Anda di halaman 1dari 11

RESENSI NOVEL ANAK-ANAK

Judul : Burlian (Serial Anak-anak mamak)

Penulis : Tere Liye

Penerbit : Republika

Kota Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2016

Jumlah Halaman : Vi+339

A. Sinopsis

Siapa yang tidak tahu Burlian Pasai? Anak Pak Syahdan dan Mamak Nung yang disebut spesial
itu. Dialah yang di masa depan akan melihat tempat-tempat baru, bertemu orang-orang baru yang
tinggal jauh nun di sana. Dialah yang membuktikan bahwa jalan depan rumah ternyata tidak
berujung, terus sambung-menyambung membentuk jaring yang tidak ada batasnya. Dialah
Burlian Pasai si anak spesial.

Masa kecil Burlian tentu tak jauh dari anak-anak pada umumnya, bedanya mereka dibesarkan
oleh mamak maha disiplin dan bapak yang penyabar dan pengertian. Hal itu membuat pribadi
Burlian terjaga dari hal-hal yang sifatnya merusak. Namun, masa kecil yang penuh
keingintahuan, membuat Burlian terlihat nakal.

Di kampungnya yang terletak di pedalaman sumatra, sekolah bukanlah hal yang dianggap
penting. Toh ketika lulus SD mereka juga menjadi penyadap getah karet dan petani kebun seperti
orang tua mereka. Namun di keluarga Pak Syahdan, semua anak harus sekolah, itulah yang
membedakan keluarga tersebut dengan kebanyakan keluarga di kampung itu. Maka, mamak
Nung atau pak Syahdan akan marah sekali ketika mendapati anak mereka bolos sekolah.
Sebagai anak kecil yang masih belum paham betul pentingnya sekolah, Burlian sering sekali
membolos. Memang beberapa kali tidak ketahuan, namun di suatu saat, akhirnya perbuatannya
tercium oleh mamak. Saat itu Ia dan Pukat, kakaknya, sengaja pulang lebih awal untuk
menangkap belalang untuk dipamerkan ke teman-teman di sekolah. Mereka senang tangkapan
belalangnya banyak hari itu, dan makin senang lagi ketika mamak ternyata tidak memarahi
mereka sesampainya di rumah.

Paginya pukul 5, Ayuk Eli, kakak tertua Burlian, tiba-tiba membangunkannya dan Pukat. Hari
ini mereka di suruh mamak membantu mencari kayu bakar di hutan, tidak usah sekolah. Demi
mendengar hal itu, Burlian dan Pukat pun melonjak kegirangan. Mereka mengambil kayu bakar
dengan riangnya, karena setelah ini mereka pikir akan bebas bermain sepuasnya.

Namun jauh panggang dari api, ternyata mengambil kayu bakar tidak hanya sekali, mereka balik
lagi dan balik lagi, bahkan hingga matahari tenggelam. Badan mereka seperti remuk rasanya.
Kalau begini ceritanya mending sekolah. Maka sadarlah mereka bahwa ini adalah hukuman dari
mamak karena membolos tempo hari.

Hari selanjutnya, Ayuk Eli kembali membangunkan mereka, bedanya agak siangan. Ia dengan
jahilnya mengatakan bahwa hari ini Burlian dan Pukat membantu mamak lagi di kebun, tidak
usah sekolah. Maka demi mendengar hal itu, Burlian dan Pukat melonjak, bergegas mandi, dan
siap-siap berangkat sekolah.

Di kelas yang hanya berbilang belasan murid itu, Burlian menempuh sekolah dasarnya. Mereka
semua adalah teman Burlian. Namun di kelas itu, ada seorang anak bernama Ahmad yang tidak
terlalu akrab dengannya. Ahmad ini pendiam sekali. Jarang bermain dengan kawan-kawan lain.
Fisiknya hitam, giginya tonggos, rambutnya ikal, membuat teman-teman agak risih dekat-dekat
dengannya. Kenapa saya ceritakan si Ahmad ini, karena ia merupakan bagian penting dari masa
kanak-kanak Burlian.

Awalnya Burlian juga berlaku sama dengan kawan-kawan yang lain. Namun ketika bertolak ke
rumah Ahmad, untuk mengantar rambutan. Ia menyaksikan sendiri betapa pekerja kerasnya
Ahmad dalam membantu ibunya. Maka mulai saat itu, burlian jadi respek dan berteman dengan
Ahmad. Burlian mulai mengajak ahmad bermain bersama.
Suatu ketika, Burlian mengajak Ahmad bermain bola. Dan saat itu pula, bakat besar Ahmad
mencuat. Ia pandai sekali memainkan si kulit bundar itu layaknya Maradona. Penduduk
kampung yang melihat pun berdecak kagum, dan nama Ahmad pun mulai dikenal di kampung.
Apalagi saat itu jaman-jamannya piala dunia, ditambah lagi ada kompetisi bola antar kampung,
maka semakin terkenallah ahmad. Namun saat latihan persiapan menuju final kompetisi bola
antar kampung, sebuah insiden membuat kebahagiaan itu berbalik 180 derajat. Apakah insiden
itu? Kalian bisa temukan di novelnya.

Di sekolahnya Burlian, hanya terdapat 3 guru saja. Satu kepala sekolah yang sering pergi ke
kota, dan 2 guru lagi, salah satunya adalah pak Bin. Kisah tentang pak Bin dalam Burlian ini
sangat ironis. Beliau sudah mengajar di SD itu selama 25 tahun, namun hingga saat ini, gelar
PNS itu tak kunjung diterimanya. Padahal guru-guru honorer yang jarang mengajar, di Sekolah
itu sudah bergantian menjadi PNS. Konon katanya, Pak Bin itu terlalu jujur, ia tidak ingin
mengeluarkan sepeserpun untuk menyogok panitia pengangkatan, alhasil hingga sekarang ia
hanyalah guru honorer biasa. Tidak peduli meskipun dedikasinya tidak terbilang untuk sekolah
itu. Bahkan di pendaftaran terakhirnya, yang ia optimis sekali bisa lulus, ternyata gagal juga.
Membuatnya sempat berhenti mengajar selama tiga hari, beruntung Burlian dan kawan-
kawannya berhasil meyakinkan Pak Bin untuk mengajar lagi.

Penduduk kampung setelah dibuat takjub melihat proyek inspeksi minyak di hutan kampung
mereka, kali ini kembali geger melihat proyek pembangunan jalan oleh rombongan Korea.
Burlian yang rasa penasarannya tinggi mengajak kakaknya, pukat untuk melihat proyek tersebut.
Hal ini sama seperti yang mereka lakukan dulu ketika ada proyek inspeksi minyak.

Di proyek pembangunan jalan tersebut, Burlian dan Pukat bertemu Nakamura yang berasal dari
Jepang. Sejak pertemuan pertama dan pertemuan berikut-berikutnya, Nakamura dan Burlian
akrab dan menjadi teman baik. Dari pertemanan inilah, jalan Burlian untuk melihat dunia tebuka
lebar.

Berbeda dari kedua kakaknya yang melanjutkan sekolah di kota kabupaten, Burlian melanjutkan
SMP di Ibukota, yang dibiayai oleh Nakamura. Meskipun Ia sekarang sudah pensiun dan tinggal
di jepang, Nakamura tetap berkirim surat dengan Burlian. Hingga lulus, hubungan mereka tetap
harmonis dan bahkan mengajak Burlian ke Jepang. Dan di sanalah Burlian bertemu dengan
Keiko, anak Nakamura. Masa depan Burlian terbentang luas, perjalanannya masih panjang,
sepanjang jalan depan rumahnya yang tidak berujung.

B. Unsur- unsur intrinsic dan ekstrinsik novel


1. Unsur intrinsic
a) Tema
Tema yang disajikan dalam novel ini adalah mengenai kehidupan sosial. Dalam novel
ini dikisahkan bagaimana Burlian berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya dan
bagaimana Burlian menyikapi setiap permasalahan yang terjadi dihidupnya.
b) Tokoh dan Penokohan
 Protagonist

1. Burlian adalah tokoh utama dari novel ini. Burlian adalah anak yang sangat aktif baik
itu dalam segi akademis maupun non-akademis. Ia memiliki sifat yang periang
sehingga menyebabkan ia sangat mudah bergaul dengan orang lain, baik itu
keluarganya, temannya, atau orang yang baru dikenalnya. Ia mempunyai rasa ingin
tahu yang tinggi yang kadangkala mengakibatkan terjadi peristiwa-peristiwa yang
tidak terduga. Sifat setia kawannya membuat banyak temannya kagum padanya.

