Anda di halaman 1dari 4

Nama : Faizah Ryanita Putri

Kelas : KA 2018
NIM : 18030234028

A. Sikap Ilmiah

Mempelajari metode penulisan ilmiah pun dianggap dapat mengembangkan sikap


ilmiah, Sikap ilmiah pada dasarnya merupakan sikap yang ditunjukkan oleh para ilmuan
saat melakukan kegiatan sebagai bagian dari profesinya. Pengertian Tersebut tentu saja
tidak terbatas pada ilmuan. Tetapi bagi setiap individu yang memiliki kecenderungan
untuk bertindak dan berprilaku sistematis, berdasrkan langkah-langkah ilmiah dalam
memecahkan masalah.
Beberapa sikap ilmiah yang bisa didapat saat mempelajari metode penulisan ilmiah
adalah sebagai berikut.
1. Pengembangan rasa ingin tahu yang membangkitkan sikap ingin menemukan sesuatu
2. Peningkatan sikap kritis terhadap berbagai gejala seperti fenomena, kejadian atau
perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri
3. Mengembangkan sikap objektif atau menghindari keberpihakan dalam menelaah gejala
4. Mengarahkan dan mengembangkan ketekunan dan ketelitian.
Tujuan mempelajari metode penulisan ilmiah secara umum bisa dirinci sebagai berikut:
a. Meningkatkan keterampilan menulis dengan menggunakan fakta di lapangan yang berupa
fenomena dan ditinjau secara akademis melalui konsep dan teori
b. Mengembangkan pengetahuan akademis untuk kepentingan praktis dan akademis
c. Meningkatkan keterampilan dalam menyajikan dan emngorganisir fakta secara sistematis
d. Meningkatkan pemahaman penulisan dengan mekanisme yang telah ditentukan.
Sikap sikap ilmiah yang harus dimiliki seorang ilmuwan.
1. Harus punya rasa ingin tahu yang besar
Rasa ingin tahu adalah dasar untuk melakukan penelitian demi mendapatkan sesuatu
yang baru. Hal tersebut harus ada di dalam diri sikap seorang ilmuawan. Contohnya jika
melihat penyakit yang belum diketahui penyebabnya, maka seorang ilmuwan akan sangat
terangsang untuk ingin tahu lebih lanjut, apa yang yang menyebabkan penyakit itu
muncul, seperti apa gejalanya, bagaimana cara penyembuhannya, dan sebagainya. Ketika
pertanyaan-pertanyaan semacam itu muncul, seorang ilmuwan tidak akan diam dan
merenung saja. Dia malah akan berusaha mencari informasi melalui berbagai sumber dan
berusaha memecahkan masalah tersebut.

2. Kejujuran
Sikap jujur juga sangat penting dimiliki seorang ilmuwan. Jujur di sini adalah selalu
menerima kenyataan dari hasil penelitiannya dan tidak mengada-ngada. Selain itu tidak
boleh mengubah data hasil penelitiannya. Contohnya daging ayam. Ketika ada ilmuwan
yang memalsukan manfaat yang terkandung pada daging ayam, maka bisa dibayangkan
seperti apa dampaknya.

3.Rajin
Rajin merupakan elemen penting untuk seorang ilmuwan. Selain itu, ilmuwan juga tidak
boleh ada kata menyerah dan putus asa. Seorang ilmuwan mengerti cara menghilangkan
malas saat bekerja. Maka dari itu, ketika ada seseorang yang mudah putus asa dan
menyerah lebih baik untuk tidak memaksakan diri menjadi seorang ilmuwan. Sebab
ilmuwan itu akan mengulang-ulang penelitiannya untuk mendapatkan data yang akurat.
Dengan data yang akurat maka kesimpulan yang didapat juga lebih akurat.

4. Teliti
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka seorang ilmuwan harus memiliki
sikap yang teliti. Dengan tindakan yang teliti, hati-hati, dan tidak ceroboh, maka akan
mengurangi kesalahan-kesalahan dalam proses penelitian. Jika penelitian tersebut dalam
meminimalisisr setiap kesalahan, maka data yang akurat akan didapatkan. Oleh sebab itu
cara yang dilakukan untuk bekerja keras, pantang menyerah, dan ulet sangat diperlukan
seorang ilmuwan.

5. Harus Terbuka
Seorang ilmuwan harus dapat menunjukkan sikap yang terbuka. Sikap tersebut bisa
ditunjukkan dalam sikap mau menerima kritik dan juga saran dari orang lain. Selain itu,
seorang ilmuwan harus terbuka dalam menyampaikan hasil penelitiannya. Dengan begitu,
kelemahan dan kelebihan hasil penelitiannya dapat diketahui. Kelemahan dapat
diperbaiki dan kelebihannya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain.

6. Berpendapat dengan ilmiah dan juga kritis


Setiap pendapat yang dikemukakan seorang ilmuwan harus berdasarkan fakta yang telah
diuji kebenarannya. Dia tidak boleh mengada-ada, atau tanpa bukti yang bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dengan demikian, hasil penelitian memiliki dasar
pijakan yang kuat dan juga akurat.

7. Selalu Optimis
Seorang ilmuwan harus selalu berpikiran positif. Bagi dia, penelitian yang dilakukannya
pasti akan bermanfaat untuk makhluk hidup sehingga tidak ada yang sia-sia. Rasa optimis
ini harus selalu melekat di dalam diri seorang ilmuwan. Dengan begitu, dia dapat meneliti
sesuatu tanpa rasa khawatir kalau nantinya apa yang sedang dikerjakan akan menjadi
tidak berguna. Untuk itu cara membangun percaya diri untuk seorang ilmuwan itu
sangatlah penting.

8. Peduli pada lingkungan


Seorang imuwan perlu memiliki sikap peduli terhadap lingkungan. Tidak hanya dari
sikap saja, seorang ilmuwan juga harus menanamkan sikap ini dalam jiwanya karena
hasil penelitian ini tidak boleh merugikan makhluk hidup manapun. Tuhan sudah
menanamkan akal kepada setiap manusia agar dia dapat menggunakan akalnya demi
kepentingan semua ciptan-Nya bukan malah merusaknya.
9. Dapat Bekerja sama
Tanpa kerja sama, sebuah penelitian tidak akan pernah berjalan dengan baik. Sebab,
Seorang ilmuwan sekalipun membutuhkan orang lain atau peneliti lainnya untuk dapat
menyelesaikan penelitiannya. Dengan begitu, kerapian penelitian dapat menunjang
keberhasilan dan ketepatan hasilnya.

10. Dapat bertanggung jawab


Hasil penelitian yang diperoleh dari ilmuwan harus dapat dipertanggungjawabkan. Selain
itu keselamatan tim peneliti dan pengaruh terhadap lingkungannya juga menjadi
tanggung jawab seorang ilmuwan. Jangan sampai ketika hasil penelitannya ternyata
palsu, dia malah lari dari tanggung jawab dan lepas tangan begitu saja, apalagi kalau
sampai menyalahkan peneliti lain. Maka dari itu, seorang ilmuwan mengerti cara
menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap hasil penelitiannya.

Itulah sikap ilmiah yang harus dimiliki seorang ilmuwan. Untuk menjadi seorang
ilmuwan, butuh pengorbanan yang dilakukan. Waktu dan juga tenaga dicurahkan agar
dapat menyelesaikan penelitian tersebut semata-mata untuk kepentingan bersama.

B. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penulisan Ilmiah


1. Merumuskan masalah.
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah.
Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Namun dalam
pertanyaan rumusan masalah harus megandung minimal 2 variabel dalam satu
kalimatnya, jika hanya ada 1 variabel itu termasuk rumusan pertanyaan. Dengan
penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode
ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut,
kemudian menyimpulkannya. Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana
mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila
masalahnya sendiri belum dirumuskan?

2. Merumuskan hipotesis.
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan
pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses
berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat
membantu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada
saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh
karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk
mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir
ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam penulisan
hipotesis harus menggunakan kata “Jika” dan “Maka”, dan juga harus mengandung unsur
dependen dan independen dalam hipotesis tersebut.

3. Mengumpulkan data.
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan
sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang
peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan
hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam
metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya
sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

4. Menguji hipotesis.
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu
permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah
proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak
membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis
tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih
dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan
maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini
dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu
pengujian hipotesis itu sendiri.

5. Merumuskan kesimpulan.
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan
perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah
diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif
secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan
dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan
karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun
pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.

Anda mungkin juga menyukai