Disusun Oleh :
Nama : David Afriyana
Npm : 117130092
Kelas : 3 E
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS GUNUNG JATI CIREBON
2019
Kata Pengantar
Puju syukur penulis ucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
makalah yang berjudul Dinding Penahan Tanah ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang
diharapkan dan tepat pada waktunya. Makalah yang membahas tentang ulat atau serangga yang
mampu menguraikan sampah ini merupakan tugas akhir dari mata kuliah umum Rekayasa
Pondasi 1. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Hormat saya
David Afriyana
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi .............................................................................................................
2.2 Jenis-jenis dinding penahan tanah .....................................................................
2.3 Dimensi dinding ................................................................................................
BAB III PENUTUP ............................................................................................................
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................
3.2 Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini teknologi terus berkembang seiring kemajuan jaman.
Teknologi di bidang konstruksi bangunan juga mengalami perkembangan pesat,
termasuk teknologi dalam bidang geoteknik. Bidang geoteknik merupakan bidang
ilmu tersendiri dan menitikberatkan pada aplikasi teknik sipil dalam masalah-
masalah yang berhubungan dengan sifat mekanis tanah dan batuan (Suryolelono,
1996).
Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang sangat dinamis,
perubahannya dipengaruhi oleh air, udara, dan pergeseran lempeng bumi. Salah
satu akibat dari perubahan itu adalah adanya lereng. Lereng adalah permukaan
bumi yang membentuk sudut kemiringan tertentu dengan bidang horisontal.
Lereng dapat terbentuk secara alamiah karena proses geologi atau karena dibuat
oleh manusia. Lereng yang terbentuk secara alamiah misalnya lereng bukit dan
tebing sungai, sedangkan lereng buatan manusia antara lain yaitu galian dan
timbunan untuk membuat jalan raya dan jalan kereta api, bendungan, tanggul
sungai dan kanal serta tambang terbuka. Suatu longsoran adalah keruntuhan dari
massa tanah yang terletak pada sebuah lereng sehingga terjadi pergerakan massa
tanah ke bawah dan ke luar. Longsoran dapat terjadi dengan berbagai cara, secara
perlahan-lahan atau mendadak serta dengan ataupun tanpa tanda-tanda yang
terlihat.
Untuk menjaga kestabilan lereng – lereng tersebut maka, dibuatlah dinding
penahan tanah. Dinding penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan
penting utama untuk jalan raya dan bangunan lingkungan lainnya yang
berhubungan tanah berkontur atau tanah yang memiliki elevasi berbeda. Secara
singkat dinding penahan merupakan dinding yang dibangun untuk menahan massa
tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat. Bangunan dinding penahan
umumnya terbuat dari bahan kayu, pasangan batu, beton hingga baja. Bahkan kini
sering dipakai produk bahan sintetis mirip kain tebal sebagai dinding penahan
1
2
tanah. Produk bahan ini sering disebut sebagai geo textile atau geo syntetic.
Dinding penahan tanah didesain untuk menahan beban gaya lateral tanah,
sehingga bahaya longsor yang mungkin terjadi dapat dihindarkan. Berdasarkan
bentuk dan penahanan terhadap tanah, dinding penahan dapat klasifikasikan ke
dalam tiga bentuk, yakni: (1) dinding gravity, (2) dinding semi gravity dan (3)
dinding non gravity. Dinding gravity merupakan dinding penahan tanah yang
mengandalkan berat bahan sebagai penahan tanah umumnya berupa pasangan
batu atau bronjong batu (gabion). Dinding semi gravity selain mengandalkan
berat sendiri, memanfaatkan berat tanah tertahan untuk kestabilan struktur.
Sedangkan dinding non gravity mengandalkan konstruksi dan kekuatan bahan
untuk kestabilan. Untuk merencanakan dinding penahan tanah yang aman, harus
dapat memperkirakan dan menghitung kestabilan dinding penahan tanah. Yang
perlu diperhatikan untuk menghitung kestabilan dinding penahan tanah adalah
kestabilan geser dinding penahan dan kestabilan terhadap guling.
