Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN HIPOFUNGSI HIPOFISIS POSTERIOR


(DIABETES INSIPIDUS)

ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR HIPOFISIS

A. DEFENISI
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.
Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa
dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas
hipofisa. Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus
posterior (belakang).
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan fungsi:
1) Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)
2) Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)
3) Pertumbuhan seluruh tubuh.
Hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:
1) Mengatur keseimbangan air
2) Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui
3) Merangsang kontraksi rahim.

B. ANATOMI FISIOLOGI
Hipofisis terletak di baris cranium dalam sella tursica yang terbentuk oleh os
sphenoidale. Besarnya kira-kira 10 x 13 x 6 mm dan beratnya sekitar 0,5 gram.bentuk
anatomis dari hipofisis sangat kompleks dan agar pengertian tentang susunannya ia harus
ditinjau kembali sejak pembentukannya didalam embrio. Klinis kita mengenal hanya 2
bagian dari hipofisis, yakni ADENOHIPOFISIS (bagian anterior) dan NEUROHIPOFISIS
(bagian posterior).
Berat adenohipofisis sekitar 75% dari seluruh hipofisis. Lobus anterior atau
adenohipofisis yang berhubungan dngan hipotalamus melalui tangkai hipofisis, lobus
anterior atau neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus.
Lobus posterior kelenjar hipofisis terutama berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan.

Hipofisis
 Terletak di bawah hipotalamus
 Terdiri dari hipofisis anterior dan hipofisis posterior
 HIPOFISIS ANTERIOR: memproduksi growth hormone (GH), adreno
corticotrophic hormon (ACTH), thyroid stimulating hormone, (TSH), follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH), prolaktin, thyrotropin releasing hormone
 HIPOFISIS POSTERIOR: mengahsilkan anti diuretic hormone (ADH), oksitosisin
Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan
faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara langsung
menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui
impuls saraf.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan fungsi:
1) Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)
2) Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)
3) Pertumbuhan seluruh tubuh.
Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap
dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.
Hipofisa posterior menghasilkan hormon yang berfungsi:
1) Mengatur keseimbangan air
2) Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui
3) Merangsang kontraksi rahim.

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa:


1. Hormon pertumbuhan (growth hormone) GH/ somatotropin
Location : Otot & tulang
Function : Meningkatkan pertumbuhan dengan mempengaruhi beberapa
fungsi metabolisme seluruh tubuh, khususnya pembentukan protein
2. Prolaktin hormon adenokortikotropik (ACTH)
Location : Kelenjar adrenal
Function : Mengatur sekresi beberapa hormon korteks adrenal, yang
selanjutnya mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak.
3. Hormon stimulasi tiroid (TSH)
Location : Tiroid
Function : Mengatur kecepatan sekresi tiroksin oleh kelenjer tiroid, dan tiroksin
selanjutnya mengatur kecepatan sebagian besar reaksi – reaksi kimia seluruh tubuh
4. Prolaktin
Location : Kelenjar susu
Function : Meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan
susu
5. hormon luteinisasi (LH)
Location : Indung telur (buah zakar)
Function : Mengatur pertumbuhan gonad serta aktivitas reproduksinya.
6. hormon stimulasi folikel (FSH)
Location : Indung telur (buah zakar)
Function : Mengatur pertumbuhan gonad serta aktivitas reproduksinya.
7. Oksitosin
Location : Rahim & kelenjar susu
Function : Berperan dalm proses persalinan bayi dan laktasi
8. Hormon antidiuretik (vasopresin)
Location : Ginjal
Function : Mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini
membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh.

