Anda di halaman 1dari 6

Subtema

Moral

JUDUL ESAI

SIKAP DAN SOLUSI DARI DAMPAK BURUK SMARTPHONE SEBAGAI


UPAYA DALAM MENGANTISIPASI NOMOPHOBIA DAN KEJAHATAN
CYBER BULLYING TERHADAP ANAK-ANAK

Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Esai “Meningkatkan Nilai-Nilai Pancasila
Anak Bangsa Melalui Pendidikan”

Disusun oleh:
Zahid Zufar At Thaariq
NIM 170121600522

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


MALANG
2018
Sikap dan Solusi dari Dampak Buruk Smartphone sebagai Upaya dalam
Mengantisipasi Nomophobia dan Kejahatan Cyber Bullying terhadap Anak-
anak

Tulisan ini adalah suatu hasil analisa penulis tentang perkembangan


smartphone dan dampak buruknya seperti nomophobia dan kejahatan cyber bullying.
Orang tua perlu memperhatikan bahaya dari kejahatan cyber bullying yang sekarang
marak terjadi dan nomophobia yang dapat menjadi penyakit baru, khususnya anak-
anak. Anak-anak perlu tumbuh dengan normal dan perlu memiliki jiwa sosial yang
tinggi. Namun akibat dari perkembangan teknologi yang begitu pesat, khususnya
smartphone menyebabkan anak semakin pasif. Selain itu yang menjadi masalah
adalah tidak adanya kebijakan pemerintah tentang penggunaan smartphone, serta
kurangnya partisipasi masyarakat, khususnya keluarga dalam melakukan
pendampingan penggunaan smartphone bagi anak-anaknya, sehingga terjadi
degradasi moral. Contoh yang dapat diambil adalah penyalahgunaan internet bagi
anak-anak yang ditakutkan mengubah perilaku anak-anak menjadi negatif. Jadi dalam
tulisan ini akan dijelaskan secara singkat mengenai sikap dan solusi yang tepat dalam
penggunaan smartphone.

Perkembangan teknologi saat ini, benar-benar mempermudah manusia dalam


segala hal. Salah satu bentuk dari teknologi yang berkembang pesat adalah
smartphone. Smartphone adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan
tingkat tinggi dan terkadang memiliki fungsi yang menyerupai komputer. Jadi
smartphone ibarat komputer yang bisa diletakkan di saku dan dibawa kemana-mana.

Dampak positif dari penggunaan smartphone dapat dilihat dari aktivitas


sehari-hari, karena masyarakat dalam beraktivitas selalu bergantung terhadap
smartphone. Contoh yang dapat diambil adalah dalam aktivitas belajar mengajar,
guru memberikan soal kepada muridnya. Murid mencari jawaban melalui internet
dengan smartphone-nya. Selain untuk mencari jawaban soal, smartphone juga dapat
digunakan untuk melakukan transaksi, seperti belanja, mengambil uang dari bank,
dan sebagainya. Dari contoh tersebut sudah menjadi gambaran bahwa masyarakat
membutuhkan smartphone dalam berbagai aktivitasnya. Aktivitas itu dapat berupa
transaksi jual beli, belajar, dan sebagainya.

Segala kemudahan dan kenyamanan yang diberikan smartphone dalam


memenuhi segala kebutuhan manusia, membuat seseorang banyak menghabiskan
waktunya untuk menatap layar smartphone (Asih dan Fauziah. 2017). Dalam sehari
semalam 32,3 persen menggunakan perangkat smartphone selama 3-5 jam.
Sedangkan 25,8 persen rata-rata menggunakan smartphone lebih dari 7 jam. 22,6
persen menggunakannya di bawah 3 jam, dan 19,4 persen rata-rata menggunakannya
antara 5-7 jam (Surahman dan Surjono, 2017).

Dilihat dari dampak positifnya, pengguna smartphone semakin lama semakin


banyak. Lembaga riset Digital Marketing Emarketer memperkirakan pada 2018
jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Selain itu,
diperkirakan pada 2019, jumlah pengguna smartphone di tanah air akan mencapai 92
juta atau rata-rata naik 12,2 persen per tahun. Ini menunjukkan bahwa smartphone
adalah salah satu kebutuhan masyarakat yang tidak bisa dilepaskan atau dihilangkan.