Sudah jamak diketahui bersama bahwa untuk mempercepat dalam
perhitungan dan meminimalisir kesalahan pada saat menghitung kestabilan
dinding penahan tanah dengan menggunakan program bantu. Program bantu
tersebut adalah Geo5. Geo5 merupakan sederetan program yang dibuat untuk
memecahkan berbagai macam permasalahan geoteknik. Pada program ini selain
untuk mendesain dan menghitung dinding penahan tanah, juga bisa digunakan
untuk menghitung dan mendisain pondasi, galian tanah, penurunan tanah,
stabilitas tanah, dan modeling keadaan tanah secara digital. Cara kerja dari
program ini adalah dengan memilih bentuk dinding penahan tanah yang akan
digunakan, kemudian memasukkan matrial yang akan menjadi beban dari dinding
penahan tanah selanjutnya program ini akan menganalisis keamanan dari dinding
penahan tanah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Perencanaan dinding penahan tanah dengan menggunakan program Geo5
ini dipandang perlu karena dalam era persaingan sekarang ini, selain ketepatan
dan ketelitian dalam perencanaan, kecepatan dalam menghitung juga diperlukan.
3
Oleh karena itu dengan menguasai program Geo5 ini diharapkan akan menambah
daya saing dari perencana, khususnya perencanan yang berhubungan dengan
geoteknik. Dalam perencanaan dinding penahan tanah ini akan menggunakan dua
cara yaitu, cara manual ( perhitungan biasa ) dan cara dengan menggunakan
program Geo 5. Hal ini dimaksudkan agar perencana lebih memahami dari cara
kerja program Geo5.
C. Keaslian Penelitian
Perencanaan dinding penahan tanah dengan menggunakan program Geo 5 baru
pertama kali dilakukan di program studi teknik sipil Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Adapun program – program komputer (software) yang pernah
digunakan di kalangan mahasiswa program studi teknik sipil Universitas
Muhammadiyah Surakarta adalah Crystal Ball dan Matlab untuk mencari nilai
keamanan dengan variasi yang terjadi pada analisis stabilitas dinding penahan
tanah terhadap pergeseran, penggulingan dan keruntuhan. Beberapa judul tugas
akhir yang pernah menggunakan program Crystal Ball dan Matlab adalah sebagai
berikut :
1. Purnama (2012) dengan judul Analisis Dinding Penahan Pada Tanah Pasir
Dengan Variasi Kedalaman Muka Air Tanah Berdasarkan Prinsip Probabilitas.
2. Zwelia (2012) dengan judul Analisis Dinding Penahan Pada Tanah Pasir
Dengan Prinsip Probabilitas.
3. Widyaprakasa (2012) dengan judul Analisis Stabilitas Lereng Tanah Lempung
Jenuh Dengan Variasi Bidang Longsor Berdasarkan Teori Probabilistas.
4. Chahyono (2012) dengan judul Analisis Stabilitas Lereng Tanah Lempung
Jenuh Dengan Metode Probabilitas.
5. Prakosa (2011) dengan judul ANALISIS PONDASI TIANG DENGAN
PRINSIP PROBABILITAS (Studi Kasus Pembangunan Gedung SMK
Muhammadiyah Sukoharjo).
Berdasarkan refrensi di atas maka, perencanaan dinding penahan tanah dengan
menggunakan program Geo 5, belum pernah dilakukan di Program Studi Teknik
Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4
E. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan yang berhubungan dengan perencanaan
dinding penahan tanah, maka dalam perencanaan ini diberikan batasan masalah
yang bertujuan untuk membatasi pembahasan agar tidak meluas dan
batasannya menjadi jelas. Adapun yang menjadi batasan masalah sebagai
berikut :
PENDAHULUAN
Pada bab ini, materi yang akan dibahas meliputi jenis-jenis dinding
penahan tanah, momen lentur, dan gaya geser yang bekerja pada dinding maupun
pada telapak dinding penahan tanah. Selain itu, juga mengontrol stabilitas dinding
penahan tanah. Pembahasan pada bagian ini dibatasi hanya pada dinding penahan
Materi yang akan dipelajari pada bab ini sangat terkait dengan materi yang
telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, seperti momen lentur pelat satu arah
maupun pelat dua arah. Selain mata kuliah Strutur Beton Dasar, yang mendukung
materi ini adalah mata kuliah Analisa Struktur, Rekayasa Fondasi, dan Mekanika
Tanah.
Pendahuluan
menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau
lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri.
Tanah yang tertahan memberikan dorongan secara aktif pada struktur dinding
dapat digolongkan dalam beberapa jenis (lihat Gambar 3.1), yaitu dinding
grafitasi, dinding penahan kantilever, dinding butters, dinding jembatan, dan boks
culvert.
Dinding ini biasanya dibuat dari beton murni (tanpa tulangan) atau dari pasangan
sendiri konstruksi. Biasanya tinggi dinding tidak lebih dari 4 meter (gambar 3.1a).
