Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KE-1

Tentang : “Dinding Penahan Tanah”

Disususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“ REKAYASA PONDASI 1 “

Disusun Oleh :
Nama : David Afriyana
Npm : 117130092
Kelas : 3 E

Dosen Mata Kuliah :

Inggrid Multi Rezeki ST.,MT.

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNUNG JATI CIREBON
2019
Kata Pengantar

Puju syukur penulis ucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
makalah yang berjudul Dinding Penahan Tanah ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang
diharapkan dan tepat pada waktunya. Makalah yang membahas tentang ulat atau serangga yang
mampu menguraikan sampah ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah umum Rekayasa
Pondasi 1. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.

Semoga makalah ini bermamfaat untuk para pembaca.

Hormat saya

David Afriyana
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................


DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................
1.1 Latar belakang ..................................................................................................
1.2 Tujuan ..............................................................................................................
1.3 Rumusan masalah ............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi .............................................................................................................
2.2 Jenis-jenis dinding penahan tanah .....................................................................
2.3 Dimensi dinding ................................................................................................
BAB III PENUTUP ............................................................................................................
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................
3.2 Saran ................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini teknologi terus berkembang seiring kemajuan jaman.
Teknologi di bidang konstruksi bangunan juga mengalami perkembangan pesat,
termasuk teknologi dalam bidang geoteknik. Bidang geoteknik merupakan bidang
ilmu tersendiri dan menitikberatkan pada aplikasi teknik sipil dalam masalah-
masalah yang berhubungan dengan sifat mekanis tanah dan batuan (Suryolelono,
1996).
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang sangat dinamis,
perubahannya dipengaruhi oleh air, udara, dan pergeseran lempeng bumi. Salah
satu akibat dari perubahan itu adalah adanya lereng. Lereng adalah permukaan
bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horisontal.
Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau karena dibuat
oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukit dan
tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan
timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul
sungai dan kanal serta tambang terbuka. Suatu longsoran adalah keruntuhan dari
massa tanah yang terletak pada sebuah lereng sehingga terjadi pergerakan massa
tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat terjadi dengan berbagai cara, secara
perlahan-lahan atau mendadak serta dengan ataupun tanpa tanda-tanda yang
terlihat.
Untuk menjaga kestabilan lereng – lereng tersebut maka, dibuatlah dinding
penahan tanah. Dinding penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan
penting utama untuk jalan raya dan bangunan lingkungan lainnya yang
berhubungan tanah berkontur atau tanah yang memiliki elevasi berbeda. Secara
singkat dinding penahan merupakan dinding yang dibangun untuk menahan massa
tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat. Bangunan dinding penahan
umumnya terbuat dari bahan kayu, pasangan batu, beton hingga baja. Bahkan kini
sering dipakai produk bahan sintetis mirip kain tebal sebagai dinding penahan
1
2

tanah. Produk bahan ini sering disebut sebagai geo textile atau geo syntetic.
Dinding penahan tanah didesain untuk menahan beban gaya lateral tanah,
sehingga bahaya longsor yang mungkin terjadi dapat dihindarkan. Berdasarkan
bentuk dan penahanan terhadap tanah, dinding penahan dapat klasifikasikan ke
dalam tiga bentuk, yakni: (1) dinding gravity, (2) dinding semi gravity dan (3)
dinding non gravity. Dinding gravity merupakan dinding penahan tanah yang
mengandalkan berat bahan sebagai penahan tanah umumnya berupa pasangan
batu atau bronjong batu (gabion). Dinding semi gravity selain mengandalkan
berat sendiri, memanfaatkan berat tanah tertahan untuk kestabilan struktur.
Sedangkan dinding non gravity mengandalkan konstruksi dan kekuatan bahan
untuk kestabilan. Untuk merencanakan dinding penahan tanah yang aman, harus
dapat memperkirakan dan menghitung kestabilan dinding penahan tanah. Yang
perlu diperhatikan untuk menghitung kestabilan dinding penahan tanah adalah
kestabilan geser dinding penahan dan kestabilan terhadap guling.
Sudah jamak diketahui bersama bahwa untuk mempercepat dalam
perhitungan dan meminimalisir kesalahan pada saat menghitung kestabilan
dinding penahan tanah dengan menggunakan program bantu. Program bantu
tersebut adalah Geo5. Geo5 merupakan sederetan program yang dibuat untuk
memecahkan berbagai macam permasalahan geoteknik. Pada program ini selain
untuk mendesain dan menghitung dinding penahan tanah, juga bisa digunakan
untuk menghitung dan mendisain pondasi, galian tanah, penurunan tanah,
stabilitas tanah, dan modeling keadaan tanah secara digital. Cara kerja dari
program ini adalah dengan memilih bentuk dinding penahan tanah yang akan
digunakan, kemudian memasukkan matrial yang akan menjadi beban dari dinding
penahan tanah selanjutnya program ini akan menganalisis keamanan dari dinding
penahan tanah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Perencanaan dinding penahan tanah dengan menggunakan program Geo5
ini dipandang perlu karena dalam era persaingan sekarang ini, selain ketepatan
dan ketelitian dalam perencanaan, kecepatan dalam menghitung juga diperlukan.
3

Oleh karena itu dengan menguasai program Geo5 ini diharapkan akan menambah
daya saing dari perencana, khususnya perencanan yang berhubungan dengan
geoteknik. Dalam perencanaan dinding penahan tanah ini akan menggunakan dua
cara yaitu, cara manual ( perhitungan biasa ) dan cara dengan menggunakan
program Geo 5. Hal ini dimaksudkan agar perencana lebih memahami dari cara
kerja program Geo5.

C. Keaslian Penelitian
Perencanaan dinding penahan tanah dengan menggunakan program Geo 5 baru
pertama kali dilakukan di program studi teknik sipil Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Adapun program – program komputer (software) yang pernah
digunakan di kalangan mahasiswa program studi teknik sipil Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Crystal Ball dan Matlab untuk mencari nilai
keamanan dengan variasi yang terjadi pada analisis stabilitas dinding penahan
tanah terhadap pergeseran, penggulingan dan keruntuhan. Beberapa judul tugas
akhir yang pernah menggunakan program Crystal Ball dan Matlab adalah sebagai
berikut :
1. Purnama (2012) dengan judul Analisis Dinding Penahan Pada Tanah Pasir
Dengan Variasi Kedalaman Muka Air Tanah Berdasarkan Prinsip Probabilitas.
2. Zwelia (2012) dengan judul Analisis Dinding Penahan Pada Tanah Pasir
Dengan Prinsip Probabilitas.
3. Widyaprakasa (2012) dengan judul Analisis Stabilitas Lereng Tanah Lempung
Jenuh Dengan Variasi Bidang Longsor Berdasarkan Teori Probabilistas.
4. Chahyono (2012) dengan judul Analisis Stabilitas Lereng Tanah Lempung
Jenuh Dengan Metode Probabilitas.
5. Prakosa (2011) dengan judul ANALISIS PONDASI TIANG DENGAN
PRINSIP PROBABILITAS (Studi Kasus Pembangunan Gedung SMK
Muhammadiyah Sukoharjo).
Berdasarkan refrensi di atas maka, perencanaan dinding penahan tanah dengan
menggunakan program Geo 5, belum pernah dilakukan di Program Studi Teknik
Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4

D. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
Tujuan dari perencanaan dinding penahan tanah dengan menggunakan
program Geo5 adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan dimensi dan stabilitas dinding penahan tanah terhadap
bahaya pergeseran, penggulingan dan keruntuhan berdasarkan hasil data
dari pengolahan data SPT dan diolah dengan menggunakan program Geo5.
b. Penggunaan program Geo5 untuk mencari nilai keamanan dari stabilitas
dinding penahan tanah.
2. Manfaat
Manfaat dari perencanaan dinding penahan tanah dengan menggunakan
program Geo5 antara lain :
a. Manfaat umum, untuk memberikan pengetahuan tentang program baru
dalam bidang geoteknik khususnya di kalangan mahasiswa program studi
teknik sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta, yaitu program Geo5.
Serta memberikan alternatif perencanaan dimensi dan stabilitas dinding
penahan tanah yang lebih cepat dan tepat.
b. Manfaat khusus, untuk mengetahui sejauh mana tingkat penggunaan
program Geo 5 ini dalam perencanaan dinding penahan tanah. Sehingga
program ini bisa diaplikasikan di lapangan.

E. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan yang berhubungan dengan perencanaan
dinding penahan tanah, maka dalam perencanaan ini diberikan batasan masalah
yang bertujuan untuk membatasi pembahasan agar tidak meluas dan
batasannya menjadi jelas. Adapun yang menjadi batasan masalah sebagai
berikut :

1. Perencanaan ini dilakukan di Jalan Piyungan – Batas Gunung Kidul, tahun


2007. Dimana bapak Ir. Suhendro Trinugroho, M.T sebagai perencana
dalam proyek tersebut.
2. Dalam penelitian ini menggunakan dinding penahan tanah jenis dinding
penahan beton bertulang dengan balok kantilever (Reinforced concrete
cantilever walls) yang menggunakan struktur dari beton.
3. Untuk parameter perhitungan tekanan tanah pasif adalah tanah urugan yang
diambil dari hasil Bor Hole I.
4. Kontrol stabilitas dinding penahan tanah terhadap gaya pergeseran,
penggulingan, serta terhadap keruntuhan kapasitas dukung tanah yang
menggunakan persamaan Vesic (1975).
Kriteria perencanaan dinding penahan tanah jenis dinding penahan beton bertulang dengan
balok kantilever (Reinforced concrete cantilever walls)
BAB III
DINDING PENAHAN TANAH

PENDAHULUAN

Pada bab ini, materi yang akan dibahas meliputi jenis-jenis dinding

penahan tanah, momen lentur, dan gaya geser yang bekerja pada dinding maupun

pada telapak dinding penahan tanah. Selain itu, juga mengontrol stabilitas dinding

penahan tanah. Pembahasan pada bagian ini dibatasi hanya pada dinding penahan

tanah type kantilever dan type kontrafort..

Materi yang akan dipelajari pada bab ini sangat terkait dengan materi yang

telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, seperti momen lentur pelat satu arah

maupun pelat dua arah. Selain mata kuliah Strutur Beton Dasar, yang mendukung

materi ini adalah mata kuliah Analisa Struktur, Rekayasa Fondasi, dan Mekanika

Tanah.

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu

menjelaskan jenis-jenis dinding penahan tanah, mengontrol stabilitas,

merencanakan, dan menuangkan hasil perhitungannya dalam gamb


PENYAJIAN

Pendahuluan

Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk

menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau

lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri.

Tanah yang tertahan memberikan dorongan secara aktif pada struktur dinding

sehingga struktur akan cenderung terguling atau tergeser.

Jenis-Jenis Dinding Penahan Tanah

Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitas, maka dinding penahan tanah

dapat digolongkan dalam beberapa jenis (lihat Gambar 3.1), yaitu dinding

grafitasi, dinding penahan kantilever, dinding butters, dinding jembatan, dan boks

culvert.

Dinding Gravitasi (Gravity Wall)

Dinding ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari pasangan

batu kali. Stabilitas konstruksi diperoleh hanya dengan mengandalkan berat

sendiri konstruksi. Biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4 meter (gambar 3.1a).

Dinding Penahan Kantilever (Cantilever Retaining Wall)

Dinding penahan type kantilever dibuat dari beton bertulang yang tersusun dari

suatu dinding vertical dan tapak lantai. Masing-masing berperan sebagai balok

atau pelat kantilever. Stabilitas konstruksi diperoleh dari berat sendiri dinding

penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell). Terdapat 3 bagian struktur ya
berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak

dan ujung kaki tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6-7

meter (Gambar 3.1b).

Dinding Kontrafort (Counterfort Wall)

Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka bagian

dinding vertikal dan tumit perlu disatukan (kontrafort). Kontrafort berfungsi

sebagai pengikat tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan

dengan interval jarak tertentu. Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan

bila ketinggian dinding lebih dari 7 meter (Gambar 3.1c).


Dinding Butters (Buttrers Wall)

Dinding ini hampir sama dengan dinding kontrafort, hanya bedanya bagian

kontrafort diletakkan di depan dinding. Dalam hal ini, struktur kontrafort

berfungsi memikul tegangan tekan. Pada dinding ini, bagian tumit lebih pendek

daripada bagian kaki. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding

penahan dan berat tanah di atas tumit tapak. Dinding ini lebih ekonomis untuk

ketinggian lebih dari 7 meter (Gambar 3.1d).

Abutment Jembatan (Bridge Abutment)

Struktur ini berfungsi seperti dinding penahan tanah yang memberikan tahanan

horisontal dari tanah timbunan di belakangnya. Pada perencanaannya, struktur

dianggap sebagai balok yang dijepit pada dasar dan ditumpu bebas pada bagian

atasnya (Gambar 3.1e).

Boks Culvert

Boks seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1f dapat dibuat dengan satu atau dua

lubang, dan berfungsi sebagai portal kaku tertutup yang dapat menahan tekanan

tanah lateral dan beban vertikal.

