Makalah Anemia
Makalah Anemia
PENDAHULUAN
Anemia atau kurang darah adalah kondisi di mana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berperan dalam
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian
tubuh.
Akibat dari anemia adalah transportasi sel darah merah akan terganggu
dan jaringan tubuh si penderita anemia akan mengalami kekuranga oksigen guna
mengahasilkan energi. Maka tidak mengeherankan jika gejala anemia ditunjukan
dengan merasa cepat lelah, pucat, gelisah, dan terkadang sesak. Serta ditandai
dengan warna pucat di beberapa bagian tubuh seperti lidah dan kelopak mata.
Penyebab umum dari anemia antara lain; kekurangan zat besi, pendarahan
usus, pendarahan, genetik, kekurangan vitamin B12, kekuarangan asam folat,
gangangguan sunsum tulang.
1
1.3 Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hemoglobin terdapat dalam sel- sel darah merah dan merupakan pigmen
pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-
sel tubuh. Oksigen ini akan digunakan untuk membakar gula dan lemak menjadi
energy. Hal ini dapat menjelaskan mengapa kurang darah dapat menyebabkan
gejala lemah dan lesu yang tidak biasa. Paru-paru dan jantung juga terpaksa kerja
keras untuk mendapatkan oksigen dari darah yang menyebabkan nafas terasa
pendek. Walaupun gejalanya tidak terlihat atau samar-samar dalam jangka waktu
lama. Kondisi ini tetap dapat membahayakan jiwa jika dibiarkan dan tidak diobati.
3
2.2 Etiologi Anemia
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
4
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat
semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
5
2.4 Klasifikasi Anemia
Normositik: anemia normositik adalah anemia yang bentuk dan ukuran sel
darah merahnya normal (diameter 76 – 100 fl) namun jumlah sel darah
merah sedikit. Contoh anemia yang termasuk anemia normositik adalah
anemia hemolitik (anemia akibat peningkatan penghancuran sel darah
merah), anemia aplastik (anemia akibat jumlah sel darah merah yang
diproduksi sumsum tulang belakang berkurang) dan anemia akibat
pendarahan.
Anemia makrositik adalah anemia dimana jumlah sel darah merah
berkurang disertai dengan peningkatan ukuran sel (diameter > 100 fl).
Anemia makrositik dibagi menjadi dua, yaitu anemia makrositik
megaloblastik dan anemia makrositik nonmegaloblastik.
Anemia makrositik megaloblastik adalah anemia akibat kelainan pada
sintesis/ pembelahan sel darah merah sehingga terbentuk megaloblast
(eritroblast yang besar) yang akan menjadi eritrosit dengan ukuran yang
besar. Contoh dari anemia makrositik megaloblastik adalah anemia akibat
defisiensi asam folat dan vitamin B12.
Anemia makrositik nonmegaloblastik adalah anemia dengan ukuran sel
darah merah besar namun bukan disebabkan oleh terbentuknya
megaloblast. Anemia makrositik nonmegaloblastik dapat disebabkan oleh
alkohol, penyakit hati, miksedema, sindrom mielodisplastik, obat
sitotoksik, anemia aplastik, kehamilan, merokok, retikulositosis, myeloma,
dan nenonatus.
Anemia mikrositik adalah kondisi anemia dimana jumlah sel darah merah
berkurang disertai dengan ukuran sel darah merah yang kecil (diameter
<76 fl). Hal ini terjadi akibat kegagalan dalam sintesis sel darah merah.
6
Anemia mikrositik biasanya disertai dengan hipokromik (kadar
hemoglobin dalam darah berkurang, sehingga warna eritrosit lebih pucat
dibanding normal). Contoh anemia mikrositik yang sering terjadi adalah
anemia akibat defisiensi zat besi.
