Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Heat Transfer pada Solidifikasi
Logam” ini dengan tepat waktu.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas matakuliah Fenomena


Transport. Kami mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah ikut membantu
dalam penyelesaian makalah ini, terutama dosen pengampu matakuliah Fenomena Transport, Bu
Anistasia Milandia, S.T., M.T. Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan, pengalaman serta referensi yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dapat
menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.

Cilegon, 5 Oktober 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Heat Transfer


Heat transfer (perpindahan panas) adalah ilmu yang mempelajari tentang laju perpindahan
panas di antara material atau benda karena adanya perbedaan suhu (panas dan dingin). Secara
umum, transfer panas menggambarkan aliran panas (energi panas) karena perbedaan suhu dan distribusi
temperatur dan perubahan selanjutnya.

Studi tentang fenomena transport menyangkut pertukaran momentum, energi dan massa
dalam bentuk konduksi, konveksi, dan radiasi. Proses-proses ini dapat dijelaskan melalui rumus
matematika.

2.2 Metode Transfer Panas


a. Konduksi
Konduksi terjadi ketika dua objek pada temperatur yang berbeda saling bersentuhan.
Panas mengalir dari benda yang lebih hangat ke benda yang lebih dingin sampai keduanya
berada pada suhu yang sama. Konduksi adalah gerakan panas melalui zat oleh tumbukan
molekul. Di tempat di mana dua objek menyentuh, molekul yang bergerak lebih cepat dari
objek yang lebih hangat bertabrakan dengan molekul bergerak yang lebih lambat dari objek
yang lebih dingin. Ketika mereka bertabrakan, molekul yang lebih cepat melepaskan
sebagian energi mereka ke molekul yang lebih lambat. Molekul yang lebih lambat
mendapatkan lebih banyak energi panas dan bertabrakan dengan molekul lain di objek
dingin. Proses ini berlanjut sampai energi panas dari objek yang lebih hangat menyebar ke
seluruh objek yang lebih dingin. Beberapa zat lebih mudah panas daripada yang lain.

Padatan adalah konduktor yang lebih baik daripada cairan dan cairan konduktor yang
lebih baik daripada gas. Logam adalah konduktor panas yang sangat baik, sedangkan udara
adalah konduktor panas yang sangat buruk. Anda mengalami perpindahan panas dengan
konduksi setiap kali Anda menyentuh sesuatu yang lebih panas atau lebih dingin dari kulit
Anda misalnya ketika Anda mencuci tangan di air hangat atau dingin.
Hukum Fourier Tentang Konduksi
Jika pada suatu benda terdapat gradient temperatur, maka akan terjadi perpindahan
energi dari bagian yang temperatur tinggi ke bagian temperatur rendah (konduksi). Laju
perpindahan berbanding dengan temperatur normal.

𝑑𝑇
𝑄 = −𝐾𝐴
𝑑𝑥

Dimana:
Q = Laju kalor berpindah ke arah-x (Watt)
A = Luas area penampang yang dulalui kalor (meter persegi)
K = Konduktivitas termal (sifat benda)
dT/dx = gradien kemiringan temperatur-T terhadap jarak-x

b. Konveksi
Dalam cairan dan gas, konveksi biasanya merupakan cara paling efisien untuk
mentransfer panas. Konveksi terjadi ketika area yang lebih hangat dari cairan atau gas naik
ke area yang lebih dingin dalam cairan atau gas. Ketika ini terjadi, cairan dingin atau gas
mengambil tempat dari daerah yang lebih hangat yang telah meningkat lebih tinggi. Siklus
ini menghasilkan pola sirkulasi yang terus menerus dan panas dipindahkan ke area yang lebih
dingin. Anda melihat konveksi ketika Anda merebus air dalam panci. Gelembung air yang
naik adalah bagian yang lebih panas dari air naik ke daerah air yang lebih dingin di bagian
atas panci. Anda mungkin pernah mendengar ungkapan "Udara panas naik dan udara dingin
turun untuk menggantikannya" - ini adalah deskripsi konveksi di atmosfer kita. Energi panas
ditransfer oleh sirkulasi udara.

