Anda di halaman 1dari 10

Embriologi pada Manusia

Desi Deviana Djokohartono (102015168)

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510

Email : desi.2015fk168@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Manusia adalah makhluk hidup yang berasal dari pembelahan suatu sel. Sel tersebut adalah
paduan dari sel gamet pria yang lebih dikenal dengan spermatozoa yang bertemu dengan sel
gamet wanita yang lebih dikenal dengan ovum. Pertemuan ini akan menghasilkan zigot yang
akan menempel pada dinding rahim wanita dan akan berkembang selama 9 bulan dan akan
lahir menjadi suatu manusia yang baru. Adapun beberapa proses yang dilaluinya untuk
menjadi suatu makhluk hidup dengan fisik yang utuh tanpa kurang suatu apapun. Proses ini
dimulai saat pertemuan spermatozoa dengan ovum yang siap untuk dibuahi saat masa ovulasi
yang kemudian spermatozoa mampu bertemu dengan ovum yang dinamakan dengan proses
fertilisasi. Dilanjutkan dengan proses pembelahan sel menjadi banyak yang dikenal dengan
proses implantasi dan berlanjut pada tahap gastrulasi, dimana pada tahap ini untuk lebih
mematangkan proses sebelumnya yang kemudian membentuk 3 lapisan yaitu endoderm,
mesoderm dan ektoderm yang kemudian pada tiap-tiap lapisan tersebut akan berkembang
menjadi organ-organ yang utuh dan mampu untuk bekerja sesuai fungsinya dengan dan
sesuai.

Abstract

Human is a living creature that originated from a single cell division. The cell is a
combination of male gamete cells, better known as spermatozoa were met with female gamete
cells better known as the ovum. This meeting will produce a zygote that will be attached to
the uterine wall, and a woman will develop during 9 months and will be born into a new man.
As for some of the processes in its path to becoming a living being with the physical intact
without lacking anything. This process begins when the sperm meeting with the ovum ready
to be fertilized when ovulation which then spermatozoa were able to meet with the ovum
called the fertilization process. Continued with the process of cell division into lots, known as
the process of implantation and continued at the stage of gastrulation, which at this stage to
further finalize the previous process which then form 3 layers namely endoderm, mesoderm
and ectoderm then on each layer will develop into organs -organ intact and able to work in
accordance with the functions and appropriate.

Pendahuluan

Pembuahan terjadi saat sel gamet wanita (ovum) dan sel gamet pria (spermatozoa)
bertemu. Pertemuan ini bisa terjadi apabila ovum berada pada masa ovulasi dimana ovum-
ovum ini siap untuk di buahi dan kemudian dilepaskan agar bertemu dengan spematozoa.
Pada saat ovulasi ini, sel sperma yang masuk harus bersaing dengan sel sperma lainnya
karena hanya satu sel sperma saja yang akan mampu bertemu dan menembus masuk ke dalam
ovum. Pertemuan ini memiliki beberapa syarat diantaranya pertemuan ini akan berhasil
apabila sedang masa ovulasi pada hari ke 14 karena itu bisa disebut sebagai puncak, masa
hidup sel sperma hanya dapat bertahan kurang dari 48 jam dan ovum dapat hidup setidaknya
24 jam setelah ovulasi maka pertemuan ini atau yang dikenal sebagai proses fertilisasi ini bisa
berjalan yang kemudian akan dilanjutkan dengan implantasi dan gastrulasi sehingga
membentuk janin yang utuh setelah 9 bulan lamanya.1

Oleh karena itu perlu diketahui tentang bagaimana embrio dapat berkembang di rahim
wanita yang awalnya berasal dari satu sel yang terus membelah dan mampu menjadikan suatu
makhluk hidup yang utuh dengan berjuta-juta sel yang hidup di dalamnya.

Fertilisasi

Fertilisasi adalah proses pertemuan sel gamet pria (sel sperma) dan sel gamet wanita
(sel telur) pada daerah tuba fallopii atau pada dinding rahim wanita. Pertemuan sel sperma
dan sel telur ini nantinya akan menghasilkan sel telur yang sudah dibuahi yang dikenal
sebagai zigot. Proses ini dimulai dimana ada sekitar 60-150 juta sel sperma yang masuk
dalam vagina yang kemudian berhasil melewati serviks dan mencapai rongga uterus dan
masuk ke tuba fallopii yang kemudian pada akhirnya hanya akan ada satu sel sperma yang
mampu membuahi sel telur. Sebelum mencapai sel telur untuk melakukan pembuahan banyak
sel sperma yang gugur dan tidak dapat bertahan hidup. Sel sperma yang potensial hanya
mampu bertahan hidup dalam rahim sekitar kurang lebih 48 jam hari saja sehingga sel sperma
yang tidak mampu bertemu dengan sel telur akan mati.2,3

Fertilisasi ini dimulai dengan siklus menstruasi wanita yang dimana sel telur
mempersiapkan diri untuk dibuahi. Pada saat siklus ini berjalan maka ada sel telur yang siap
untuk dilepaskan atau berovulasi ke dalam tuba falopii yang nantinya akan bertemu sel
sperma saat untuk dibuahi oleh sel sperma. Proses ini akan memakan waktu sekitar 12 sampai
48 jam oleh sebab itu ratusan juta sel sperma yang masuk akan berlomba untuk bertemu sel
telur dan melakukan pembuahan. Sekitar 15% dari keseluruhan sel sperma yang masuk ke
vagina yang dapat bertemu dengan sel telur, pada akhirnya hanya sekitar selusin sel sperma
yang benar-benar sampai di sel telur dan nantinya hanya akan ada 1 sel sperma yang dapat
masuk ke dalam sel telur setelah melewati beberapa lapisan pada sel telur yang kemudian
akan melakukan pembuahan.2,3

Gambar 1. Proses Fertilisasi3

Pada proses fertilisasi akan ada beberapa fase dimana sel sperma akan benar-benar
membuahi sel telur yang sudah siap untuk dibuahi. Fase pertama adalah sel sperma
(spermatozoa) akan berusaha untuk menembus corona radiata. Corona radiata adalah
lapisan terluar pada sel telur (ovum). Pada fase ini hanya sel sperma yang sudah melalui
proses kapasitasi yang mampu menembus corona radiata. Proses kapasitasi adalah proses
dimana penyesuaian dalam organ reproduksi wanita dimana protein plasma dan glikoprotein
dari membran plasma akan melapisi spermatozoa sehingga sel sperma lebih mudah untuk
melewati corona radiata. Proses kapastasi ini berlangsung kira-kira 7 jam. Fase selanjutnya
adalah spermatozoa memasuki zona pelusida dimana zona pelusida ini adalah lapisan yang
terdiri dari glikoprotein yang dimana saat spermatozoa kontak dengan membran plasma
membuat enzim akrosom (akrosin) keluar yang menyebabakan spermatozoa mampu
menembus zona pelusida. Di zona pelusida ini akan mengeluarkan enzim lisosomal yang
berasal dari granul kortikal ini akan melapisi ovum sehingga spermatozoa lainnya yang tidak
dapat masuk menembus ovum. Fase selanjutanya adalah spermatozoa mencapai oosit yang
dimana oosit akan menyelesaikan pembelahan meiosis II yang akan menghasilkan
pronukleolus wanita dan inti sperma akan membesar membentuk pronukleolus pria. Pada fase
ini spermatozoa akan melepaskan ekornya yang kemudian pronukleolus pria dan wanita ini
bersatu membentuk zigot yang memiliki DNA bersifat diploid. Spermatozoa pembawa X
akan menghasilkan kromosom XY (wanita) dan spermatozoa pembawa Y akan menghasilkan
kromosom XY (pria) sebagai penentuan jenis kelamin. Maka proses fertilisasi ini telah
selesai yang kemudian akan berlanjut pada fase pembuahan.2,3 (lihat gambar 1)