7
Klasifikasi anemia berdasarkan patofisiologinya:
Manifestasi klinis dari anemia tergantung dari jenis dan tingkat keparahan
anemia tersebut. Namun pada umumnya gejala anemia terdiri dari:
8
Tekanan darah rendah
Mata menguning: warna kuning dapat disebabkan oleh adanya bilirubin
(hasil destruksi sel darah merah) pada aliran darah
Kulit pucat, dingin, dan berwarna kuning: kulit yang dingin berwarna
pucat terjadi akibat kurangnya sel darah merah pada pembuluh darah.
Kulit yang menguning bisa disebabkan oleh adanya bilirubin (hasil
destruksi sel darah merah) pada darah.
Napas pendek
Otot melemah
Warna feces berubah: terutama pada anemia hemolitik, dimana terjadi
peningkatan destruksi sel darah merah. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan kadar bilirubin yang merupakan hasil destruksi sel darah
merah. Bilirubin akan membuat warna feces menguning.
Pembesaran hati
Palpitasi
Peningkatan detak jantung
Pada anemia akut dapat terjadi gejala kardiorespiratori seperti takikardi,
kepala terasa ringan dan sesak napas.Sementara pada anemia kronis gejala
yang nampak adalah lelah, letih, pusing, vertigo, sensitif dingin, pucat.
Khusus pada anemia akibat defisiensi zat besi dapat terjadi penurunan
saliva, rasa tidak enak pada lidah, dan pica. Pada anemia defisiensi vitamin
B12 dan asam folat, terjadi ikterus, pucat, atropi mukosa gastrik,
abnormalitas neuropsikiatrik (abnormalitas neuropsikiatrik khusus pada
defisiensi vitamin B12).
9
Nutrisi: pola makan yang kurang zat penting bagi sel darah merah seperti
zat besi, vitamin B12, dan asam folat dapat meningkatkan resiko anemia
Kondisi saluran cerna: kondisi saluran cerna dapat mempengaruhi absorbsi
nutrisi yang penting bagi pembentukan sel darah merah sehingga dapat
meningkatkan resiko anemia. Selain itu, pendarahan akibat tukak
lambung, tukak peptik, dan infeksi parasit pada saluran cerna juga dapat
menyebabkan anemia.
Menstruasi: menstruasi dapat meningkatkan resiko anemia akibat
kekurangan zat besi. Kehilangan darah akibat menstruasi memicu
pembentukan darah berlebih. Apabila tidak diikuti dengan peningkatan
asupan nutrisi terutama zat besi, dapat memicu terjadinya anemia
defisiensi zat besi.
Kehamilan: kehamilan dapat meningkatkan resiko anemia akibat
kekurangan zat besi. Hal ini disebabkan tubuh harus memiliki nutrisi yang
cukup untuk tubuh ibu dan fetus, serta nutrisi untuk pembentukan sel
darah fetus. Apabila tidak dibarengi dengan asupan nutrisi yang cukup
terutama zat besi, dapat menyebabkan anemia
Penyakit kronis seperti kanker, gagal ginjal, dan tukak dapat
meningkatkan resiko anemia.
Zat kimia dan obat: beberapa obat dan zat kimia seperti benzena, penisilin,
primaquin, dan sulfasalazin dapat menyebabkan anemia.
Faktor lain seperti infeksi, penyakit autoimun.
2.7 Terapi
Tujuan
10
1. Terapi Non-Farmakologi
a. Besi
b. Vitamin B12
11
c. Asam folat
2. Terapi Farmakologi
a. Besi
12
Dosis yang diberikan tergantung pada toleransi setiap individu.
Umumnya, dosis yang direkomendasikan sebesar 200 mg besi setiap hari
dalam 2 atau 3 dosis terbagi. Besi disarankan untuk dikonsumsi 1 jam
sebelum makan karena makanan akan mengganggu absorpsi besi. Namun
pada beberapa pasien, besi harus diberikan bersama makanan karena dapat
menyebabkan mual dan diare ketika mengkonsumsi besi dalam keadaan
perut kosong. Besi ditransportasikan melalui darah. Sebanyak 0,5-1 mg
besi dieksresi melalui urin, keringat, dan sel mukosa intestinal pada pria
sehat, sedangkan pada wanita yang sedang mengalami menstruasi
kehilangan besi sekitar 1-2 mg.