Persamaan perpindahan panas konveksi dikenal sebagai hukum Newton untuk


pendinginan (Newton’s Law of Cooling), yang mempunyai persamaan sebagai berikut:

Jika Ts >T∞ maka :

𝑞𝑐𝑜𝑣 = ℎ𝐴 (𝑇𝑠 − 𝑇∞ )
Dengan,
qKonv : Laju perpindahan panas konveksi (Watt)
h : Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2 .K)
A : Luas permukaan perpindahan panas (m2)
T∞ : Temperatur permukaan (K)
Ts Temperatur fluida (K)

Besarnya perpindahan panas konveksi juga ditentukan oleh besarnya koefisien


perpindahan panas konveksi (h) yang tergantung dari dimensi dan kondisi aliran. Kondisi
aliran untuk konveksi alami ditentukan dari Rayleigh Number (RaL) yaitu perkalian antara
Grashof Number (GrL) dengan Prandtl Number (Pr), sehingga secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut :

𝑔𝛽 (𝑇𝑠 − 𝑇∞ )𝑇3𝑐
𝑅𝑎𝐿 = 𝐺𝑟𝐿 𝑃𝐿 = 𝑃𝑟
𝑣2

Dengan,

g : Percepatan gravitasi (m/s2)


β : Koefisien ekspansi volume (1/K)
Ts : Temperatur permukaan (K)
T∞ : Temperatur dari fluida (K)
Lc : Panjang karakteristik (m)
2
v : Viskositas kinematik fluida (m /s)

Ada dua jenis konveksi, yaitu konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi
alamiah, pergerakan fluida terjadi akibat perbedaan massa jenis. Bagian fluida yang
menerima kalor (dipanasi) memuai dan massa jenisnya menjadi lebih kecil sehingga
bergerak ke atas. Tempatnya digantikan oleh fluida dingin yang jatuh ke bawah karena
massa jenisnya lebih besar. Di dalam air terbentuk lintasan tertutup disebut arus konveksi.
Peristiwa ini mirip dengan mengapungnya suatu benda karena massa jenis benda lebih kecil
daripada massa jenis zat cair.
Pada konveksi paksa, aliran panas dipaksa dialirkan ke tempat yang dituju dengan
bantuan alat tertentu, misalnya dengan kipas angin atau blower. Konveksi paksa banyak
digunakan pada sistim pendingin mesin, misalnya pada mesin mobil, mesin kapal laut,
mesin diesel stasioner, dan kipas angin.

c. Radiasi
Baik konduksi maupun konveksi membutuhkan hal untuk mentransfer panas. Radiasi
adalah metode transfer panas yang tidak bergantung pada kontak apa pun antara sumber
panas dan objek yang dipanaskan. Misalnya, kita merasakan panas dari matahari meskipun
kita tidak menyentuhnya. Panas dapat ditransmisikan meskipun ruang kosong oleh radiasi
termal. Radiasi termal (sering disebut radiasi inframerah) adalah radiasi tipe elektromagnetik
(atau cahaya). Radiasi adalah bentuk transportasi energi yang terdiri dari gelombang
elektromagnetik yang melaju pada kecepatan cahaya. Tidak ada massa yang ditukar dan tidak
ada media yang diperlukan.

Benda memancarkan radiasi ketika elektron berenergi tinggi di tingkat atom yang lebih
tinggi jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah. Energi yang hilang dipancarkan sebagai
cahaya atau radiasi elektromagnetik. Energi yang diserap oleh atom menyebabkan
elektronnya “melompat” ke tingkat energi yang lebih tinggi. Semua benda menyerap dan
memancarkan radiasi. (ini adalah applet java yang menunjukkan bagaimana atom menyerap
dan memancarkan radiasi) Ketika penyerapan energi menyeimbangkan emisi energi, suhu
suatu objek tetap konstan. Jika penyerapan energi lebih besar daripada emisi energi, suhu
suatu objek naik. Jika daya serap energi kurang dari emisi energi, suhu suatu benda jatuh.

Persamaan lajunya ditentukan oleh hukum Stefan-Boltzmann yang mana merupakan


dimana panas yang diradiasikan sebanding dengan pangkat empat temperatur absolute dari
permukaan dan laju perpindahan panas antara permukaan

Q = 𝐹𝜎𝐴 (𝑇1 4 − 𝑇2 4 )
Dimana:

F : factor yang bergantung pada geometri dan sifat permukaan.


