BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN
Diusulkan Oleh:
Muhammad Alfi Ghifari; 1611111310022; 2016
Duhan Kanzu Balad; 1611111210009; 2016
Nadya Fatimah Alzahrah; 1711111220014; 2017
Dr. Ir. Muhammad Fauzi, MP drg. Deby Kania Tri Putri, M.Kes
NIP. 19631026 199003 1 003 NIP. 19791218 200912 2 001
ii
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies merupakan penyakit rongga mulut yang paling sering ditemukan di
masyarakat. Penyakit ini dapat terjadi pada setiap strata sosial masyarakat
Indonesia baik laki-laki maupun perempuan. Prevalensi karies terus meningkat
terutama pada negara-negara berkembang. Widayati, 2014 mengatakan
meningkatnya angka karies gigi saat ini dipengaruhi oleh salah satunya faktor
perilaku masyarakat. Sebagian besar masyarakat tidak menyadari pentingnya
merawat kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan data Riskesdas 2018, angka
prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%.
Karies gigi merupakan manifestasi patologis dari jaringan gigi yang rusak
disebabkan oleh asam organik dari produk sampingan fermentasi karbohidrat oleh
bakteri dalam plak gigi. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa strain
bakteri Streptococcus mutans merupakan bakteri dominan penyebab karies gigi.
Metabolisme bakteri mengakibatkan pH cairan di sekitar gigi menjadi rendah dan
bersifat asam (Listiari dkk, 2011). Asam organik ini berdifusi pada seluruh pori-
pori email dan dentin sehingga memicu peluruhan mineral salah satunya kalsium
yang merupakan komponen utama dalam struktur anorganik gigi. pH yang rendah
akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak
hidroksiapatit email gigi (Panigoro dkk, 2015). Pada siklus gigi normal, proses
demineralisasi ini diikuti oleh proses remineralisasi yang terus menerus terjadi oleh
karena adanya saliva. Saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses
remineralisasi. Pelarutan apatit dapat menjadi netral dengan buffering, dengan kata
lain Ca2+dan PO43- pada saliva dapat mencegah proses pelarutan tersebut. Hal ini
menyebabkan kembalinya bagian-bagian kristal apatit yang larut (Rahayu, 2013).
Namun, jika siklus demineralisasi dan remineralisasi tidak seimbang dari waktu ke
waktu akan menimbulkan kavitas pada gigi (Surija, 2018).
Berbagai metode telah dikembangkan untuk mencegah demineralisasi
email gigi. Fluoridasi topikal dan sistemik merupakan metode yang terbukti untuk
meningkatkan daya tahan enamel terhadap demineralisasi. Namun, jika fluor
digunakan secara berlebihan akan menyebabkan terjadinya fluorosis pada gigi dan
tulang. Metode pencegahan demineralisasi yang paling efektif yaitu pengurangan
lingkungan asam di dalam rongga mulut (Gunawan, 2006).
Studi terbaru dalam kedokteran gigi berfokus pada penggunaan bahan-
bahan alami, seperti kitosan. Kitosan merupakan turunan polisakarida linear kitin
yang disintesis dari berbagai organisme. Kitosan dapat digunakan untuk
mempertahankan struktur gigi dengan mengurangi kecepatan kelarutan
hidroksiapatit dalam kondisi asam. Berdasarkan penelitian Surija dkk 2018, pada
pelarutan kitosan buatan pabrik dengan derajat deasetilisasi >90% terbukti
menghambat peluruhan ion kalsium pada gigi (Surija, 2018).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Demineralisasi
Demineralisasi merupakan proses hilangnya ion mineral dari kristal
hidroksiapatit pada gigi. Enamel gigi dapat terdemineralisasi jika kondisi pH dari
rongga mulut dibawah normal atau pada pH kritis. pH kritis merupakan pH dengan
keadaan yang asam yang dapat membuat mineral-mineral salah satunya kalsium
yang terkandung pada gigi terlepas. pH kritis pada gigi biasanya adalah berkisar
dibawah 5,5. Keadaan pH kritis pada gigi bergantung pada solubilitas dari gigi dan
konsentrasi mineral terkandung pada larutan (Lussi et al,2011). Penyebab larutan
dengan pH yang asam dapat menyebabkan demineralisasi gigi karena pH yang
asam mempunyai ion hidrogen (H+) yang tinggi. Tingginya kandungan ion
hidrogen pada larutan menyebabkan terlepasnya ion kalsium dan ion mineral lain
pada permukaan kristal dari hidroksiapatit (Featherstone dan Lussi, 2006).