Dari jenis dinding penahan tanah yang telah dibahas, yang sering

digunakan adalah jenis kantilever dan kontrafort. Untuk selanjutnya, dalam butir

ini hanya akan dibahas perencanaan dinding penhan sistem kantilever dan

kontrafort beserta contoh soalnya.

Dimensi Dinding Kantilever dan Kontrafort

Pada waktu perancangan struktur beton bertulang, diperlukan dimensi

pendahuluan dari masing-masing bagian dinding penahan. Dimensi atau ukuran


ini hanya dipakai sebagai arahan pada permulaan perhitungan. Ukuran yang lebih

besar atau lebih kecil dari ukuran pendahuluan dapat dipergunakan asal memenuhi

persyaratan stabilitas, kekuatan, dan kelayakan menurut ketentuan yang telah

ditetapkan.

Didasarkan pada pengalaman perencanaan yang pernah dilakukan, dimensi

pendahuluan dinding penahan sistem kantilever dan kontrafort dapat ditentukan

dengan mengikuti petunjuk berikut.

Dinding kantilever

Ukuran sementara dinding penahan tanah sistem kantilever ditunjukkan pada

Gambar 3.2.

Bagian tapak dinding harus dibuat sedemikian tebal, sehingga kuat


menahan gaya geser berfaktor. Pada umumnya lebar bagian tapak dapat diambil
sebesar (0,45 s/d 0,75) H, dimana H adalah tinggi dinding penahan yang dihitung
dari dasar tapak ke ujung atas dinding vertikal. Besarnya lebar tapak dasar
tergantung pada beban yang bekerja di belakang dinding (Gambar 3.3). Lebar
tapak L, terdiri dari lebar ujung kaki dan tumit. Lebar ujung kaki L1, dapat
diambil tidak lebih dari sepertiga lebar tapak (L1 ≤ 1/3L). Besarnya lebar tumit L2
dapat dihitung dari nilai (L – L1). Ketebalan dinding vertikal pada pangkal bawah
biasanya dibuat sama dengan tebal tapak, sedang ketebalan minimal ujung atas
dinding diambil 20 cm.

Gambar 3.3. Lebar tapak dan beban di belakang dinding


Dinding kontrafort

Ukuran sementara dinding penahan tanah sistem kontrafort yang dapat dipakai

ditunjukkan pada Gambar 3.4. lebar tapak dinding kontrafort dapat diambil sama

dengan lebar tapak dinding kantilever, yaitu 0,45 H s/d 0,75 H. Kontrafort dapat

ditempatkan pada jarak 0,30 H s/d 0,60 H, dengan tebal tidak kurang dari 20 cm.

Tinggi kontrafort sebaiknya sama dengan tinggi dinding vertikal; tetapi bila

diinginkan ketinggian yang lebih kecil, dapat dikurangi dengan 0,12 H s/d 0,24 H.
Tekanan Tanah Aktif dan Pasif

Tekanan tanah aktif

Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5, akibat dinding penahan berotasi ke kiri
terhadap titik A, maka tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan akan
berkurang perlahan-;ahan sampai mencapai suatu harga yang seimbang. Tekanan
tanah yang mempunyai harga tetap atau seimbang dalam kondisi ini disebut
tekanan tanah aktif.
Menurut teori Rankine, untuk tanah berpasir tidak kohesif, besarnya gaya

lateral pada satuan lebar dinding akibat tekanan tanah aktif pada dinding setinggi

H dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.

Pa = 1/2 s H2 Ka .......................................................................... (3.1)

dengan

s = berat isi tanah

Ka = koefisien tekanan tanah aktif

cos i  cos 2 i  cos2 


Ka = cos x .................................................... (3.2)
cos i  cos 2 i  cos2 

 = sudut geser dalam


i = sudut tanah timbunan tunjukkan dalam Gambar 3.5

Untuk tanah timbunun datar (i = 00), besarnya koefisien tekanan tanah aktif

menjadi :

1  sin  = tg2 (450 -  ) .......................................................... (3.3)


Ka =
1  sin  2

Tekanan Tanah Pasif

Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6, dinding penahan berotasi ke kanan terhadap

titik A, atau dengan perkataan lain dinding mendekati tanah isian, maka tekanan

tanah yang bekerja pada dinding penahan akan bertambah perlahan-lahan sampai

mencapai suatu harga tetap. Tekanan tanah yang mempunyai harga tetap dalam

kondisi ini disebut tekanan tanah pasif.