Dinding penahan type kantilever dibuat dari beton bertulang yang tersusun dari
suatu dinding vertical dan tapak lantai. Masing-masing berperan sebagai balok
atau pelat kantilever. Stabilitas konstruksi diperoleh dari berat sendiri dinding
penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell). Terdapat 3 bagian struktur ya
berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit tapak
dan ujung kaki tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6-7
Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka bagian
sebagai pengikat tarik dinding vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan
dengan interval jarak tertentu. Dinding kontrafort akan lebih ekonomis digunakan
Dinding ini hampir sama dengan dinding kontrafort, hanya bedanya bagian
berfungsi memikul tegangan tekan. Pada dinding ini, bagian tumit lebih pendek
daripada bagian kaki. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding
penahan dan berat tanah di atas tumit tapak. Dinding ini lebih ekonomis untuk
Struktur ini berfungsi seperti dinding penahan tanah yang memberikan tahanan
dianggap sebagai balok yang dijepit pada dasar dan ditumpu bebas pada bagian
Boks Culvert
Boks seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1f dapat dibuat dengan satu atau dua
lubang, dan berfungsi sebagai portal kaku tertutup yang dapat menahan tekanan
Dari jenis dinding penahan tanah yang telah dibahas, yang sering
digunakan adalah jenis kantilever dan kontrafort. Untuk selanjutnya, dalam butir
ini hanya akan dibahas perencanaan dinding penhan sistem kantilever dan
besar atau lebih kecil dari ukuran pendahuluan dapat dipergunakan asal memenuhi
ditetapkan.
Dinding kantilever
Gambar 3.2.
Ukuran sementara dinding penahan tanah sistem kontrafort yang dapat dipakai
ditunjukkan pada Gambar 3.4. lebar tapak dinding kontrafort dapat diambil sama
dengan lebar tapak dinding kantilever, yaitu 0,45 H s/d 0,75 H. Kontrafort dapat
ditempatkan pada jarak 0,30 H s/d 0,60 H, dengan tebal tidak kurang dari 20 cm.
Tinggi kontrafort sebaiknya sama dengan tinggi dinding vertikal; tetapi bila
diinginkan ketinggian yang lebih kecil, dapat dikurangi dengan 0,12 H s/d 0,24 H.
Tekanan Tanah Aktif dan Pasif
Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5, akibat dinding penahan berotasi ke kiri
terhadap titik A, maka tekanan tanah yang bekerja pada dinding penahan akan
berkurang perlahan-;ahan sampai mencapai suatu harga yang seimbang. Tekanan
tanah yang mempunyai harga tetap atau seimbang dalam kondisi ini disebut
tekanan tanah aktif.
Menurut teori Rankine, untuk tanah berpasir tidak kohesif, besarnya gaya
lateral pada satuan lebar dinding akibat tekanan tanah aktif pada dinding setinggi
dengan
Untuk tanah timbunun datar (i = 00), besarnya koefisien tekanan tanah aktif
menjadi :
Seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6, dinding penahan berotasi ke kanan terhadap
titik A, atau dengan perkataan lain dinding mendekati tanah isian, maka tekanan
tanah yang bekerja pada dinding penahan akan bertambah perlahan-lahan sampai
mencapai suatu harga tetap. Tekanan tanah yang mempunyai harga tetap dalam
Menurut teori rankine, untuk tanah pasir tidak kohesif, besarnya gaya lateral pada
dinding akibat tekanan tanah pasif setinggi H dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut :
Pp = 1/2 s H2 Kp .......................................................................... (3.4)
persamaan (3.5).
Untuk tanah timbunan datar (i = 00), besarnya koefisien tekanan tanah pasif
menjadi :
Tekanan tanah yang bekerja pada dinding, yang mempunyai nilai tengah antara
kedua tekanan di atas disebut tekanan tanah seimbang (statis). Penetapan besarnya
nilai tekanan tanah seimbang cukup sulit, sehingga untuk praktisnya dalam
perhitungan struktur lebih sering dipakai tekanan tanah aktif dan pasif.
Beban Permukaan
Beban permukaan dinding penahan dapat disebabkan oleh kemiringan tanah isian
atau beban tambahan di atas permukaan tanah Ws (gambar 3.7). beban permukaan
pada umumnya berasal dari beban jalan raya, jalan kereta api, bangunan dan
beban lainnya.
Jika Ws adalah beban permukaan per satuan panjang, tekanan tanah akibat beban
permukaan adalah KaWs, yang nilainya konstan setinggi dinding. Kemudian total
tekanan beban permukaan menjadi:
Ps = KaWs H ................................................................. (3.7)
Apabila ujung beban permukaan berada pada jarak H1 dari muka dinding vertikal,
maka beban ini akan memberikan tekanan ppada dinding sebesar KaWs, dengan
penyebaran beban membentuk sudut 450 dan nilai konstan setinggi H2 (gambar
Tulangan Minimum
Menurut SKSNI T-15 – 1991 - 03 ayat 3.7.1 butir 2, dinding kantilever harus
berperilaku lentur dengan aksi gaya satu arah, sehingga rasio tulangan tarik
1,4
min = atau min = 4 perlu dan max = 0,75 b
fy 3
Besarnya rasio tulangan horizontal minimum terhadap luas bruto beton pada
berlaku pada pelat lantai satu arah, sebagaimana telah dijelaskan pada butir
sebelumnya.
Beban Pada Dinding Penahan
Beban pada dinding penahan pada umumnya terdiri dari (Gambar 3.9)
tekanan tanah aktif di belakang dinding dan tekanan tanah pasif di depan
dinding;
berat tanah di atas tapak tumit dan di atas tapak kaki;
berat sendiri dinding penahan yang meliputi berat dinding vertikal dan tapak
dinding;
beban permukaan, misal disebabkan oleh lereng tanah atau landasan jalan;
beban lainnya, misal tekanan air dari samping dan dari bawah (uplift).
penahan. Dinding penahan harus stabil terhadap guling, geser, dan daya dukung
Dengan kondisi pembebanan sesuai gambar 3.9, tekana tanah aktif horisontal akan
dindingpenahan, berat tanah di atas tumit dan tekanan tanah aktif vertikal akan
memberikan perlawanan guling. Besarnya gaya guling dan gaya tahan dapat
Momen guling :
h
Mo = Pah x ............................................................................. (3.8)
3
Momen tahan :
yaitu dengan jalan mengusahakan agar garis kerja resultante seluruh gaya yang
bekerja pada dinding melalui inti CD = 1/3 L (Gambar 3.13). Garis kerja
resultante gaya terhadap titik guling akan berimpit dengan resultante tegangan
M r M o
X ............................................................................ (3.11)
W
Jarak antara garis kerja resultante gaya terhadap titik berat tapak dasar disebut
L
e=½L-X;e≤ ....................................................................... (3.12)
6
kiri. Perlawanan geser berasal dari berat sendiri dinding penahan, berat tanah di
atas tumit dan tekanan pasif akan memberikan hambatan akan gerakan horizontal
(3.13)
Fr = L µ ( W1 + W2 + W3 ) + Pp .......................................................... (3.13)
dengan µ adalah koefisien gesek antara tanah dan tapak dinding. Harga-harga
kemungkinan kondisi tanah yang ada di depan tapak dinding tersebut tidak sama
NO JENIS TANAH µ
Apabila faktor keamanan geser tidak mencukupi (S.F < 1,5), gaya perlawanan
(Gambar 3.11).
dan dapat menggeser bidang keruntuhan dari garis 1 ke garis 2. Disamping itu,
bidang geser akan bertambah panjang. Nilai Pp2 dapat dihitung menurut
persamaan berikut.
pada tanah. Apabila tegangan yang timbul melebihi tegangan ijin tanah, maka
kondisi tertekan (e ≤ L/6), besarnya tegangan tanah yang timbul per satuan
Rv R e R 6e
max (1/ 6)v BL2 v (1 ) (3.16a)
BL BL L
Tegangan tanah di titik B adalah :
Rv R e R 6e
max (1/ 6)v BL2 v (1 ) (3.16b)
BL BL L
Gambar 3.12 Distribusi tegangan tanah akibat resultante beban berada di tepi
Dalam keadaan batas, yang terdapat tegangan nol bagian tumit, maka
harga eksentrisitas e = 1/6 L, yang berarti garis kerja resultante gaya tepat melalui
Hal yang mungkin terjadi, yaitu apabila resultante R melalui dasar tapak di luar
daerah inti (e > L/6), maka keseimbangan gaya arah vertikal memberikan
2 Rv 4Rv
σmax = ..................................................................... (3.17b)
3 X 2 3(L 2e)
penurunan;
perhitungan kekuatan lentur pada dinding vertikal, ujung kaki tapak dan tumit
tapak;
perhitungan kekuatan geser pada dinding vertikal, ujung kaki tapak dan tumit
tapak; dan
kombinasi beban berfaktor. Menurut SKSNI T-15 ayat 3.2.2 butir 4, kombinasi
beban meliputi :
Dinding ini biasanya dibuat dari beton bertulang dengan ketinggian lebih dari 7
m. Dinding penahan tanah sistem kontrafort tersusun dari dinding vertikal, tapak
dasar dan kontrafort atau penopang (Gambar 3.13). Tapak dasar terdiri dari tapak
Dinding vertikal adalah suatu panel pelat yang ditumpu pada ketiga sisinya, yaitu
dua sisi ditumpu oleh kontrafort dan sisi yang lain ditumpu oleh pelat tapak dasar.
Dinding vertikal merupakan struktur statis tak tentu yang menerima beban lateral
menggunakan teori plat. Mengingat metode ini dirasakan kurang praktis, maka
pengaruh tumpuan pada pelat tapak dasr diabaikan. Dengan demikian, dinding
vertikal merupakan pelat (balok dengan lebar 1 meter) menerus yang ditumpu
pada setiap kontrafort. Pada bagian paling bawah dari dinding vertikal akan
Dengan mengambil pias 1 meter tinggi dari dinding vertikal, besarnya momen dan
gaya lintang dapat dihitung dengan metode koefisien momen, yang telah dibahas
pada bab sebelumnya. Untuk kepentingan praktis, besarnya momen lapangan dan
1
Mx = Wx L2 .............................................................................. (3.219
10
Vx = ½ Wx L ................................................................................ (3.220
dengan :
Besarnya momen pada daerah di dekat tumpuan bawah, dapat diambil (WxL2/ 12),
Dengan batasan beban menurut Gambar 3.14 di atas, tebal dinding vertikal pada
Dengan menganggap mutu beton fc’ = 20 MPa, mutu baja tulangan fy = 350 MPa
dan rasio tulangan tarik = 0,0057, maka didapat nilai Ru 1,502. Untuk lebar
2
Mu 1,5Wx L
d= 10 L W .......................................... (3.21)
x
b Ru 11,502103 100
Tapak tumit adalah suatu panel pelat yang ditumpu pada ketiga sisinya, yaitu dua
sisi ditumpu oleh kontrafort dan sisi lain yang ditumpu oleh dinding vertikal
adalah sama dengan dinding vertikal. Dengan mengambil pias 1 meter lebar,
tapak tumit merupakan balok menerus yang ditumpu pada setiap kontrafort.
Gambar 3.15. Pembebanan pada tapak kaki dan tumit
Besarnya momen lapangan, momen tumpuan dan gaya geser pada tumit masimg-
masing dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.19) dan (3.20), dengan
Wx adalah beban netto dari beban tanah di atas tumit, beban permukaan, berat
sendiri tapak tumit dan tegangan kontak tanah (Gambar 3.15). Gaya geser
maksimum dihitung pada penampang kritis geser, yaitu pada sisi muka kontrafort.
Untuk kepentingan praktis, dapat digunakan gaya geser pada pusat kontrafort.
Dengan anggapan seperti rumus (3.25), tebal efektif tapak tumit dapat
d L W .................................................................................... (3.22)
100
dengan :
Tapak kaki adalah suatu pelat kantilever yang ditumpu jepit pada dinding vertical.
Pembebasan, momen dan gaya lintang dihitung dengan ketentuan sama seperti
Perencanaan kontrafort
Kontrafort adalah suatu panel pelat segitiga atau trapesium yang menghubungkan
dianggap sebagai struktur statis tertentu, yang berupa kantilever dengan tumpuan
jepit pada tapak tumit. Penampang kontrafort berupa balok T, yang terdiri dari
panel pelat segitiga dan dinding vertikal, masing-masing berperan sebagai badan
Tinggi balok T adalah jarak dari sisi miring ke dinding vertikal. Tinggi
Beban yang bekerja pada balok T adalah beban lateral dari tanah selebar jarak
antar kontrafort. Besarnya momen dan gaya geser pada balok kantilever sejauh x
adalah :
Pada panel pelat segitiga atau trapezium yang berfungsi sebagai badan
balok T, dipasang tulangan sengkang kombinasi yaitu, arah horizontal dan arah
vertika
DAFTAR PUSTAKA
Vis, W.C., & R. Sagel. 1987. Perhitungan Perencanaan Sederhana untuk Beton
Bertulang. Nederland: STUVO
Wahyudi, L., dan Syahril A. Rahim. 1997. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Wang, Chu-Kia & Charles G. Salmon. 1985. Disain Beton Bertulang. Terjemahan
oleh Binsar Hariandja. 1986. Jilid I dan II. Jakarta: Erlangga.