D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis:
1. Kausal : terhadap kelainan dalam hipotalamus/hipofisis.
2. Terapi substitusi dengan:
Desmopresin 10-20 ug intranasal (MINRIN) atau 1-4 ug subkutan, efektif selama 12-24 jam.
MINRIN adalah derivat dari vasopressin dari pabrik FERRING AB, Malmoe, Swedia. Sudah
lama digunakan dengan sukses di Eropa. Pemakaian mudah sekali karena dihirup secara
intra nasal (bagi penulis ini pilihan utama).
Vaso pressin dalam aqua 5-10 U sub kutan, efektif antara 1-6 jam.
Lypressin 2-4 unit intranasal, efektif antara 4-6 jam.
Vasopressin dalam ol. Tannate 5 unit intramuskuler, efektif selama 24-72 jam.
3. Transplantasi:
Implantasi hipofisis kera subkutan. Biasanya implant ini tidak bisa bertahan lama.
4. Terapi medika mentosa, efektifitas diragukan.
Chlorpropamide (antikonvulsan kuat yang berkhasiat sebagai antiepileptik, psikotropik dan
analgesik spesifik) 200-500 mgr perhari.
Clofebrate (obat yang menurunkan kadar kolesterol) 4x500 mgr perhari
Carbamazepine (anti deuretik yang berfungsi mengurangi rasa nyeri) 400-600 mgr perhari
5. Terapi cairan parenteral
6. Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat Clorpropamide, clofibrate untuk
merangsang sintesis ADH di hipotalamus.
7. Jika berat diberikan ADH melalui semprotan hidung dan diberikan vasopresin (larutan
pteresine).

Penatalaksanaan keperawatan:
Pasien yang diduga menderita Diabetes Insipidus memerlukan dorongan dan
dukungan pada saat menjalani pemeriksaan untuk meneliti kemungkinan lesi cranial. Pasien
dengan anggota keluarganya harus dijelaskan tentang perawatan tindak lanjut dan berbagai
tindakan darurat. Kepada pasien juga disarankan untuk mengenakan tanda pengenal seperti
gelan medic alert dan menyimpan obat serta informasi tentang kelainan ini disetiap saat.
Penggunaan vasopressin harus dilakukan secara hati-hati jika terdapat penyakit arteri
koroner karena tindakan ini menyebabkan vasokonstriksi.

F. Komplikasi

Menurut Brunner dan Suddarth 1987, komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1. Peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium yang terbatas. Biasanya menimbulkan
gejala-gejala neurologis seperti perdarahan dan infeksi. Penggunaan steroid oral akan
menurunkan oedema serebral dan mungkin dapat mengontrol gejala tersebut.
2. Adanya lesi yang mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh bagian otak tersebut
3. Pengobatan kemoterapi mungkin memberikan kontribusi pada oedema serebral sementara
yang mungkin memerlukan peningkatan pemberian steroid atau obat anti konvulsan. Gejala
yang dialami pasien secara langsung diakibatkan dengan lokasi tumor otak

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIPOFUNGSI HIPOFISIS


POSTERIOR
(DIABETES INSIPIDUS)

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
2. Riwayat Keperawatan
a) Keluhan Utama
Gangguan tidur
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Buang air kecil yang sering dan perasaan dahaga yang hebat akan mengganggu
istirahat pasien
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Trauma, inflamasi yang pernah terjadi
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit yang pernah diderita keluarga dan pengaruhnya terhadap diabetes
insipidus
3. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Istirahat Tidur
Pola istirahat klien akan terganggu karena BAK yang sering dan dahaga yang hebat.
b) Pola Aktivitas
Aktivitas terganggu karena BAK yang sering
c) Pola Nutrisi
Klien mengalami penurunan nafsu makan akibat dari dehidrasi.
d) Pola Eliminasi
Pada eliminasi urine klien mengalami sering BAK.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : lemah, lemas
TTV : Nadi, Suhu, TD, RR
Berat Badan : sama atau kurang dari berat badan sebelumnya.
Kepala dan wajah : wajah sayu,mata cowong
Mulut : bibir kering, mulut pucat
Dada : nafas cepat dan dangkal
Jantung : denyut cepat tapi lemah
Ekstremitas : ekstrimitas dingin
5. Pemeriksaan Penunjang
Tes defripasi cairan
Pengukuran kadar vasopressin plasma
Pengukuran osmolalitas plasma serta urin.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Devisit volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
Tujuan : kebutuhan volume cairan kembali normal
Kriteia hasil :
 intake output seimbang
 urine, berat badan dan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
a) pantau masukan dan pengeluaran, catat warna dan volume cairan
R/: memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan penganti,fungsi ginjal, dan keefektifan
dari terapi yang di berikan.

b) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500ml/hari dalam batas yang
dapat di toleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat di berikan.
R/: mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi

c) Kaji nadi perifer,pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa


R/: merupakan indikator dari tingkat dehidrasi / volume sirkulasi yang adekuat.

d) Ukur berat badan setiap hari


R/: memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung
dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

e) Kaji tanda- tanda vital


R/: mengetahui keadaan umum pasien.

2. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan poliuria.


Tujuan : pola eliminasi urin kembali normal
Kriteria hasil :
 Pasien akan mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
 Pasien akan mempertahankan keseimbangan masuk keluarnya urin
 Pasien akan mengungkapkan / mendemostrasikan perilaku dan teknik untuk
mencegah retensi urin.

Intervensi :
a) Kaji pola berkemih seperti frekuensi dan jumlahnya. Bandingan keluaran urin dan
masukan cairan dan catat berat jenis urin
R/: mengidentifikasi fungsi kandung kemih (mis: pengosongan kandung kemih, fungsi ginjal
dan keseimbangan cairan.

b) Palpasi adanya distensi kandung kemih dan observasi pengeluaran cairan


R/: disfungsi kandung kemih bervariasi, ketidakmampuan berhubungan dengan hilangnya
kontraksi kandung kemih untuk merilekskan sfingter urinarius

c) Anjurkan pasien untuk minum/masukan cairan (2-4 /hr) termasuk juice yang
mengandung asam askorbat
R/: membantu mempertahan fungsi ginjal, mencegah infeksi dan pembentukan batu.

d) Bersihkan daerah perineum dan jaga agar tetap kering lakukan perawatan kateter bila
perlu
R/: menurunkan resiko terjadinya iritasi kulit/kerusakan kulit
e) Berikan pengobatan sesuai indikasi seperti: vitamin dan atau antiseptik urinarius
R/: mempertahankan lingkungan asam dan menghambat pertumbunhan bakteri (kuman)

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nokturia


Tujuan : pasien bisa tidur dan mampu menentukan kebutuhan atau waktu tidur
Kriteria Hasil :
- pasien akan mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan
terhadap pikiran yang melayang-layang
- pasien akan melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
Intervensi:
a) Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari,
turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari
R/: karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
meningkatkan kebingungan, aktifitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur

b) Evaluasi tingkat stress/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari


R/: peningkatan kebingungan, disorientasi da tingkah laku yang tidak koopertif dapat
malanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas

c) Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat mandi dan masase punggung
R/: meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk

d) Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur
R/: menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi ke kamar mandi/berkemih selama
malam hari

e) Putarkan musik yang lembut atau suara yang jernih


R/: menurunkan stimulasi sensori dengan menghanbat suara-suara lain dari lingkungan
sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu makan
menurun
Tujuan : nafsu makan pasien kembali normal
Kriteria Hasil :
 pasien akan menunjukkan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai
sasaran dengan nilai laboraturium normal dan tidak ada tanda malnutrisi
Intervensi :
a) Timbang berat badan tiap hari
R/: memberikan informasi tentang kebutuhan diit/keefektifan terapi

b) Anjurkan istirahat sebelum makan


R/: menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi untuk makan

c) Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan situasi
tidak terburu-buru, temani
R/: lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan
d) Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makan diit
R/: keragu-raguan untuk makan mungkin diakibatkan oleh takut akanan akan menyebabkan
eksaserbasi gejala

