Anda di halaman 1dari 20

KOEFISIEN KEKENTALAN ZAT CAIR

Nama : RIZKA MILENIA PUTRI


NIM : 1302618037
Jurusan / Prodi : Pendidikan Fisika
Kelompok : VII
Nama Percobaan : Koefisien Kekentalan Zat Cair
Tanggal Percobaan : 28 November 2018
Tanggal Pengumpulan :
Nama Asisten :
1. Diah Kartika R. (3225163566)
2. Diyan Mustikasari (3225161019)
3. Hani Harjayanti (3225160813)
4. Mutiara Pratama (3225163090)

Pre-Test Laporan Awal Laporan Akhir

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
TAHUN 2018/2019
P4 : KOEFISIEN KEKENTALAN ZAT CAIR

A. TUJUAN
1. Memahami bahwa benda yang bergerak di dalam fluida (zat cair atau gas) akan
mendapat gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut
2. Menentukan koefisien kekentalan (coefficient of viscosity) dari zat cair, dalam halini
gliserin, dengan mengukur waktu jatuh bola-bola didalam fluida.

B. TEORI DASAR
Jika benda dijatuhkan pada zat cair tanpa kecepatan awal, maka benda tersebut
akan mendapatkan percepatan karena ada gaya yang bekerja padanya. Gaya yang bekerja
pada benda tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

∑ 𝐹𝑦 = 𝐺 − 𝐵 − 𝐹 = 𝑚𝑎

dengan
𝐺 = gaya berat benda
𝐵 = gaya apung ke atas
𝐹 = gaya gesek

Gaya yang dialami oleh benda berbanding lurus dengan kecepatan, gaya semacam ini
disebut gaya gesek Newton dan cairan. Dalam hal ini, cairan yang digunakan disebut
cairan Newton. Apabila benda berbentuk bola, menurut Stokes, gaya yang dialami benda
dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝐹 = 6 ∏ 𝑟 𝜂𝑣 (1)
dimana :
𝐹 = gaya gesekan yang bekerja pada bola
𝜂 = koefisien kekentalan dari fluida
𝑟 = jari-jari bola
𝑣 = kecepatan bola relatif terhadap fluida
Pemakaian hukum Stokes memerlukan bebrapa syarat, antara lain :
a. Runag tempat fluida tidak terbatas ukurannya cukup besar/luas dibandingkan dengan
ukuran benda.
b. Tidak ada turbulensi didalam fluida.
c. Kecepatan 𝑣 tidak besar, sehingga aliran masih laminar.

Jika sebuah benda padat berbentuk bola dengan rapat massa 𝜌 dilepaskan pada
permukaan zat cair tanpa kecepatan awal, bola tersebut mula-mula akan mendapat
percepatan. Dengan bertambah besarnya kecepatan bola, maka bertambah besar pula gaya
Stokes yang bekerja pada bola tersebut. Pada akhirnya bola tersebut akan bergerak dengan
kecepatan tetap. Gerakan dengan kecepatan tetap ini terjadi setelah tercapai keseimbangan
antara gaya berat, gaya apung (Archimedes) dan gaya Stokes pada bola tersebut.
Jika kecepatan makin membesar, maka gaya gesek juga akan makin membesar, sehingga
suatu saat akan terjadi keseimbanagn dinamis, dimana benda bergerak tanpa percepatan.
Gaya gesek tersebut dirumuskan :
𝐹𝑟 = 𝐺 − 𝐵
Dengan memasukan harga gaya-gaya ini, maka dapat diperoleh
2 𝑔
𝜂 = 9 𝑟 2 (𝜌𝑏𝑜𝑙𝑎 − 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ) ⁄𝑣 (2)

Dari persamaan (2) dapat diturunkan persamaan :


9𝜂𝑑
𝑇𝑟 2 = (𝜌𝑏𝑜𝑙𝑎 − 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ) (3)
2𝑔

𝑇 = Waktu yang diperlukan bola menempuh jarak d


𝑑 = Jarak jatuh yang ditempuh

Koreksi : Pada percobaan yang dilakukan, syarat (a) tidak dipenuhi, karena fluida yang
akan ditemntukan koefisien kekentalannya ditempatkan dalam tabung yang besarnya
terbatas,sehingga jari-jari tidak dapat diabaikan terhadap jari-jaritabung. Dalam hal
demikian, kecepatan bola harus dikoreksi dengan :

𝑣𝑜 = 𝑣(1 + 𝑘𝑟⁄𝑅 ) (4)