2. Mamak adalah figur ibu bagi keempat anaknya yaitu Eliana, Pukat, Burlian dan
Amelia. Dalam kesehariaannya mamak banyak memberikan teladan bagi anak-
anaknya. Walaupun dikenal galak dan cerewet, tapi sebenarnya mamak adalah ibu
yang sangat memperhatikan anak-anaknya. Mamak selalu menemani mereka baik
disaat suka maupun duka.

3. Bapak adalah ayah dari Burlian, Eliana, Pukat dan Amelia. Sama halnya dengan
Mamak, Bapak juga merupakan salah satu figure teladan dalam keluarga kecil
tersebut. Tapi berbeda dengan mamak yang cerewet, cara Bapak dalam menasehati
lebih dengan memberikan penjelasan yang bisa membuat mereka langsung menyadari
kesalahan mereka. Bapak merupakan salah satu dari tetua kampung yang berusaha
melindungi kampungnya dari tangan-tangan nakal. Bapak juga salah seorang yang
menganut kebijakan leluhur kampung.
4. Eliana adalah kakak tertua dari Burlian. Eliana adalah anak yang pemberani yang bisa
melakukan hal-hal besar. Menurut Burlian, Eliana adalah kakak yang menyebalkan
karena suka mengatur dan menceramahinya seperti mamak. Dibalik sikap Eliana yang
seperti itu sebenarnya Eliana sangat menyayangi semua adik-adiknya walaupun
mereka seringkali bersikap nakal.

5. Pukat adalah kakak kedua dari Burlian. Pukat merupakan kakak sekaligus teman
bermain bagi Burlian. Pukat adalah anak yang pintar. Apabila ada ide-ide yang
dibicarakan oleh Burlian seperti membuat perahu otok-otok sendiri itu pasti dari
Pukat. Pukat selalu bisa menemukan jawaban dari setiap pertanyaan. Walaupun
mereka adalah saudara, tetapi mereka seringkali bertengkar hanya karena masalah
sepele.

6. Amelia adalah adik bungsu dari Burlian. Amelia adalah anak yang kuat, bukan kuat
badannya tapi kuat hatinya. Ia bisa langsung mengambil kesimpulan yang baik dari
setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Bagi Burlian, Amelia adalah anak yang
menyebalkan oleh karena itu ia seringkali menjahilinya.

 Antagonis

1. Haji Sohar adalah calon kepala kampung yang hanya ingin menguasai sumber daya di
kampung.

 Tokoh pembantu

1. Munjib adalah sahabat karib dan juga teman sekelas dari Burlian. Munjib adalah salah
satu teman sekelas Burlian yang pada awalnya memutuskan untuk berhenti sekolah
karena menurut orangtua sekolah itu tidak penting dan lebih baik ia bekerja di kebun
saja, tetapi semua itu berubah berkat usaha dan kerja keras Burlian dan juga Pak Bin
akhirnya Munjib dapat besekolah lagi.

2. Ahmad adalah teman Burlian yang sangat mahir dalam bermain sepak bola dan
dijuluki Maradona Kampung. Pada awalnya, Burlian tidak terlalu akrab dengan
Ahmad karena ia adalah anak yang pemalu dan lebih suka bermain dengan anak
perempuan tetapi setelah mengajaknya bermain bola mengetahui keahliannya mereka
menjadi teman akrab. Tetapi sangat disayangkan akhir dari nasib Ahmad tidaklah baik
karena Ahmad meninggal ketika bermain bola yang disebabkan oleh gigitan ular
ketika akan mengambil bola disemak-semak.

3. Bakwo Dar adalah kakak dari ayah Burlian. Ia juga merupakan salah seorang yang
menjadi teladan Burlian. Dari ceritanya tentang masa kecil orangtuanya Burlian
mendapatkan pelajaran mengenai kehidupan dan juga pentingnya pendidikan.

4. Wak Yati adalah salah satu tetua kampung dan juga merupakan kakak dari ayahnya
dan juga Bakwo Dar. Dari beliau, Burlian mendapatkan kisah-kisah tentang dunia luar
. Banyak sekali pengetahuan yang Burlian dapat darinya.

5. Can adalah anak dari Bakwo Dar yang berarti sepupu dari Burlian sekaligus salah
seorang sahabat karibnya.

6. Pak Bin adalah guru SD yang mengajar di SD kampung Burlian. Beliau sudah
mengabdikan dua puluh lima tahun hidupnya sebagai seorang guru.

7. Nakamura-san adalah kepala proyek yang membantu memperbaiki jalan di kampung


Burlian.

8. Keiko adalah anak dari Nakamura-san. Ia tinggal di Jepang. Awalnya ia memiliki


hubungan yang buruk dengan ayahnya ,tetapi setelah membaca surat dari Burlian ia
menyadari kesalahannya dan perlahan hubungan keduanya mulai berjalan dengan baik.

9. Mang Unus adalah adik kandung dari Mamak. Ia adalah insinyur lulusan dari ITB. Ia
adalah seorang petualang yang memiliki jiwa bebas. Ia sangat mengenal seluk-beluk
hutan di daerah tempat tinggal mereka.

c) Alur

Alur atau plot yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran dan bersifat
tertutup. Urutan kejadiannya adalah sebagai berikut :
• Pengenalan

Cerita diawali dengan cerita Mamak tentang kejadian-kejadian aneh yang terjadi
menjelang kelahiran Burlian. Dikisahkan ketika semingggu sebelum Burlian lahir Mamak
merasa terganggu karena mendengar suara dari pekuburan dibelakang rumah mereka.

• Munculnya konflik

Ketika Burlian dan Pukat memutuskan untuk bolos sekolah dan mencari belalang,
kejadian itu diketahui oleh mamak yang menyebabkan Mamak murka dan menghukum
Burlian dan Pukat dengan menyuruh mereka mengangkut kayu bakar dari hutan berkali-
kali. Dikarenakan kejadian itu Bapak mengajak Burlian dan Pukat un tuk berbicara dan
menjelaskan betapa pentingnnya sekolah.

• Puncak konflik

Konflik memuncak ketika Burlian memasuki kelas lima dimana saat itu adalah masa
yang krusial untuk seluruh murid kelas lima karena mereka harus menentukan apakah
mereka akan terus melanjutkan sekolah hingga tamat atau berhenti sekolah dan bekerja
diladang. Salah satu dari sahabat karib Burlian juga merupakan anak yang pada awalnya
memutuskan untuk berhenti sekolah.

• Penyelesaian

Berkat usaha dan kerja keras Burlian dan Pak Bin, Munjib akhirnya bisa sekolah lagi dan
lulus dari SD dengan hasil yang memuaskan. Sepuluh tahun kemudian, semua anak-anak
Mamak sudah menjadi seseorang yang bisa membanggakan orang tua mereka.

d) Latar

• Latar tempat

1. Di rumah

“Aku tidak menjawab, hanya duduk di pojokan kursi. Memeluk lutut, menatap lantai,
tidak bersuara kecuali dengusan sebal dalam hati, malam ini aku tidak akan masuk ke
rumah.”
2. Seluruh tempat di kampung

“Seluruh kampung terasa bergetar.”

3. Di hutan

“Mang Unus memarkir motor trail di tepi hutan, lantas kami bertiga berjalan kaki
beriringan mulai masuk ke dalam hutan, melangkah di atas bebatuan sungai, melewati
rimbun pohon yang menjuntai di kiri-kanan sungai kecil.

4. Di sekolah

“Di sekolah kami guru honorer tidak dibayar sepeser pun oleh pemerintah”.

• Latar waktu

Secara umum latar waktu yang ditunjukkan oleh novel ini adalaha sekitar tahun 1980-
1990 yang dapat dilihar dari acara popular yang tayang pada saat itu.

1. Malam hari

“Aku bertanya, memecah keheningan malam.”

2. Siang hari

“Matahari di atas kepala beranjak tinggi, terik menerpa kanopi hutan.”