σ : Konstanta Stefan Boltsmann 5, 67 x 10-8 W/m2k4 (satuan S-1)
A : Luas permukaan , m2
T1 , T2 : K (ingat! hanya satuan temperatur absolute yang digunakan)

Persamaan ini dapat juga ditulis sebagai:

(𝑇1 − 𝑇2)
1
Q=
𝐹𝜎𝐴(𝑇1 + 𝑇2 )(𝑇1 2 + 𝑇2 2 )

Dimana bagian penyebut mengacu pada tahanan radiasi.

2.3 Pengertian Solidifikasi


Proses solidifikasi adalah proses transformasi dari struktur non-chrystallographic dan
christallographic pada material logam dan paduannya. Pemahaman tentang proses mekanisme
solidifikasi dan bagaimana proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti distribusi
temperatur, laju pendinginan dan paduannya, adalah hal yang sangat penting dalam mengontrol
sifat-sifat dari produk casting.
Pada umumnya, proses solidifikasi logam, akan dimulai dengan terbentuknya suatu inti
padatan (nuclei) yang biasa disebut nucleation. Menurut waktu pembentukkannya, nucleation
dibagi menjadi dua, yaitu homogenous nucleation dimana nuclei terbentuk dalam waktu yang
bersamaan dan sebaliknya heterogeneous nucleation dimana nuclei terbentuk dalam rentang
waktu yang berbeda. Proses homogeneous nuclesation merupakan proses yang hanya ada pada
teori. Umumnya proses nucleation adalah yang jenis heterogeneous.

Proses solidifikasi logam cair dimulai dari bagian logam cair yang bersentuhan dengan
dinding cetakan, yaitu ketika panas dari logam cair diambil oleh cetakan sehingga bagian logam
yang bersentuhan dengan cetakan itu mendingin sampai titik beku. Selama proses pembekuan
berlangsung, inti-inti kristal tumbuh. Bagian dalam coran mendingin lebih lambat daripada
bagian luarnya sehingga kristal-kristal tumbuh dari inti asal mengarah ke bagian dalam coran dan
butir-butir kristal tersebut berbentuk panjang-panjang seperti kolom. Struktur ini muncul dengan
jelas apabila gradien temperatur yang besar terjadi pada permukaan coran besar. Akibat adanya
perbedaan kecepatan pembekuan, terbentuklah arah pembekuan yang disebut dendritik. Proses
pembekuan logam cair diilustrasikan sebagaimana pada gambar berikut :

2.4 Solidifikasi Pada Logam Murni


Logam murni mempunyai struktur yang seragam. Semua butiran mempunyai struktur
yang sama dengan satu jenis kisi kristal. Butiran-butiran dibedakan menurut orientasi kisinya.
Butiran yang berjumlah banyak dalam suatu komponen menentukan pembagian orientasi ruang
yang merata.

Logam murni membeku pada temperatur konstan yaitu sama dengan temperatur
pembekuannya/temperatur leburnya, logam murni memiliki titik lebur jelas, seperti pada gambar
di bawah ini.
(a) Suhu sebagai fungsi waktu bagi pembekuan logam murni. Perhatikan bahwa pembekuan berlangsung
pada suhu konstan. (B) Kepadatan sebagai fungsi dari waktu.

Urutan prosesnya yaitu:


1. Temperature logam cair murni pada titik leburnya.
2. Seiring penuangan logam cair ke cetakan, cairan logam sudah mengalami penurunan
suhu.
3. Pendinginan awal dimulai, dimana suhu pendinginan awal dan suhu pendinginan selesai
sama atau disebut “local solidification time”.
4. Setelah pendinginan selesai, mulailah cairan logam mengalami pengerasan struktur,
kemudian proses solidifikasi mendekati suhu kamar.

Beberapa istilah waktu dalam proses solidifikasi logam murni :


1. Waktu solidifikasi local adalah waktu pembekuan sebenarnya.
2. Waktu solidifikasi total adalah waktu antara penuangan sampai proses pembekuan
berakhir. Setelah pembekuan berakhir temperatur turun hingga temperatur kamar.

