Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna kata
mengarang, sebeb dari kegiatan yang disebut mengarang itulah dihasilkan suatu
karangan. Mengarang berati menyusun atau merangkai. Pada awalnya kata merangkai
tidakberkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan makna kata merangkai mula-mula
terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda konkret seperti merangkai
bunga atau merangkai bendalain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa,
lama kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan merangkai kalimat,
kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Karangan adalah hasil
penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok
bahasan. Karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian timbul sebutan penulis untuk
orang yang menuliskannya.

Sebuah tulisan ilmiah menuntut adanya persyaratan material dan persyaratan formal.
Persyaratan material mencakup adanya topik yang dibicarakan, tema yang menjadi
tujuan atau sasaran penulisan, alinea yang merangkaikan pokok-pokok pembicaraan.
Adapun yang dimaksud dengan persyaratan formal adalah tata bentuk karangan.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan karangan?


2. Apa jenis penggolongan karangan menurut bobot isinya?
3. Apa jenis karangan menurut cara penyajian dan tujuan
penyampaiannya?
Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari karangan
2. Mengetahui jenis-jenis karangan menurut bobot isinya

1
3. Mengetahui jenis-jenis karangan menurut cara penyajian dan tujuan
penyampaiannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karangan
Mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk
menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil
akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan
hasil akhir berupa rangkaian bunga). Pendapat Widyamartaya dan Sudiati,
mengarang adalah “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
pembaca untuk dipahami”.
Adapun pengertian karangan menurut hemat penulis adalah hasil penjabaran
suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan.
Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi
atau lebih luas dari alinea.
B. Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya
Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu karangan
ilmiah, karangan semi ilmiah atau ilmiah populer, dan karangan non ilmiah.
1. Karangan Ilmiah
Tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikounikasikan
lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis, dan sintetis-
analitis.
Tujuan : memberi penjelasan, memberi komentar atau penilaian,
memberi saran, menyampaikan sanggahan, serta membuktikan hipotesa.
Ciri karangan ilmiah :
 Pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif).
Faktual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek yang
diteliti. Objektif juga mengandung pengertian adanya sikap jujur
dan tidak memihak, serta memakai ukuran umum dalam menilai
sesuatu, bukan ukuran yang subjektif (selera perseorangan).
Dengan kata lain kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan

3
melalui eksperimen bahwa dengan kondisi dan metode yang
sama dapat dihasilkan kesimpulan yang sama pula.
 Tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis.
Dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara tertentu
dengan langkah-langkah yang teratur (sistematis) dan terkontrol
melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan
strategi.
 Dalam pembahasannya tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah.
Laras ilmiah harus baku dan formal, selain itu laras ilmiah
bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna
ganda (ambigu). Ciri lain laras ilmiah adalah menggunakan
istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu masing-
masing.
Yang tergolong kedalam karangan ilmiah antara lain adalah laporan,
makalah, skripsi, tesis, disertasi.
2. Karangan Semi Ilmiah atau Ilmiah Populer
Tulisan yang berisi informasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa
semiformal, namun tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang
sinstesis-analitis karena sering “dibumbui” dengan opini pengarang yang
kadang-kadang subjektif.
Ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah populer :
 Emotif
Kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih
mencari keuntungan, dan sedikit formal.
 Persuasif
Penilaian fakta tanpa bukti. Ajakan untuk meyakinkan pembaca,
mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca, dan cukup
informatif.
 Deskriptif
Penapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
 Kritik tanpa dukungan bukti.
Yang tergolong ke dalam karangan semi ilmiah antara lain adalah artikel,
editorial, opini, fitur, tips, reportase.
3. Karangan Non Ilmiah

4
Ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subjektif.
Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya forml dan populer,
walaupun kadang-kadang juga non formal dan teknis.
Ciri karangan non ilmiah:
 Bersifat persuasif
 Ditulis berdasarkan fakta pribadi
 Fakta yang disimpulkan subjektif
 Bersifat imajinatif
 Gaya bahasa konotatif dan populer
 Situasi didramatisir
 Tidak memuat hipotesis
 Penyajian bersamaan dengan sejarah.
Yang tergolong dalam karangan non ilmiah antara lain adalah anekdok,
dongeng, hikayat, cerpen, cerbung, novel, roman, puisi, dan naskah
drama.
Perbedaan Karangan Ilmiah, Karangan Semi ilmiah atau Karangan Populer, dan
Karangan Non Ilmiah :

5
Karakteristik Karangan Ilmiah Karangan Semi-ilmiah Karangan Non-ilmiah
Sumber Pengamatan, faktual Pengamatan, faktual Non-faktual (rekaan)

