Anda di halaman 1dari 9

Nama : shinty tenia dewi

Kelas : 3.2

Nim : 180204060

COMMUNITY AS PARTNER
Model community as partner(Anderson & McFarlane, 2011)didasarkan
pada model yang dikembangkan oleh Neuman dengan menggunakan pendekatan
manusia secara utuh dalam melihat masalah pasien. Model community of client
dikembangkan oleh Anderson dan McFlarlane untuk menggambarkan definisi
keperawatan kesehatan masyarakat sebagai perpaduan antara kesehatan
masyarakat dan keperawatan. Model tersebut dinamakan model “community as
partner” untuk menekankan filosofi dasar dari perawatan kesehatan masyarakat.

Penjelasan mengenai bagan

model "community as partner untuk menekankan filosofi dasar dari perawatan


kesehatan masyarakat

Empat konseptual yang merupakan pusat keperawatan dapat memberikan sebuah


kerangka kerja bagi model community as partner yang didefinisikan sebagai berikut:

1. Individu

Individu dalam model community as partner adalah sebuah populasi atausebuah


agregat. Setiap orang dalam sebuah komunitas yang didefinisikan(populasi total) atau
agregat (lansia, dewasa, remaja, anak. perawat)mencerminkan individu

2. Lingkungan

Lingkungan dapat diartikan sebagai komunitas seperti jaringan masyarakat dan


sekelilingnya Hubungan antara masyarakat dalam komunitas dapat terjadi dimana
masyarakat tinggal, pekerjaan, suku bangsa dan ras, cara hidup, serta faktor lain yang
umumnya dimiliki masyarakat

3. Kesehatan

Kesehatan dalam model ini dilihat sebagai sumber bagi kehidupan sehari hari,
bukan tujuan hidup Kesehatan merupakan sebuah konsep positif yang menekankan
pada sumber sosial dan personal sebagai kemampuan fisik.

4. Keperawatan
Keperawatan, berdasarkan definisi tiga konsep yang lain, merupakan upaya
pencegahan (prevention). Keperawatan terdiri dari pencegahan primer yang bertujuan
pada menurunkan kemungkinan yang berhadapan dengan stressor atau memperkuat
bentuk pertahanan, pencegahan sekunder yang dilakukan setelah sebuah stressor
memasuki garis pertahanan dan menyebabkan sebuah reaksi serta tujuannya adalah
pada deteksi dini dalam mencegah kerusakan lebih lanjut, dan pencegahan tersier
yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembalikan status kesehatan.

model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda


pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas dalam
community as parmer (Anderson & McFarlane, 2011) terdiri dari dua bagian utama
yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari
pengkajian. keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap
mulai dari pengkajian diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Inti roda
pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas. Inti meliputi
demografi, nilai, keyakinan, dan sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota
masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh delapan subsistem komunitas dan
sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan. pendidikan, keamanan dan
transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial, komunikasi,
ekonomi, dan rekreasi.

Dalam bagann tersebut, manusia berinteraksi dengan 8 subsistem dan ketika


masuk dalam sebuah komunitas berbagai stresor akan masuk sehingga akan ada garis
pertahanan fleksibel, normal dan resistensi. Ketika garis pertahanan resistensi tidak
efektif maka akan menimbulkan sakit sehingga perlu intervensi/ pencegahan.

1. Stressor

Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan


berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman mengklasifikasi stressor
sebagai berikut (Potter dan Perry, 2005):

a. Stressor intrapersonal
Stressor intrapersonal terjadi dalam diri individu dan berasal dari dalam diri
klien, serta berhubungan dengan lingkungan internal. Misalnya : respons autoimmun

b. Stressor interpersonal

Lingkungan eksternal, segala sesuatu pengaruh yang berasal di luar diri klien.
Stessor ini terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang memiliki pengaruh
pada sistem. Misalnya : ekspektasi peran

c. Stressor ekstrapersonal

Stressor yang juga terjadi diluar lingkup sistem atau individu/keluarga tetapi
lebih jauh jaraknya dari sistem dari pada stressor interpersonal. Misalnya : sosial
politik.

2. Garis pertahanan dan perlawanan

Garis pertahanan menurut Neuman terdiri dari:

a. Garis pertahanan normal (normal line of defense)

Garis pertahanan normal adalah lingkaran tebal diluar model. Garis ini
memperlihatkan sebuah stabilitas dari individu/sistem. Hal tersebut dijaga sepanjang
waktu dan diberikan sebagai standar untuk menaksir dari kesejahteraan, wellness
klien. Hal itu termasuk sistem variabel dan tingkah laku seperti pola koping, pola
hidup, dan tingkat perkembangan. Perluasan dari garis pertahanan normal
memperlihatkan peningkatan tahap kesehatan/kesejahteraan

b. Garis pertahanan fleksibel (flexible line of defense)