2.5 Solidifikasi pada logam paduan


Kebanyakan logam yang digunakan dalam teknik tidak dalam keadaan murni, melainkan
diproses menjadi paduan. Paduan adalah campuran dari berbagai logam atau campuran dari
logam dan non logam. Untuk memadu elemen paduan ditambahkan pada logam dasar cair dan
larut ke dalamnya. Pada pembekuan masing-masing cairan membentuk jenis struktur yang
berbeda-beda
Pada logam paduan, partikel-partikel elemen pemadu tetap terbagi secara merata dalam
kisi kristal logam dasar pada pembekuan logam cair. Logam paduan memiliki gambar
permukaan gerinda yang sama sebagaimana logam murni.

Logam paduan lebih tangguh dibanding logam murni dan juga dapat dibentuk dengan
baik. Peningkatan kekuatan disebabkan oleh distorsi kisi akibat partikel-partikel elemen pemadu.
Solidifikasi logam paduan dimulai ketika suhu turun di bawah liquidus (TL) dan selesai saat
mencapai solidus (Ts). Dalam rentang suhu ini, logam paduan ini dalam keadaan lembek dengan
dendrit kolumnar.

Skema ilustrasi tentang pembekuan paduan dan distribusi temperatur pada logam dan saat pembentukan
dendrit di zona lembek.
Urutan prosesnya yaitu :
1. Logam paduan dicairkan sampai temperatur lebur.
2. Seiring penuangan cairan logam paduan, cairan tersebut sudah mengalami penurunan
temperature.
3. Temperature terus menurun sampai terjadi pendinginan awal cairan logam paduan.
Karena cairan logam paduan mempunyai material logam yang berbeda-beda, contoh
paduan Al-Mg. maka pendinginan awal sampai pendinginan selesai mempunyai
temperature yang berbeda.
4. Cairan logam paduan mengalami pengerasan struktur. Dimana temperature terus
menurun sampai mendekati temperature kamar.

Garis awal terjadinya pembekuan disebut garis liquidus, dan garis akhir pembekuan disebut
garis solidus. Suatu paduan dengan komposisi tertentu bila didinginkan dalam waktu yang sangat
lambat, maka pembekuan akan mulai terjadi pada saat temperatur mencapai garis liquidus, dan
pembekuan berakhir bila telah mencapai garis solidus. Setelah itu pendinginan akan berjalan
terus hingga mencapai temperatur kamar.

2.6 Macam-Macam Daerah Pembekuan


a. Chill Zone
Selama proses penuangan logam cair ke dalam cetakan, logam cair yang
berkontak langsung dengan dinding cetakan akan mengalami pendinginan yang cepat di
bawah temperature liquiditasnya. Akibat pada dinding cetakan tersebut timbul banyak
inti padat dan selanjutnya tumbuh ke arah cairan logam. Bila temperatur penuangannya
rendah, seluruh logam cair akan membeku di bawah temperatur penuangannya tinggi.
Cairan logam yang berada di tengah-tengah ingot akan tetap berada di atas temperature
liquiditas untuk jangka waktu lama.
b. Columnar Zone
Sesaat setelah penuangan, gradien temperatur pada dinding cetakan menurun dan
kristal pada daerah chill tumbuh memanjang berlawanan arah dengan arah perpindahan
panas atau panas bergerak dari cairan logam ke arah dinding cetakan yang bertemperatur
lebih rendah, yang disebut dengan dendrit. Setiap kristal dendrit banyak mengandung
lengan-lengan dendrit (primary dendrit). Jika fraksi volume padatan (dendrit) meningkat,
panjang dendrit dan struktur yang berbentuk dasar tunggal, maka lengan-lengan dendrit
sekunder dan tersier. Daerah yang terbentuk antara dendrit dan titik dimana sisa cairan
terakhir akan membeku disebut sebagai mushy zone atau pasty zone.

c. Equiaxed Zone
Daerah ini terdiri dari butir-butir equiaxial yang secara acak di tengah-tengah
ingot. Pada daerah ini perbedaan temperatur yang ada menyebabkan terjadinya
pertumbuhan butir memanjang
DAFTAR PUSTAKA

https://edoc.site/solidifikasi-pdf-free.html
http://coolcosmos.ipac.caltech.edu/cosmic_classroom/light_lessons/thermal/transfer.html
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/teknik-pengerjaan-
logam/1089-murni-dan-paduan

Anda mungkin juga menyukai