Sifat Objektif Objektif dan subjektif Subjektif

Bobot Ilmiah Semi-ilmiah Non-ilmiah

Alur Sistematis, metodis Sistematis, kronologis Bebas


kilas balik (flashback)
Bahasa Denotatif, ragam baku, Setengah resmi Denotatif/konotatif,
istilah khusus (denotatif dan konotatif) setengah resmi/tidak
resmi/istilah
umum/daerah
Bentuk Argumentasi, campuran Eksposisi, persuasi, Narasi, deskriptif,
deskripsi, campuran campuran

C. Penggolongan Karangan Menurut Cara Penyajian dan Tujuan


Penyampaiannya
Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat
dibedakan atas enam jenis, yaitu deskripsi (pelukisan), narasi (pengisahan),
eksposisi (pemaparan), argumentasi (pembahasan), persuasi (ajakan), dan campuran
(kombinasi). Dalam praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai
karangan yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi, sedangkan deskripsi
dan argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian dari
karangan lain. Contoh narasi yang berdiri sendiri adalah hikayat atau kisah. Contoh
karangan eksposisi yang berdiri sendiri adalah berita-berita dalam surat kabar.
Adapun contoh karangan persuasi yang utuh adalah iklan atau lembar promosi
seperti leaflet, brosur, dan advertorial.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sementara, yaitu ada tiga jenis
karangan yang sering ditemukan :
 Sebagai karangan yang utuh berdiri sendiri yaitu narasi, eksposisi, dan
persuasi.
 Sebagai karangan yang jarang tampil utuh yaitu deskripsi dan argumentasi.

6
Kedua bentuk ini sering merupakan bagian dari karangan lain, karangan
ilmiah pada umumnya berbentuk argumentasi dengan bantuan deskripsi
sebagai pendukung.
1. Karangan Deskripsi (Pelukisan)
Karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda
sebagaimana adanya, penggambaran sesuatu dalam karangan deskripsi
memerlukan kecermatan pengamatan dan ketelitian. Hasil pengamatan
itu kemudian dituangkan oleh penulis dengan menggunakan kata-kata
yang kaya akan nuansa dan bentuk, memaparkan, menggambarkan
secara rinci dengan menyertakan bukti-bukti sehingga pembaca seolah-
olah terlibat didalamnya secara langsung.
Ciri-ciri karangan deskripsi
 Berhubungan dengan panca indra.
 Penggunaan objek didapat dengan pengamatan bentuk, warna
serta keadaan objek secara langsung.
 Unsur perasaan lebih tajam dari pada pikiran.
 Membuat pembaca seperti merasakan atau mengalami sendiri.
Supaya karangan sesuai dengan tujuan penulisannya, diperlukan suatu
pendekatan. Pendekatan adalah cara penulis meneropong atau melihat
sesuatu yang akan dituliskan. Pendekatan yang dimaksud adalah
pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis.
a. Pendekatan Realistis
Dalam pendekatan ini penulis dituntut memotret hal atau
benda seobjektif mungkin sesuai dengan keadaan yang dilihatnya.
Ia bersikap seperti sebuah kamera yang mampu membuat detail-
detail, rincian-rincian secara orisinil, tidak dibuat-buat, dan harus
dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu yang wajar.
Perhatikan kutipan dibawah ini sebagai contoh :
“Predikat IDT dinding anyaman(Inpres Desa Tertinggal) bagi
Desa Tunggulturus, Tulungagung, hampir lenyap sama sekali.
Rumah warga yang dulunya berdinding anyaman bambu, kini
hanya berjumlah hitungan jari. Yang ada kini rumah tembok
bercorak modern, bertiang beton berukir dan berjendela kaca

7
riben. Di atas genting berwarna-warni terpancang antena televisi,
bahkan parabola. Rumah-rumah disana rata-rata berlantai keramik
dan kmar mandinya pun tak lagi beratap langit.
(Disunting dari “Potret desa pemasok TKI di tulungagung” Arif
Purbadi, Media Indonesia 12 agustus 2002)”
b. Pendekatan Impresionistis.
Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha
menggambarkan sesuatu secara subjektif, setiap penulis bebas
dalam memberi pandangan atau interpretasi terhadap bagian-
bagian yang dilihat, dirasakan, atau dinikmatinya.
Perhatikan kutipan dibawah ini sebagai contoh :
“Itulah Affandi, sebagaimana ia dikenal oleh orang-orang
sekitar. Menyaksikan Affandi melukis memanglah sangat
mengasyikkan karena caranya yang lain dari pada yang lain.
Kemunculannya yang menarik perhatian, membuat orang selalu
mengerumuninya jika ia sedang melukis. Demikian juga kali ini,
orang-orang Bali di Tanjung Bungkok, tempat lokasi melukisnya,
berkerumunan dengan penuh penasaran menantikan apa yang
akan dilakukan oleh Affandi yang nampak gelisah. Mungkinkah
ia dalam luapan emosional dan konsentrasi sekaligus? Di
hadapannya tergeletak bangkai ayang jago putih yang kalah
dalam persabungan sehari sebelumnya. Darah yang meleleh dari
luka bekas tusukan taji yang merenggut nyawa yang dikurbankan
demi kepuasan para penyabungnda orang-orang pejudi, sekarang
sudah mengental di antara bulu-bulunya yang putih itu. Ada
semacam tragik yang meyayat dalam bangkai ayam yang
tergeletak itu.
(kutipan di sunting dari Affandi : Suatu Jalan Baru dalam
Ekspresionisme. Popo Iskandar. Jakarta: Akademi Jakarta.
1977)”
2. Karangan Narasi (Pengisahan)

8
(berasal dari narration : bercerita), narasi adalah suatu bentuk tulisan
yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk
perbuatan manusia dalam sebuh peristiwa secara kronologis atau yang
berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.
Karangan narasi memiliki dua macam sifat yaitu :
a. Narasi Ekspositoris / Narasi Faktual
Narasi yang bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca
agar pengetahuannya bertambah luas.
Contoh : kisah perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, dan
cerita tentang peristiwa pembunuhan.
b. Narasi Sugestif / Narasi Berplot
Narasi yang mampu menimbulkan daya khayal pembaca, mampu
menyampaikan makna kepada pembaca melalui daya khayal.
Contoh : novel, dan cerpen.
Contoh dari karangan narasi :

Kesialanku

“Pas jam 11. 00 wib pekan lantas, saya baru pulang dari kuliah.
Layaknya umumnya saya pulang kerumah naik ojek yang beraa didepan
kampusku. Kebetulan waktu itu matahari amat terik-teriknya hingga
udara panas menyelimuti tubuhku serta lagi ditambah rasa lapar yang
sejak tadi menghantuiku, bikin situasi waktu itu tidak mengenakkan
untukku.
Diperjalanan menuju kerumah terselip perihal lucu, nyatanya ojek yang
saya naiki salah jalur. Semula saya pernah kesal tetapi sesudah ia bicara
untuk bertanya jalur yang benar, ia memakai logat bahasa jawa yang
tidak ku tahu. Tanpa sengaja saya tertawa kecil. Tetapi saya nalar saja
maksudnya yaitu menanyakan jalur yang benar. Perihal tersebut cukup
bikin ku geli disaat terik matahari yang semakin menusuk tubuhku.
Sesampainya dirumah kesialan kembali menerpaku.

Nyatanya rumahku tetap terkunci, tidak seorangpun yang ada di


dalam tempat tinggal serta kebetulan waktu itu saya tidak membawa

9
kunci cadangan. Kembali saya jadi amat kesal waktu itu. Selanjutnya
saya menanti untuk sebagian menit sampai orang tua ku kembali. 10
menit pertama sudah berlalu, saya tetap duduk di kursi teras depan
rumahku. 10 menit selanjutnya lalu sudah jalan tanpa kusadari, lagi-lagi
tidak kujumpai orang rua ku kembali.

Sesudah hamper 40 menit saya menanti dengan rasa jemu.


Terbesit sekilas dalam pikiranku untuk menghubungi orang tua ku.
Selanjutnya saya menghubungi orang tua ku. Saya heran kenapa perihal
ini tidak terpikirkan olehku sejak tadi, barangkali dikarenakan terlampau
emosi hingga perihal sekecil itu tidak lagi terpikirkan olehku.”

Contoh karangan narasi fiktif :

“Saya tersenyum sembari mengayunkan langkah. Angin dingin


yang menerpa, bikin tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak.
Kumasukkan ke-2 telapak tangan ke dalam saku jaket, coba memerangi
rasa dingin yang merasa demikian menyiksa.

Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku saat


eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak dapat kurindui saat saya
sudah kembali ke tanah air. Namun wajah ayu dihadapanku, akankah
kurindui juga?

Ada yang berdegup keras didalam dada, tetapi kuusahakan untuk


menepiskannya. Janganlah, bowo, sergah hati kecilku, janganlah biarlah
hatimu terbagi. Ingatlah ratri, dia sedang menanti kepulanganmu dengan
seluruh cintanya.”

3. Karangan Eksposisi (Pemapaparan)


Berasal dari bahasa Inggris exposition, sebenarnya berasal dari kata
bahasa Latin yang berarti membuka atau memulai. Karangan eksposisi

10
merupakan wacana yang bertujuan untuk member tahu, mengupas,
menguraikan, atau menerangkan sesuatu.
Dalam karangan eksposisi, masalah yang dikombinasikan yang paling
utama adalah pemberitahuan atau informasi. Hasil karangan eksposisi
yang berupa informasi dapat kit abaca sehari-hari di dalam media massa.
Melalui media massa berita diexpose atau dipaparkan dengan tujuan
memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca.
Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi setaip
pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada orang yang berpendapat
demikian. Karena jenis karangannya bersifat memaparkan sesuatu,
eksposisi juga dapat disebut karangan paparan.

Ciri karangan eksposisi

 Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya.

 Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (daya faktual).

 Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak.

 Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap


fakta yang ada.

 Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi tentang proses kerja


sesuatu.

Contoh karangan eksposisi berbentuk opini :

Cuplikan “Ketika Kita Kehilangan Etika”

Manusia yang jahil dan tidak etis itu mengikuti seluruh kejadian.
Dia melihat solodaritas sekawanan burung kepada kawan mereka yang
malang. Berangsur-angsur manusia itu menjadi sadar. Dia telah belajar

11
etika dari kawanan burung angsa. Maka dengan haru dan lega dia
menyaksikan kawanan burung itu berangkat terbang untuk melanjutkan
penjelajahan mereka.

(disunting dari tulisan Toeti Adhitama. “Ketika Kita Kehilangan Etika”.


Media Indonesia, 1 Juni 2002)

Contoh karangan eksposisi berupa tips :

“Cara menanam singkong”

“Singkong adalah tumbuhan umbi akar yang kaya akan


karbohidrat. Singkong sangat mudah untuk ditanam dengan hanya
meletakan batang singkong di tanah singkong akan tumbuh. Tak hanya
itu singkong juga dapat tumbuh di semua jenis tanah. Meskipun proses
penanamannya sangat mudah, proses penanaman singkong memerlukan
perhatian khsusus untuk hasil yang maksimal sebagi berikut:

Pilihlah batang singkong yang paling bawah, potong kira-kira


sekitar 15 cm dan tajamkan ujungnya. Kemudian letakan pada tempat
yang lembab selama 2 minggu hingga tumbuh tunas kecil.

Setelah 2 mingggu, tanam singkong pada tanah yang sudah


digemburkan sebelumnya. Usahakan jangan menanam singkong saling
berdekatan karena akan mengganggu umbi yang akan dihasilkan.
Tancapkan ujung singkong pada tanah jangan terlalu dalam agar
singkong mudah di cabut saat panen.

Demikianlah cara menanam singkong yang baik untuk


mendapatkan hasil panen yang maksimal dan menguntungkan.”

4. Karangan Argumentasi (Pembahasan)

12
Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk menyakinkan pembaca
agar menerima atau mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku
tertentu.
Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya
harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.
Ciri karangan argumentasi :
 Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan
tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.
 Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, tabel, dan
gambar.
 Mengusahakan pemecahan suatu masalah.
 Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai satu
penyelesaian.
Contoh karangan argumentasi :
“Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan
karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di Negara kita dapat
berjalan dengan sukse. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi
nila-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung
jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, an cinta terhadap sesame.
Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung
pembangunan di berbagai bidang.”
5. Karangan Persuasi (Ajakan)
Karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan
terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta,
suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan
seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas
harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diterima
secara menyakinkan. Disamping itu, dalam menulis karangan persuasi
harus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat
terhadap emosi atau perasaan orang lain.
Macam-macam persuasi ditinjau dari segi medan pemakaiannya.
Digolongkan menjadi empat macam :
a. Persuasi Politik

13
Dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli
politik dan kenegaraan sering menggunakan persuasi jenis ini
untuk keperluan politik dan Negara.
b. Persuasi Pendidikan.
Dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam
bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidik.
Seperti seorang motivator dan inovator pendidikan bisa
memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan konsep-
konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana
pendidikan.
c. Persuasi Advertensi / Iklan.
Dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk
memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat
persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar mejadi
kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk barang atau
memakai jasa yang ditawarkan.
Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada
pula yang panjang.
Persuasi iklan yang baik adalah persuasi yang mampu dan
berhasil merangsang konsumen membeli barang yang
ditawarkan. Sebaliknya persuasi iklan kurang baik apabila tidak
berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang
diiklankan.
d. Persuasi Proganda.
Objek yang disampaikan dalam karangan jenis ini adalah
informasi. Tentunya tujuannya tidak hanya berhenti pada
penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi
diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat
sesuatu.
Persuasi proganda sering dipakai dalam kegiatan
kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajakan.

14
Tujuan akhir dari kampanye agar pembaca dan pendengar
menuruti isi ajakan kampanye tersebut.
Contoh persuasi proganda seperti selebaran yang berisi
informasi tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat
sesuatu.
Contoh karangan persuasi :
“Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim kemarau
adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA,
kita perlu mengkonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan
antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merkok, dan
rutin olah raga.”
6. Karangan Campuran (Kombinasi)
Selain karangan murni, misalnya eksposisi atau persuasi, sering
ditemukan karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan
gabungan eksposisi dan deskripsi, atau eksposisi dengan argumentasi.
Dalam wacana yang lain sering kita temukan narasi berperan sebagai
ilustrasi bagi karangan eksposisi atau persuasi.
Contoh karangan kombinasi :

“Berbagai cara menurunkan berat badan saya coba tanpa hasil,


hingga pada akhirnya saya membaca iklan impression diharian kompas,
Minggu 7 November 1993. Saya seperti mendapat firasat, inilah program
yang tepat.
Dalam waktu kurang dari sebulan, berat badan saya telah berkurang 5
kg. waktu hal ini saya kabarkan pada puteri saya, Maya, yang sekolah di
New York, anak saya mengatakan, “Ya, program itulah yang saya
maksudkan, Mama, disini (maksudnya Amerika) juga banyak pengikut
program tersebut yang berhasil”.
Selama mengikuti program Impression, saya tidak mengalami
kesulitan, tidak merasa lapar, tidak ada suntikan, tidak ada efek
sampingan, sangat mudah dan menyenangkan.

15
Bagi saya, saat ini begitu ceria, muka berseri, tubuh enteng, baju-baju
lama dapat dipakai kembali, bahkan banyak teman-teman yang jadi
pangling akan penampilan saya.
Tetapi, penampilan bukan tujuan utama saya dalam usia hampir
setengah abad ini. Program Impression ternyata memulihkan kesehatan
saya tekanan darah menjadi normal, kembali rata-rata 120/80, kadar gula
dan kolesterol normal, pokoknya semua terasa segar dan ringan.”
Karangan diatas merupakan campuran dari karangan narasi (yang
terdapat pada paragraf pertama), karangan eksposisi (yang terdapat pada
paragraf kedua), dan karangan persuasi (yang terdapat pada paragraf
ketiga, keempat, dan kelima).

16
BAB II
PENUTUP

Kesimpulan
Mengarang berarti menyusun atau merangkai. Karangan adalah hasil penjabaran
suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap
karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas
dari paragraf.
Berdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu :
1. Karangan ilmiah.
2. Karangan semi ilmiah atau ilmiah populer.
3. Karangan non ilmiah.
Berdasarkan cara penyajian dan tujuan penyampaiannya, karangan dapat
dibedakan atas enam jenis, yaitu :
1. Deskripsi (pelukisan).
2. Narasi (pengisahan).
3. Eksposisi (pemaparan).
4. Argumentasi (pembahasan).
5. Persuasi (ajakan).
6. Campuran (kombinasi).

Saran

Dari uraian singkat makalah diatas, kami ingin menyarankan kepada semua pada
umumnya, untuk lebih memperhatikan lebih jelas dalam penyusunan suatu karya tulis
baik ilmiah, semiilmiah, maupun nonilmiah agar penyusunannya sesuai dengan aturan
dan harapan yang dituju.

17
DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamanuddin. 1993. “Komposisi Bahasa Indonesia” untuk mahasiswa non


jurusan bahasa. Jakarta. Insan mulia.
http://khaidirsyafruddin.blogspot.co.id/2013/02/penulisan-karangan.html
http://www.slideshare.net/lindhadapecawati/makalah-penulisan-karangan
https://leeyaleeyut.wordpress.com/2010/10/01/karangan-khas-feature/
http://www.bimbingan.org/contoh-paragraf-deskriptif-realistis.htm
http://www.teksdrama.com/2013/05/contoh-karangan-narasi-dan-penjelesannya.html

https://rockywinata.wordpress.com/2013/05/12/contoh-karangan-lengkap-deskripsi-
narasi-eksposisi-argumentasi-dan-persuasi-paling-bagus-menarik-terbaru/

http://www.kompasiana.com/andezamsed/analisis-karangan-
eksposisi_550e964d813311c42cbc6560

http://zulfikar-aneukmutuah.blogspot.co.id/2012/05/makalah-bahasa-indonesia.html

18

Anda mungkin juga menyukai