Karena 𝑣 = 𝑑⁄𝑡 persamaann (6-4) dapat ditulis sebagai :


𝑇⁄ = 𝑘𝑟⁄ + 1 (5) 1
𝑇𝑜 𝑅

1
Tim Dosen Fisika UNJ.2017. Pedoman Praktikum Fisika Dasar 1. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
TEORI TAMBAHAN:
Viskositas (kekentalan) berasal dari perkataan Viscous. Suatu bahan apabila
dipanaskan sebelum menjadi cair terlebih dulu menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan
dapat mengalir pelan-pelan. Viskositas dapat dianggap sebagai gerakan di bagian dalam
(internal) suatu fluida . Jika sebuah benda berbentuk bola dijatuhkan ke dalam fluida kental,
misalnya kelereng dijatuhkan ke dalam kolam renang yang airnya cukup dalam, nampak
mula-mula kelereng bergerak dipercepat. Tetapi beberapa saat setelah menempuh jarak
cukup jauh, nampakkelereng bergerak dengan kecepatan konstan (bergerak lurus
beraturan). Iniberarti bahwa di samping gaya berat dan gaya apung zat cair masih ada gaya
lainyang bekerja pada kelereng tersebut.2
Istilah viskositas umumnya digunakan dalam menjelaskan aliran fluida untuk menandakan
derajat gesekan internal pada fluida. Gesekan internal, atau gaya viskos, berkaitan dengan
hambatan yang dialami oleh dua lapisan fluida yang bersebelahan untuk bergerak relatif
terhadap yang lain. Viskositas menyebabkan sebagian energi kinetik dari fluida berubah
menjadi energi internal. Mekanisme ini mirip dengan benda yang meluncur pada permukaan
horizontal kasar yang kehilangan energi kinetiknya.
Oleh karena itu gerakan fluida yang sesungguhnya sangatlah rumit dan tidak sepenuhnya
dimengerti, maka dibuatlah beberapa asumsi yang memudahkan kita dalam melakukan
pendekatan. Dalam gambaran kita tentang aliran yang ideal, dibuatlah empat asumsi berikut :
1. Fluida tidak kental. Dalam fluida yang tidak kental (nonviskos), gesekan internal
diabaikan. Sebuah benda yang bergerak melewati fluida tidak mengalami gaya viskos.
2. Alirannya tunak. Dalam aliran yang tunak (laminar), maka kecepatan fluida pada setiap
titik tetap konstan.
3. Fluida tidak dapat ditekan. Massa jenis dari fluida yang tidak dapat diputar (iratasional),
fluida tidak memiliki momentum sudut pada titik mana pun. Jika sebuah roda berdayung
dan diletakkan pada titik mana pun di dalam fluida tidak mengalami rotasi terhadap pusat
massa roda, maka aliran tersebut iratasional.
Lintasan yang diambil oleh partikel fluida dalam kondisi aliran tunak disebut sebagai garis
alir. Kecepatan partikel selalu merupakan garis singgung terhadap garis alirnya. Sekelompok
garis alir, membentuk sebuah saluran aliran. Perhatikan bahwa partikel tidak dapat mengalir
ke dalam atau ke luar dari sisi saluran ini; jika tidak demikian, maka gari-garis alirnya akan
saling bertumbukan. 3
Suatu benda jika digerakkan pada permukaan padat yang kasar maka benda-bendatersebut
akan mengalami gangguan gaya gesekan. Analog dengan hal itu, maka suatu benda yang
bergerak dalam zat cair yang kental akan mengalami gaya gesekan yang disebabkan oleh

2
Santoso, Lukman. 2009. Koefisien Kekentalan Zat Cair. Bandung. Universitas Padjajaran.
3
Serway. 2010. Halaman 431.
kekentalan zat cair tersebut. Dalam hal ini gaya gesekan pada benda-benda yang bergerak
dalam zat cair dapat digunakan melalui kecepatan besar benda. 4
Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada zat cair
kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding.
Bagian yang menempel pada dinding luar dalam keadaan diam dan yang menempel pada
dinding dalam akan bergerak bersama dinding tersebut. Lapisan zat cair antara kedua dinding
bergerak dengan kecepatan yang berubah secara linier sampai V. Aliran ini disebut aliran
laminer.
Aliran zat cair akan bersifat laminer apabila zat cairnya kental dan alirannya tidak terlalu
cepat. Kita anggap gambar di atas sebagai aliran sebuah zat cair dalam pipa, sedangkan garis
alirannya dianggap sejajar dengan dinding pipa. Karena adanya kekentalan zat cair yang ada
dalam pipa, maka besarnya kecepatan gerak partikel yang terjadi pada penampang melintang
tidak sama besar. Keadaan tersebut terjadi dikarenakan adanya gesekan antar molekul pada
cairan kental tersebut, dan pada titik pusat pipa kecepatan yang terjadi maksimum.5

