Anda di halaman 1dari 14

JOB SHEET

Mata kuliah : Keperawatan Kritis

Nama praktikum : Pemasangan CVP & mengukur cairan melalui manometer CVP

Waktu : 1x50 menit

Dosen : Ns. Fransisca Haryati, Skep., M.Si

Sasaran : Mahasiswa Semester 4

Refrensi

Objek perilaku siswa


1. Setelah membaca setiap langkah yang terdapat dalam job sheet saat praktikum di
laboratorium yang menyerupai kondisi sebenarnya dengan menggunakan alat, bahan dana
perlengkapan, mahasiswa mampu melakukan pemasangan CVP & mengukur cairan
melalui manometer CVP sesuai prosedur secara sistematik dan benar.

Petunjuk
2. Siapkan alat-alat dan perlengkapan yang dipraktekkan untuk melakukan pemasangan
CVP & mengukur cairan melalui manometer CVP
3. Baca dan pelajari job sheet dengan cermat dan teliti
4. Ikutilah petunjuk instruktur
5. Tanyakan pada pembimbing apabila ada hal yang kurang dimengerti atau jika anda
mengalami kesulitan
6. Laporkan hasil kerja setelah selesai melakukan tindakan

Keselamatan kerja
1. Pastikan privasi klien benar – benar terjaga.
2. Lakukan pencegahan infeksi dengan cara cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan
3. Gunakan sarung tangan untuk mencegah terjadinya infeksi.
Dasar teori
A. Pengertian :
Tindakan penanganan CVP adalah memasukkan kateter CVP, melalui pembuluh darah tepi
sehingga ujungnya berada di muara atrium kanan (vena cava superior dan inferior). CVP disebut
juga kateterisasi vena sentralis (KVS). Nilai normal CVP (napas spontan) :
4 sampai dengan 15 cm H2O.
3 sampai dengan 11 mmHg

B. Tujuan :

Tujuan dari pemasangan CVP meliputi hal-hal berikut ini :

1. Untuk mengetahui tekanan vena sentral dan menilai jumlah cairan dalam tubuh.

2. Untuk memberikan total parenteral nutrition (TPN) ; makanan kalori tinggi secara intravena

3. Untuk mengambil darah vena

4. Untuk memberikan obat – obatan secara intra vena

5. Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat

6. Dilakukan pada penderita gawat

C. Indikasi :

Pemasangan CVP diindikasikan pada pasien :

1. Dehidrasi berat (diare berat, luka bakar grade II ke atas dengan luka bakar 50 %)

2. Hypovolemic shock

3. Hypervolemic

4. Mengetahui fungsi jantung

5. Mengetahui fungsi ventrikel kanan CVP biasanya berhubungan dengan tekanan (pengisian)
diastolic akhir ventrikel kanan.

6. Menentukan fungsi ventrikel kiri pada orang-orang yang tidak menderita gangguan jantung
7. Menentukan dan mengukur status volume intravascular

D. Kontraindikasi :

Pemasangan CVP di kontraindikasikan pada pasien :

1. Kanulasi vena sentral harus dipertimbangkan pemasangannya pada penderita dengan


gangguan pada faal pembekuan darah. Dapat terjadi hema- tom yang berbahaya pada
pemasangan melalui vena subclavia dan jugularis, terutama bila mengenai pembuluh arteri.

2. Bila daerah pemasangan ada infeksi atau tanda-tanda radang harus dicari tempat lain yang
lebih baik.

3. Kelainan anatomi dan taruma thoraks bagian atas misalnya fraktur clavicula,
meningkatkan resiko via clavicula.

4. Penyakit paru yang kritis (COPD, asma) yang akan meningkatkan resiko
terjadinya pneumotoraks pada pendekatan subclavia.

5. Penderita yang sementara di heparinisasi.

6. Trombosis da koagulopati

7. Penderita menolak atau tidak koperatif

8. Operator yang tidak berpengalaman yang tidak diawasi supervisor

E. Area pemasangan

- Vena femoralis

- Vena cephalika

- Vena basalika

- Vena subclavia

- Vena jugularis eksterna

- Vena jugularis interna


F. Peralatan :

No. Alat dan Obat Gambar

1. Kateter CVP

2. Set CVP

3. Spuit 2,5 cc

4. Antiseptic
5. Obat anastesi local

6. Sarung tangan steril

7. Bengkok

8. Cairan NaCl 0,9% (25 ml)


9. Plester

10. Skala pengukur/water pass

11. Selang penghubung (manometer line)

12. Standar infus


13. Three way stopcock

15. Set infus

16. Bethadine

17. Kasa steril


Prosedur kerja

NO TINDAKAN GAMBAR

1. Persiapan alat

2. Perkenalan, jelaskan prosedur kepada


klien

3. Mencuci tangan kemudian,

Memakai handscoon
4. Penderita tidur terlentang (trendelenberg)

