Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN RISIKO K3 DI DALAM GEDUNG DAN DI LUAR

GEDUNG

DOSEN PEMBIMBING:
Ns.Johansen Hutajulu Ap,S.kep,M.kep

KELAS 2.2

KELOMPOK 7
SHINTY TENIA DEWI 180204060
LEDYA APRIANI 180204070
IRMA HALLERY 180204077
HASNUL HADI 180204087
BRIEL

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “MANAJEMEN RISIKO K3 DI DALAM
GEDUNG DAN DI LUAR GEDUNG” Dengan baik.Selesainya penyusunan ini berkat bantuan,
bimbingan, pengarahan, petunjuk, dorongan, dan bantuan moril maupun material dari berbagai
pihak.

Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terimaksih kepada :

1. Bapak PERLINDUNGAN PURBA,SH,MM, selaku ketua Yayasan Sari Mutiara


Indonesia Medan.
2. Ibu Dr.IVAN ELISABETH PURBA,M.KES, selaku rector Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Ibu TARULI SINAGA SP.M.kM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Medan
4. Ibu Ns.RINCO SIREGAR,S.Kep, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Medan
5. Bapak Ns. JOHANSEN HUTAJULU AP,S.Kep,M.Kep, selaku Dosen Pengajar
yang telah memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada kelompok dalam
menyelesaikan makala ini.
Tim penulis menyadari bahwa penyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi
maupun susunannya, untuk tim penulis akan membuka diri terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak dami kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
dari pembaca dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khusunya dibidang
keperawatan. Akhir kata tim penulis mengucapkan terimaksih.

Medan, 2 Oktober 2019


Penulis

Kelompok 7

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Angka kecelakaan kerja diindonesia masih termasuk buruk. Pada tahun 2004 saja, lebih dari
seribu tujuh ratus pekerja meninggal ditempat kerja. Menurut Juan Somavia, Drijen ILO,
industri konstruksi termasuk paling rentan kecelakaan, diikuti dengan anufaktur makanan dan
minuman . tidak saja di negara-negara berkembang, dinegara maju sekalipun kecelakaan kerja
konstruksi masih memerlukan perhatian serius.penelitian yang dilakukan oleh Duff(1998)dan
Alves Diaz(1995)menyatakan hasil analisa statistik dari beberapa negara-negara menunjukkan
peristiwa tingkat kecelakaan fatal pada proyek konstruksi asalah lebih tinggi dibanding rata-
rata untuk semua industri, dalam Suraji(2000).
Kecelakaan kerja sering terjadi akibat kurang dipenuhinya persyaratan dalam pelaksanaan
kesalamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini pemerintah sebagai penyelenggara negara
mempuinyai kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Hal ini
direalisasikan pemerintah dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan seperti : UU RI No. 1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK), dan peraturan Menteri Tenaga Kerja No:
Per.05/Men/1996 mengenai sistem manajemen K3.
Dahulu , para ahli menganggap suatu kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah.
Sekarang anggapan itu telah bergeser bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor
organisasi dan manajemen. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol
oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Sejalan dengan
teori=teori penyebab kecelakaan yang terbaru, maka pihak manajemen harus bertanggung
jawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya.tulisan ini akan membahas peranan
manajemen risiko K3 didalam gedung dan diluar gedung.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui manajemen risiko k3 didalam gedung
2. Untuk mengetahui manajemen risiko k3 diluar gedung
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MANAJEMEN RISIKO K3 DI DALAM GEDUNG

Manajemen risiko k3 adalah upaya mengelola resiko untuk mencegah terjadinya


kecelakaan yang tidak di inginkan secara komperhensif terencana dan struktur dalam
suatu kesisteman yang baik sehingga memungkinkan hasil dengan cara mengidentifikasi
dan menganalisis risiko yang ada.
2.1.1 Konsep Manajemen Risiko K3
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan satu ilmu perilaku
yang mencakup aspek sosial dan tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan
dan kesehatan kerja baik dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan
dan organisasi, baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran
lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Manajemen K3 pada
dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional yang
memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengungkapkan
sebab suatu kecelakaan, dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dapat dilakukan
atau tidak. Kesalahan operasional yang kurang lengkap, keputusan yang tidak tepat, salah
perhitungan, dan manajemen yang kurang tepat dapat menimbulkan risiko terjadinya
kecelakaan (Rumondang, 1995). Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali
risiko dalam sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan
menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada
(Wideman, 1992). Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu proses di dalam
menangani risiko-risiko yang ada, sehingga dalam penanganan risiko tidak akan terjadi
kesalahan. Proses tersebut antara lain adalah identifikasi, pengukuran risiko dan
penanganan risiko.
2.1.2 Teori Penyebab Kecelakaan dan Manajemen K3

Kecelakaan adalah kejadian merugikan yang tidak direncanakan, tidak


terduga, tidak diharapkan serta tidak ada unsur kesengajaan (Hinze, 1977). Ada
beberapa teori yang menjelaskan penyebab suatu kecelakaan. Dahulu teori penyebab
kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah
(misalnya pada The Accident-Proneness Theory). Semenjak dikenalkannya The Chain-of-
Events Theory, The Domino Theory, dan The Distraction Theory, maka pihak organisasi
dan manajemen yang dianggap berperan sebagai penyebab suatu kecelakaan. Anggapan
tentang kecelakaan kerja yang bersumber kepada tindakan yang tidak aman yang dilakukan
pekerja telah bergeser dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada
factorfaktor organisasi dan manajemen (Andi, 2005). Pihak manajemen harus bertanggung
jawab terhadap keselamatan. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan
dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Pada
teori yang terbaru makin terlihat bahwa penyebab kecelakaan kerja semakin komplek.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (MK3) adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan

kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Konsep
rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan manajemen dan
tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses konstruksi yang
aman (Suraji,2004). Ada banyak pendekatan dalam manajemen K3, diantaranya menurut
OHSAS 18001, dan menurut TQM di mana keselamatan merupakan suatu pusat dan fokus
integral dalam program pengendalian mutu terpadu yang harus ditingkatkan secara terus -
menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan (intern-ekstern)

2.1.3 Perencanaan Respon Terhadap Risiko


A. Risiko Positif
Risiko positif adalah risiko yang mungkin terjadi dan merupakan peluang untuk
memberikan manfaat terhadap suatu proyek. Strategi untuk risiko positif antara lain:
1. Exploit : strategi untuk memastikan bahwa kesempatan (risiko positif) dapat
terealisasi.
2. Share : alokasi kepemilikan kepada pihak ke tiga yang memiliki kemampuan
terbaik menangkap peluang manfaat proyek
3. Enchance : memodifikasi ukuran kesempatan dengan meningkatkan peluang dan
dampak positif dengan mengidentifikasi dan memaksimalkan pengendali kunci
dari risiko berdampak positif.
4. Risiko Negatif
Risiko Negatif adalah risiko yang mungkin terjadi dan jika terjadi dapat
memberikan dampak buruk dan merugikan untuk suatu proyek. Strategi untuk
risiko negatif antara lain:
1. Avoid : upaya untuk mencegah risiko dengan cara menghentikan aktivitas atau
kondisi yang dapat memberikan risiko. Upaya ini dilakukan jika tidak ada respon
risiko yang sesuai untuk menangani risiko yang diperkirakan.
2. Transfer : respon risiko yang dilakukan dengan upaya mengurangi frekuensi
ataupun dampak risiko dengan cara mentransfer atau membagi porsi risiko dengan
pihak lain dengan cara membuat asuransi atau melakukan outsource pada aktivitas
yang diperkirakan dapat memberikan risiko.
3. Mitigate : melakukan tindakan pengurangan peluang atau dampak dari
aktivitas risiko yang dapat merugikan