Gabriel George Stokes adalah seorang fisikawan yang memperbaiki seluruh perjalanan untuk
membahas fluida. Penelitiannya yang terkenal adalahHukum Stokes, yang berbunyi demikian:
“Jika benda bergerak dengan kelajuan tertentu dalam fluida kental, maka gerakan benda
akandihambat oleh gaya gesek antara perukaan benda dengan fluida.“Biasanyahukum Stokes
dapat dituliskan sebagai berikut:
𝐹 = 6 ∏ 𝑟 𝜂𝑣

Dimana:
F = gaya gaya tarik yang diberikan fluida pada bola
μ = peringkat viskositas fluida
v = kecepatan benda-benda bergerak dalam fluida
r = luas jari-jari benda 6

C. ALAT DAN BAHAN


1. Tabung yang berisi zat cair
2. Bola-bola kecil dari zat padat
3. Micrometer sekrup, jangka sorong, mistar
4. Termometer
5. Sendok saringan untuk mengambil bola dari dasar tabung

4
Napuri, Handri. 2012. Dasar Koefisien Kanten Zat. Bogor. Universitas Pakuan
5
Rahayu, Rani Septiani. 2015. Koefisien Kekentalan Zat Cair. Bandung. Universitas Al-Ghifari
6
Fidelia, Jenica. 2014. Viskositas dan Hukum Stokes. Tanggerang. Universitas Surya
6. Dua gelang kawat yang melingkari tabung
7. Stopwatch
8. Aerometer
9. Timbangan torsidengn batutimbangannya

D. CARA KERJA
1. Mengukur diameter tiap tiap bola dengan mikrometersekrup. Lakukan 5 kali pengukuran
tiap tiap bola
2. Menimbang tiap tiap bola dengan neraca torsi
3. Mengukur diameter bagian dalam dari tabung, sebanyak 5 kali pengukuran
4. Mencatat atat suhu zat cair sebelum dan sesudah percobaan
5. Mengukur rapat massa zat cair sebelum dan sesudah tiap percobaan dengan aerometer
6. Menempatkan gelang kawat yang melingkar tabung kira kira 5 cm dibawah permukaan
zat cair dan yang lain kira kira 5cm dari dasar tabung
7. Menguku jarak jatuh d (jarak kedua gelang kawat)
8. Memasukan sendok saring sampai dasar tabung dan tunggu beberapa saat hingga zat cair
diam
9. Mengukur waktu jatuh T untuk tiap tiap bola masing masing 5 kali perhitungan
10. Mengubah letak letak kawat sehingga jarak d berubah juga . ukurlah T dan d seperti
langkah 7 dan 9 (pengurangan jarak d sebanyak 3 perubahan)
11. Mengubah suhu zat cair dengan memasukan tabung zat cair ke dalam air es atau dalam
bak hangat
12. Mengulangi langkah percobaan nomor 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10 untuk suhu yang tidak sama
dengan suhu semula
E. TABEL DATA DAN PERCOBAAN
 BENDA 1 JARAK 50CM
Suhu Suhu
No t t²
Sebelum Sesudah
1 18.9 357.21 27 27
2 20.5 420.25 27 27
3 17 289.00 27 27
4 18.2 331.24 27 27
5 18.5 342.25 27 27
∑ 93.1 1739.95
Rata-
18.62 347.99 27 27
rata

 BENDA 1 JARAK 60 CM
Suhu Suhu
No t t²
Sebelum Sesudah
1 20.8 432.64 27 27
2 22.5 506.25 27 27
3 21.3 453.69 27 27
4 21.7 470.89 27 27
5 19.1 364.81 27 27
∑ 105.4 2228.28
Rata-
21.08 445.66 27 27
rata

 BENDA 2 JARAK 50 CM
Suhu Suhu
No t t²
Sebelum Sesudah
1 16.4 268.96 27 27
2 21.8 475.24 27 27
3 17.3 299.29 27 27
4 17.3 299.29 27 27
5 17.2 295.84 27 27
∑ 90 1638.62
Rata-
18 327.72 27 27
rata