Menurut teori rankine, untuk tanah pasir tidak kohesif, besarnya gaya lateral pada

dinding akibat tekanan tanah pasif setinggi H dapat dinyatakan dalam persamaan

berikut :
Pp = 1/2 s H2 Kp .......................................................................... (3.4)

Gambar 3.6. Dinding mendekati tanah isian (tekanan pasif)


Dengan Kp adalah koefisien tekanan tanah pasif yang besarnya dinyatakan oleh

persamaan (3.5).

cos i  cos 2 i  cos2 


Kp = cos x ..................................................... (3.5)
cos i  cos i  cos 
2 2

Untuk tanah timbunan datar (i = 00), besarnya koefisien tekanan tanah pasif

menjadi :

1  sin  = tg2 (450 +  ) .......................................................... (3.6)


Ka =
1  sin  2

Tekanan Tanah Seimbang

Tekanan tanah yang bekerja pada dinding, yang mempunyai nilai tengah antara

kedua tekanan di atas disebut tekanan tanah seimbang (statis). Penetapan besarnya

nilai tekanan tanah seimbang cukup sulit, sehingga untuk praktisnya dalam

perhitungan struktur lebih sering dipakai tekanan tanah aktif dan pasif.
Beban Permukaan

Beban permukaan dinding penahan dapat disebabkan oleh kemiringan tanah isian

atau beban tambahan di atas permukaan tanah Ws (gambar 3.7). beban permukaan

pada umumnya berasal dari beban jalan raya, jalan kereta api, bangunan dan

beban lainnya.

Jika Ws adalah beban permukaan per satuan panjang, tekanan tanah akibat beban
permukaan adalah KaWs, yang nilainya konstan setinggi dinding. Kemudian total
tekanan beban permukaan menjadi:
Ps = KaWs H ................................................................. (3.7)

Apabila ujung beban permukaan berada pada jarak H1 dari muka dinding vertikal,

maka beban ini akan memberikan tekanan ppada dinding sebesar KaWs, dengan

penyebaran beban membentuk sudut 450 dan nilai konstan setinggi H2 (gambar

3.8). Total tekanan akibat beban permukaan adalah:

Ps = KaWs H2 .................................................................. (3.8)


Dengan H2 = H – H1
Gambar 3.8. Distribusi tekanan tanah akibat beban permukaan Ws yang berjarak dari dinding

Tulangan Minimum

Menurut SKSNI T-15 – 1991 - 03 ayat 3.7.1 butir 2, dinding kantilever harus

direncanakan menurut ketentuan perencanaan lentur dengan tulangan horisontal

(pembagi) minimum sesuai dengan ayat 3.7.3 butir 3. Dinding kantilever

berperilaku lentur dengan aksi gaya satu arah, sehingga rasio tulangan tarik

minimum harus memenuhi persamaan (1.6) dan (1.8), yaitu :

1,4
min = atau min = 4 perlu dan max = 0,75 b
fy 3
Besarnya rasio tulangan horizontal minimum terhadap luas bruto beton pada

dinding kantilever adalah :

 Untuk tulangan deform ≤ D – 16 (fy ≥ 400 MPa)...... 0,0020


 Untuk tulangan deform lainnya ................................ 0,0025

Ketentuan lain mengenai tulangan adalah sama dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku pada pelat lantai satu arah, sebagaimana telah dijelaskan pada butir

sebelumnya.
Beban Pada Dinding Penahan

Beban pada dinding penahan pada umumnya terdiri dari (Gambar 3.9)

 tekanan tanah aktif di belakang dinding dan tekanan tanah pasif di depan
dinding;
 berat tanah di atas tapak tumit dan di atas tapak kaki;
 berat sendiri dinding penahan yang meliputi berat dinding vertikal dan tapak
dinding;
 beban permukaan, misal disebabkan oleh lereng tanah atau landasan jalan;
 beban lainnya, misal tekanan air dari samping dan dari bawah (uplift).

Stabilitas Dinding Penahan

Dalam merencanakan dinding penahan, langkah pertama yang harus dilakukan

adalah menetapkan ukuran dinding penahan untuk menjamin stabilitas dinding

penahan. Dinding penahan harus stabil terhadap guling, geser, dan daya dukung

tanah (termasuk penurunan).


Stabilitas terhadap guling

Dengan kondisi pembebanan sesuai gambar 3.9, tekana tanah aktif horisontal akan

menyebabkan dinding penahan terguling terhadap titik putar A. Berat sendiri

dindingpenahan, berat tanah di atas tumit dan tekanan tanah aktif vertikal akan

memberikan perlawanan guling. Besarnya gaya guling dan gaya tahan dapat

dihitung dengan persamaan (3.8) dan (3.9).

Momen guling :
h
Mo = Pah x ............................................................................. (3.8)
3
Momen tahan :

Mr = W1X1 + W2X2 + W3X3 + Pav …………………………………... (3.9)

Faktor keamanan terhadap guling :

M r (momen tahan guling)


S.F = ≥ .................................................... (3.10)
(momen penyebab guling)

Gambar 3.10 Resultante gaya-gaya dalam inti

Cara lain untuk menentukan kestabilan dinding terhadap bahaya guling,

yaitu dengan jalan mengusahakan agar garis kerja resultante seluruh gaya yang
bekerja pada dinding melalui inti CD = 1/3 L (Gambar 3.13). Garis kerja

resultante gaya terhadap titik guling akan berimpit dengan resultante tegangan

kontak tanah, yang besarnya adalah

M r M o
X ............................................................................ (3.11)
W

Jarak antara garis kerja resultante gaya terhadap titik berat tapak dasar disebut

eksentrisitas ”e”, yang nilainya dpat dihitung menurut persamaan (3.12)

L
e=½L-X;e≤ ....................................................................... (3.12)
6

Stabilitas terhadap geser

Tekanan tanah aktif horizontal akan menyebabkan dinding penahan tergeser ke

kiri. Perlawanan geser berasal dari berat sendiri dinding penahan, berat tanah di

atas tumit dan tekanan pasif akan memberikan hambatan akan gerakan horizontal

tersebut. Besarnya gaya perlawanan geser dapat dihitung dengan persamaan

(3.13)

Gaya perlawanan geser :

Fr = L µ ( W1 + W2 + W3 ) + Pp .......................................................... (3.13)

dengan µ adalah koefisien gesek antara tanah dan tapak dinding. Harga-harga

koefisien gesek diberikan dalam Tabel 3.1.

Faktor keamanan terhadap geser :


Fr (gaya perlawanan geser)
S.F = ≥ 1,5 ......................................... (3.14)
Pah (gaya penyebab geser)
Nilai Pp dalam persamaan (3.13) sering tidak diperhitungkan, karena

kemungkinan kondisi tanah yang ada di depan tapak dinding tersebut tidak sama

sebelum dan sesudah pembangunan dinding.

Tabel 3.1. Nilai-nilai koefisien gesek antara tanah dan beton

NO JENIS TANAH µ

1. Tanah bebutir kasar 0,55


2. Tanah bebutir kasar (dengan lumpur) 0,45
3. Lumpur 0,35
4. Tanah cadas 0,60

Apabila faktor keamanan geser tidak mencukupi (S.F < 1,5), gaya perlawanan

geser dapat ditingkatkan dengan membuat koperan (pengunci) di bawah tapak

(Gambar 3.11).

Gambar 3.11 Koperan di bawah tapak


Dengan membuat koperan tersebut, dapat menimbulkan tekanan pasif Pp2

dan dapat menggeser bidang keruntuhan dari garis 1 ke garis 2. Disamping itu,

bidang geser akan bertambah panjang. Nilai Pp2 dapat dihitung menurut

persamaan berikut.

Pp = 1/ 2K p (h2  h1 )2 ....................................................................... (3.15)

 Stabil terhadap penurunan (daya dukung tanah)

Gaya-gaya horizontal dan vertikal pada dinding akan menimbulkan tegangan

pada tanah. Apabila tegangan yang timbul melebihi tegangan ijin tanah, maka

akan terjadi penurunan tanah, yang mengakibatkan pula penurunan bangunan.

Perhatikan Gambar 3.11, untuk tapak yang keseluruhannya berada dalam

kondisi tertekan (e ≤ L/6), besarnya tegangan tanah yang timbul per satuan

luas dapat dihitung menurut persamaan (3.16).

Tegangan tanah di titik A adalah :

Rv R e R 6e
 max   (1/ 6)v BL2  v (1  ) (3.16a)
BL BL L
Tegangan tanah di titik B adalah :

Rv R e R 6e
 max   (1/ 6)v BL2  v (1  ) (3.16b)
BL BL L
Gambar 3.12 Distribusi tegangan tanah akibat resultante beban berada di tepi

Dalam keadaan batas, yang terdapat tegangan nol bagian tumit, maka

harga eksentrisitas e = 1/6 L, yang berarti garis kerja resultante gaya tepat melalui

inti (Gambar 3.12).