e) Kolaborasi dengan ahli gizi


R/: membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan daan fungsi
usus

TUMOR HIPOFISIS
D. Klasifikasi
Klasifikasi dibedakan berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis
dandibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Adenoma hipofisis non fungsional (tidak memproduksi hormon)
Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis. Biasanya
muncul pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering ditemukan
padalaki-laki daripada wanita. Nama lain dari tumor ini yaitu Null cell
tumor,undifferentiated tumor dan non hormon producing adenoma. Karena tumor ini
tidak memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak memberikan gejala
apa-apa. Sehingga ketika diagnose ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran
yang sangat besar, atau gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya solid
walaupun bias ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.
2. Adenoma hipofisis fungsional yang terdiri dari :
a. adenoma yang bersekresi prolaktin
b. adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)
c. adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
d. adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)
Pada penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor hipofisis, 630
pasienmerupakan tipe functioning pituitary tumors yang terdiri dari:52% merupakan
tumor yang mengsekresikan prolactin27% tumor yang mengsekresikan GH20% tumor
yang mengsekresikan ACTH0,3% tumor yang mengsekresikan TSH kelenjar hipofisis
bagian anterior berperan dalam sekresi dan pengaturan dari berbagai hormon peptida
dan stimulating factor. Tumor yang berasal dari bagian iniakan memproduksi secara
berlebihan beberapa atau salah satu darihormonmpoptida, jika ini terjadi maka
dinamakan fungsional atau secreting adenoma.
Adanya adenoma kelenjar hipofisis anterior bisa dideteksi dengan melihataktifitas
endokrin dan dengan immunohisto chemical staining.Ada juga klasifikasi dari buku
medikel bedah yaitu : Eusinofil Basofil Kromopom
Klasifikasi berdasarkan gambaran radiology
1. Grade 0 : tumor tidak terlihat secara radiologi
2. Grade I dan II: adenoma yang terbatas dalam sella turcica
3. Grade III dan IV: adenoma yang menginvasi ke jaringan sekitarnyaBerdasarkan
penyebarannya tumor ke extrasellar maka dibagi lagi dalam subklasifikasi berikut :
a. A,B,C yaitu penyebaran langsung ke suprasellar
b. D yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus kavernosus
c. E yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus intrakranial
ASKEP GANGGUAN KELENJAR HIPOFISIS
Hipofisis

 Terletak di bawah hipotalamus


 Terdiri dari hipofisis anterior dan hipofisis posterior
 HIPOFISIS ANTERIOR: memproduksi growth hormone (GH), adreno
corticotrophic hormon (ACTH), thyroid stimulating hormone, (TSH), follicle
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH), prolaktin, thyrotropin
releasing hormone
 HIPOFISIS POSTERIOR: mengahsilkan anti diuretic hormone (ADH), oksitosisin

KELENJAR HIPOFISIS

 Merupakan bagian otak terletaj di bawah hipotalamus.


 Kerja hipofisis dipengaruhi oleh hipotalamus
 Hipotalamus dan hipofisis dihubungkan oleh sistem portal hipotalamo-hipofisis.
 Melalui sistem tersebut releasing hormon dari hipotalamus mencapai hipofisis, shg
hipofisis mudah melepaskan hormon-hormon.

1. Growth Hormone (GH) atau somatotropin


Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus)
GH diperlukan untuk:

 Pertumbuhan somatik dan mempertahankan ukuran yang telah dicapai.


 Mengatur sistesis protein dan pembungan nutrien
 Efek pertumbuhan diperoleh oleh somatomedin yang dikeluarkan oleh GH tsb.

2. Adreno corticotrophic hormone (ACTH)


Pelepasan ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari hipotalamus
 Berfungsi merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal
 Mengatur produksi kortisol

3. Thyroid stimulating hormone (TSH)

 TSH menyebabkan pelepasan tiroksin dan triyodotironin


 Pelepasan TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormon (TRH) dari
hipotalamus
 Merangsang pertumbuhan

4. Follicles stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH).


dikenal sbg gonadrotropin.

 Pada pria FSH merangsang spermatogenesis dan LH merangsang sekresi testosteron


oleh sel leydig (sel interstitial testis)
 Pada wanita FSH merangsang perkembangan folikel dan sekresi estrogen oleh sel-sel
folikel. LH merangsang sekresi progesteron oleh korpus luteum.

5. PROLAKTIN
Pelepasannya dipengaruhi oleh prolactin releasing hormon/PRH
Fungsi prolakstin ; Menstimulasi produksi ASI

6. OKSITOSIN
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan
Sel targetnya adalah uterus dan payudara
Oksitosin berfungsi meningkatkan kontraksi uterus dan menyebabkan laktasi

7. ANTI DIURETIC HORMONE /VASOPRESIN


Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi
Sel targetnya adalah tubulus dan arteriol.
Efek: meningkatkan TD, meningkatkan absorsi di tubulus distal, menurunkan krja otot
saluran GI

Anda mungkin juga menyukai