Penggunaan Smartphone juga memiliki dampak yang negatif. Hasil riset yang
dilakukan oleh SEANUTS (South East Asia Nutrition Survey) menunjukkan bahwa
lebih dari 57 persen anak-anak Indonesia usia 6 hingga 12 tahun tergolong anak yang
tidak aktif (pasif). Waktu yang dihabiskan anak-anak kebanyakan di depan layar
gawai, komputer, dan perangkat elektronik lainnya, salah satunya smartphone. Maka
dari itu anak-anak semakin malas untuk bergerak.

Mengenai permasalahan di atas, masyarakat, khususnya anak-anak terancam


terkena penyakit nomophobia sebagai akibat dari penggunaan smartphone secara
berlebihan. Nomophobia dikenal sebagai singkatan dari “No Mobile Phone Phobia”
atau penyakit tidak bisa jauh-jauh dari mobile phone merupakan suatu penyakit
ketergantungan yang dialami seorang individu terhadap mobile phone, sehingga bisa
mendatangkan kekhawatiran yang berlebihan jika mobile phone-nya tidak ada di
dekatnya (Fajri, 2017). Jadi, dapat disimpulkan bahwa nomophobia adalah
ketergantungan berlebihan terhadap mobile phone. Jika nomophobia sudah meluas,
maka masyarakat dapat menjadi lebih individualis yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila. Menurut Diaz Hendropriyono (2018), sifat individualisme tidak
sesuai dengan asas gotong royong dalam Pancasila.

Di samping itu, internet juga sering digunakan untuk mengumbar data pribadi
yang beresiko. Menurut studi oleh Kaspersky Lab, masih banyak orang yang
sembarangan berbagi informasi pribadi melalui internet di situasi yang berisiko. 28
persen responden berbagi data rahasia secara tidak sengaja dan 16 persen rela
mengungkapkan rahasia tentang diri mereka sendiri, meskipun fakta membuktikan
bahwa membagikan informasi secara online dapat membahayakan pekerjaan atau
bahkan hubungan mereka dengan kerabat ataupun keluarga. Hal ini sangat
mengancam terjadinya cyber bullying, khususnya pada anak-anak.

Cyber bullying adalah intimidasi yang terjadi di dunia maya terutama pada
media sosial. Bentuk dari cyber bullying adalah ejekan, ancaman ataupun hacking
(Utami, 2014). Cyber bullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau
remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia maya atau internet
(Wikipedia, 2018). Menurut data dari Kementerian Sosial, sebanyak 84 persen anak-
anak hingga remaja mengalami bullying. Dari data tersebut, yang paling banyak
adalah terkena cyber bullying.

Nomophobia dan kejahatan cyber bullying perlu disikapi dengan bijak karena
apabila dibiarkan, dampak yang terjadi pada moral anak-anak akan sangat
berpengaruh pada masa yang akan datang. Di masa yang akan datang, anak-anak
adalah generasi penerus bangsa yang kelak memegang tongkat kepemimpinan dan
diharapkan dapat memajukan bangsa. Oleh sebab itu, perlu adanya sikap yang tegas
dan bijak dalam mengantisipasi terjadinya nomophobia dan kejahatan cyber bullying.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan


smartphone yang begitu pesat, menyebabkan masyarakat khususnya anak-anak
semakin pasif dan mempengaruhi aktivitas geraknya. Bahkan smartphone dapat
menjadi suatu ketergantungan bagi anak-anak (nomophobia). Selain itu, dengan
maraknya kejadian kejahatan cyber bullying, maka dapat mengganggu jiwa anak itu
sendiri.

Dalam mengantisipasi merambahnya penyakit nomophobia dan kejahatan


cyber bullying, perlu diadakan kebijakan dari pemerintah dan partisipasi aktif dari
masyarakat. Solusi yang dapat diterapkan seperti sistem jam malam (mulai pukul
22.00 hingga 04.00, hanya digunakan untuk beristirahat, dapat diterapkan dengan
penggunaan aplikasi Liva, Forrest App, NEPA, dll. secara menyeluruh), mengimbau
kepada orang tua untuk membatasi jam bermain perangkat elektronik (video game,
gadget, social media dan sebagainya.) agar anak-anak dapat meluangkan waktunya
untuk bermain di luar dan pembatasan situs yang sesuai dengan usianya
(mengoptimalisasi internet positif pada situs-situs terkait). Keunggulannya antara lain
(1) Jam istirahat relatif normal. (2) Anak dapat meluangkan waktunya untuk bermain
keluar dan (3) Anak-anak juga tidak dapat mengakses internet dengan sembarangan.