Hal yang mungkin terjadi, yaitu apabila resultante R melalui dasar tapak di luar

daerah inti (e > L/6), maka keseimbangan gaya arah vertikal memberikan

Rv = (1/2) σmax 3 X2 ........................................................................... (3.17a)

Hubungan ini dapat diselesaikan menjadi :

2 Rv 4Rv
σmax =  ..................................................................... (3.17b)
3 X 2 3(L  2e)

dengan, e = L/2 – X2, dan ini berlaku untuk 0 < 3 X2 < L

3.5 Perencanaan dinding kantilever

Perencanaan dinding penahan tanah system kantilever meliputi :

 penentuan tinggi dan tebal dinding vertikal;


 penentuan tebal dan panjang tapak dasar;

 perhitungan stabilitas dinding penahan, yang meliputi guling, geser dan

penurunan;

 perhitungan kekuatan lentur pada dinding vertikal, ujung kaki tapak dan tumit

tapak;

 perhitungan kekuatan geser pada dinding vertikal, ujung kaki tapak dan tumit

tapak; dan

 menuangkan hasil perhitungan ke dalam gambar detail, yang meliputi gambar

konstruksi dan penulangan.

Perhitungan kekuatan lentur dan geser, harus didasarkan pada bermacam-macam

kombinasi beban berfaktor. Menurut SKSNI T-15 ayat 3.2.2 butir 4, kombinasi

beban meliputi :

 beban mati, beban hidup dan tekanan tanah

Wu = 1,2 Wt + 1,6 Wt t + 1,6 Wh ................................................ (3.18a)

 beban mati dan tekanan tanah

Wu = 1,2 Wdt + 0,9 Wh ................................................................ (3.18b)

3.6 Perencanaan Dinding Kontrafort

Dinding ini biasanya dibuat dari beton bertulang dengan ketinggian lebih dari 7

m. Dinding penahan tanah sistem kontrafort tersusun dari dinding vertikal, tapak

dasar dan kontrafort atau penopang (Gambar 3.13). Tapak dasar terdiri dari tapak

tumit dan tapak kaki.


Gambar 3.13. Bagian-bagian dari dinding kontrafort

Perencanaan dinding vertikal

Dinding vertikal adalah suatu panel pelat yang ditumpu pada ketiga sisinya, yaitu

dua sisi ditumpu oleh kontrafort dan sisi yang lain ditumpu oleh pelat tapak dasar.

Dinding vertikal merupakan struktur statis tak tentu yang menerima beban lateral

dari tanah. Perhitungan gaya-gaya dalamnya seharusnya diselesaikan dengan

menggunakan teori plat. Mengingat metode ini dirasakan kurang praktis, maka

perencana pada umumnya tidak menggunakan metode tersebut. Metode yang

disederhanakan yang umumnya dipergunakan adalah dengan menganggap

pengaruh tumpuan pada pelat tapak dasr diabaikan. Dengan demikian, dinding

vertikal merupakan pelat (balok dengan lebar 1 meter) menerus yang ditumpu

pada setiap kontrafort. Pada bagian paling bawah dari dinding vertikal akan

menerima tekanan tanah lateral terbesar, dan tekanan ini berangsur-angsur

berkurang sampai bagian paling atas (Gambar 3.14).


Gambar 3.14. Beban cirian pada dinding kontrafort

Perhitungan momen dan gaya geser

Dengan mengambil pias 1 meter tinggi dari dinding vertikal, besarnya momen dan

gaya lintang dapat dihitung dengan metode koefisien momen, yang telah dibahas

pada bab sebelumnya. Untuk kepentingan praktis, besarnya momen lapangan dan

tumpuan dapat diambil sebesar :

1
Mx = Wx L2 .............................................................................. (3.219
10

dan besarnya gaya geser dapat diambil sebesar :

Vx = ½ Wx L ................................................................................ (3.220

dengan :

Wx = beban pada dinding vertikal sejauh x; dalam hal ini Wx = Ka(s x + q)

L = jarak pusat ke pusat kontrafort

Besarnya momen pada daerah di dekat tumpuan bawah, dapat diambil (WxL2/ 12),

karena adanya tahanan pada tumpuan pelat tapak.