5
BAB III
METODE PENELITIAN
wadah kedap udara (Ahing dan Wid, 2016; Gokulalakshmi dkk, 2017).
Tahapan selanjunya yaitu melakukan isolasi pada kitin melalui metode
deproteinase. Serbuk sisik ikan Haruan ditempatkan di dalam gelas ukur 1000 ml
dan direndam dalam natrium hidroksida (NaOH) yang mendidih (4% b/v) selama
1 jam untuk melarutkan protein dan gula. Setelah sampel direbus dalam natrium
hidroksida, gelas kimia mengandung sampel serbuk sisik ikan Haruan didinginkan
selama 30 menit pada suhu kamar dan dilakukan penyaringan residu sampel.
Sampel dicuci berkali-kali menggunakan aquades hingga mendapatkan pH netral.
Selanjutnya, residu sampel disaring kembali dan dimasukkan kedalam oven untuk
dikeringkan selama 24 jam dengan suhu 50°C. Selanjutnya dilakukan penimbangan
kembali dan didapatkan sampel hasil deproteinasi sebesar 620 gram (Alcade dan
Fonseca, 2016; Gokulalakshmi dkk, 2017).
Sampel hasil deproteinase kemudian dilakukan demineralisasi
menggunakan 1% HCl dengan perbandingan sampel dan HCl adalah 1:4 dan
waktu perendaman selama 24 jam untuk menghapus mineral (terutama kalsium
karbonat). Residu sampel disaring dan sampel dicuci berkali-kali dengan
menggunakan aquades hingga mendapatkan pH netral. Residu setelah pencucian
disaring kembali untuk mendapatkan kitin. Selanjutnya sampel yang sudah netral
dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 50°C. Selanjutnya
dilakukan penimbangan kembali dan didapatkan hasil demineralisasi sebesar 342
gram. Kitin selanjutnya diubah menjadi kitosan oleh proses deasetilasi
(Gokulalakshmi dkk, 2017; Sugiyanti dkk, 2018).
Proses deasetilasi dilakukan dengan menambahkan 50% NaOH pada sampel
kitin dan direbus di hot plate selama 2 jam pada suhu 100°C. Sampel didinginkan
selama 30 menit pada suhu kamar dan disaring residunya. Kemudian residu sampel
tersebut dicuci dengan sisa 50% NaOH yang sudah dingin. Kemudian, sampel
dicuci dengan aquades berkali-kali hingga pH netral dan disaring untuk
mempertahankan zat padat, yaitu kitosan. Sampel kemudian dikeringkan di dalam
oven selama 24 jam pada suhu 50°C. Selanjutnya dilakukan penimbangan kembali
dan didapatkan sampel hasil deasetilasi sebesar 82,43 gram. (Gokulalaksmi dkk,
2017; Srivastav dkk, 2018).
Setelah serbuk kitosan sudah didapatkan, dilanjutkan dengan pengeringan
gigi dengan menggunakan oven. Pengeringan gigi dilakukan dengan menggunakan
oven pada suhu 100o C selama 2 hari. Gigi yang sudah dilakukan pengeringan
selanjutnya dilakukan pemotongan gigi. Gigi dipotong antara mahkota dengan akar
yaitu pada CEJ (Cementoenamel Junction). Setelah itu memotong mahkota gigi
menjadi 2 bagian sama besar dengan potongan melintang antara bukal dan palatal.