3. Subuh

“Sejak subuh buta aku sudah bersiap-siap.”

• Latar suasana

Suasana pada novel ini adalah suasana yang pada umumnya terjadi pada kita semua
seperti kegelisahan, terharu dan lain-lain. Dalam hal penampilan ada sedikit perbedaan
dikarenakan perbedaan zaman.
e) Sudut Pandang

Dalam novel ini pengarang memosisikan dirinya sebagai orang pertama pelaku
utama. Hal itu dapat dilihat dari kata Aku yang mereferensikan diri pengarang sebagai
pelaku utama dalam novel ini. Seperti contoh dalam kutipan dibawah ini.

“Aku akhirnya mengerti kenapa Bapak, Mamak sejak kecil selalu bilang, “ Kau spesial,
Burlian.” Itu cara terbaik bagi Bapak, Mamak untuk menumbuhkan percaya diri,
keyakinan dan menjadi pegangan penting setiap kali aku terbentur masalah.”

f) Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah sebagai berikut :

1. Repetisi
Suaranya kadang-kadang melenguh nyaring, kadang-kadang berteriak seperti
memanggil sesuatu, dan lebih sering lagi seperti meratap sedih tidak berkesudahan.
2. Klimaks
Aku tidak menjawab, hanya duduk di pojokan kursi. Memeluk lutut, menatap lantai,
tidak bersuara kecuali dengusan sebal dalam hati, malam ini aku tidak akan masuk ke
rumah.

2. Unsure ekstrinsik
a) Nilai Moral
Nilai Moral yang bisa diambil dari cerita burlian adalah untuk selalu berusaha, rajin
belajar, semangat sekolah dan jangan mudah putus asa.
b) Nilai Sosial
Nilai sosial yang bisa diambil adalah selalu bermain dengan teman, berbicara, berbagi
dengan siapapun yang membutuhkan Dll.
c) Nilai budaya
Nilai Budaya yang bisa diambil dari cerita burlian adalah untuk selalu berbahagia jika
melakukan sesuatu atau jika menghadapi sesuatu yang buruk.
d) Nilai Religi
Nilai untuk religi atau agama adalah untuk selalu beribadah, menghindari larangan
agama, dan selalu berdoa.

C. Keunggulan novel
1. Cover bukunya sangat kekinian, perpaduan warna yang bagus.
2. Banyak kisah yang membuat pembaca dapat senyum-senyum sendiri.
3. Novel burlian sangat tampak seperti kisah nyata. Walaupun banyak yang beranggapan
cerita dalam novel ini fiksi, tapi penceritanya sangat tidak berlebihan dan seperti
mengalir apa adanya.
4. Dari dialog dan penjelasan adegan didalam setiap kalimat tidak berlebihan, sehingga
tidak membuat pembaca yang “Baru mulai belajar membaca novel” tidak lelah untuk
mengikuti jalan ceritanya.
5. Cerita sangat ringan, dapat dibaca oleh semua kalangan umur.
6. Novel ini sungguh menyentuh, ada cerita tentang kenakalan anak-anak, kreatifitas,
pesahabatan, keberanian, perjuangan hidup sampai kisah cinta yang manis. Dan menurut
kami novel ini memberikan semangat ( sugesti yang positif), novel ini menyuguhkan
cerita yang tak terduga, bahkan membuat kami tertawa dan menangis saat membacanya.
7. Struktur kata, pemilihan kata juga tepat, sehingga mudah dipahami.

D. Kelemahan novel
1. Kekurangan pada bab ! kurang mengesankan, sehingga menimbulkan bosan pada kesan
pertama, itulah yang kami alami.
2. Tidak ada gambar didalam novel, jika pembacanya anak-anak atau dari kalangan remaja,
sengat dibutuhkan gambar.
3. Terdapat beberapa adegan yang sepertinya tidak mungkin dilakukan oleh anak seumur itu
pada jaman now. namun dari ceritanya tampak burlian lahir di tahun televise masih hitam
putih, jadi bisa saja anak-anak jaman old melakukan hal itu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Semi, M. Atar.1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya

2. Liye, Tere. 2014. Burlian. Jakarta : Penerbit Republika

Anda mungkin juga menyukai