Anda di halaman 1dari 3

Dua Remaja Bekasi Alami Gangguan Jiwa Akibat

Kecanduan Gim HP
ANTARA, CNN Indonesia | Kamis, 17/10/2019 11:48 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Dua remaja di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, diduga kecanduan gim
(game) di telepon seluler sehingga mengalami gangguan kejiwaaan. Saat ini keduanya dirawat di
yayasan gangguan jiwa setempat.

"Ini contoh nyata penggunaan telepon seluler secara berlebihan sebagai dampak perkembangan
gim," kata Ketua Yayasan Al Fajar Berseri Tambun Selatan, Marsan, Kamis (17/10) tempat dua
remaja itu dirawat.

Marsan mengatakan kedua remaja itu sudah sekitar satu tahun dirawat di yayasan yang ia
dirikan. Mereka adalah Nv (17) asal Cikarang Selatan dan Ty (17) asal Cibitung.

Dalam kesehariannya mereka hanya berdiam diri dan sesekali berinteraksi, namun kedua pasien
itu seketika bereaksi ketika melihat telepon genggam.

"Jadi, (sehari-hari) cuma biasa saja, diam saja. Makan juga bisa. Cuma kalau ada HP, langsung
direbut, diambil, dimainin. Misalnya, ada HP di-charge, langsung direbut. Ini karena mereka
sudah terlalu ketergantungan dengan gim di HP," ucap dia.

Berdasarkan informasi dari keluarga mereka, dua remaja itu sudah sangat berlebihan
menggunakan ponsel. Mereka mengoperasikan gawai dari sejak bangun tidur hingga malam,
menjelang tidur kembali. Ketergantungan itu mengganggu kehidupan nyata mereka. Tidak jarang
mereka pun bolos sekolah.

"Bahkan buat makan pun mereka kadang lupa. Lebih parah lagi, kalau dilarang mereka mulai
emosional. Bukan cuma marah tapi sampai melawan orang tuanya. Ada beberapa kasus,
termasuk yang dua ini," katanya.

Marsan melanjutkan Nv dan Ty bukan pasien gangguan kejiwaan pertama yang dirawat karena
penggunaan gawai. Sebelumnya ada satu pasien lain asal Medan yang mengalami hal serupa.
"Namanya Wh. Katanya sudah (mengunjungi) ke beberapa tempat sampai akhirnya ke kami.
Empat bulan di sini, sekarang sudah pulang," katanya.

Menurut dia penggunaan gawai seharusnya sudah mulai dikendalikan. Orang tua berperan besar
mengatasi ini sejak dini.

"Orang tua harus paham di dalam HP itu kan mengandung magnet yang bisa merusak otak. Itu
mengapa ada dua orang yang tinggal di sini sekarang," kata dia.

Efek negatif dari penggunaan gawai itu dibenarkan oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak
Daerah (KPAD) Kabupaten Bekasi, Muhammad Rozak. Dia mengaku belum menangani atau
menerima laporan terkait anak yang terganggu jiwanya karena telepon genggam.

Meski demikian dalam beberapa kasus kekerasan terhadap anak, salah satu faktor
penyebabnya adalah penggunaan telepon genggam.

"Sebagai contoh kasus tawuran, itu awalnya dari HP. Begitu juga kasus pencabulan anak oleh
anak yang sebelumnya sering mengoperasikan telepon genggam, baik mengakses situs porno
atau aplikasi dewasa seperti bigo dan lainnya," kata dia.

Rozak mengatakan setidaknya KPAD Kabupaten Bekasi menangani tujuh sampai sepuluh kasus
per bulan terkait kekerasan anak. Ironisnya dari hasil penelusuran, sekitar 30 persen di antaranya
diawali dari gawai.

"Bulan ini saja, Oktober, sudah tujuh kasus. Beberapa di antaranya karena gawai. Sering terjadi
tindak kekerasan membuat anak jadi pelaku pidana pencurian, atau justru pelaku pencabulan. Ini
menjadi ironis," ungkapnya.

Kampanye pengendalian penggunaan telepon genggam ini kerap disampaikan dalam beberapa
kesempatan baik ketika mengunjungi sekolah maupun rapat di tingkat desa. Hanya saja pemilik
peran terbesar untuk mencegah hal negatif dari penggunaan gawai yang berlebihan, ada pada
orang tua.
"Orang tua jangan kalah sama anak. Jangan sampai anak mengunci gawainya dan orang tua tidak
mampu melihat. Jangan takut memasuki ruang pribadi anak karena anak pun lahir dari ruang
pribadi orang tuanya. Peran ini sangat penting," kata Rozak. (wis/wis)

Anda mungkin juga menyukai