Ambil salah satu bagian mahkota yang sudah terpotong tadi. Bagian mahkota
lainnya langsung diuji kadar ion kalsium tanpa dilakukan perlakuan. Melapisi
permukaan mahkota gigi dengan cat kuku pada salah satu bagian mahkota gigi
khususnya pada bagian bekas pemotongan dengan cat kuku karena pada bagian
tersebut dentin maupun pulpa sudah terbuka sehingga perlu ditutup agar tidak
mempengaruhi hasil uji. Perendaman gigi dilakukan pada bagian mahkota gigi
7
selama 6 jam yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol negatif
yaitu bagian mahkota gigi direndam dalam asam fosfat 10% dengan aquadem,
kelompok II direndam dalam larutan asam fosfat 10% dengan larutan ekstrak
kitosan sisik ikan haruan (Channa striata) 5%, kelompok III direndam dalam
larutan ekstrak kitosan sisik ikan haruan (Channa striata) 5% dengan aquadem. Tiap
kelompok direndam dalam volume 50 ml pada gelas piala 100 ml.
Gigi yang sudah diberi perlakuan kemudian dilakukan prosedur penumbukan
mortar dan pastle besi pada bagian mahkota gigi sampai halus dan homogen.
Tahapan selanjutnya merupakan preparasi sampel. Pertama-tama bagian mahkota
gigi yang sudah ditumbuk sampai halus dan homogen dimasukan ke dalam gelas
piala 100 ml dan dicampur dengan akuabides sebanyak 50 ml. Tahapan
selanjutnya, tambahkan 5 ml HNO3 pekat menggunakan pipet ukur, tutup gelas
piala menggunakan kaca arloji. Kemudian panaskan menggunakan pemanas
listrik perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15-20 ml. Apabila destruksi tidak
jernih maka tambahkan lagi 5 ml HNO3 pekat menggunakan pipet ukur, kemudian
tutup gelas piala dengan kaca arloji sampai mendidih. Proses ini dilakukan
berulang sampai semua logam larut. Kaca arloji dibilas dengan akuabides dan
masukan air bilasannya ke dalam gelas piala, setelah itu pindahkan ke dalam labu
ukur 100 ml dan tambahkan akuabides sampai volumenya 100 ml lalu
homogenkan.
Uji analisis kadar kalsium memakai metode Spektrofotometri UV-Vis.
Persiapan contoh uji kalsium larutan hasil preparasi sampel diambil sebanyak 50 ml
menggunakan pipet ukur dan dimasukan ke dalam gelas piala 100 ml. Penetapan
kadar ion kalsium dilakukan dengan menyiapkan larutan, ambil sebanyak 1 ml
menggunakan pipet mikro dan dimasukan ke dalam labu ukur 25 ml, setelah itu
ditambahkan 1 ml larutan mureksid dan akuabides secukupnya serta 2 ml NaOH
0,1 N. Volume larutan dicukupkan sampai 25 ml dengan akuabides. Larutan
dikocok sampai homogen kemudian dimasukan ke dalam kuvet spektrofotometer
UV-Vis, lalu diukur absorbansinya setelah 2 menit dengan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang maksimum yaitu 420 nm. Tahapan terakhir
melakukan replikasi sebanyak 2 kali.
3.4 Luaran
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat
dipublikasikan dalam jurnal terindeks SINTA dan DOAJ.
3.5 Indikator Capaian
Indikator capaian dari penelitian ini mampu membuktikan bahwa
kandungan larutan ekstrak kitosan pada sisik ikan haruan dapat menghambat
pelepasan ion kalsium pada gigi.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperoleh merupakan data primer yaitu data yang
didapatkan langsung oleh peneliti pada sampel penelitian melalui pengukuran
8
pelepasan ion kalsium (Ca2+) pada gigi premolar 1 atau 2 setelah perendaman
dengan cara hasil uji bagian mahkota tanpa dilakukan perlakuan dikurangi
dengan hasil uji bagian mahkota yang dilakukan perlakuan. Hasil yang
didapat kemudian dimasukkan ke dalam rumus yang sudah ditetapkan. Data
dikumpulkan kemudian dicatat.
3.7 Analisis Data
Data dievaluasi secara statistik dengan menggunakan uji normalitas
Shapiro- wilk test dan uji homogenitas levene’s test. Data telah terdistribusi
normal dan dilakukan analisis parametrik dengan menggunakan uji hipotesis
One way ANOVA.
Preparasi sampel
Analisis data
9
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA
Agustin R, Dewi N, Rahardja SD. Efektivitas Ekstrak Ikan Haruan (Channa striata)
Dan Ibuprofen Terhadap Jumlah Sel Neutrofil Pada Proses Penyembuhan Luka
Studi in Vivo pada Mukosa Bukal Tikus (Rattus norvegicus)Wistar. Dentino
Jur. Ked.Gigi.2016; 1(1): 68 – 74.
Ahing FA, Wid N. Optimization Of Shrimp Shell Waste Deacetylation For
Chitosan Production. International Journal of Advanced and Applied Sciences.
2016 ; 3(10): 31-36.
Alcalde LB, Fonseca GG.Alkali process for chitin extraction and chitosan
production from Nile tilapia (Oreochromis niloticus) scales. Latin American
Journal of Aquatic Research. 2016; 44(4): 683-688.
Berkovitz BKB , Holland GR, Moxham BJ. Oral Anatomy, Histology and
Embryology. 4 th ed. Elsevier. 2008. P. 107-129.
Dompeipen EJ, Kaimudin M, Dewa RP. Isolation of Chitin and Chitosan from
Waste of Skin Shrimp. E jurnal Kemenperin Majalah Biam. 2016; 12 (1): 32-
38.
Featherstone JDB, Lussi A. Understanding the Chemistry of Dental Erosion.
Monogr Oral Sci. 2006. 20: 66-76
Gokulalakshmi E, Ramalingam K, Umasankari U,Vanitha MC. Extraction and
Characterization of Chitosan Obtained from Scales of Clarias gariepinus
(Catfish).Biotechnol J Int. 2017; 18(4): 1-8.
Ifa L, Artiningsih A, Julniar, Suhaldin. Pembuatan Kitosan Dari Sisik Ikan Kakap
Merah. Journal of Chemical Process Engineering. 2018 Mei; 3(1): 47-49.
Listriari N.M et.al. 2011. Simulasi Karies Gigi dengan Inhibisi Ekstrak Daun Sirih
(Piper betle L.) Berdasar Analisa Ion Kalsium. Stomatognatik J.K.G Unej. Vol
8 No.2 : 1114-117.
Panigoro S, Pangemanan D H C, Juliatri. 2015. Kadar Kalsium Gigi yang Terlarut
pada Perendaman Minuman Isotonik. Jurnal e-Gigi. Vol 3 No 2: 350-355.
Raafat D, Sahl HG. Chitosan and Its Antimicrobial Potential - A Critical Literature
Survey. Microb Biotech. 2009; 2: 186–201.
Rahayu Y C. 2013. Peran Agen Remineralisasi pada Lesi Karies Dini.
Stomatognatic. Vol 10 No.1: 25-30.
Sabel N. Enamel of Primary Teeth – Morphological and Chemical Aspects.
Swedish Dental Journal Supplement. 2012. 222: 12
Sugiyanti D, Darmadji P, Anggrahini S, Anwar C, Santoso U. Preparation and
Characterization of Chitosan from Indonesian Tambak Lorok Shrimp Shell
Waste and Crab Shell Waste. Pakistan Journal of Nutrition. 2018 Agustus;
17(9) : 446-453
Surija et al. 2018. Effect of Chitosan on the Enamel Demineralization Process in
Vitro: an Enamel Solubility Test. Journal of Physics. Vol 3 No 4: 117 – 120.