2.1.4. Cara Pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3

A. Menekan Probability
Pengendalian risiko yang pertama adalah dengan menekan kemungkinan terjadinya risiko.
Pengurangan kemungkinan ini dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, dengan cara
teknis, administratif dan pendekatan manusia. Menekan probability dengan cara:
(1) Melakukan Safety induction seminggu sekali
Contoh aktifitas : sebelum dimulai semua aktifitas pada proyek, para pekerja
dikumpulkan terlebih dahulu untuk diingatkan pentingnya penggunaan APD dalam
bekerja.
(2) Lakukan patroli K3 pada tiap pekerja secara rutin untuk mengawasi para pekerja
dan memberitahu para pekerja jika ada bahaya yang mengancam saat dia bekerja.
Contoh aktifitas : pada saat lifting material jika melewati pekerja di bawahnya,
maka pekerja di suruh menyingkir terlebih dahulu
(3) Pasang rambu – rambu peringatan agar pekerja selalu bekerja dengan hati hati
B. Menekan Concequences
Pendekatan berikutnya untuk mengendalikan risiko adalah dengan menekan dampak yang
ditimbulkan oleh risiko, salah satu pilihan yang dapat dilakukan adalah bagaimana
mengendalikan risiko sehingga dampak yang ditimbulkan dapat ditekan seminimal
mungkin. Menekan concequences dengan cara :
1. Selalu gunakan alat pelindung diri (APD) dalam bekerja (contoh : pada pekerjaan di
ketinggian diwajibkan menggunakan full body harness).
2. Buat inovasi alat dan metode kerja yang membuat pekerja merasa aman dan nyaman.
3. Memberi pelatihan kepada pekerja mengenai metode-metode penggunaan alat kerja da
n metode-metode pelaksanaan pekerjaan
C. Hindari RisikoMengambil keputusan untuk menghentikan kegiatan atau penggunaan
proses, bahan dan alat yang berbahaya. Hindari risiko dengan cara :
1. Mengganti alat yang sudah tidak layak pakai untuk keselamatan pekerja.
D. Pengalihan Risiko
Pengendalian risiko yang terakhir yaitu pengalihan risiko kepihak lain, sehingga beban
risiko yang ditanggung bisa menurun, hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan kontraktual dan asuransi. Pengalihan risiko (risk transfer) dengan cara :
1. Setiap pekerja telah dilindungi dengan BPJS Ketenagakerjaan.
2.1.5 Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja
Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah
a. Perencanaan Manajemen Risiko
Perencanaan meliputi langkah memutuskan bagaimana mendekati dan
merencanakan aktivitas manajemen risiko untuk proyek.
b. Identifikasi Risiko
Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah mengenali jenisjenis
risiko yang mungkin dan umumnya dihadapi oleh setiap pekerja.
c. Analisis Risiko Kualitatif
Analisis kualitatif dalam manajemen risiko adalah proses menilai (assessment)
kemungkinan dari risiko yang sudah diidentifikasi. Proses ini dilakukan dengan
menyusun risiko berdasarkan efeknya terhadap tujuan proyek. Skala pengukuran
yang digunakan dalam analisa kualitatif adalah Australian Standard/New Zealand
Standard (AS/NZS) 4360:2004. Skala pengukurannya sebagai berikut:
A :Hampir pasti terjadi dan akan terjadi di semua situasi (almost certain)
B : Kemungkinan akan terjadi di semua situasi (likely)
C : Moderat, seharusnya terjadi di suatu waktu (moderate)
D : Cenderung dapat terjadi di suatu waktu (unlikely)
E : Jarang terjadi (rare)Skala pengukuran analisa konsekuensi menurut NA/NZS
4360:2004 :
1. Tidak Signifikan : tanpa kecelakaan manusia dan kerugian materi.
2. Minor : bantuan kecelakaan awal, kerugian materi yang medium.
3. Moderat : diharuskan penanganan secara medis, kerugian materi yang
cukup tinggi.
4. Major : kecelakaan yang berat, kehilangan kemampuan operasi/
produksi, kerugian materi yang tinggi.
5. Bencana kematian: bahaya radiasi dengan efek penyebaran yang luas,
kerugian yang sangat besar