Perkiraan tebal efektif dinding vertikal

Dengan batasan beban menurut Gambar 3.14 di atas, tebal dinding vertikal pada

bagian terbawah dapat diperkirakan dengan rumus berikut :

Dengan menganggap mutu beton fc’ = 20 MPa, mutu baja tulangan fy = 350 MPa

dan rasio tulangan tarik  = 0,0057, maka didapat nilai Ru  1,502. Untuk lebar

hias 1 m, diperoleh tinggi efektif :

2
Mu 1,5Wx L
d=  10  L W .......................................... (3.21)
x
b Ru 11,502103 100

dengan satuan d dalam m, Wx dalam kN/m2 dan L dalam m

Perencanaan tapak tumit

Tapak tumit adalah suatu panel pelat yang ditumpu pada ketiga sisinya, yaitu dua

sisi ditumpu oleh kontrafort dan sisi lain yang ditumpu oleh dinding vertikal

bagian bawah. Dengan demikian, kondisi permasalahan dan penyelesaiannya

adalah sama dengan dinding vertikal. Dengan mengambil pias 1 meter lebar,

tapak tumit merupakan balok menerus yang ditumpu pada setiap kontrafort.
Gambar 3.15. Pembebanan pada tapak kaki dan tumit

Perhitungan momen dan gaya geser

Besarnya momen lapangan, momen tumpuan dan gaya geser pada tumit masimg-

masing dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.19) dan (3.20), dengan

Wx adalah beban netto dari beban tanah di atas tumit, beban permukaan, berat

sendiri tapak tumit dan tegangan kontak tanah (Gambar 3.15). Gaya geser

maksimum dihitung pada penampang kritis geser, yaitu pada sisi muka kontrafort.

Untuk kepentingan praktis, dapat digunakan gaya geser pada pusat kontrafort.

Perkiraan tebal efektif tumit

Dengan anggapan seperti rumus (3.25), tebal efektif tapak tumit dapat

diperkirakan dengan rumus (3.26), yaitu :

d  L W .................................................................................... (3.22)
100

dengan :

Wx = beban maksimum pada tapak tumit (kN/m2); dalam hal ini W = s H + q


L = jarak pusat ke pusat kontrafort (m)

H = tinggi dinding penahan (m)

s = berat satuan tanah (kN/m3)

q = beban permukaan (kN/m2)

Perencanaan tapak kaki

Tapak kaki adalah suatu pelat kantilever yang ditumpu jepit pada dinding vertical.

Pembebasan, momen dan gaya lintang dihitung dengan ketentuan sama seperti

pada tapak kaki dinding kantilever (Gambar 3.15).

Perencanaan kontrafort

Kontrafort adalah suatu panel pelat segitiga atau trapesium yang menghubungkan

dinding vertikal dengan tapak bagian tumit. Dalam perencanaanya, kontrafort

dianggap sebagai struktur statis tertentu, yang berupa kantilever dengan tumpuan

jepit pada tapak tumit. Penampang kontrafort berupa balok T, yang terdiri dari

panel pelat segitiga dan dinding vertikal, masing-masing berperan sebagai badan

balok dan flens.


Gambar 3.16. Gaya yang dihitung pada perencanaan prnampang

Tinggi balok T adalah jarak dari sisi miring ke dinding vertikal. Tinggi

maksimum balok T ditunjukkan sebagai potongan A – A pada Gambar 3.16.

Beban yang bekerja pada balok T adalah beban lateral dari tanah selebar jarak

antar kontrafort. Besarnya momen dan gaya geser pada balok kantilever sejauh x

adalah :

Mx = Pa1 y1 + Pa2 y2 ......................................................................... (3.23)

Vx = Pa1 + Pa2 …………………………………………………... (3.24)

Pada panel pelat segitiga atau trapezium yang berfungsi sebagai badan

balok T, dipasang tulangan sengkang kombinasi yaitu, arah horizontal dan arah

vertika
DAFTAR PUSTAKA

Dipohusodo, Istimawan. 1993. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia.


ITS. Tanpa tahun. Perhitungan Konstruksi Beton Bertulang Berdasarkan Pedoman
Beton 1989. Surabaya.

Sudarmanto. 1996. Konstruksi Beton 2. Bandung: PEDC.


Vis, W.C., dan Gideon Kusuma. 1994. Dasar-dasar Perencanaan Beton
Bertulang. Seri Beton I. Jakarta Erlangga.

Vis, W.C., & R. Sagel. 1987. Perhitungan Perencanaan Sederhana untuk Beton
Bertulang. Nederland: STUVO

Wahyudi, L., dan Syahril A. Rahim. 1997. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama

Wang, Chu-Kia & Charles G. Salmon. 1985. Disain Beton Bertulang. Terjemahan
oleh Binsar Hariandja. 1986. Jilid I dan II. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai