit dilarutkan dalam 100 g air. Larutan
tersebut mendidih pada suhu 101,04 oC. Jika Kb = 0,52 oC/m, maka zat X adalah ....
A. CH3COOH (Mr = 60)
B. HCOOH (Mr = 46)
C. Urea (Mr = 60)
D. Dekstrosa (Mr = 180)
E. Sukrosa (Mr = 342)
Pembahasan:
Gunakan rumus kenaikan titik didih untuk mengetahui jumlah total zat terlarut yang ada
dalam larutan. Jumlah total zat terlarut adalah penjumlahan dari nilai mol zat dikali dengan
faktor Van’t Hoff masing-masing. Karena glukosa dan zat X sama-sama nonelektrolit, maka
nilai faktor Van’t Hoff keduanya adalah 1.
Jawaban: C

LATIHAN SOAL

1. Suatu asam amino sebanyak 0,66 gram dilarutkan dalam 250 mL air. Larutan tersebut
memiliki tekanan osmotik yang sama dengan larutan NaCl 0,01 M pada suhu yang sama.
Massa molekul relatif asam amino tersebut adalah ....
A. 89
B. 105
C. 117
D. 132
E. 155

2. Senyawa K2SO4 (Mr = 174) sebanyak 34,8 g dilarutkan dalam 100 mL air. Banyaknya zat
tersebut yang harus dilarutkan dalam 1 L air agar memiliki kenaikan titik didih empat kali
larutan semula adalah ....
A. 1.392 g
B. 696 g
C. 348 g
D. 174 g
E. 87 g

3. Tekanan uap air pada suhu t0C adalah 28 torr (1 atm = 760 torr). Ke dalam 90 g air
dimasukkan 10 g zat nonelektrolit X, dan diperoleh tekanan uap jenuh larutan adalah
27,6 torr. Massa molekul relatif X adalah ....

9
A. 284
B. 130
C. 142
D. 87
E. 71

4. Sebanyak 27 g K2SO4 (Mr = 135) dilarutkan dalam 200 mL air (ρ = 1 g/mL), membentuk
larutan yang mendidih pada suhu 100,6 oC. Bila 4,2 g zat organik nonelektrolit digunakan
untuk menggantikan K2SO4, titik didih larutan menjadi 100,1oC Massa molekul relatif zat
organik tersebut adalah ....
A. 42
B. 84
C. 105
D. 126
E. 147

5. Larutan di bawah ini yang memiliki tekanan osmotik sebesar tiga kali larutan 3,42 g
sukrosa (Mr = 342) dalam 100 mL air adalah ....
A. larutan 0,1 M NaCl
B. larutan 0,2 M urea
C. larutan 0,1 M asam asetat
D. larutan 0,15 M KNO3
E. larutan 0,2 M CaCl2

6. Larutan AuCl3 (Mr = 303,5) sebanyak 3,035 g dalam 372 g air (Kf = 1,86 oC/m) akan memiliki
titik beku sebesar ....
A. -0,8 oC
B. -0,6 oC
C. -0,4 oC
D. -0,2 oC
E. -0,1 oC

7. Sebanyak 60 g zat nonelektrolit nonvolatil yang dilarutkan dalam 500 g air memiliki titik
didih yang sama dengan larutan K2SO4 0,2 m. Massa molekul relatif zat tersebut adalah ....
A. 60
B. 120
C. 180
D. 200
E. 240

10
8. Larutan di bawah ini yang memiliki titik beku lebih tinggi daripada larutan glukosa 0,9 M
adalah ....
A. larutan K2SO4 0,3 M
B. larutan NaCl 0,5 M
C. larutan CaCl2 0,2 M
D. larutan urea 1,0 M
E. larutan CH3COOH 0,9 M

11

Anda mungkin juga menyukai