Syahrizal A A. 2016. Perbedaan Kekerasan Gigi Akibat Lama Perendaman
dengan Jus Jeruk (Citrus sinensis. Osb) Secara In Vitro. Dentino (Jurnal
Kedokteran Gigi). Vol 1. No 1.
Visveswaraiah PM, Prasad D, Johnson S. Chitosan A Novel Way to Intervene in
Enamel Demineralization - An in Vitro Study. Int J Curr Microbiol Appl Sci.
11
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pendamping
I. Biodata Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Muhammad Alfi Ghifari
2 Jenis Kelamin Laki-laki
3 Program Studi Kedokteran Gigi
4 NIM/NIDN 1611111310022
5 Tempat dan Tanggal Lahir Bogor, 2 Oktober 1997
6 E-mail malfighifari@gmail.com
7 Nomor Telepon/HP 085104626362
B.Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Banjarbaru SMPN 2 SMAN 1
Utara 4 Banjarbaru Banjarbaru
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2003-2010 2010-2013 2013-2016
M. Alfi Ghifari
NIM.1611111310022
12
B.Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Banjarbaru SMPN 1 SMAN 1 Banjarbaru
Utara 2 Banjarbaru
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2004-2010 2010-2013 2013-2016
B.Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDIT Al-Khair SMPIT Al-Khair SMA GIBS
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2005-2011 2011-2014 2014-2017
B. Riwayat Pendidikan
Gelar Akademik Sarjana S2/Magister S3/Doktor
Nama Institusi Universitas Universitas Airlangga
Gadjah Mada
Jurusan/Prodi Kedokteran Gigi Kesehatan Gigi
Tahun Masuk- 1998 – 2004 2013 – 2016
Lulus
C.2 Penelitian
No Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun
1. Tingkat kebutuhan Odontektomi Kasus Hibah Non 2012
Molar Ketiga Impaksi RahangBawah di Kompetitif
Poligigi dan mulut RSUD Ulin Banjarmasin
2. The Antibacterial Efectivity of kemangi Mandiri 2013
(OcimumSanctum L) Extract 60 % and
Hidrogen Peroxide 3 % As Root Canal
Irrigation Materials
3. The Antibacterial Efectivity of sirih (Piper Mandiri 2013
Betle Linn ) Extract 60 % and Sodium
Hypoclorite 2 % As Root Canal Irrigation
Materials
4. Incidence Rate of Temporomandibular Hibah Non 2013
Disorder (TMD) Due The Missing of the Kompetitif
First Permanent Molars Mandibular
15
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan PKM-Penelitian.
1. Peralatan penunjang
Justifikasi Harga Jumlah Biaya
Material Pemakaian Volume Satuan (Rp) (Rp)
- - - - -
SUB TOTAL (Rp) -
2. Bahan Habis Pakai
Justifikasi Harga
Material Volume Jumlah Biaya
Perjalanan Satuan (Rp) (Rp)
Biaya Uji Pengaruh 1 Rp 1. 700. 000 Rp 1. 700. 000
Analisis kitosan
Justifikasi Harga
Material Perjalanan Kuantitas Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
Alokasi
Program Bidang Waktu
No Nama / NIM Studi Ilmu Uraian Tugas
(jam/minggu)
Dengan ini menyatakan bahwa usulan PKM Penelitian saya dengan judul
Pengaruh Perendaman Larutan Ekstrak Kitosan Sisik Ikan Haruan (Channa
Striata) terhadap Pelepasan Ion Kalsium Secara In Vitro yang diusulkan untuk
tahun anggaran 2019 bersifat orisinal dan belum pernah dibiayai oleh lembaga
atau sumber dana lain.