2.2 MANAJEMEN RISIKO K3 DI LUAR GEDUNG

2.2.1. Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga dan dikehendaki yang mengacaukan
proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat menimbulkan kerugian bagi korban manusia
dan atau harta benda (Depnaker,1999:4).
2.2.2 Macam-Macam Kecelakaan Kerja
A. Berdasarkan selang waktu akibat :
1. Kecelakaan langsung. Kecelakaan yang terjadi berakibat
langsung/terdeteksi, contohnya korban manusia, mesin yang rusak atau
kegagalan produksi.
2. Kecelakaan tak langsung. Kecelakaan yang terdeteksi setelah selang
waktu dari kejadian, contohnya mesin cepat rusak, lingkungan tercemar.
B.Berdasarkan korban :
1. Kecelakaan dengan korban manusia.
a) Kecelakaan ringan Kecelakaan ringan biasanya diobati dengan persediaan PPPK atau
paling jauh dibawa ke Poliklinik.
b) Kecelakaan sedang Korban biasanya dibawa ke Poliklinik setelah itu jika perlu diberiwaktu
untuk istirahat.
c) Kecelakaan berat Korban dibawa ke Rumah Sakit yang telah bekerja sama dan paling dekat
dengan perusahaan.
2. Kecelakaan tanpa korban manusia. Kecelakaan tanpa korban manusia diukur dengan
berdasarkan besar kecilnya kerugian material, kekacauan organisasi kerja maupun dampak
dampak yang diakibatkannya.

2.2.3 Faktor Terjadinya Kecelakaan Kerja


Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh 2 faktor utama yakni faktor fisik dan faktor
manusia. Kecelakaan kerja ini mencakup 2 permasalahan pokok, yakni:
a. Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan (PAK)
b. Terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan (PAHK)

c. Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi 2, yakni:

2.2.4. Dampak Kecelakaan Kerja


Kecelakaan kerja dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi pekerja dan kontraktor.
Dampak bagi pekerja antara lain:
A.Cedera fatal
 Meninggal
B.Cedera (major injury)
 Patah tulang
 Amputasi
 Kehilangan penglihatan
 Cedera lainnya yang orang tersebut dirawat di RS lebih dari 24 jam.
C.Penyakit
 Mata
 Kepala
 Otak dan sistem saraf
 Telinga
 Hidung dan tenggorakan
 Dada dan paru-paru
 Otot dan punggung
 Hati
 Ginjal dan kantong kemih
 Sistem reproduksi
 Kulit
Bagi pekerja yang mengalami cedera fatal maupun cedera (major injury), wajib melaporkan hal
tersebut kepada atasan mereka. Begitu pula halnya bagi pekerja yang terkena penyakit akibat kerja
dan dirawat di rumah sakit lebih dari 24 jam hal ini dapat digolongkan juga sebagai major injury.

Sedangkan bagi kontraktor, kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian berupa biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung tersebut terdiri dari premi asuransi kecelakaan,
tunjangan karyawan, biaya melatih karyawan baru, biaya perbaikan peralatan yang rusak akibat
kecelakaan.
2.2.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Mencegah kecelakaan kerja, merupakan upaya yang paling baik, bila dibandingkan dengan upaya
lainnya. Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah:
1.Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja
umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan dan sebagainya.
2.Standarisasi, yaitu penetapan standar yang memenuhi syarat keselamatan pada berbagai jenis
industri atau alat pelindung diri.
3.Pengawasan, yakni tentang di patuhinya ketentuan perundang-undangan.
4.Riset medis, tentang pengaruh fisiologis dan patologis lingkungan, dan keadaan fisik lain
mengakibatkan kecelakaan.
5.Penelitian psikologis, penyelidikan tentang pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
6.Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis, frekuensi, sebab kecelakaan, mengenai siapa
saja dan lain-lain.
7.Pendidikan, khususnya di bidang keselamatan kerja.
8.Penelitian bersifat teknik, meliputi sifat dan ciri bahan berbahaya, pengujian alat pelindung,
penelitian tentang peledakan, desain peralatan dan sebagainya.
9.Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan keselamatan dalam bekerja, antara lain bagi pekerja
baru.
10.Penggairahan, yakni penggunaan berbagai cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk
menumbuhkan sikap selamat.
11.Asuransi, berupa insentif finansial, dalam bentuk pengurangan biaya premi, jika keselamatan
kerjanya baik.
12.Upaya lain di tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif atau tidaknya
penerapan keselamatan kerja. Upaya pencegahan perlu dilakukan pula dalam mencegah terjadinya
penyakit akibat kerja, antara lain berupa :
a.Identifikasi bahaya kesehatan di tempat kerja, yakni untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya
gangguan kesehatan atau penyakit.
b.Evaluasi bahaya kesehatan, melalui pemantulan lingkungan kerja dan pengujian biomedis,
antara lain melalui pengambilan contoh udara di ruang kerja, pemeriksaan darah dan sebagainya.
c.Pengendalian bahaya kesehatan, baik pada sumber bahaya, media perantara, maupun pada
pekerjanya sendiri.
d.Pemeriksaan kesehatan awal, berkala maupun khusus, untuk mengetahui kondisi kesehatan
pekerja dan menilai pengaruh pekerjaan pada kesehatannya.
e.Tindakan teknis, berupa perbaikan ventilasi, penerapan isolasi substitusi dan sebagainya.
f.Penggunaan alat pelindung diri, misalnya masker, sarung tangan, tutup telinga, kaca mata dan
sebagainya.
g.Penerangan, pendidikan, tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
2.2.6 Identifikasi Risiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha.
Identifikasi resiko secara akurat dan komplit sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah satu
aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak
mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:
•Brainstorming
•Survei
•Wawancara
•Informasi histori
•Kelompok kerja
2.2.7 Analisa Risiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran resiko dengan
cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya
risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih
berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun
sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga,
pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat
memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen risiko. Kesulitan
dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi
statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak
severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil. Dampak adalah efek biaya,
waktu dan kualitas yang dihasilkan suatu risiko (Soeharto, 2001).