 BENDA 2 JARAK 60 CM
Suhu Suhu
No t t²
Sebelum Sesudah
1 22.2 492.84 27 27
2 22.5 506.25 27 27
3 22.9 524.41 27 27
4 23.5 552.25 27 27
5 20.4 416.16 27 27
∑ 111.5 2491.91
Rata-
22.3 498.38 27 27
rata
Diameter Bola
Percobaan Ke- Bola
Bola 1
2
6,67
1 7,16 mm
mm
6,67
2 7,16 mm
mm
6,67
3 7,16 mm
mm
6,67
4 7,16 mm
mm
6,67
5 7,16 mm
mm
6,67
Rata-Rata 7,16 mm
mm
Massa Bola
Bola
Bola 1
2
0,465
0,545 gram
gram

F. PENGOLAHAN DATA
 DATA TUNGGAL
 JARAK 50 CM

1 1
∆𝐿 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝐶𝑀
2 2
∆𝐿 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.1% (4𝐴𝑃)
𝐿 50
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝐿 = (𝐿̅ ± ∆𝐿)𝐶𝑀 = (50 ± 0,5)𝐶𝑀
 JARAK 60 CM

1 1
∆𝐿 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝐶𝑀
2 2
∆𝐿 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.08% (4𝐴𝑃)
𝐿 60
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝐿 = (𝐿̅ ± ∆𝐿)𝐶𝑀 = (60 ± 0,5)𝐶𝑀

 MASSA BENDA 1 (0,545 gram)

1 1
∆𝑚 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05𝑔𝑟
2 2
∆𝑚 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 9,17% (3𝐴𝑃)
𝑚 0,545
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑚 = (𝑚
̅ ± ∆𝑚)𝑔𝑟 = (0,545 ± 0,049)𝑔𝑟
 MASSA BENDA 2 (0,465 gram)

1 1
∆𝑚 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05𝑔𝑟
2 2
∆𝑚 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 10,75% (2𝐴𝑃)
𝑚 0,465
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑚 = (𝑚
̅ ± ∆𝑚)𝑔𝑟 = (0,545 ± 0,05)𝑔𝑟

 DIAMETER BOLA 1 (7,16mm)

1 1
∆𝑑 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.001 = 0,0005𝑚𝑚
2 2
∆𝑑 0,0005
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0,007% (4𝐴𝑃)
𝑑 7,16

𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑑 = (𝑑̅ ± ∆𝑑)𝑚𝑚 = (7,16 ± 0,0005)𝑚𝑚

 DIAMETER BOLA 2 (6,67mm)

1 1
∆𝑑 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.001 = 0,0005𝑚𝑚
2 2
∆𝑑 0,0005
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0,0074% (4𝐴𝑃)
𝑑 6,67

𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑑 = (𝑑̅ ± ∆𝑑)𝑚𝑚 = (6,67 ± 0,0005)𝑚𝑚

 DIAMETER TABUNG (3,04cm)

1 1
∆𝑑 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.01 = 0,005𝑐𝑚
2 2
∆𝑑 0,005
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0,16% (4𝐴𝑃)
𝑑 3,04

𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑑 = (𝑑̅ ± ∆𝑑)𝑐𝑚 = (3,04 ± 0,0049)𝑐𝑚

 WAKTU 16,4 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠
 WAKTU 17 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠

 WAKTU 17,2 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠

 WAKTU 17,3 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠

 WAKTU 18,2 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠

 WAKTU 18,5 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠
 WAKTU 18,9 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠

 WAKTU 19,1 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠

 WAKTU 20,5 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠

 WAKTU 20,8 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠

 WAKTU 21,3 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠
 WAKTU 21,7 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠
 WAKTU 21,8 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠
 WAKTU 22,5 S

1 1
∆𝑡 = × 𝑛𝑠𝑡 = × 0.1 = 0,05 𝑠
2 2
∆𝑡 0,05
𝐾𝑠𝑟 = × 100% = × 100% = 0.0091% (4𝐴𝑃)
𝑡 16,4
𝑚𝑎𝑘𝑎, 𝑡 = (𝑡̅ ± ∆𝑡)𝑠 = (54.80 ± 0,05)𝑠

 DATA MAJEMUK

NO t t2 t t2 t t2 t t2
1 18.9 357.21 20.8 432.64 16.4 268.96 22.2 492.84
2 20.5 420.25 22.5 506.25 21.8 475.24 22.5 506.25
3 17 289.00 21.3 453.69 17.3 299.29 22.9 524.41
4 18.2 331.24 21.7 470.89 17.3 299.29 23.5 552.25
5 18.5 342.25 19.1 364.81 17.2 295.84 20.4 416.16
∑ 93.1 1739.95 105.4 2228.28 90 1638.62 111.5 2491.91
Rata2 18.62 347.99 21.08 445.66 18 327.72 22.3 498.38

 BENDA 1 JARAK 50 CM
Waktu Tempuh
∑𝑡 93,1
t= 𝑛
= 5
= 18,26 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

1 𝑁 ∑t2−∑𝑡2 1 5.1739,95−1739,95
∆t = 𝑛 √ 𝑛−1
= 5√ 5−1
= 18,215 sekon

∆𝑡 18.215
Ksr = 𝑡
x 100% = 18,26
x 100% = 99% (2AP)

Maka, 𝑡̅ = (𝑡 ± ∆𝑡) = (18,26±18,22) sekon


 BENDA 1 JARAK 60 CM
∑𝑡 105.4
t= 𝑛
= 5
= 21,08 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

1 𝑁 ∑t2−∑𝑡2 1 5.2228.28−2228.28
∆t = 𝑛 √ 𝑛−1
= 5√ 5−1
= 9,44 sekon

∆𝑡 9,44
Ksr = 𝑡
x 100% = 21,08 x 100% = 44% (2AP)

Maka, 𝑡̅ = (𝑡 ± ∆𝑡) = (21,08 ±9,44) sekon

 BENDA 2 JARAK 50 CM
∑𝑡 90
t= = = 18 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑛 5

1 𝑁 ∑t2−∑𝑡2 1 5.1638.62−1638.62
∆t = 𝑛 √ 𝑛−1
= 5√ 5−1
= 8,096 sekon

∆𝑡 8,096
Ksr = x 100% = x 100% = 44% (2AP)
𝑡 18

Maka, 𝑡̅ = (𝑡 ± ∆𝑡) = (18 ±8,09) sekon

 BENDA 2 JARAK 60 CM
∑𝑡 111,5
t= 𝑛
= 5
= 22,3 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛

1 𝑁 ∑t2−∑𝑡2 1 5.2491.91−2491.91
∆t = 𝑛 √ 𝑛−1
= 5√ 5−1
= 9,984 sekon

∆𝑡 9,984
Ksr = 𝑡
x 100% = 22,3
x 100% = 44% (2AP)

Maka, 𝑡̅ = (𝑡 ± ∆𝑡) = (22,3 ± 9,99) sekon

 Kecepatan Bola
o Bola 1
d v
t (s) v²
(cm) (cm/s)
1 50 18.9 2.645 6.996
2 50 20.5 2.439 5.948
3 50 17 2.941 8.649
4 50 18.2 2.747 7.546
5 50 18.5 2.702 7.300
6 60 16.4 3.658 13.380
7 60 21.8 2.752 7.573
8 60 17.3 3.468 12.027
9 60 17.3 3.468 12.027
10 60 17.2 3.488 12.166
∑v 30.311 93.6157

∑𝑣 30,311
v = = = 3,0311 cm/s
𝑛 10
1 𝑁(∑𝑣 2 )−(∑𝑣)2 1 10(93,6157−(30,311)2 )
Δ𝑣 = √ = √ = 0,139
𝑁 𝑁−1 10 10−1
Δ𝑣 0,139
Ksr = 𝑥 100%= 3,0311 𝑥 100%=4,587% (3AP)
𝑣
𝑣̅ = (𝑣 ± Δ𝑣) cm/s = (3,0311 ± 0,139) cm/s

o Bola 2
d v
t (s) v²
(cm) (cm/s)
1 50 20.8 2.403 5.778
2 50 22.5 2.222 4.938
3 50 21.3 2.347 5.510
4 50 21.7 2.304 5.309
5 50 19.1 2.617 6.852
6 60 22.2 2.702 7.304
7 60 22.5 2.666 7.111
8 60 22.9 2.620 6.864
9 60 23.5 2.553 6.518
10 60 20.4 2.941 8.650
∑v 25.379 64.838

∑𝑣 25,379
v = = = 2,5379 cm/s
𝑛 10
1 𝑁(∑𝑣 2 )−(∑𝑣)2 1 10(64,838−(25,379)2 )
Δ𝑣 = 𝑁√ = 10 √ = 0,069
𝑁−1 10−1
Δ𝑣 0,069
Ksr = 𝑥 100%= 2,5379 𝑥 100%=2,718% (3AP)
𝑣
𝑣̅ = (𝑣 ± Δ𝑣) cm/s= (2,5379 ± 0,069) cm/s

G. PERHITUNGAN
Rapat Massa Bola
4
Volume Bola = 𝑉 = 3 𝜋𝑟 3
Bola 1 Bola 2
4 4
𝑉 = 𝑥 3,14 𝑥 3,583 𝑉 = 𝑥 3,14 𝑥 3,3353
3 3
V = 192,09 mm³ V = 155,29 mm³
V = 0,192 cm³ V = 0,155 cm³
Rapat Massa Bola 1 Rapat Massa Bola 2
𝑚 0,545 𝑔
𝜌= = 0,192 = 2,838 ⁄𝑐𝑚3 𝑚 𝑚 0,465 𝑔
𝑣 𝜌= 𝜌= = = 3 ⁄𝑐𝑚3
𝑣 𝑣 0,155

0,465
𝜌=
0,052

𝑔
𝜌 = 8,942 ⁄𝑐𝑚3
Harga Koefisien Viskositas
Bola 1 Bola 2
Viskositas 14,5306 16,556
0,358 0,333
r Bola
cm cm
Kecepatan 3,0311 2,5379
Bola cm/s cm/s
Gravitasi 980 980
ρ Bola 2,838 3
ρ Gliserin 1,26 1,26
2 𝑔
𝜂 = 𝑟 2 (𝜌𝑏𝑜𝑙𝑎 − 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ) ⁄𝑣
9
Bola 1
2
𝜂 = (0,358)2 (2,838 − 1,26) 980⁄3,0311
9
= (0,028) (1,578) (323,314)
= 14,5306

Bola 2
2
𝜂 = (0,333)2 (3 − 1,26) 980⁄2,5379
9
= (0,0246) (1,74) (386,146)
= 16,556

H. ANALISIS
Percobaan kali ini yang berjudul Koefisien Kekentalan Zat Cair atau biasa dikenal
dengan sebutan Viskositas, Percobaan dilakukan dengan menjatuhkan bola kedalam zat
cair, dan zat cair yang digunakan kali ini yaitu Gliserin, yang sebelumnya telah diketahui
massa jenisnya sebesar 1.200 gr/cm3. Hal yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan
dengan menggunakan alat yang telah dirangkai berupa tabung, pengukur dan saringan
pengangkat bola, dan gliserin dimasukkan kedalam tabung sampai ketitik awal pengukur.

Selanjutnya yaitu mengukur diameter tabung sebanyak lima kali pengukuran, dan
didapat diameternya sebesar 3,04cm. Setelah mengukur massa ketiga bola sebanyak lima
kali, maka bola dimasukkan kedalam tabung yang berisi gliserin tersebut dan dicatat
berapa lama waktu bola tersebut mencapai jarak tertentu. Kali ini jarak yang kami pakai
yaitu sebesar 50 cm dan 60 cm. percobaan dilakukan sebanyak lima kali pada setiap bola
disetiap jaraknya.

Setelah percobaan dilakukan, maka analisa yang kami dapatkan dari percobaan
kami yaitu pengaruh antara diameter terhadap kecepatan bola saat dijatuhkan ialah
semakin besar diameter bola, maka semakin cepat bola jatuh. Namun, hal tersebut sangat
bergantung pada massa bola itu sendiri. Sedangkan pengaruh massa suatu benda yang
dijatuhkan kedalam zat cair atau fluida terhadap kecepatan jatuhnya bola ialah semakin
besar massa benda tersebut, maka semakin besar pula kecepatan jatuhnya benda tersebut.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan yang kami lakukan telah sesuai
dengan literature, dimana massa suatu benda yang dijatuhkan kedalam zat cair (fluida)
berbanding lurus terhadap kecepatan jatuhnya bola tersebut dalam fluida (gliserin).

Menurut Atkins (1996), apabila suatu benda berbentuk bola dijatuhkan secara bebas
kedalam fluida kental, kecepatannya akan bertambah, adanya dikarenakan oleh pengaruh
gravitasi bumi, yang menyebabkan bola tersebut mencapai kecepatan terbesar yang tepat,
dan dari percobaan yang kami lakukan dengan data yang telah dipaparkan maka, dari
ketiga bola yang bermassa beda dijatuhkan pada zat cair, maka bola yang bermassa
paling besar yang akan mengalami kecepatan terbesar. Hal itu terjadi karena berat benda
akan dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi. Sehingga benda yang memiliki massa
yang besar akan memiliki berat yang besar pula dan mengalami kecepatan yang besar.