Garis pertahanan fleksibel adalah lingkaran putus di luar model. Garis


pertahanan fleksibel berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem
dari stressor. Garis ini bisa menjauh atau mendekat pada garis pertahanan normal.
Bila jarak antara garis pertahanan meningkat maka tingkat proteksipun meningkat.
Oleh sebab itu untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien, maka perlu
melindungi garis pertahanan normal dan bertindak sebagai buffer. Kondisi ini bersifat
dinamis dan dapat berubah dalam waktu relatif singkat. Disamping itu hubungan dari
berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan spiritual)
dapat mempengaruhi tingkat penggunaan garis pertahanan diri fleksibel terhadap
berbagai reaksi terhadap stressor.

c. Sedangakan untuk garis perlawanan hanya ada satu yaitu garis pertahanan
Resisten (lines of resistance)

Rangkaian lingkaran putus2 mengelilingi struktur utama dasar disebut garis


resisten. Lingkaran itu memperlihatkan faktor sumber yang menolong klien melawan
serangan atau stressor. Sebagai contoh adalah sistem respon imun/pertahanan tubuh.
Ketika garis resisten itu efektif, sistem klien dapat tersusun kembali, tetapi jika tidak
efektif maka kematian dapat terjadi atau dengan kata lain jika lines of resistance
efektif dalam merespon stressor tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak
efektif maka energi berkurang dan bisa timbul kematian. Jumlah resisten terhadap
sebuah stressor ditentukan oleh hubungan antar 5 variabel dalam sistem klien.

3. Tingkatan pencegahan

Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri


dari: 1) pencegahan primer, 2) sekunder, dan 3) tersier (Neuman, 1982 dalam Potter
dan Perry, 2005)

1) Pencegahan primer

Pencegahan primer berfokus pada peningkatan pertahanan tubuh melalui


identifikasi faktor-faktor resiko yang potensial dan aktual terjadi akibat stressor
tertentu. Atau pencegahan ini terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor,
meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer
mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress
dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah
sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup : immunisasi,
pendidikan kesehatan, olah raga dan perubahan gaya hidup.

2) Pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber internal
melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-gejala yang tampak.
Pencegahan ini meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari
stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of
resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga
melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala.
Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan
memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi tidak
terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-
intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.

3) Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Prinsip dari


pencegahan tersier adalah untuk memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap
stressor, dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan
sekunder. Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas
sistem klien secara optimal. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi
terhadap stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga dapat
mempertahankan energi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada
pencegahan primer.

Model Pengkajian Community As Partner

 Model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda


pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri(1)
inti komunitas (the community core), (2) subsistem komunitas (the community
subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada perawatan
kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan
masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.

Sumber: Anderson McFarlan,:Community as Partner

1.      Data inti


a) Demografi

Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun perempuan.
Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa laporan tahunan atau
rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat.

b) Statistik vital

Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan angka
kematian balita. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh dari penelusuran
data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.

c) Karakteristik penduduk

Variabel karakteristik penduduk meliputi :

-   Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawat
mengobservasi ketika ada program posyandu.

- Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu berupa kesedihan
karena anaknya berisiko tidak bisa bermain dengan anak-anak sebaya lainnya dan
pertumbuhan anak pun akan terhambat atau sulit untuk berkembang.

-  Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh dan tidak
memberikan tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,
namun orang tua membawa anak ke posyandu rutin untuk ditimbang.

-  Perilaku :  seperti pola makan yang kurang baik mungkin mempengaruhi penyebab
anak mengalami gizi kurang, diare dan penyakit lainnya, terlebih banyak orang tua
yang kurang mampu dalam hal ekonomi.

2. Sub sistem

a) Lingkungan fisik

Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk terhadap
penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena penyakit, selain faktor untuk
menjamin mendapatkan makanan yang sehat akan sulit didapat, selain itu kerentanan
terhadap vektor penyakit menjadi salah satu tingginya risiko peningkatan kejadian
sakit diwilayah tersebut.

b)  Sistem kesehatan

Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1 km, desa tersebut
memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan program kerja yang
dilaksanakan 1 bulan sekali, namun untuk ketersedian posbindu belum ada.

c) Ekonomi

Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan lainnya yang
berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.

d) Keamanan dan transportasi

Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi bantuan untuk
dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi masyarakat untuk
mempermudah akses mendapatkan layanan kesehatan.

Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada, tingkat
kenyamanan dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan keamanan yang
ada.

e) Kebijakan dan pemerintahan

Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan yang sudah
dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, serta
adanya partisipasi masyarakat dalam

f) Komunikasi

Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan penduduk, khususnya
komunikasi formal dan informal yang digunakan dalam keluarga. Jenis bahasa yang
digunakan terutama dalam penyampaian informasi kesehatan gizi, daya dukung
keluarga terhadap balita yang sakit.
g) Pendidikan

Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk tentang


pengertian tentang penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan dampaknya, cara
mengatasi, bagaimana cara perawatan ,serta cara mencegahnya. Mayoritas penduduk
berpendidikan rendah yaitu SD bahkan tidak sekolah.

h) Rekreasi

Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat partisipasi
atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan dari sarana rekreasi
yang ada.

      3. Persepsi

Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih acuh, mungkin
dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun kurangnya
pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit

Anda mungkin juga menyukai