Indikasi :
Suplemen besi
Kontraindikasi :
Peringatan :
Kehamilan : kategori A
13
Efek samping :
Interaksi obat :
Obat Interaksi
Asam asetohidroksamat (AHA) Mengkelat logam berat termasuk besi, absorpsi
besi menurun
Antacid Absorpsi besi menurun
Asam askorbat Pada dosis ≥200 mg meningkatkan absorpsi besi
≥30%
Garam kalsium Aborpsi besi pada saluran cerna menurun
Kloramfenikol Kadar serum besi meningkat
Antagonis H2 Absorpsi besi menurun
Inhibitor pompa proton Absorpsi besi menurun
Trientin Keduanya saling menghambat absorpsi
Kaptopril Penggunaan bersamaan dalam 2 jam
menyebabkan pembentukan dimer disulfide
kaptopril yang inaktif
Sefalosporin Besi menurunkan absorpsi 80%, makanan
menurunkan absorpsi 30%
Fluorokuinolon Absorpsi pada saluran cerna menurun karena
terjadi pembentukan kompleks
Levodopa Membentuk kelat dengan garam besi,
menurunkan absorpsi kadar serum
Levotiroksin Efikasi levotiroksin menurun menyebabkan
hiportiroidsm
Metildopa Terjadi penurunan efikasi
Penisilamin Absorpsi menurun karena, kemungkinan karena
14
terbentuk kelat
Tetrasiklin Penggunaan dalam 2 jam dapat saling
menurunkan absorpsi
Sediaan :
Indikasi
Kontraindikasi
Hipersensitifitas
15
Peringatan
Efek samping
Dosis
Sediaan
16
Interaksi obat
Obat Interaksi
Asam aminosalisilat Menurunkan kerja vitamin B12
Kloramfenikol Menurunkan efek vitamin B12 pada
pasien anemia pernisiosa
Kolkisin, alcohol Asupan berlebih (>2 minggu)
menyebabkan malabsorpsi vitamin
B12
c. Asam folat
Indikasi
Kontraindikasi
Peringatan
17
Efek samping
Dosis
Sediaan
Interaksi obat
Obat Interaksi
Asam aminosalisilat Penurunan kadar serum asam
folat selama penggunaan
konkuren
Kontrasepsi oral Mempengaruhi metabolism folat
dan menyebabkan defisiensi
asam folat, tapi efeknya ringan
Dihydrofolate reductase Mempengaruhi penggunaan asam
inhibitor folat
Sulfasalazine Terjadi tanda-tanda defisiensi
folat
Fenitoin Menurunkan kadar serum folat
18
Pengkajian pasien dengan anemia meliputi :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,
dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST
dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur
sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa
(konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit
hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat
(aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti
mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature (AP).
3) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
4) Eleminasi
19
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat,
tanah liat, dan sebagainya (DB).
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)
8) Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9) Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
20
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
10) Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB).
Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia meliputi
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan)).
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient
yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
3. Intervensi/Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan.
Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia adalah :
21
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan,
dan tekanan darah masih dalam rentang normal.
22
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko
infeksi.
meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan
demam.
23
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
24
4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
25
Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan
penatalaksanaan penyakit.
mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
26
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1). pasien dapat mempertahankan / meningkatkan ambulasi/aktivitas.
2). infeksi tidak terjadi.
3). kebutuhan nutrisi terpenuhi.
4). Peningkatan perfusi jaringan.
5). Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematology. Salemba Medika. Jakarta
http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/ha/ha_treatments.html
http://www.drugbank.ca/drugs/DB00746
http://www.merckmanuals.com/professional/lexicomp/deferoxamine.html
http://www.merckmanuals.com/professional/sec11/ch131/ch131i.html?qt=hydrox
yurea&alt=sh
http://id.scribd.com/doc/54756023/Anemia#download
http://ridhoinhealthy.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-pada-penderita-
anemia.html
http://ppni-
klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=76:anemia&catid=
38:ppni-ak-category&Itemid=66
29