Dalam percobaan kali ini didapatkan bahwa bola 1 yang memiliki kecepatan yang besar
memiliki koefisien viskositas yang kecil. Sedangkan untuk bola 2 yang memiliki
kecepatan lebih kecil, memiliki nilai koefisien viskositas yang lebih besar. Hal itu
dikarenakan nilai koefisien viskositas berbanding terbalik dengan kecepatan benda dalam
fluida.
Chart Title
18
16
14
12
2,5379 3,0311

I. JAWABAN TUGAS AKHIR


1. Tentukan letak gelang-gelang kawat yang melingkari tabung dipilih (jarak d). Apakah
akibatnya bila terlalu tinggi (dekat dengan permukaan atau terlalu rendah (dekat
dengan dasar tabung).
2. Hitunglah 𝑇12 , untuk tiap-tiap bola dan tiap-tiap d (gunakan tabel-tabel).
3. Hitunglah grafik antara 𝑇12 dan d.
4. Hitunglah harga Ƞ dengan memakai grafik tersebut.
5. Buktikanlah bahwa 𝑇12 mempunyai harga tetap pada d yang sama untuk berbagai
ukuran bola.
6. Apakah faedahnya menghitung 𝑇12 lebih dulu untuk menghitung harga koefisien?
7. Berilah ketelitian percobaan ini untuk hasil-hasil yang diperoleh.
8. Apakah pengaruh suhu terhadap koefisien kekentalan zat cair. Terangkan jawaban
anda.
9. Berilah definisi koefisien kekentalan zat secara umum
10. Apakah satuan koefisien kekentalan Ƞ dalam SI dan apa pula satuan Ƞ dalam c.g.s.
11. Buktikan rumus-rumus (6-2) dan (6-3).
12. Apa akibatnya bila kecepatan bila besar relatif terhadap fluida?
13. Bagaimanakah dapat ditentukan harga 𝑇0 dari grafik?
14. Jika sebuah peluru ditembakan keatas apakah kecepatannya pada saat jatuh kembali
samadengan kecepatannya pada saat ditembaka? Terangkan jawaban Anda!
JAWAB:

1. Jarak yang dipilih:


Karena apabila gelang kawat terlalu dekat dengan permukaan maka bola masih terlalu
cepat kelajuannya, karena bola tsb dijatuhkan dari udara, namun jika terlalu dekat dengan
dasar, maka kita akan sulit menentukan waktu yang tepat.

2. Tr2 (waktu yang ditempuh bola untuk mencapai dasar)


Bola 1 Bola 2
Viskositas 14,5306 16,556
0,358 0,333
r Bola
cm cm
Diameter bola 7,16 cm 6,67 cm
Kecepatan
3,0311 2,5379
Bola
Gravitasi 980 980
ρ Bola 2,838 3
ρ Gliserin 1,26 1,26
𝑇𝑟 2 (d=50cm) 5,264 6,613
𝑇𝑟 2 (d=60cm) 6,317 7,92
9𝜂𝑑
𝑇𝑟² = (𝜌 − 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 )
2𝑔 𝑏𝑜𝑙𝑎
Bola 1 (50cm)
Bola 1 (60cm)
𝑇𝑟² =
9 (14,5306)(50) 9 (14,5306)(60)
(2,838 − 1,26) 𝑇𝑟² = (2,838 − 1,26)
2 (980) 2 (980)
= 5,264
= 6,317
Bola 2 (50cm)
9 (16,556)(50) Bola 2 (60cm)
𝑇𝑟² = (3 −
2 (980)
9 (16,556)(60)
1,26) 𝑇𝑟² = (3 − 1,26)
2 (980)
= 6,613
= 7,92
3.

Hubungan 𝑇12dengan d.
10

0
50 60

Bola 1 Bola 2

4.
Bola 1 Bola 2
Viskositas
14,5306 16,556

5. Tr2 tidak memiliki harga tetap dikarenakan waktu yang tidak tentu selalu sama pada tiap-
tiap bola. Artinya, tidak dapat dibuktikan bahwa Tr2 memiliki nilai yang tetap pada
percobaan ini.
2 𝑔
6. 𝜂 = 9 𝑟 2 (𝜌𝑏𝑜𝑙𝑎 − 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ) ⁄𝑣 (2)
9𝜂𝑑
𝑇𝑟 2 = (𝜌𝑏𝑜𝑙𝑎 − 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ) (3)
2𝑔
Masukkan persamaan 2 ke 3, akan di peroleh :
2 𝑔
9 9 𝑟 2 (𝜌𝑏𝑜𝑙𝑎 − 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 ) ⁄𝑣 𝑑
𝑇𝑟 2 = (𝜌𝑏𝑜𝑙𝑎 − 𝜌𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 )
2𝑔
2
2𝑑𝑟 2
𝑇𝑟 =
𝑣
Dengan memakai persamaan ini, Tr 2 akan lebih efisien untuk dicari. Lalu hasil Tr 2 bisa
digunakan untuk mencari 𝝶
7. Massa bola = Neraca torsi : NST = 5 mg = 5 x 10-6 Kg
Diameter bola = Mikrometer Sekrup : NST = 0,01 mm = 1 x 10-5 m
Diameter tabung = Jangka sorong : NST = 0,01 cm = 1 x 10-4
Waktu tempuh = Stopwatch : NST = 0,01 s
Densitas fluida = Aerometer : NST = 1 kg/m3
Suhu fluida = Termometer : NST = 0,1°C

8. Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun,
dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan
yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
9. Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun,
dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan
yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya. Viskositas
atau kekentalan suatu zat cair adalah salah satu sifat cairan yang menentukan besarnya
perlawanan terhadap gaya gesek . viskositas juga dapat diartikan sebagai ukuran
kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya gesekan suatu benda didalam fluida
10. Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah 𝑁𝑠⁄𝑚2 atau Pascal Sekon (Pa.s). Pada sistem
𝑑𝑦𝑛𝑒. 𝑠⁄
cgs satuan tersebut adalah 𝑐𝑚2 dan satuan ini disebut Poise (P).
11. ∑F = 0
w-Fa-Fs = 0
6πƞrv= ρbVb g - ρfVb g
6πƞrv= Vb g (ρb - ρf)
6πƞrv= 4/3πr3. g (ρb - ρf)
Ƞ = 4/3πr3.16π. r3r. g/v (ρb - ρf)
ƞ=2/9r2 (ρbola-ρcairan) g/v
12. Dengan bertambah besarnya kecepatan bola, maka bertambah pola gaya Stokes pada bola
tersebut sehingga bola akan bergerak dengan kecepatan tetap.
13. Harus melalui percobaan terlebih dahulu
14. Kecepatannya akan berbeda. Peristiwa ini dinamakan GLBB (Gerak Lurus Berubah
Berarturan). Pada saat peluru ditembakan ke atas, maka akan mengalami perlambatan
karena bergesekan dengan udara, kemudian disat peluru jatuh akan mengalami percepatan
karena gravitasi bumi.

J. KESIMPULAN
1. Kekentalan suatu zat dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi zat dan berat molekul
2. Semakin kental suatu larutan yang digunakan, maka semakin besar nilai kekentalan
3. Percobaan ini adalah untuk membuktikan dan mencari nilai koefisien kekentalan (η)
berbagai data yang telah didapat pada percobaan.
4. Semakin berat dan semakin besar sebuah benda, maka semakin cepat pula kecepatan
benda bergerak dalam fluida.
5. Semakin besar kecepatan benda maka semakin kecil nilai koefisien viskositas.
6. Bola yang dimasukkan ke dalam fluida kental seperti gliserin pada awalnya akan
mengalami kecepatan yang tidak stabil, karena kecepatan benda masih dipengaruhi
oleh gaya gravitasi. Tetapi selang beberapa detik, bola akan mengalami perlambatan
karena ada gaya hambat yang menyebabkan benda tidak akan mendapat percepatan
sehingga kecepatan bola akan konstan. Gaya hambat ini yang dinamakan dengan
viskositas fluida.
K. SARAN
1. Lebih teliti dalam melakukan pengukuran
2. Lebih tepat dalam memakai alat ukur seperti stopwatc, mistar, mikrometer sekrup,
jangka sorong dan aerometer.
3. Berhati-hati dalam penarikan bola dari dasar tabung ke permukaan. Sendok saring
harus tetap tegak agar bola tidak terjatuh ke dasar tabung berisi gliserin

L. DAFTAR PUSTAKA
 Fidelia, Jenica. 2014. Viskositas dan Hukum Stokes. Tanggerang. Universitas Surya
 Napuri, Handri. 2012. Dasar Koefisien Kanten Zat. Bogor. Universitas Pakuan
 Rahayu, Rani Septiani. 2015. Koefisien Kekentalan Zat Cair. Bandung. Universitas Al-
Ghifari
 Santoso, Lukman. 2009. Koefisien Kekentalan Zat Cair. Bandung. Universitas Padjajaran.
 Serway. 2010. Halaman 431.
 Tim Dosen Fisika UNJ.2017. Pedoman Praktikum Fisika Dasar 1. Jakarta : Universitas
Negeri Jakarta

Anda mungkin juga menyukai