Setelah risiko yang dapat mempengaruhi pengembangan teridentifikasi maka diperlukan cara
untuk menentukan tingkat kepentingan dari masing-masing resiko. Beberapa resiko secara relatif
tidak terlalu fatal , sedangkan beberapa resiko lainnya berdampak besar, beberapa resiko sering
terjadi. Sementara itu resiko lainnya jarang terjadi. Probabilitas terjadinya resiko sering disebut
dengan risk likelihood; sedangkan dampak yang akan terjadi jika resiko tersebut terjadi dikenal
dengan risk impactdan tingkat kepentingan resiko disebut dengan risk value atau risk
exposure.Risk value dapat dihitung dengan formula :

Risk exposure = risk likelihood


(probability)x risk impact (impact

Idealnya risk impact diestimasi dalam batas moneter dan likelihood dievaluasi sebagai sebuah
probabilitas. Dalam hal ini risk exposure akan menyatakan besarnya biaya yang diperlukan
berdasarkan perhitungan analisis biaya manfaat. Risk exposure untuk berbagai resiko dapat
dibandingkan antara satu dengan lainnya untuk mengetahui tingkat kepentingan masing-masing
risiko.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Manajemen k3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan kelemahan operasional yang


memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat dilaksakan dengan mengungkapkan sebab
sauatu kecelakaan. Dahulu teori penyebab kecelakaan memandang bahwa kecelakaan disebabkan
oleh tindakan pekerja yang salah. Tetapi anggapannya tentang kecelakaan kerja telah bergeser
dengan anggapan bahwa kecelakaan kerja bersumber oleh factor factor organisasi dan manajemen.
Perencanaan respon terhadap risiko terdapat respon positif meliputin exploit, share dan enchance
sedangkan respon negatife meliputi avoid transfer mitigate

3.2 SARAN

K3 harus dibudayakan dan dilaksanakan sepenuhnya oleh para pekerja, manajemen risiko k3 harus
menjamin adanya tindakan perbaikan kinerja dan budaya keselamatan secara berkeseimbangan.
Perusahaan dapat memeperhatikan penerapan k3 yang baik bagi pekerjanya agar tidak terjadi hal
hal yang menimbulkan risiko yang sangat tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Adityanto, beryl,dkk, 2013. Manajemen risiko keselamatan dan kesehatan kerja (k3) pada
pekerjaan struktur bawah dan struktur atas gedung

Anwar, Fahmi Nurul. 2014. Analisis manajemen resiko kesehatan dan keselamatan kerja pada
pekerja upper structure gedung bertingkat. Jurnal kontruksi ISSN

Endroyo, bambang. 2006. Peranan manajemen K3 dalam pencegahan kecelakaan kerja kontruksi.
jurnal teknik sipil universitas negeri semarang. Volume III, No. 1. Januari 2006:8-15

Anda mungkin juga menyukai