Implantasi

Zigot akan mengalami pembelahan sel yang dimulai pada tingkat 2 sel, selanjutnya
zigot akan menjalani pembelahan secara mitosis yang mengakibatkan jumlah sel meningkat
dengan cepat. Sel yang menjadi kecil pada setiap pembelahan dinamakan blastomer. Sel ini
akan terus membelah dari 2 menjadi 4 sel yang kemudian membelah menjadi 8 sel yang
kemudian membelah lagi menjadi 16 sel yang biasa disebut dengan morula. kira-kira selama
3 hari pembelahan ini terjadi sampai tahap pembelahan 16 sel atau morula. Morula disebut
dengan massa sel dalam dan sel-sel disekitarnya disebut dengan massa sel luar. Massa sel
dalam ini yang akan membentuk jaringan-jaringan embrio yang sebenarnya. Massa luar sel
yang terdapat beberapa sel yang nantinya akan membentuk plasenta. Pada saat morula
memasuki rongga rahim, sel menyatu dengan ruang antar sel yang terdapat di massa sel
dalam yang kemudian membentuk rongga atau ruang yang disebut blastosul dan penyatuan
sel tersebut disebut sebagai blastokista. Sel-sel yang berada pada massa sel dalam dinamakan
sebagai embrioblas sedangkan massa sel luar dinamakan sebagai trofoblas. Blastokista ini
berkembang menjadi embrio dan kemudian menjadi janin pada saat inilah biasa disebut
dengan kehamilan.4,5 (lihat gambar 2 dan 3)

Gambar 2. Proses Pembelahan Sel5


Gambar 3. Pembentukan Blastokista6

Pada hari ke 8, blastokista tertanan dalam endometrium. Trofoblas berdiferensiasi


menjadi 2 lapisan yaitu sitotrofoblas (bagian dalam) dan sinsitiotrofoblas (bagian luar).
Embrioblas juga berdiferensiasi menjadi 2 lapisan yaitu hipoblas yang berdampingan dengan
rongga blastokista dan epiblas. Pada epiblas terbentuk rongga amnion. Sel-sel epiblas yang
berdekatan dengan sitotrofoblas disebut amnioblas bersama dengan sisa epiblas melapisi
rongga amnion.4

Pada hari ke 9, blastokista semakin dalam tertanam pada endometrium dan bekas
penembusan tersebut ditutup dengan endapan fibrin. Pada daerah sisitiotrofoblas timbul
vakuola-vakuola yang kemudian diikuti dengan terbentuknya lakuna-lakuna. Hipoblas
membentuk selaput tipis yang bernama selaput eksoselom (selaput Heuser). Selaput
eksoselom ini bersama dengan hipoblas membentuk rongga yang disebut dengan rongga
eksoselom (primitive yolk sac).4

Pada hari 11sampai 12, blastokista sepenuhnya sudah tertanam pada endometrium.
Pada waktu yang sama sel-sel sinsitiotrofoblas menembus lebih dalam je stroma dan merusak
lapisan endotel pembuluh-pembuluh kapiler ibu yang kemudian kapiler ini melebar yang
dikenal sebagai sinusoid. trofoblas merusak sinusoid sehingga darah ibu mengalir melalui
sistem trofoblas sehingga terjadi sirkulasi utero-plasenta. Sekumpulan sel-sel baru muncul
diantara permukaan dalam sitotrofoblas dan permukaan luar rongga eksoselom. Sel-sel ini
berasala dari sel sel kantong kuning telur (derivat yolk sac) dan membentuk suatu jaringan
penyambung yang halus dan longgar yang disebut dengan mesoderm ekstraembrional.
mesoderm ekstraembrional ini melapisi sitotrofoblas dan amnion. Terbentuk rongga-rongga
besar di dalam mesoderm ekstraembrional dan rongga-rongga tersebut menyatu terbentuklah
rongga baru rongga khorion. Dinding endometrium menjadi banyak glikogen dan lipid dan
menghasilkan perubahan-perubahan yang dinamakan dengan reaksi decidua.4
Pada hari ke 13, sering terjadi pendarahan di daerah implantasi karena bertambah
banyaknya darah yang masuk ke lakuna. Sel sitotrofoblas berpoliferasi ke sel sinsitiotrofoblas
yang kemudian membentuk villi primer. Hipoblas menghasilkan sel yang akan bermigrasi
kedalam rongga eksoselom yang membentuk kantung kuning telur sekunder (definite yolk
sac) sedangkan primitive yolk sac akan membentuk kista-kista eksoselom. Rongga khorion
makin membesar dan mesoderm ekstraembrional akan membentuk lempeng khorion. Satu-
satunya jalan untuk mesoderm ekstraembrional melintasi rongga khorion adalah di tangkai
penghubung yang dimana tangkai penghubung ini akan berkembang menjadi tali pusar.4

Pembentukan Plasenta

Pada awalnya villi primer melapisi permukaan khorion. Pada perkembangan


lanjutannya dimana villi yang terdapat kutub embrionik akan berkembang pesat dan
membentuk khorion frondosum dan bagian yang tidak berkembang dinamakan khorion laeve.
Decidua yang terbentuk dari perkembangan endometrium, dimana decidua yang berhubungan
dengan khorion dinamakan decidua basalis. Khorion frondosum dan decidua basalis akan
membentuk plasenta sedangkan khorion laeve dan membran amniotic akan membentuk
selaput ketuban.4

Gastrulasi

Pada minggu ketiga ini proses gastrulasi dimulai. Proses gastrulasi adalah pengaturan
kembali sel-sel blastula yang kemudian akan mengalami transformasi menjadi gastrula.
Proses gastrulasi ini dimulai dengan terbentuknya primitive streak di permukaan epiblas.
primitive streak membentuk primitive node yang melapisi primitive pit. Sel epiblas menuju
primitive streak yang kemudian berinvaginasi yang dikontrol oleh fibroblast growth factor
(FGF). Sel yang berinvaginasi sebgaian menggantikan hipoblast dan membentuk endoderm.
Sebagian sel yang berada diantara epiblas dengan endoderm membentuk mesoderm. Sel yang
berada di epiblas membentuk ektoderm. pada proses gastrulasi ini akan menghasilkan 3
lapisan yaitu lapisan endoderm, mesoderm dan ektoderm.6,7 (lihat gambar 4)

Gambar 4. Pembentukan Gastrula8


Pola Pergerakan Sel dalam Gastrulasi

Invaginasi dimana lapisan sel bagian luar masuk atau melibat ke dalam. Ingressi
dimana sel-sel bagian permukaan bermigrasi ke bagian dalam (interior) embrio. Involusi
dimana lapisan sel membelok ke dalam dan kemudian membentang jauh ke bagian
permukaan internal. Epiboli dimana lapisan sel membentang dengan menipiskan bentuk sel-
selnya. Interkalasi dimana dua deretan sel atau lebih menyusun diri dengan masuk ke sela-
sela antara sel satu dengan sel lainnya. Convergent extension dimana dua atau lebih deretan
sel interkalasi, tetapi interkalasinya teratur dan terarah pada suatu tujuan.7,8 (lihat gambar 5)

Gambar 5. Pola Pergerakan Sel dalam Gastrula8

Ektoderm

Lapisan ektoderm adalah lapisan terluar yang muncul di awal perkembangan embrio.
Lapisan ini terbentuk dari sel epiblas dan mulai terbentuk selama proses gastrulasi. Lapisan
ini terbentuk setelah lapisan mesoderm terbentuk, sel-sel akan berhenti masuk ke primitive
streak dan sel epiblas yang tersisa akan membentuk lapisan ektoderm ini. Lapisan ektoderm
menimbulkan 2 garis keturunan yang berbeda yaitu ektoderm permukaan dan ektoderm saraf.
Ektoderm permukaan ini akan berkembang dan menumbuhkan rambut, kuku, kulit dan lensa
mata. Sedangkan ektoderm saraf akan berkembang membentuk sistem saraf pusat, sistem
saraf perifer, epitel sensorik (telinga, hidung dan mata), epidermis, rambut, kuku, enamel gigi
dan kelenjar hipofisis. Lapisan ektoderm ini juga akan berkontribusi terhadap adiposa dan
hati.9

Mesoderm

Lapisan mesoderm adalah lapisan bagian tengah dari 3 lapisan yang muncul di awal
perkembangan embrio. Lapisan mesoderm terbentuk saat mencapai tahap gastrulasi dimana
tahap ini pembelahan sel mengalami pembelahan terus menerus dan terbentuklah 3 lapisan
salah satunya adalah lapisan mesoderm. Lapisan mesoderm ini membentruk struktur organ
penyusun bentuk tubuh atau struktur berongga seperti tulang belakang, rongga perut dan
rongga dada. Selama perkembangan lapisan mesoderm ini terdapat faktor parakrin salah satu
contoh faktor parakin ini adalah FGF dimana faktor ini membuat lapisan mesoderm dapat
berdiferensiasi.9-11

Diferensiasi lapisan mesodem yang pertama disebut dengan chordamesoderm atau


mesoderm aksial. Jenis mesoderm ini terlentak sepanjang poros tengah di bawah tabung
saraf. Jaringan ini membentuk notochord yang berfungsi untuk merangsang pembentukan
tabung saraf dan mendirikan anterior-posterior sumbu tubuh. Chordamesoderm juga
berfungsi sebagai jenis mesoderm yang berfungsi untuk menyungkong sumbu tubuh.10,11

Diferensiasi lapisan mesoderm yang kedua disebut dengan mesoderm paraksial atau
somitic dorsal mesoderm. Jenis mesoderm ini berkembang di daerah belakang, sepanjang
tulang belakang. Sel-sel di daerah tersebut akan membentuk somit yang akan menghasilkan
banyak jaringan ikat dari belakang (tulang, otot, tulang rawan dan dermis). Jenis-jenis
paraksial tersegmentasi diantaranya sclerotome yang membentuk tulang rawan, syndotome
yang membentuk tendon, myotome yang membentuk otot rangka, dermatome yang
membentuk dermis serta otot rangka dan sel endotel yaitu lapisan sel yang melapisi
permukaan dalam pembuluh darah, pembuluh limfa dan rongga tubuh.10,11

Diferensiasi lapisan mesoderm yang ketiga disebut dengan mesoderm intermediate.


Jenis mesoderm ini terletak antara mesoderm paraksial dan lempeng lateral. Jenis ni
berkembang menjadi bagian dari sistem urogenital (ginjal dan organ reproduksi), serta sistem
reproduksi.10,11

Diferensiasi lapisan mesoderm yang keempat disebut dengan lateral plate mesoderm.
Jenis mesoderm ini adalah jenis yang membentuk organ jantung, pembuluh darah dan sel
darah dari sistem peredaran darah, serta lapisan rongga tubuh untuk semua komponen
mesodermal dari anggota tubuh kecuali otot. Jenis ini juga akan membentuk serangkaian
membran ekstraembrionik yang penting untuk mengangkut nutrisi ke embrio.10,11

Diferensiasi lapisan mesoderm yang kelima adalah mesenkim. Jenis ini adalah jenis
ditandai dengan sel-sel longgar terkait yang tidak memiliki polaritas dan dikelilingi oleh
matriks ekstraselular besar. Mesenchymal dapat berkembang menjadi jaringan dari sistem
limfatik dan peredaran darah, serta jaringan ikat di seluruh tubuh, seperti tulang dan tulang
rawan. Mesenkim ditandai morfologis oleh matriks substansi dasar yang menonjol yang
mengandung agregat longgar fibril retikuler dan sel terspesialisasi. Sel Mesenchymal dapat
bermigrasi dengan mudah, berbeda dengan sel-sel epitel, yang kurang mobilitas dan disusun
dalam lembaran erat patuh, dan terpolarisasi dalam orientasi apikal-basal.10,11

Endoderm

Lapisan endoderm adalah bagian terdalam dalam 3 lapisan yang muncul pada awal
perkembangan embrio. Lapisan ini terbentuk saat pada awal gastrulasi dimulai dengan
migrasi sel yang membentuk saluran tipis (archenteron) dengan lapisan endoderma yang
perlahan menjadi seperti pipa (alimentary canal) di akhir masa embriogenesis. Pada lapisan
ini terbentuk saluran yang meliputi saluran pencernaan yang meliputi faring, laring,
esophagus,usus, adapun saluran pernapasan, saluran untuk ekresi yang meliputi ureter, anus
dan juga terbentuk organ-organ seperti hati, pankreas, kandung kemih, kelenjar tiroid dan
timus (sistem kekebalan yang terletak di atas jantung).12

Kesimpulan

Perkembangan embrio pada manusia diawali dengan pertemuan sel gamet pria dan sel
gamt wanita dimana proses pertemuan ini di namakan dengan proses fertilisasi yang
kemudian di lanjutkan dengan proses implantasi dimana spermatozoa yang sudah menyatu
dengan ovum mengalami pembelahan sel hingga masuk pada tahap gastrulasi dimana pada
tahap ini akan berkembang 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm yang dimana
akan berfungsi untuk membentuk sistem-sitem, dan organ-organ pada embrio sehingga
menjadi janin yang utuh selama kurang lebih 9 bulan dalam rahim wanita.
Daftar Pustaka

1. Adashi EY. Ovulation: Evolving scientific clinical concepts. New York: Springer;
2000.
2. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem reproduksi. 2nd ed. Jakart: Erlangga; 2005.
3. Di unduh dari http://www.edubio.info/2015/03/fertilisasi-pada-manusia.html, 23
Januari 2016.
4. Sadler. Embriologi kedokteran langman. 7th ed. Jakarta: EGC.
5. Di unduh dari http://news.viva.co.id/nyunyu/read/daily-science-proses-pembuahan-
dulu-kita-ini-awalnya-begini-lho&h=601&w=801&tbnid=hnQydn-
Tcie4tM:&docid=mHQ4CY0Qf2dTCM&ei=bamkVo6eFIaRuATQ-6-
gAg&tbm=isch&ved=0ahUKEwjOiILSoMLKAhWGCI4KHdD9CyQQMwgcKAIwAg
, 23 Januari 2016
6. Di unduh dari http://smpsma.com/pembentukan-blastokista.html, 23 Januari 2016.
7. Saktiyono. Ipa biologi 2. Jakarta: Erlangga; 2006.
8. Di unduh dari http://www.scribd.com/doc/21126249/GASTRULASI, 23 Januari 2016.
9. Di unduh dari http://www.astalog.com/6277/lapisan-ektoderm-mesoderm-dan-
endoderm.htm, 23 Januari 2016.
10. Wijaya A, Suryatin B, Salirawati D. Ipa terpadu. Jakarta: Grasindo; 2006
11. Rohen JW, Lutjen-Drecol E. Embriologi fungsional perkembangan sistem fungsi organ
manusia. Jakarta: EGC; 2003.
12. Di unduh dari http://www.sridianti.com/pengertian-endoderm-dan-derivatif-
endoderm.html, 23 Januari 2016.

Anda mungkin juga menyukai