Bahu kiri diberi perlak atau pengalas

5. Desinfeksi daerah CVP

6. Pasang doek lobang

7. Tentukan tempat tusukan, kemudian


berikan anestesi local
8. Ukur seberapa jauh kateter dimasukan

9.. Ujung kateter sambungkan dengan spuit 20


cc yang diisi NaCl 0,9% 2-5 cc

10.  Jarum ditusukkan kira – kira 1 jari


kedepan medial, ke arah telinga sisi
yang berlawanan,
 Darah dihisap dengan spuit tadi
11.  Kateter terus dimasukkan ke dalam
jarum, terus didorong sampai
dengan vena cava superior atau
atrium kanan

 Mandrin dicabut kemudian


disambung infus -> manometer
dengan three way stopcock

12. Tutup dengan kassa steril dan di plester,


Kateter fiksasi pada kulit
Mengukur Cairan melalui manometer CVP

1. Menentukan letak zero point pada pasien. Zero point merupakan suatu titik yang nantinya
dijadikan acuan dalam pengukuran CVP. Zero point ditentukan dari SIC (spatium inter costa) ke
4 pada linea midclavicula karena SIC ke 4 tersebut merupakan sejajar dengan letak atrium kanan.
Dari midclavicula ditarik ke lateral (samping) sampai mid axilla. Di titik mid axilla itulah kita
berikan tanda.

Gambar 1 : Posisi zero point

2. Dari tanda tersebut kita sejajarkan dengan titik nol pada manometer yang ditempelkan pada
tiang infus. Caranya adalah dengan mensejajarkan titik tersebut dengan angka 0 dengan
menggunakan waterpass. Setelah angka 0 pada manometer sejajar dengan titik SIC ke 4
midaxilla, maka kita plester manometer pada tiang infus.

3. Setelah berhasil menentukan zero point, kita aktifkan sistem 1 (satu). Caranya adalah dengan
mengalirkan cairan dari sumber cairan (infus) kea rah pasien. Jalur threeway dari sumber cairan
dan ke arah pasien kita buka, sementara jalur yang ke arah manometer kita tutup.

4. Setelah aliran cairan dari sumber cairan ke pasien lancar, lanjutkan dengan mengaktifkan
sistem 2 (dua). Caranya adalah dengan mengalirkan cairan dari sumber cairan ke arah
manometer. Jalur threeway dari sumber cairan dan ke arah manometer dibuka, sementara yang
ke arah pasien kita tutup. Cairan yang masuk ke manometer dipastikan harus sudah melewati
angka maksimal pada manometer tersebut.
5. Setelah itu, aktifkan sistem 3 (tiga). Caranya adalah dengan cara mengalirkan cairan dari
manometer ke tubuh pasien. Jalur threeway dari manometer dan ke arah pasien dibuka,
sementara jalur yang dari sumber cairan ditutup.

6. Amati penurunan cairan pada manometer sampai posisi cairan stabil pada angka/titik tertentu.
Lihat dan catat undulasinya. Undulasi merupakan naik turunnya cairan pada manometer
mengikuti dengan proses inspirasi dan ekspirasi pasien. Saat inspirasi, permukaan cairan pada
manometer akan naik, sementara saat pasien ekspirasi kondisi permukaan cairan akan turun.
Posisi cairan yang turun itu (undulasi saat klien ekspirasi) itu yang dicatat dan disebut sebagai
nilai CVP. Normalnya nilai CVP adalah 5-12 cmH2O.

Nilai CVP yang kurang/rendah artinya pasien dalam kondisi kurang cairan, mendapatkan
ventilasi tekanan negatif, shock, dll. Sedangkan jika nilai CVP pada pasien cenderung tinggi
artinya klien mengalami kelebihan volume cairan, gagal jantung kanan, dan pada pasien dengan
ventilasi positif.

Nilai CVP

- Nilai rendah : < 4 cmH2O

- Nilai normal : 4 – 10 cmH2O

- Nilai sedang : 10 – 15 cmH2O

- Nilai tinggi : > 15 cmH2O

Penilaian CVP dan Arti Klinisnya

CVP sangat berarti pada penderita yang mengalami shock dan penilaiannya adalah sebagai
berikut :

1. CVP rendah (< 4 cmH2O)

- Beri darah atau cairan dengan tetesan cepat.

- Bila CVP normal, tanda shock hilang -> shock hipovolemik

- Bila CVP normal, tanda – tanda shock bertambah -> shock septik
2. CVP normal (4 – 14 cmH2O)

- Bila darah atau cairan dengan hati – hati dan dipantau pengaruhnya dalam sirkulasi.

- Bila CVP normal, tanda – tanda shock negatif -> shock hipovolemik

- Bila CVP bertambah naik, tanda shock positif -> septik shock, cardiogenik shock

3. CVP tinggi (> 15 cmH2O)

- Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung (insufisiensi kardiak)

- Terapi : obat kardiotonika (dopamin).

Evaluasi

1. Setelah langkah kerja dilakukan dengan urutan yang benar dan tepat sesuai dengan penuntun
kerja

2. Persiapan alat harus diperhatikan

3. Aturan keselamatan kerja harus diperhatikan saat melaksanakan prosedur kerja

4. Langkah-langkah dilakukan sesuai dengan daftar tilik

5. Mahasiswa dapat melakukan tindakan secara individual

Anda mungkin juga menyukai