Dalam mewujudkan “Nilai-nilai Pancasila Anak Bangsa Melalui Pendidikan”


perlu adanya upaya antisipasi dampak buruk dari smartphone, khususnya
nomophobia dan kejahatan cyber bullying yang dapat menurunkan moral anak
bangsa. Pendidikan karakter sejak dini perlu diwujudkan untuk membangun jati diri
anak agar tidak tergerus oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat. Peran
aktif pemerintah dan masyarakat, khususnya keluarga sangat diperlukan dalam
pembentukan karakter anak yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Ajeng Tiara. Fauziah, Nailul. 2017. Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan
Kecemasan Jauh dari Smartphone (Nomophobia) pada Mahasiswa Jurusan
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Diponegoro
Semarang. Semarang: Jurnal Empati, April 2017 Volume 6 (Nomor 2),
halaman 15 - 20
Dasiroh, Umi. et al. 2018. Fenomena Nomophobia di Kalangan Mahasiswa (Studi
Deskriptif Kualitatif Mahasiswa Universitas Riau). Riau: Jurnal Ilmiah
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau Volume 6 Nomor 1
Fajri, Fitri Verawati. (2017). Hubungan Antara Penggunaan Telepon Genggam
Smartphone dengan Nomophobia pada Mahasiswa. Surakarta: Fakultas
Psikologi UMS
Kennedy, Wallace A. 1971. Child Psychology. New Jersey: Prentice-Hall Inc
Laksana, Bisma Alief. Mensos: 84% Anak Usia 12-17 Tahun Mengalami Bullying.
(online) (https://news.detik.com/berita/d-3568407/mensos-84-anak-usia-12-
17-tahun-mengalami-bullying) diakses pada 21 Juli 2017
OPTIMA. Karir dan Pernikahan Berisiko Hancur Karena Berbagi Data Melalui
Internet. (online) (https://www.optima-distribution.com/karir-dan-
pernikahan-hancur-karena-berbagi-data-melalui-internet/) diakses pada
19 April 2016
Ovier, Asi. Individualisme Tidak Sesuai dengan Nilai-nilai Pancasila. (online)
(http://www.beritasatu.com/politik/473998-individualisme-tidak-sesuai-
dengan-nilainilai-pancasila.html) diakses pada 18 Januari 2018
Pradana, Pranatha Widya. Muqtadiroh, Feby Artwodini. Nisafani, Amna Shifia. 2016.
Perancangan Aplikasi Liva untuk Mengurangi Nomophobia dengan
Pendekatan Gamifikasi. Surabaya: Jurnal Teknik ITS Vol. 5, No. 1
Priherdityo, Endro. 57% Anak Indonesia Malas Bergerak, Kebanyakan Orang Kaya.
(online) (https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150423151558-255-
48780/57-anak-indonesia-malas-bergerak-kebanyakan-anak-orang-kaya)
diakses pada 23 April 2015
Rahmayani, Indah. Indonesia Raksasa Teknologi Digital Asia. (online)
(https://www.kominfo.go.id/content/detail/6095/indonesia-raksasa-
teknologi-digital-asia/0/sorotan_media) diakses pada 2 Oktober 2015
Surahman, Ence. Surjono, Herman Dwi. 2017. Pengembangan Adaptive Mobile
Learning pada Mata Pelajaran Biologi SMA sebagai Upaya Mendukung
Proses Blended Learning. Yogyakarta: Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan
Volume 4, No 1, April 2017 (26-37)
Utami, Yana Choria. 2014. Cyberbullying di Kalangan Remaja (Studi tentang
Korban Cyberbullying di Kalangan Remaja di Surabaya). Diambil dari:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts73d7a00d3dfull.pdf
(2013/2014)
Wikipedia. Intimidasi Dunia Maya. (online)
(https://id.wikipedia.org/wiki/Intimidasi_dunia_maya) diakses pada 27
Februari 2018
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai